Anda di halaman 1dari 6

MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL

Oleh

Durrul Isnaini/0823011019

Model pembelajaran sosial adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan

hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model pembelajaran ini

difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan

orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekarja secara produktif

dalam masyarakat. Dalam artikel ini akan dibahas 3 model pembelajaran yang

termasuk dalam pendekatan pembelajaran social, yaitu (1)model pembelajaran

bermain peran, (2)model pembelajaran simulasi social, dan (3) model

pembelajaran telaah atau kajian yurisprudensi.

A. Model Pembelajaran Bermain Peran

Bermain peran adalah suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia social dan

memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Proses bermain peran ini dapat

memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana

bagi siswa untuk:

• Menggali perasaannya

• Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap

sikap, nilai dan persepsinya

• Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah

• Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara.


Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah yaitu

1. Pemanasan. Guru berupaya memeperkenalkan siswa pada

permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang perlu

mereka pelajari dan kuasai. Selanjutnya guru menggambarkan

permasalahan dengan jelas disertai contoh, baik yang muncul

dari ide siswa atau sengaja disiapkan guru.

2. Memilih pemain(partisipan). Siswa dan guru membahas karakter

dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan

memainkannya.

3. Menata panggung. Guru perlu berdiskusi dengan siswa dimana

dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhsn

ysng diperlukan. Penataan penggung dapat sederhana atau

kompleks. Penataan panggung yang paling sederhana adalah

hanya membahas scenario yang menggambarkan urutan

permainan peran. Sementara penataan panggung yang lebih

kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain.

4. Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Pengamat juga

harus terlibat aktif dalam permainan peran.

5. permainan peran dimulai. Permaianan peran dilaksanakan secara

spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung

memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang

seharusnya ia lakukan. Jika permainan peran sudah terlalu jauh

keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk

kelangkah berikutnya.

6. Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan

melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan


perbaikan akan muncul. Mungkin akan ada siswa yang meminta

untuk berganti peran. Atau bahkan alur cerotanya akan sedikit

berubah.

7. permainan peran diulang. Pada permainan peran yang kedua ini

akan lebih baik karena sisa dapat memainkan perannya lebih

sesuai dengan skenario.

8. Pembahasan diskusi dan evaluasi yang lebih diarahkan pada

realitas. Mengapa demikian? Karena pada saat permainan peran

dilakukan, banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Contoh

seorang siswa yang memerankan peran orang tua yang galak.

Kegalakan yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan

diskusi.

9. Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan

peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat

kesimpulan.

B. Model Pembelajaran Simulasi Sosial

Simulasi telah diterapakan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun .

pelaopornya antara lain Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Model simulasi

merupakan penerapan dari prinsip sibernetik

Proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip

yang harus dipegang fasilitator

1. penjelasan. Guru /fasilitator hendaknya memberikan penjelasan

dengan sejelas jelasnya tentang aktifitas yang harus dilakukan

berbuat konsekuensi-konsekuensinya.
2. mengawasi. Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan

dan prosedur main tertentu.

3. melatih. Dalam simulasi pemain akan mengalami kesalahan,guru harus

memberikan tambahan atau arahan sehingga memungkinkan mereka

untuk tidak melakukan kesalahan yang sama

4. diskusi. Dalam simulasi refleksi menjadi sangat penting oleh karena itu

setelah simulasi selesai guru memberitahukan /mendiskusikan

beberapa hal. Seperti (1) seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan

situasi nyata (2)kesulitan-kesulitan(3)hikmah apa yang dapa

diambildari simulasi(4)bagai mana memperbaik kemampuan simulasi dll.

Tahap-tahap dalam pembelajaran simulasi:

1. menyiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi

2. guru menyusun skenariodengan memperkenalkan siswa terhadap aturan,

peran, prosedur, pemberian skor, tujuan permainan dan lain-lain.

3. pelaksanaan simulasi . siswa berpartisipasi dalam permainan sementara

gurumemainkan perannyaseperti yang telah dijelaskan diatas.

C. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi(Jurisprudiential Inquiry)

Model pembelajaran ini dipelopori oleh Donal Oliver da James P Shape

didasarkan atas pemahaman masyarakat dimana setisp orang berbeda

pandangan dan prioritas satu sama lain dan nilai-nilai sosialnya saling

berkonfrontasi) satu sama lain.

Pendidikan harus mmampu menghasilkan individu calon warga negara yang

mampu mengatasi konflik perbedaan dalam berbagai hal. Model pembelajaran


ini memebantu siswa untuk belajar berfikir secara sistematis tentang isu-isu

kontemporer yang sedang terjadi dalam masyarakat. Dengan memberikan

mereka cara – cara menganalisis dan mendiskusikan isu-isu sosial, model

pembelajaran ini membantu siswa untuk berpartisipasi dalam mendefenisikan

ulang nilai-nilai sosial. Model ini juga dapat mengajarkan siswa untuk dapat

menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang

mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya. Atau sebaliknya ia

bahkan menerima atau mengakui kebenaran sikap yang diambil orang lain

terhadap terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap

yang ada pada dirinya.

Kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui metode dialog Socratos

(debat konfrontatif). Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi:

1. Orientasi terhadap kasus. Guru memperkenalkan kepada siswa materi-

materi kasus dengan cara membaca cerita , menonton film yang

menggambarkan konflik nilai atau mendiskusikan kejadian-kejadian

hangat dalam kehidupan sekitar, kehidupam sekolah atau suatu

komunitas masyarakat.

2. Mengidentifikasi isu . siswa mensistensi fakta megaitkan nya dengan

isu-isu umum dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat dalam kasusu

tersebut.

3. Pengambilan posisi(sikap). Siswa diminta untuk mengambil

posisi(sikap/pendapat)terhadap isu tersebut dan menyatakan sikapnya.

4. menggali argumentasi untuk mendukung oposisi. Sikap sisiwa digali

lebih dalam dalam hal ini siswa diuji konsistensi dalam

memepertahankan sikap yang telah diambilnya.


5. Memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap). Tahap ini adalah

tahap penentuan ulang akan posisi (sikap) yang diambil siswa. Dalam

tahap ini sikap yang telah diambil mungkin konsisten(tetap bertahan)

atau berubah tergantung dari hasil argumentasi yang terjadi pada

tahap empat. Jika argumen siswa kuat mungkin konsisten. Jika tidak

mungkin siswa mengubah sikapnya.

6. menguji asumsi tentang fakta , defenisi dan konsekuensi. Pengujian

asumsi faktual yang mendasari sikap yang diambil siswa. Dalam tahap

ini guru mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk

mendukung pernyataan sikap tersebut relevan dan sah.

Dafar Pustaka

• Uno B.Hamzah.2007. Model pembelajaran(menciptakan proses

belajar mengajar) yang kreatif dan efektif. Jakarta. Bumi

Aksara.

Anda mungkin juga menyukai