Anda di halaman 1dari 147

KINERJA KOPERASI BERDASARKAN KEP.MEN.NO.

129/KEP/M/
KUKMM / XI / 2002, HAMBATAN, PERMASALAHAN DAN
IMPLEMENTASINYA (STUDI KASUS PADA KOPERASI
PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA
SE-KABUPATEN PEMALANG)

SKRIPSI

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Eli Dewi Riani
3351402111

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :

Hari :
Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Drs. Subowo, M.Si


NIP. 130515747 NIP. 131404311

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si


NIP. 131967646

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :
Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Heri Yanto. MBA


NIP. 131658236

Anggota I Anggota II

Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Drs. Subowo, M.Si


NIP. 130515747 NIP. 131404311

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si


NIP. 131658236

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2007

Eli Dewi Riani


3351402111

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Agar menjadi sukses, Anda harus tahu apa yang Anda kerjakan , menyukai apa

yang Anda kerjakan dan percaya bahwa Anda mengerjakan dengan benar. (Will

Rogers)

2. Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Anda tidak akan

mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu (William Feather)

3. Untuk mencapai kesuksesan, Anda harus hadapi semua tantangan. Anda tidak

dapat memilih hanya yang Anda sukai saja (Mike Gafka)

PERSEMBAHAN

1. Ayah dan Ibunda tercinta yang selalu


memberikan dukungan dan do’a restu
dalam penyusunan skripsi ini (Terima
kasih)
2. Adik-adikku tersayang yang selalu
membuatku bahagia.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani
dalam suka dan duka
4. Almamaterku

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis

dapat menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Kinerja Koperasi

Berdasarkan Kep. Men No. 129/KEP/MUKMM/XI/2002, Hambatan,

Permasalahan, dan Implementasinya (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai

Republik Indonesia Se-Kabupaten Pemalang)”. Tujuan dari penulisan skripsi ini

untuk memenuhi sebagian syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih sedalam-

dalamnya kepada:

1. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Sukirman, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

3. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si, dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Subowo, M.Si dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ketua Dinas Koperasi dan UKM dan karyawan yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di instansi yang

dipimpinnya

vi
6. Ketua Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) beserta segenap

pengurus dan karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.

7. Rekan-rekan Program Studi Akuntansi angkatan 2002 (khususnya kelas

reguler B) Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian.

8. My Families (Ayah dan Bunda tercinta, saudara-saudaraku) yang selalu

mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9. Teman – teman satu bimbingan yang selalu mendukung dan memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga

mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya

dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran

dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya

dan bagi mahasiswa ekonomi pada khususnya.

Semarang Februari 2007

Penulis

vii
SARI

Eli Dewi Riani. 2007. ” Kinerja Koperasi Berdasarkan Kep.Men.No.


129/KEP/MUKMMI/XI/2002, hambatan, permasalahan, dan implementasinya
(Studi kasus pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia se-Kabupaten
Pemalang)”. Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang.

Kata Kunci : Pengukuran Kinerja Koperasi

Analisis Kinerja Koperasi akan memperlihatkan kemampuan kinerja


koperasi dalam menghasilkan sesuatu, prestasi yang dicapai, dan kemampuan
manajemen koperasi. Pengukuran kinerja koperasi dengan Kep. Men No.
129/KEP/MUKMMI/XI/2002 memiliki 7 aspek yang dapat menggambarkan
kinerja koperasi secara keseluruhan.selama ini kopeasi di Kabupaten Pemalang
hanya menitikberatkan pada aspek keuangan saja yaitu dengan menggunakan rasio
rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Mengacu dari uraian di atas maka pokok
permasalahan yang diangkat adalah : 1) Bagaimana KPRI se- Kabupaten
Pemalang jika diukur dengan alat ukur yang sesuai dengan pedoman klasifikasi
koperasi (Kep. Men No. 129/KEP/MUKMMI/XI/2002) 2) Mengapa pengukuran
kinerja pada KPRI se-kabupaten Pemalang hanya menggunakan ukuran
rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas, 3) Bagaimana peran pemerintah daerah
dalam pengukuran kinerja koperasi dalam rangka pembinaan koperasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengukuran kinerja KPRI se-
Kabupaten Pemalang jika diukur dengan alat ukur yang sesuai dengan pedoman
klasifikasi koperasi (Kep. Men No. 129/KEP/MUKMMI/XI/2002), 2) Untuk
mengetahui mengapa pengukuran kinerja pada KPRI se-Kabupaten Pemalang
hanya menggunakan ukuran rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas, 3) Untuk
mengetahui peran pemerintah daerah dalam pengukuran kinerja koperasi dalam
rangka pembinaan koperasi.
Populasi penelitian ini adalah seluruh KPRI di Kabupaten Pemalang yang
berjumlah 64 KPRI. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling sebanyak 20 KPRI. Variabel yang diteliti adalah Variabel dalam
penelitian ini adalah persepsi pengurus terhadap pengukuran kinerja koperasi ,
persepsi KPRI atas peran serta pemerintah dalam pengukuran kinerja koperasi dan
pengukuran kinerja sesuai dengan pedoman klasifikasi Koperasi (Kep. Men No.
129/KEP/MUKMMI/XI/2002). Data diambil dengan metode angket, dokumentasi
dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan distribusi frekuensi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa para pengurus KPRI masih
menggunakan ukuran rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dalam pengukuran
kinerja yaitu sebanyak 58.125% disebabkan kurangnya pengetahuan pengurus
KPRI, 52.5% kurangnya pendidikan dan motivasi serta 57.5% kurangnya
pemahaman terhadap pengukuran kinerja koperasi. Hal ini disebabkan karena
56.25% Dinas Koperasi tidak pernah mensosialisasikan aturan kinerja koperasi,
41.5% Dinas Koperasi tidak pernah mensosialisasikan pengukuran kinerja
koperasi dan 46.5% Dinas Koperasi tidak pernah mengadakan pendidikan dan

viii
pelatihan kepada pengurus koperasi. Jika diukur dengan pedoman klasifikasi
koperasi, KPRI se-Kabupaten Pemalang dalam kategori cukup baik pada interval
67.05, yang dilihat dari tujuh komponen yaitu keanggotaan sukarela dan terbuka
dengan rata-rata 55.00 (kurang baik), pengendalian oleh anggota secara demokratis
86.13 (sangat baik), partisipasi ekonomi rata-rata 54.75 (kurang baik), otonomi
dan kemandirian rata-rata 42.86 (kurang baik), pendidikan dan pelatihan rata-rata
70.25 (baik), kerjasama diantara koperasi rata-rata 75.25 (baik), dan kepedulian
terhadap komunitas rata-rata 82.84 (baik).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan agar Dinas Koperasi
melakukan sosialisasi pengukuran kinerja yaitu Kep. Men No
129/Kep/M/KUKM/XI/2002 secara berkala dan teratur, selain itu juga
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pengurus dan mendirikan
perpustakaan untuk mempermudah pengurus dan anggota memperoleh
pengetahuan tentang koperasi.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Penegasan Istilah ......................................................................... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Pengertian Kinerja ....................................................................... 9
2.2. Pengertian Pengukuran Kinerja .................................................... 9
2.3. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja .................................... 10
2.4. Proses pengukuran kinerja............................................................ 11
2.5. Metode pengukuran kinerja .......................................................... 13
2.6. Pengukuran Kinerja Koperasi....................................................... 22
2.7. Peran Pemerintah Dalam Koperasi .............................................. 39

x
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 45
3.2 Populasi Penelitian ........................................................................ 46
3.3 Sampel............................................................................................ 46
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 47
3.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 50
3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 51
3.7 Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 52
3.8 Metode Analisis Data .................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1.Hasil Penelitian ............................................................................. 57
4.2.Pembahasan.................................................................................... 98

BAB V PENUTUP
5.1.Simpulan ....................................................................................... 120
5.2.Saran .............................................................................................. 121

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kuesioner...................................................................................... 129
Lampiran 2 Perhitungan Validitas dan reliabilitas Angket Penelitian ............ 136
Lampiran 3 Frekuency Table ........................................................................... 143
Lampiran 4 Kertas Kerja Penilaian Klasifikasi Koperasi ................................ 149
Lampiran 5 Data Hasil Pengukuran KPRI Kab. Pemalang ............................. 161
Lampiran 6 Ijin Penelitian................................................................................ 171

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Penilaian kesehatan koprasi simpan pinjam .................................... 33
Tabel 2.2 Predikat Tingkat Kesehatan USP..................................................... 34
Tabel 3.1 Persepsi Pengurus Terhadap Pengukuran Kinerja Koperasi ........... 54
Tabel 3.2 Persepsi KPRI atas Peran Pemerintah Dalam Pengukuran
Kinerja Koperasi ............................................................................. 55
Tabel 3.3 Persepsi Pengurus Terhadap Pengukuran Kinerja Koperasi ........... 56
Tabel 3.4 Persepsi KPRI atas Peran Pemerintah Dalam Pengukuran
Kinerja Koperasi ............................................................................. 57
Tabel 4.1 KPRI yang menjadi sampel penelitian ............................................ 58
Tabel 4.2 Rasio peningkatan jumlah anggota ................................................. 60
Tabel 4.3 Rasio pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota ............. 60
Tabel 4.4 Keanggotaan sukarela dan terbuka .................................................. 61
Tabel 4.5 Penyelenggaraan RAT ..................................................................... 62
Tabel 4.6 Rasio Kehadiran anggota dalam RAT ............................................. 62
Tabel 4.7 RK dan RAPB Koperasi .................................................................. 63
Tabel 4.8 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi........................................ 64
Tabel 4.9 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi................................................. 64
Tabel 4.10 Realisasi Surplus Hasil Usaha Koperasi ........................................ 65
Tabel 4.11 Pemeriksaan Intern......................................................................... 66
Tabel 4.12 Pemeriksaan Ekatern...................................................................... 67
Tabel 4.13 Pengendalian anggota secara demokratis....................................... 67
Tabel 4.14 Pelunasan Simpanan Pokok ........................................................... 68
Tabel 4.15 Pelunasan Simpanan wajib............................................................. 69
Tabel 4.15 Keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota ........................ 69
Tabel 4.16 Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota ........................... 70
Tabel 4.17 Pengembalian piutang .................................................................... 71
Tabel 4.18 Partisipasi Ekonomi Anggota......................................................... 71
Tabel 4.19 Rentabilitas Modal Sendiri............................................................. 72
Tabel 4.20 Return On Asset ............................................................................. 73
Tabel 4.21 Asset Turn Over ............................................................................. 73
Tabel 4.22 Profitabilitas ................................................................................... 74
Tabel 4.23 Likuiditas ....................................................................................... 75
Tabel 4.24 Solvabilitas..................................................................................... 75
Tabel 4.25 Modal Sendiri/ Equity (MS) terhadap hutang................................ 76
Tabel 4.26 Otonomi dan Kemandirian............................................................. 76
Tabel 4.27 Pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi ........................... 77
Tabel 4.28 Pendidikan dan pelatihan bagi pengelola koperasi ........................ 78
Tabel 4.29 Penerangan dan Penyuluhan .......................................................... 79

xiii
Tabel 4.30 Media Informasi............................................................................. 80
Tabel 4.31 Penyediaan anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan ..... 80
Tabel 4.32 Pendidikan dan Pelatihan ............................................................... 81
Tabel 4.33 Kerjasama usaha secara horisontal ................................................ 82
Tabel 4.34 Kerjasama usaha secara Vertikal ................................................... 83
Tabel 4.35 Manfaat kerjasama ......................................................................... 83
Tabel 4.36 Kerjasama diantara koperasi-koperasi ........................................... 84
Tabel 4.37 Penyerapan Tenaga Kerja .............................................................. 85
Tabel 4.38 Pembayaran pajak Cukai................................................................ 85
Tabel 4.39 Penyisihan SHU Bagi Pembangunan Daerah Kerja ...................... 86
Tabel 4.40 Kepedulian terhadap komunitas..................................................... 87
Tabel 4.41 Rata-rata Penilaian Kinerja KPRI Kabupaten Pemalang dari
Ketujuh Komponen Penilaian ........................................................ 84
Tabel 4.42 Kisaran rata-rata Pengukuran Kinerja KPRI.................................. 88
Tabel 4.43 Hasil Pengukuran Kinerja KPRI se-Kabupaten Pemalang
tahun 2006...................................................................................... 89
Tabel 4.44 Distribusi dan pengetahuan pengurus tentang pengukuran
kinerja koperasi ............................................................................. 90
Tabel 4.45 Distribusi data pendidikan dan motivasi pengurus tentang
pengukuran kinerja koperasi ......................................................... 91
Tabel 4.46 Distribusi pemahaman pengurus terhadap aturan pengukuran
kinerja koperasi dari Dinasi Koperasi ........................................... 93
Tabel 4.47 Distribusi data sosialisasi aturan pengukuran kinerja dari
Dinasi Koperasi ............................................................................. 94
Tabel 4.48 Distribusi data sosialiasi pengukuran kinerja koperasi oleh
Dinas Koperasi .............................................................................. 96
Tabel 4.49 Distribusi data pendidikan dan pelatihan pengukuran kinerja
koperasi oleh Dinasi Koperasi ...................................................... 97

xiv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Distribusi Data Pengetahuan Pengurus tentang Pengukuran


Kinerja Koperasi ............................................................................ 90
Diagram 2 Distribusi Data Pendidikan dan Motivasi Pengurus tentang
Pengukuran Kinerja Koperasi ........................................................ 92
Diagram 3 Distribusi Pemahaman Pengurus Terhadap Aturan
Pengukuran Kinerja Koperasi dari Dinas Koperasi ....................... 93
Diagram 4 Distribusi Data Sosialisasi Aturan Pengukuran Kinerja dari
Dinas Koperasi............................................................................... 95
Diagram 5 Distribusi Data Sosialisasi Pengukuran Kinerja Koperasi
oleh Dinas Koperasi....................................................................... 96
Diagram 6 Distribusi Data Pendidikan dan Pelatihan Pengukuran Kinerja
Koperasi oleh Dinas Koperasi ....................................................... 98

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 44

xvi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang paling sesuai

dengan demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang terkandung dalam pasal 33 ayat 1

Undang Undang Dasar tahun 1945, yang menyebutkan bahwa perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dalam Undang Undang

Nomor 25 tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha

yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai

gerakan rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan. Oleh karena itu, sebagai salah

satu pelaku ekonomi, diharapkan koperasi akan mampu menjadi soko guru

perekonomian Indonesia.

Sebagai satu-satunya bentuk badan usaha yang paling sesuai dengan pasal

33 UUD 1945, koperasi mempunyai tujuan seperti yang tercantum dalam Undang

Undang Nomor 25 pasal 3, yaitu : ”memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan

makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945”.

Untuk mencapai tujuan tersebut, koperasi sebagai badan usaha memerlukan

pengukuran kinerja yang tepat sebagai dasar untuk menentukan efektifitas kegiatan

usahanya terutama efektifitas operasional, bagian organisasi dan karyawannya

1
2

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

(Mulyadi,2001:416).

Untuk itu, Departemen Koperasi telah memberikan berbagai konsep

pengukuran kinerja koperasi yaitu konsep pengukuran kinerja sebelum tahun 1997,

yang meliputi Tiga Sehat (3S) yaitu sehat organisasi, sehat usaha, dan sehat mental.

Konsep pengukuran kinerja dapat juga diukur dari produktivitas, efisiensi,

kemampuan, pertumbuhan, cooperative effect (Keputusan Dep. Kop & PPK RI No.

20/PPK/1997). Sedangkan konsep pengukuran kinerja untuk penilaian kesehatan

Koperasi Simpan Pinjam (KSP)/Usaha Simpan Pinjam (USP) koperasi, dapat dinilai

dengan menggunakan CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity)

atau Aspek Permodalan, Aspek Kualitas Aktiva Produktif, Aspek Manajemen

Pengelolaan, Aspek Rentabilitas, Aspek Likuiditas (Kep. Men. Koperasi dan PPK

No. 227/KEP/M/IV/1998). Dan konsep pengukuran kinerja menurut pedoman

klasifikasi koperasi (KEP. MEN. No. 129/KEP/MUKMMI/XI/2002).

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) se-Kabupaten Pemalang

mempunyai anggota kurang lebih 64 KPRI, yang masing-masing KPRI berkedudukan

di instansi pemerintahan yaitu kantor dinas sampai degan sekolah-sekolah yang

tersebar luas se-Kabupaten Pemalang dengan usaha simpan pinjam yang menjadi

kegiatan usaha saat ini.

Pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UKM telah memberikan konsep

penilaian kinerja koperasi salah satunya yaitu Pedoman Klasifikasi Koperasi

(Kep.Men. 129/Kep/M/KUKMI/XI/2002). Ada 7 aspek dalam kriteria atau standar


3

penilaian ini yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka dengan indikator rasio

peningkatan jumlah anggota dan rasio pencatatan keanggotaan dalam buku daftar

anggota ; Pengendalian oleh anggota secara demokratis dengan indikator

penyelenggaraan RAT, Rasio Kehadiran Anggota, Rencana Kerja dan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi, realisasi anggaran pendapatan koperasi,

realisasi anggaran biaya koperasi, realisasi surplus hasil usaha koperasi, dan

pemeriksaan ; Partisipasi ekonomi anggota dengan indikator pelunasan simpanan

pokok dan simpanan wajib anggota keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota,

pengembalian piutang ; Otonomi dan kemandirian dengan indikator rentabilitas

ekonomi, return on asset, assets turn over, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas,

modal sendiri terhadap piutang ; Pendidikan dan pelatihan dengan indikator

pendidikan bagi anggota dan pengelola koperasi, penerangan dan penyuluhan, media

informasi, tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan ; Kerjasama

dengan koperasi lain dengan indikator kerjasama secara horisontal dan vertikal,

manfaat kerjasama ; Kepedulian terhadap komunitas dengan indikator penyerapan

tenaga kerja, pembayaran pajak dan dana pembangunan daerah kerja.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada 20 KPRI se-

Kabupaten Pemalang, telah diperoleh fakta yaitu bahwa pengukuran kinerja yang

selama ini diterapkan pengurus KPRI di Kabupaten Pemalang yaitu menggunakan

metode konvensional yang sebatas penilaian kinerja dari segi keuangan berupa

penilaian dari laporan keuangan Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas (RLS) serta

pelaksanaan anggaran.
4

Ukuran finasial tersebut belum mampu mencerminkan kompleksitas dan

nilai yang melekat dalam organisasi bisnis. Pengukuran kinerja seperti ini memiliki

beberapa kelemahan antara lain yaitu (1) ketidakmampuan untuk mengukur kinerja

harta tak tampak (intangible assets) dan harta intelektual (Intelectual Property)

misalnya sumber daya manusia, (2) kinerja yang diukur secara keuangan hanya

mampu bercerita mengenai masa lalu organisasi bisnis dan tidak mampu sepenuhnya

menuntun mereka ke arah yang lebih baik.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengukuran kinerja tersebut,

mengakibatkan perlunya pengukuran yang menyeluruh, yaitu pengukuran kinerja

yang tidak hanya mengukur kinerja keuangan saja akan tetapi juga mampu

menggambarkan kondisi koperasi secara lengkap, jelas dan akurat terutama

menyangkut sumber daya manusia yang diintegrasikan dalam perencanaan baik

organisasi maupun usaha. Konsep pengukuran kinerja yang menyeluruh, memberikan

manfaat sebagai acuan dalam penilaian kinerja keuangan yang lebih akurat efektif

dan efisien (Munawir, 1989:66).

Sehingga dari uraian di atas, melihat pentingnya suatu pengukuran kinerja

dan penilaian kinerja dengan menerapkan standar pengukuran kinerja sesuai dengan

pedoman klasifikasi koperasi (KEP.MEN.No 129/KEP/MUKMMI/IX/2002), untuk

mengetahui apakah KPRI dengan menerapkan pengukuran kinerja tersebut berada di

atas rata-rata, pada rata-rata, atau di bawah rata-rata kinerjanya selama ini, serta untuk

mengetahui mengapa penilaiannya hanya menggunakan ukuran rentabilitas,


5

likuiditas, solvabilitas dan pelaksanaan anggaran serta bagaimana peran Dinas

Koperasi dalam pengukuran kinerja koperasi.

Berdasarkan uraian di atas, melihat pentingnya suatu pengukuran kinerja,

maka penulis tertarik untuk mengambil judul “KINERJA KOPERASI

BERDASARKAN KEP.MEN.NO.129/KEP/MUKMM/XI/2002, HAMBATAN,

PERMASALAHAN DAN IMPLEMENTASINYA (STUDI KASUS PADA

KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA SE-KABUPATEN

PEMALANG)”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengukuran kinerja KPRI di Kabupaten Pemalang jika diukur

dengan menggunakan pedoman klasifikasi koperasi (KEP. MEN No.

129/KEP/MUKMMI/XI/2002)?

2. Mengapa pengukuran kinerja KPRI di Kabupaten Pemalang hanya

menggunakan analisa rasio rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas?

3. Bagaimanakah peran pemerintah daerah dalam pengukuran kinerja koperasi

dalam rangka pembinaan koperasi?

1.3 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penulisan ini untuk menghindari terjadinya

kekeliruan atau kesalahpahaman dan supaya terjadi keseragaman dalam menaksirkan

judul dalam skripsi.


6

1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas

operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan

sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:

416).

2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

KPRI adalah suatu badan usaha yang beranggotakan beberapa koperasi

yang berbadan hukum, yang mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, dan

beranggotakan para pegawai negeri. Pegawai negeri yaitu pegawai pemerintah

yang berada di luar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintah

berdasarkan perundang-undangan yang ditetapkan.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengukuran kinerja KPRI di Kabupaten

Pemalang jika diukur dengan menggunakan pedoman klasifikasi koperasi

(KEP. MEN No. 129/KEP/MUKMMI/XI/2002).

2. Untuk mengetahui alasan KPRI di Kabupaten Pemalang hanya

menggunakan analisa rasio rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dalam

pengukuran kinerjanya.
7

3. Untuk mengetahui bagaimanakah peran pemerintah daerah dalam

pengukuran kinerja koperasi dalam rangka pembinaan koperasi di

Kabupaten Pemalang.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah cakrawala pengetahuan antara teori yang ada dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

2. Bagi Primer KPRI

Penelitian ini diharapkan memberikan bahan masukan dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam kemajuan KPRI di Kabupaten Pemalang.

3. Bagi dunia pendidikan

Diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan kepada almamater untuk

dimanfaatkan sebagai sumber bacaan yang berguna.

1.5 Sistematika Skripsi

Untuk memudahkan memahami jalan pemikiran secara keseluruhan

penelitian, skripsi ini terbagi dalam tiga bagian yaitu : bagian awal, bagian isi dan

bagian akhir. Bagian awal berisi halaman judul, abstraksi, halaman pengesahan,

halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

lampiran.
8

Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, perumusan masalah,

penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel,

variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis

data.

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian dan pembahasan dari

hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian dan saran-

saran.

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.


9

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan

adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Berdasarkan S.K Menteri

Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai dalam

suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan.

Kinerja menjadi ukuran prestasi yang disesuaikan dengan tingkat

kemampuan yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, istilah kinerja perusahaan kerap

kali disamakan dengan kondisi keuangan perusahaan yang dengan pengukuran-

pengukuran keuangan mampu memberikan hasil yang memuaskan setidak-tidaknya

bagi pemilik saham perusahaan itu maupun bagi karyawannya. (Munawir, 2002:73).

2.2 Pengertian Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional

suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar,

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:416). Penilaian kinerja

menurut Yuwono (2002), adalah tindakan penilaian yang dilakukan terhadap berbagai

aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam organisasi.

Sedangkan Zamkhani (1990) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai

berikut, penilaian kinerja merupakan salah satu komponen dasar dari manajemen

9
10

kinerja. Ukuran kinerja didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas dan dapat

mengidentifikasi apakah telah dilakukan perbaikan yang berkesinambungan (Hansen

& Mowen, 1995: 375).

2.3 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja

Tujuan pokok dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan

dalam usaha untuk mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang

telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil seperti yang diinginkan

(Mulyadi, 2001:416). Standar perilaku tersebut bisa berupa kebijakan manajemen

ataupun rencana formal yang nantinya dituangkan dalam anggaran yang ditetapkan

oleh perusahaan. Penilaian kinerja tersebut dilakukan untuk menilai perilaku yang

tidak semestinya dilakukan dan untuk merangsang timbulnya perilaku yang

semestinya dilakukan. Rangsangan timbulnya perilaku yang semestinya dapat

dilakukan dengan memberikan reward atas hasil kinerja yang baik.

Penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak manajemen perusahaan

sendiri (intern) atau pihak luar (ekstern). Sistem pengukuran kinerja mempunyai

peranan penting dalam fungsi-fungsi manajemen organisasi seperti pengendalian

mamajemen, manajemen aktivitas, dan sistem motivasi (Atkinson Antony A,

1995:235). Sistem pengukuran kinerja berperan pula dalam usaha-usaha pencapaian

keselarasan tujuan (goal congruence) dalam konteks wewenang dan tanggung jawab.

Pengembangan lebih lanjut dalam manajemen berbasis aktivitas,

pengukuran kinerja dirancang untuk mengurangi kegiatan yang tidak mempunyai


11

nilai tambah dan mengoptimalkan kegiatan yang mempunyai nilai tambah.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting untuk menilai

keberhasilan perusahaan, penilaian kinerja juga sebagai dasar untuk menentukan

sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya penentuan tingkat gaji karyawan maupun

reward yang layak. Seorang manajer juga bisa menggunakan penilaian kinerja

perusahaan sebagai evaluasi kerja dari periode yang lalu (Hansen & Mowen,

1995:386-387).

Menurut Mulyadi (2001:416), Manfaat pengukuran kinerja yaitu : (1)

Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan

secara maksimum, (2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan

karyawan, seperti promosi, transfer, dan pemberhentian, (3) Mengidentifikasi

kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria

seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan, (4) Menyediakan umpan balik bagi

karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka, dan (5)

Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.4 Proses Pengukuran Kinerja

Proses pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama, yaitu tahap

persiapan dan tahap penilaian (Mulyadi, 2001: 418),

1. Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci, yaitu :

a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung

jawab,
12

Perbaikan kinerja harus diawali dengan penetapan garis batas

tanggung jawab yang jelas bagi manajer yang akan dinilai kinerjanya. Batas

tanggung jawab yang jelas ini dipakai sebagai dasar untuk menetapkan

sasaran atau standar yang harus dicapai oleh manajer yang akan diukur

kinerjanya. Tiga hal yang berkaitan dengan daerah pertanggungjawaban dan

manajer yang bertanggung jawab, yaitu kriteria penetapan tanggung jawab,

tipe pusat pertanggungjawaban, karakteristik pusat pertanggungjawaban.

b. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja

Penetapan kriteria kinerja manajer perlu dipertimbangkan beberapa

faktor antara lain :

1. Dapat diukur atau tidaknya kriteria,

2. Rentang waktu sumber daya dan biaya,

3. Bobot yang diperhitungkan atas kriteria,

4. Tipe kriteria yang digunakan dan aspek yang ditimbulkan.

c. Pengukuran kinerja sesungguhnya

Langkah berikutnya dalam pengukuran kinerja adalah melakukan

kinerja bagian atas aktivitas sesungguhnya, yang menjadi daerah wewenang

manajer tersebut. Pengukuran kinerja tampak obyektif dan merupakan

kegiatan yang rutin, namun seringkali memicu timbulnya perilaku yang

tidak semestinya ataupun menyimpang yaitu perataan (smoothing),

pencondongan (biasing), permainan (gaming), penonjolan dan pelanggaran

aturan (focusing and illegal act).


13

2. Tahap Penilaian terdiri dari tiga tahap rinci (Mulyadi,2001:424)

a. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya, penilaian kinerja tersebut dijelaskan, hasil pengukuran kinerja

secara periodik kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya.

b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari

yang ditetapkan dalam standar,

Penyimpangan kinerja sesungguhnya dari sasaran yang telah

ditetapkan perlu dianalisis untuk menentukan penyebab terjadinya

penyimpangan, sehingga dapat direncanakan tindakan untuk mengatasinya.

c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk

mencegah perilaku yang tidak dinginkan

Tahap terakhir dalam pengukuran kinerja adalah tindakan koreksi

untuk menegakkan perilaku yang dinginkan dan mencegah terulangnya

tindakan/perilaku yang tidak diinginkan. Penilaian kinerja ditujukan untuk

menegakkan perilaku tertentu dalam pencapaian sasaran yang telah

ditetapkan.

2.5 Metode Pengukuran Kinerja

2.5.1 Pengukuran Kinerja Konvensional

Manajemen konvensional melakukan pengukuran kinerja dengan

menggunakan ukuran keuangan, yaitu hasil laporan keuangan yang diwujudkan


14

dalam rasio keuangan antara lain likuiditas, solvabilitas, produktivitas, dan ukuran

yang lainnya (Sukardi Ikhsan,2005:8). Ukuran keuangan inilah yang dengan mudah

dilakukan pengukurannya, maka kinerja personel yang diukur adalah hanya yang

berkaitan dengan keuangan. Hal yang sulit diukur, diabaikan atau diberi nilai

kuantitatif secara sembarang. Pengukuran kinerja konvensional dilakukan dengan

membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan dengan biaya

standar sesuai dengan biaya dan karakteristik pusat pertanggungjawabannya.

Pengukuran kinerja konvensional ini, yang diukur dari :

a. Ukuran Kinerja berdasar pada Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu

perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan.

Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan

perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi,

Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas (SAK No.1,2002:5). Analisa

terhadap pos-pos neraca akan mengetahui gambaran tentang posisi keuangannya,

sedangkan analisa terhadap laporan laba ruginya akan memberikan gambaran

tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan

(Munawir,2002:1).

Manajemen konvensional ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah

ukuran keuangan, karena ukuran keuangan inilah yang dengan mudah dilakukan

pengukurannya (Mulyadi dan J. Setiawan, 2001).


15

Ukuran keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan

meliputi (Munawir, 2001).

1. Rasio Likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. Rasio ini merupakan rasio

aktiva lancar terhadap hutang piutang.

2. Rasio Leverage, yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh

hutang.

3. Rasio Aktivitas, yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan

sumber dayanya.

4. Rasio Profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan

oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

5. Rasio Pertumbuhan, yang mengukur kemampuan perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya didalam pertumbuhan ekonomi dan

industri

6. Rasio Penilaian, yang mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan

nilai dasar yang melampaui pengeluaran biaya industri.

Menurut Kaplan dan Norton (1996), pengukuran kinerja dengan

menggunakan rasio-rasio seperti di atas mempunyai kelemahan yaitu :

1) Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tak nampak (intangible asset)

dan harta-harta intelektual (SDM) perusahaan.

2) Kinerja keuangan hanya mampu bercerita sedikit masa lalu perusahaan dan

tak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.


16

b. Ukuran Kinerja Berdasarkan Pelaksanaan Kegiatan

1. Anggaran dan Realisasinya

Sebagai suatu badan usaha maka koperasi dengan sendirinya harus pula

memiliki tujuan dan prinsip ekonomi pada dirinya. Selain itu, sebagai suatu

perusahaan maka pendirian dan operasinya koperasi harus menyediakan dana

sebagai modal, baik untuk investasi maupun modal kerja atau modal

usahanya. Dalam kaitan ini perlu disusun rencana pengeluaran atau anggaran

pengeluaran, antara lain :

a) Anggaran Pendirian koperasi, seperti untuk biaya penyelenggaraan rapat,

biaya transportasi, biaya penyediaan peralatan dan perlengkapan

perkantoran, dan lain-lain.

Dalam pendirian perkumpulan koperasi dibutuhkan dana yang relatif tidak

terlalu besar dibanding anggaran operasional.

b) Anggaran operasional, seperti : biaya pembuatan surat-surat izin, termasuk

penyelesaian Badan Hukum Koperasi seta SIUP (Surat Izin Perdagangan)

dari Departemen Perdagangan. Selain itu tentu saja untuk modal kerja dan

investasi.

Setelah perkumpulan koperasi dibentuk maka selanjutnya dibutuhkan

dana guna melaksanakan misinya dan tujuan yang ditetapkan oleh rapat

anggota. Untuk ini perlu disusun rencana kerja dan Rancangan Anggaran

Belanja dan Pendapatan Koperasi baik oleh Pengurus maupun oleh Manajer

(Sudarsono & Edilius,2004:32).


17

2. Produktivitas

Menurut Sindang P Siagian yang dimaksud dengan produktivitas adalah

kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan

prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal, bahkan

mungkin maksimal.

Dalam penelitian ini, ukuran kinerja koperasi bertolak dari proses

produktivitasnya adalah dari sejauh mana koperasi mampu memperoleh laba

dari dana yang telah ditanamkan oleh koperasi selama ini. Menurut

pengukuran kinerja koperasi sesuai dengan pedoman pembinaan koperasi

Dep.Kop & PPK RI No. 20/PPK/1997, pengukuran produktivitas

menggunakan :

a). Asset Turn Over (perputaran kekayaan), yaitu perbandingan rasio

penjualan bersih terhadap total asset.

b). Profit Margin yaitu perbandingan rasio SHU terhadap total penjualan.

c). Net Earning Power (ROI) yaitu perbandingan antara rasio SHU sebelum

pajak terhadap total asset.

d). Rentabilitas Modal Sendiri (ROE) yaitu pebandingan antara rasio SHU

bersih terhadap modal sendiri.

3. Efektifitas

Efektifitas koperasi merupakan tingkat keberhasilan koperasi dalam

mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan (Modul Kep Men.Kop &

UKM,2004:48), sehingga dalam penelitian ini ukuran kinerja yang bertolak


18

dari efektifitas koperasi adalah sejauh mana koperasi mampu memenuhi

kewajiban-kewajiban terhadap anggota-anggotanya (dan masyarakat di

sekelilingnya) dengan baik, seperti pengembalian jasa yang menjadi hak

anggota, pengamanan dana-dana yang berasal dari anggota, pelayanan usaha

yang baik agar anggota terpuaskan.

2.5.2 Pegukuran Kinerja Kontemporer

Kinerja suatu perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio keuangan

selama periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangat

tergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun

laporan keuangan perusahaan. Perlu suatu alat ukur kinerja yang menunjukkan

prestasi manajemen sebenarnya dan merupakan suatu pengukuran kinerja yang dapat

mengatasi kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja konvensional. Terdapat dua

konsep pengukuran kinerja dalam pengukuran kinerja kontemporer ini (Sukardi

Ikhsan,2005:11) yaitu :

a. Economic Value Added (EVA)

b. Balance Score Card (BSC)

Kedua konsep pengukuran kinerja tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Economic Value Added (EVA)

Diperlukan suau alat ukur kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen

sebenarnya dengan tujuan untuk mendorong aktivitas atau strategi yang menambah

nilai ekonomis (value added activities) dan menghapus aktivitas yang merusak nilai
19

(non-value added activities), yaitu : dengan manajemen yang kontemporer terdapat

konsep Economic Value Added (EVA) dan Balance Score Card (BSC).

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan

perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Secara matematis,

EVA dapat dinyatakan sebagai berikut : (Stewart, 1993:224)

EVA = Operating Profits – (c* x Capital )

Keterangan :

EVA : Economic Value Added

Operating Profits : Laba operasi bersih setelah pajak

c* : Cost of Capital

Capital : Modal, terdiri dari ekuitas dan hutang.

Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu

knerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan

langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan, formulasi perhitungan EVA (Sukardi

Ikhsan,2005:12) sebagai berikut :

EVA = HP-(BB+UG+PH+BM+PJK+DIV+LTD)

Keterangan :

HP = Hasil penjualan nilai dari konsumen

BB = Bahan baku yang dibeli dari pemasok

UG = Upah atau gaji dari tenaga kerja (SDM)

PH = Penyusutan dari pembelian barang modal

BM = Biaya modal dari kreditor atau investor


20

PJK = Pajak dari pemerintah atau Negara

DIV = Dividen dari stakeholder

LTD = Laba ditahan dari perusahaan sendiri

Dari formulasi perhitungan di atas dapat diketahui seberapa besar nilai tambah

yang dapat didistribusikan kepada seluruh stakeholder perusahaan nilai dari

konsumen sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri.

b. Balance Score Card (BSC)

1) Pengertian Balance Score Card

Balance Score Card semula terdiri dari dua kata, kata benda ”score” (Olve,

dkk,1999) merujuk pada makna ”penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan

(seperti dalam permainan)”. Dalam makna yang lebih bebas, score card berarti

suatu kesadaran (bersama) dimana segala sesuatu perlu diukur. Kata ”balance” di

depan kata ”score” tersebut harus mencerminkan keseimbangan antara sekian

banyak elemen penting dalam kinerja (Olve dkk,1999:16).

Kaplan dan Norton (1997:17) menyatakan Balance Score Card adalah

kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran kerja finansial masa

lalu. Fokus pengukuran Balance Score Card untuk melaksanakan proses

manajemen kritis yaitu (Kaplan dan Norton,1996) :

a) Mengklasifikasi dan menterjemahkan visi dan strategi.

b) Mengkomunikasikan dan menghubungkan strategi objektif dan ukuran hasil.

c) Merencanakan, menetapkan target dan merumuskan strategi ionisiatif.


21

d) Meningkatkan strategi umpan balik dan pembelajaran strategi (menelaah

kembali keseluruhan proses untuk melihat adanya kekurangan dan melakukan

perbaikan).

2) Perspektif Balance Score Card

a. Perspektif Keuangan

Balance Score Card mempertahankan perspektif keuangan karena

ukuran keuangan akan memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan dan

pelaksanaannya menghasilkan konstribusi bagi keuntungan perusahaan.

Perspektif keuangan menggambarkan konsekuensi dari tindakan ekonomi

yang diambil pada perspektif yang lainnya.

Dengan demikian, perspektif keuangan merupakan fokus dari ketiga

perspektif lainnya. Setiap ukuran yang terpilih dalam Balance Score Card

harus merupakan bagian dari hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan

meningkatkan kinerja keuangan.

b. Perspektif Pelanggan

Bagian ini merupakan sumber pendapatan perusahaan, yang menjadi

salah satu komponen dari sasaran keuangan perusahaan. Karena kinerja yang

buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan dimasa depan

meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik.

Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa tolak ukur kinerja

konsumen sendiri dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama disebut


22

kelompok inti (Core Measurement Group) dan kelompok kedua disebut

kelompok penunjang (Customer Value Proposition).

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui

seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa mereka

sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan

hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin

tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Proses pembelajaran dan pertumbuhan bertujuan untuk mendorong

perusahaan menjadi organisasi belajar sekaligus mendorong pertumbuhannya.

Perspektif ini bersumber dari dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan

prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai

dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu.

2.6 Pengukuran Kinerja Koperasi

2.6.1 Tinjauan tentang Koperasi

a. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1,

menyatakan bahwa koperasi adalah badan yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan


23

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas

asas kekeluargaan.

b. Tujuan Koperasi

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian

nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur

berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar (UU RI No. 25, 1992 :

Pasal 3).

Untuk dapat mencapai tujuannya, pengelolaan koperasi harus dapat

dilakukan dengan sebaik mungkin agar bisa diharapkan menjadi koperasi

yang mampu bersaing dengan bentuk badan usaha lain sehingga bisa

mencover ekonomi masyarakat di sekelilingnya dengan baik. Dari

pengelolaan yang baik inilah maka tujuan koperasi untuk memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya akan

tercapai.

c. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 menyatakan bahwa fungsi

dan peran koperasi adalah :

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.


24

2) Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan

dan demokrasi ekonomi.

d. Prinsip Koperasi

Menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 Pasal Ayat 1, menyatakan bahwa

koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :

1) Keanggotaan bersifat sukarela.

2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil.

4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

5) Kemandirian.

6) Kerjasama antar koperasi

7) Pendidikan perkoperasian

2.6.2 Pentingnya Pengukuran Kinerja Koperasi

Pengukuran kinerja perusahaan ataupun badan usaha, seperti koperasi

adalah hal yang sangat penting dalam proses perencanaan, pengendalian serta proses

transaksional yang lain, karena dengan pengukuran kinerja pengelola koperasi dapat
25

mengetahui efektifitas dan efisiensi ”revenue cost”, pengguna assets, proses

operasional organisasi manajemen dari koperasi. Pengelola juga memperoleh

informasi manajemen yang berguna untuk umpan balik dalam rangka perbaikan

proses operasi, membantu pengambilan keputusan kebutuhan pelatihan-pelatihan

sumber daya manusia (SDM), perencanaan, dan pengendalian dalam proses

manajemen koperasi lebih lanjut (Sukardi Ikhsan,2005:5).

2.6.3 Penilaian Kinerja Koperasi dengan Tiga hal Sehat (3S) : Sehat

Organisasi, Sehat Mental, Sehat Usaha (sebelum tahun 1997)

Tiga ”S” yang dimaksud dalam hal ini ialah organisasi sehat, mental sehat,

dan usaha sehat. Pembinaan koperasi atas dasar tiga sehat ini relevan dengan tuntutan

pembaharuan oleh masyarakat pada waktu ini, dalam hal ini dapat diartikan bahwa

mental sehat ialah sehat dalam manajemen pengelolaannya, yang memperkuat daya

tahan mental koperasi untuk menolak pengaruh-pengaruh dari luar, salah satunya

untuk menghindari mentalitas korup dalam masyarakat secara horizontal maupun

vertikal yang dapat membawa pengaruh terhadap cara berpikir dan bertingkah laku

orang dalam tubuh koperasi. Sehat usaha dapat diartikan bahwa dalam menjalankan

usaha berdasar prinsip koperasi dan sepenuhnya berorientasi pada kepentingan serta

kegiatan anggota, dan selalu melibatkan anggotanya sejalan dengan pola usaha

anggotanya. Penyelesaian hal ini, tercermin dalam pelayanan serta pembagian sisa

hasil usaha (SHU) koperasi. Sehat organisasi adalah suatu struktur organisasi formal,
26

yaitu disusun atas dua pola yaitu pola federasi dan pola pusat (Ibnoe Soedjono,PIP-

DEKOPIN,1997:89-91).

2.6.4 Pengukuran Kinerja Koperasi menurut Pedoman Pembinaan Koperasi,

Departemen Koperasi & PPK RI No. 20/PPK/1997

Pengukuran Kinerja Koperasi menurut Pedoman Pembinaan Koperasi,

Departemen Koperasi & PPK RI No. 20/PPK/1997

a. Produktivitas, dapat dilihat dari beberapa ukuran, antara lain :

1) Asset Turn Over (Perputaran Asset),

Tingkat perputaran kekayaan ini digunakan untuk mengukur

kemampuan badan usaha dalam menghasilkan kembalian dari tiap perputaran

kekayaan dalam berusaha, yang dirumuskan dalam persamaan :

Total Penjualan Bersih


Asset Turn Over = x 1 kali
Total Asset

2) Profit Margin to Sale (Rasio Margin Laba terhadap Penjualan)

Rasio yang menunjukkan bahwa kemampuan tiap rupiah penjualan

menghasilkan laba, yang dirumuskan dalam persamaan :

SHU/Laba Operasional
Margin Laba = x 100%
Total Penjualan
27

3) Net Earning Power (ROI) atau Rasio Kekuatan Laba Bersih

Rasio yang menunjukkan kemampuan modal yang ditanam dalam usaha

untuk menghasilkan kembalian yang diukur dengan tingkat bunga kredit

investasi, rasio tersebut dirumuskan dengan persamaan :

SHU/Laba Sebelum Pajak


Net Earning Power = x 100%
Total Asset

4) Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri sering dinamakan rentabilitas usaha, adalah

kemampuan modal usaha untuk menghasilkan laba. Dapat dirumuskan dalam

persamaan:

SHU Bersih
Rentabilitas Modal Sendiri = x 100%
Modal Sendiri

5) Karyawan diukur dari SHU operasional terhadap total biaya karyawan.

SHU Operasional
Karyawan = x 100%
Total Belanja Karyawan

b. Efisiensi

Efisiensi adalah kondisi ketika suatu alokasi sumber daya dapat

memaksimalkan surplus total yang diterima (Mankiw,2001:171) atau usaha untuk

mencapai tujuan tanpa pemborosan bahan, tenaga, dan lain-lain yang merugikan.

Efisiensi koperasi adalah pengendalian terhadap setiap pengorbanan untuk

menghindarkan diri dari pemborosan dan atau penyimpangan yang merugikan

koperasi, karena itu prinsip ekonomi harus ditaati yaitu untuk memperoleh hasil
28

tertentu maka pengorbanan atau biaya seminimal mungkin (Kementerian Kop

UK&M,2002:35).

Aspek efisiensi dapat dilihat dari beberapa ukuran yaitu :

1) Net Operating to Income Bruto

SHU Bersih Operasional


= x 100%
Pendapatan Operasional Bruto

2) Wage and Salary to Operating Income Bruto

Total Biaya Karyawan


= x 100%
Total Biaya Operasional Bruto

Rumus di atas merupakan perbandingan antara total biaya karyawan

terhadap total pendapatan operasional bruto. Sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, standar normal untuk biaya karyawan terhadap pendapatan

operasional bruto 30%.

3) Biaya organisasi terhadap pendapatan operasional bruto,

Yaitu perbandingan antara total biaya organisasi terhadap total

pendapatan operasional bruto, untuk mengukur fungsi, peranan dan kewajiban

lembaga koperasi. Sesuai standar yang berlaku untuk biaya organisasi

terhadap pendapatan operasional bruto adalah 15%.

Total Biaya Operasional


= x 100%
Total Pendapatan Operasional Bruto
29

4) Biaya Overhead

Dengan cara membandingkan antara total overhead cost point dengan

total pendapatan operasional bruto, dengan rumus :

Total Overhead Cost


= x 100%
Total Pendapatan Operasional Bruto

c. Pertumbuhan

Indikator perkembangan atau pertumbuhan suatu usaha dapat dilihat dari

beberapa hal yaitu : volume usaha, kekayaan bersih, dan keuntungan/laba (Arifin

Sitio,2001:137).

Pertumbuhan atau perkembangan koperasi adalah indikator dari kinerja

koperasi yang terdiri dari :

1) Omzet atau Volume Usaha

Volme Usaha Koperasi adalah akumulasi dari nilai penerimaan barang

dan jasa sejak awal tahun buku sampai dengan akhir tahun buku. Aktivitas

ekonomi koperasi dapat dilihat dari besaran volume usaha koperasi itu sendiri.

Dengan cara membandingkan antara total omzet tahun ini dengan omzet tahun

sebelumnya, yaitu dengan rumus sebagai berikut :

Total Omzet Tahun Ini


= x 100%
Total Omzet Tahun Lalu

2) Net Asset

Menurut APB (Accounting Principle Board), asset adalah kekayaan

ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pembebanan yang ditunda, yang


30

dinilai, dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku (Sofyan

Syafri,2002:206). Dengan cara membandingkan antara total net asset tahun

ini terhadap net asset tahun sebelumnya, dengan rumus sebagai berikut :

Total Net Asset Tahun Ini


= x 100%
Total NetAsset Tahun Lalu

Standar yang berlaku pertumbuhan net asset dikatakan optimal jika

naik sebesar 10% atau lebih.

3) SHU/Laba Bersih

Tingkat pertumbuhan yang diukur dalam SHU ini adalah pertumbuhan

dalam perspektif keuangan yaitu pertumbuhan omzet/volume usaha, net asset

(kekayaan bersih), dan SHU, dengan cara membandingkan antara total SHU

tahun ini terhadap total SHU tahun sebelumnya, dengan rumus sebagai

berikut :

SHU Tahun Ini


= x 100%
SHU Tahun Lalu

Sesuai dengan standar ketentuan yang berlaku pertumbuhan SHU

dikatakan optimal jika naik sebesar 10% atau lebih.

(Dep.Kop PK&M,1997:22)

d. Kemampuan, dilihat dari aspek :

1) Likuiditas
31

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi segala kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo

(Riyanto,1997:25). Dengan rumus sebagai berikut :

Total Aktiva Lancar


= x 100%
Total Kewajiban Jangka Pendek

2) Solvabilitas

Merupakan rasio yang digunakan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (Riyanto,1992:32). Dengan

rumus sebagai berikut :

Total Kewajiban / Hutang


= x 100%
Total Asset Aktiva

3) Rata-rata pengumpulan piutang

Saldo Piutang x 360


= x 100%
Total Penjualan Piutang

e. Pengembalian Jasa (Cooperatif Effect)

Yaitu pengembalian jasa simpanan anggota, pengembalian jasa usaha dan

total penggunaan produk atau jasa anggota. Aspek ini dapat dilihat dari beberapa

ukuran, antara lain :

1) Pengembalian jasa anggota, dapat dilihat dari dua aspek, yaitu :

a) Jasa Modal atau Simpanan,

Total MSBA
Jasa Modal = a% x SHU
Total MS
32

Keterangan :

a% = Bagian % SHU menurut ketentuan %

MSBA = Total Modal Swadaya yang berasal dari anggota

b) Pengembalian Jasa Anggota Jasa Usaha

Total Transaksi Anggota


= b% x SHU
Total Penjualan / Pembelian

Keterangan :

b% = bagian SHU menurut ketentuan Anggaran Dasar

c) Total Volume Usaha dengan Anggota dibandingkan total volume usaha

anggota dan non anggota,

Total Penjualan / Pembelian Anggota


= x 100%
Total Penjualan / Pembelian Seluruh Anggota

2) Pendidikan atau Pelatihan kepada Anggota, yaitu biaya pelatihan atau

pendidikan dianggarkan dan direalisasikan dari rencana,

Rencana
Rumus =
Realisasi

2.6.5 Penilaian Kinerja Koperasi menurut Kep. Menteri No.

194/KEP/M/IV/1998, mengenai Penilaian Kesehatan KSP /USP (Usaha

Simpan Pinjam)

Unit simpan pinjam adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha

simpan pinjam sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.
33

Menurut buku petunjuk pelaksanaan penilaian kesehatan KSP dan USP

Kep.Men.Kop & PPK No. 194/KEP/M/IV/1998, 2001 hal. 129, tentang pelaksanaan

penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam, penilaian

tersebut untuk mengetahui tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan

Unit Simpan Pinjam (USP) apakah dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan

tidak sehat, dilakukan bobot penilaian sesuai besarnya pengaruh terhadap kesehatan

koperasi tersebut, penilaian aspek dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit

yang dinyatakan dalam angka dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100.

Tabel bobot penilaian terhadap aspek dari komponen tersebut


ditetapkan sebagai berikut :

No Aspek yang dinilai Komponen Bobot


Penilaian

1. Permodalan a. Rasio Modal Sendiri terhadap total 10 20


Asset
b. Rasio Modal Sendiri terhadap 10
Pinjaman diberikan yang beresiko
2. Kualitas aktiva Produktif a. Rasio Volume pinjaman pada 10 30
Anggaran terhadap Total Volume
Pinjaman yang diberikan
b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah 10
terhadap Pinjaman diberikan
c. Rasio Cadangan Risiko terhadap
Risiko Pinjaman Bermasalah 10
3. Manajemen a. Permodalan 5 25
b. Aktiva 5
c. Pengelolaan 5
d. Rentabilitas 5
e. Likuiditas 5
4. Rentabilitas a. Rasio SHU sebelum Pajak terhadap 5 15
Pendapatan Operasional
b. Rasio SHU sebelum Pajak terhadap
Total Asset 5
c. Rasio Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional 5
5. Likuiditas Rasio Pinjaman yang Diberikan terhadap 10 10
dana yang diberikan
34

(Sumber : Buku petunjuk pelaksanaan penilaian kesehatan KSP dan USP

Kep.Men.No.194/KEP/M/IV/1998 (2001:131)

Untuk penetapan kesehatan usaha simpan pinjam dilakukan, setelah

perhitungan penilaian terhadap lima komponen sebagaimana dimaksud pada 1 sampai

dengan 5 di atas, sehingga diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud

dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP/USP yang dibagi

dalam empat golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.

Tabel Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP/USP

SKOR PREDIKAT

81 - 100 SEHAT

66 - < 81 CUKUP SEHAT

51 - < 66 KURANG SEHAT

0 - < 51 TIDAK SEHAT

(Sumber : Buku Petunjuk pelaksanan penilaian kesehatan KSP & USP Kep. Men.

Koperasi dan PPK No. 194/KEP/M/IV/1998,2001:140).

2.6.6 Penilaian kinerja Koperasi Kep. Menteri No. 129

KEP/M/KUKM/XI/2002, menurut Pedoman Klasifikasi Koperasi

Klasifikasi koperasi adalah kegiatan untuk menilai kondisi atau kinerja

suatu koperasi dalam suatu periode tertentu, dengan menggunakan kriteria atau

standar penilaian yang ditetapkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Tujuan

klasifikasi koperasi adalah mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu,
35

menetapkan peringkat kualifikasi koperasi, dan mendorong koperasi agar menetapkan

prinsip-prinsip koperasi serta kaidah bisnis yang sehat. Menurut buku pedoman

klasifikasi koperasi & UKM RI,2003:hal 4-5, pelaksanaan klasifikasi koperasi

didasarkan kepada penilaian terhadap penjabaran pelaksanaan prinsip-prinsip

koperasi, yaitu terdiri dari :

a. Keanggotaan Sukarela dan Terbuka, yaitu keanggotaan koperasi diperbolehkan

bagi semua orang sejauh memiliki kepentingan dan tujuan ekonomi yang sama

dan dapat dilayani koperasi tanpa diskriminasi jender, sosial, rasial, politik atau

agama. Dengan substansi penilaian yaitu :

1) Rasio Pertumbuhan Anggota, dengan kriteria aspek rasio peningkatan

jumlah anggota.

2) Rasio pencatatan keanggotaan dalam Buku Daftar Anggota

b. Pengendalian oleh Anggota Secara Demokratis, yaitu pengelolaan dilakukan

secara demokratis oleh anggota dan anggota secara aktif berpartisipasi dalam

menetapkan kebijakan dan keputusan koperasi, dengan substansi penilaian

sebagai berikut :

1) Pelaksanaan RAT, dengan kriteria aspek penyelenggaraan RAT tepat waktu,

2) Rasio kehadiran anggota dalam RAT, dengan kriteria aspek quorum RAT

sesuai dengan AD/ARTnya,

3) Pengesahan RK dan RAPB, dengan kriteria aspek RK dan RAPB disahkan

dan dilaksanakan pada RAT,


36

4) Realisasi Anggraran Pendapatan Koperasi, dengan kriteria aspek rasio

realisasi anggaran pendapatan terhadap rencana anggaran (50%-100%),

5) Realisasi Anggaran Belanja Koperasi, dengan kriteria aspek rasio realisasi

anggaran Biaya terhadap rencana anggaran (50%-100%),

6) Realisasi Surplus Hasil Usaha Koperasi, dengan kriteria aspek rasio realisasi

anggaran SHU terhadap rencana anggaran (50%-100%),

7) Audit Keuangan, dengan kriteria aspek : adanya pengawasan intern oleh

pengawas, dan pengawasan ekstern oleh KAP (Kantor Akuntan Publik).

c. Partisipasi Ekonomi Anggota, yaitu anggota menyumbang secara adil terhadap

bagi modal koperasi dan mengendalikan secara demokratis.

Substansi penilaian :

1) Rasio Pelunasan Simpanan Pokok Anggota.

Dengan kriteria aspek rasio simpanan pokok yang dibayar terhadap yang

seharusnya dibayar lunas (50%-100%).

2) Rasio Pelunasan Simpanan Wajib Anggota.

Dengan kriteria aspek rasio simpanan wajib yang dibayar terhadap yang

seharusnya dibayar lunas (50%-100%).

3) Keterkaitan usaha dengan kegiatan anggota, dengan kriteria aspek rasio

usaha yang dikelola koperasi terkait dengan usaha anggota terhadap usaha

koperasi (50%-90%).
37

4) Transaksi Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota, dengan kriteria aspek

yaitu rasio transaksi kepada anggota terhadap total transaksi seluruh

koperasi (50%-90%).

5) Rasio Pelunasan Piutang, dengan kriteria aspek kemampuan koperasi dalam

menagih piutang (12-24 hari).

d. Otonomi dan Kemandirian, yaitu koperasi secara mandiri membangun dan

dikendalikan oleh anggota-anggotanya. Dengan substansi penilaian :

1) Rentabilitas Modal Sendiri, dengan aspek penilaian rasio SHU terhadap

modal sendiri (1%-7%),

2) Return on Asset (ROA), dengan kriteria aspek penilaian rasio SHU terhadap

asset (0%-7%),

3) Asset Turn Over (ATO), dengan kriteria aspek penilaian rasio volume usaha

terhadap asset (1x s/d 3,5x),

4) Profitabilitas, dengan kriteria aspek penilaian yaitu : rasio SHU terhadap

pendapatan bruto (1%-15%),

5) Likuiditas, dengan kriteria aspek penilaian yaitu rasio aktiva lancar (125%-

200%),

6) Solvabilitas, dengan kriteria aspek penilaian yaitu rasio aktiva terhadap total

hutang (90%-130%),

7) Modal Sendiri/Equity (MS) terhadap utang, dengan kriteria aspek penilaian

yaitu rasio modal sendiri terhadap total hutang (10%-15%).


38

e. Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi, yaitu koperasi menyelenggarakan

pendidikan dan latihan bagi anggota pengurus, manajer dan karyawan, sehingga

mereka dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi perkembangan

koperasi. Dengan substansi penilaian :

1) Pendidikan/Pelatihan Anggota, dengan kriteria aspek penilaian kesempatan

pendidikan atau pelatihan bagi anggota terencana dan terealisasikan,

2) Pendidikan/Pelatihan Pengurus, dengan kriteria aspek penilaian kesempatan

pendidikan atau pelatihan bagi pengurus, pengelola, dan pengawas secara

terencana dan terealisasi,

3) Penerangan dan Penyuluhan, dengan kriteria aspek penilaian melaksanakan

kegiatan penerangan dan penyuluhan,

4) Ketersediaan Media Informasi

5) Alokasi Dana Pendidikan.

f. Kerjasama Diantara Koperasi-koperasi, yaitu koperasi mampu memberikan

pelayanan secara efektif kepada anggotanya dan memperkuat koperasi dengan

bekerja sama melalui struktur-struktur lokal, regional, nasional, dan

internasional. Dengan substansi penilaian :

1) Kerjasama usaha secara horizontal, dengan kriteria aspek penilaian

kerjasama antar koperasi,

2) Kerjasama usaha secara Vertikal, dengan kriteria aspek penilaian kerjasama

antar koperasi primer dengan sekunder,


39

3) Manfaat kerjasama, dengan kriteria aspek penilaian meningkatkan efisiensi

volume usaha.

g. Kepedulian Terhadap Komunitas, yaitu koperasi bekerja bagi pembangunan

yang berkesinambungan dari komunitas-komunitas mereka melalui kebijakan

yang disetujui anggotanya. Dengan substansi penilaian :

1) Penyerapan tenaga kerja,

2) Penerimaan Negara (pajak, retribusi),

3) Alokasi dana pembangunan daerah kerja, dengan kriteria aspek penilaian

tersedianya dana untuk pembangunan daerah kerja dari SHU.

(Kep. Men. Koperasi No. 129/Kep/M/KUKM/XI/2002).

2.7 Peran Pemerintah dalam Koperasi

Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan soko guru perekonomian nasional,

pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi. Oleh karena itu,

pemerintah berperan dalam memberikan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha

bagi koperasi. Dalam pelaksanaan pembinaan, perlindungan, dan peluang usaha

tersebut, koperasi perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

pemerintah (SAK No. 27,2002 : 27, 2).

Ketentuan-ketentuan tesebut diantaranya tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992, pasal 60, pasal 61, pasal 62, pasal 63 dan pasal 64 BAB XII

tentang pembinaan, dalam pasal 60 ayat (1) dikatakan bahwa pemerintah

menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan


40

serta pemasyarakatan koperasi, serta dalam ayat (2) pemerintah memberikan

bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada koperasi. Dengan ketentuan

tersebut, pemerintah memiliki landasan yang jelas dan kuat untuk melaksanakan

peranannya dalam menetapkan kebijakan pembinaan yang diperlukan guna

mendorong pertumbuhan, perkembangan, pemasyarakatan koperasi. Sesuai dengan

prinsip kemandirian, pembinaan tersebut dilaksanakan tanpa mencampuri urusan

internal organisasi koperasi.

Pemberian bimbingan, kemudahan, dan perlindungan oleh pemerintah

merupakan upaya pengembangan koperasi yang dilaksanakan melalui penetapan

kebijaksanaan, penyediaan fasilitas (fasilitator), dan konsultasi yang diperlukan agar

koperasi mampu melaksanakan fungsi dan perannya serta dapat mencapai tujuannya.

Dengan demikian menjadi kewajiban dari seluruh aparatur pemerintah, baik pusat

maupun di daerah untuk melakukan upaya dalam mendorong pertumbuhan,

perkembangan, dan pemasyarakatan koperasi. Pembinaan terhadap koperasi

dilakukan oleh pejabat di lingkungan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah yaitu sebagai instansi pemerintah yang berkedudukan baik di tingkat pusat

maupun daerah. Pembinaan ini dimaksudkan agar pengelolaan koperasi dilakukan

secara baik sehingga menumbuhkembangkan usaha koperasi dan kepercayaan dari

pihak-pihak terkait, seperti anggota dan calon anggota, koperasi lain dan atau

anggotanya.

Pejabat di lingkungan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

yang melaksanakan pembinaan terhadap koperasi, mempunyai tugas sebagai berikut :


41

1. Memantau perkembangan koperasi secara berkala melalui laporan keuangan

koperasi yang bersangkutan,

2. Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh baik yang menyangkut organisasi

maupun usahanya, termasuk pelaksanaan program pembinaan anggota,

3. Melakukan penilaian kesehatan koperasi.

(Deputi Kelembagaan Koperasi & UKM,2004:110)

Dalam pasal 62, Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan juga

bahwa dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi,

pemerintah :

1. Membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi

anggotanya.

2. Mendorong, mengembangkan dan membantu pelaksanaan pendidikan,

pelatihan, penyuluhan, dan penelitian perkoperasian.

3. Memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan koperasi serta

mengembangkan lembaga keuangan koperasi.

4. Membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama saling

menguntungkan antara koperasi.

5. Memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang

dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar dan

Prinsip Koperasi.
42

2.8 Kerangka Berpikir

Pengukuran kinerja perusahaan maupun badan usaha seperti koperasi adalah

hal yang sangat penting karena dengan pengukuran kinerja pengelola dapat

mengetahui efektivitas dan efisiensi revenue cost, penggunaan asset, proses

operasional manajemen dari koperasi (Sukardi Ikhsan, 2005:5). Pengukuran kinerja

untuk memotivasi karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi dan dalam mematuhi

standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan

hasil yang diinginkan (Siegel & Marconi, 1989:199).

Pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UKM telah memberikan konsep

penilaian kinerja koperasi salah satunya yaitu Pedoman Klasifikasi Koperasi

(Kep.Men. 129/Kep/M/KUKMI/XI/2002). Ada 7 aspek dalam kriteria atau standar

penilaian ini yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka dengan indikator rasio

peningkatan jumlah anggota dan rasio pencatatan keanggotaan dalam buku daftar

anggota ; Pengendalian oleh anggota secara demokratis dengan indikator

penyelenggaraan RAT, Rasio Kehadiran Anggota, Rencana Kerja dan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi, realisasi anggaran pendapatan koperasi,

realisasi anggaran biaya koperasi, realisasi surplus hasil usaha koperasi, dan

pemeriksaan ; Partisipasi ekonomi anggota dengan indikator pelunasan simpanan

pokok dan simpanan wajib anggota keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota,

pengembalian piutang ; Otonomi dan kemandirian dengan indikator rentabilitas

ekonomi, return on asset, assets turn over, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas,

modal sendiri terhadap piutang ; Pendidikan dan pelatihan dengan indikator


43

pendidikan bagi anggota dan pengelola koperasi, penerangan dan penyuluhan, media

informasi, tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan ; Kerjasama

dengan koperasi lain dengan indikator kerjasama secara horisontal dan vertikal,

manfaat kerjasama ; Kepedulian terhadap komunitas dengan indikator penyerapan

tenaga kerja, pembayaran pajak dan dana pembangunan daerah kerja.

Hambatan yang dihadapi selama ini adalah pengukuran kinerja KPRI di

Kabupaten Pemalang selama ini hanya menitikberatkan pada aspek keuangan yang

berorientasi pada keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan

kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Dalam mengukur kinerja

keuangan tersebut, di KPRI Kabupaten Pemalang menggunakan metode Rentabilitas,

Likuiditas, dan solvabilitas. Selain itu, peran pemerintah dalam hal ini melalui Dinas

Koperasi masih kurang maksimal, misal Dinas Koperasi tidak mensosialisasikan

mengenai aturan pengukuran kinerja koperasi secara berkala dan teratur


44

Dari uraian di atas, kerangka berpikir akan digambarkan dengan bagan

sebagai berikut :

Keanggotaan
sukarela dan
terbuka

Pengendalian
oleh anggota
secara Hambatan
demokratis

Konsep
Partisipasi
ekonomi
Pengukuran
Kinerja
Pedoman
Klasifikasi Permasalahan Kinerja
Pendidikan & Koperasi
pelatihan Koperasi
(Kep Men
129/Kep/M/
Kerja-sama KUKM/IX/
diantara 2002)
koperasi-
koperasi
Implementasi

Otonomi &
kemadirian

Kepedulian
terhadap
komunitas
45

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan teknik atau prosedur yang sangat penting dalam

keseluruhan rancangan dan pelaksanaan penelitian dengan metode penelitian,

pekerjaan penelitian akan lebih terarah sebab metode penelitian bermaksud

memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana penelitian

dilakukan oleh peneliti. Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai

tujuan tertentu. Keberhasilan penelitian tergantung dari metode yang digunakan. Agar

suatu kegiatan penelitian diperoleh hasil yang baik, maka diperlukan metode atau

teknik ilmiah yang terencana dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang : jenis penelitian,

populasi, sampel, variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan karakteritik masalahnya, jenis penelitian yang

dilaksanakan adalah termasuk jenis penelitian deskriptif yang merupakan penelitian

terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan dari

penelitian ini yaitu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari

subyek yang diteliti. Sedangkan berdasarkan jenis datanya, penelitian ini

diklasifikasikan kedalam penelitian arsip (archival research) yang merupakan

penelitian terhadap fakta yang tertulis (dokumen) dan berupa arsip data. Dokumen

45
46

atau arsip data yang diteliti berdasarkan sumbernya dapat berasal dari data internal,

yaitu dokumen, arsip, ataupun catatan orisinil yang diperoleh dari suatu organisasi

atau berasal dari data eksternal, yaitu publikasi data diperoleh melalui orang lain

(Arikunto,1996).

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengurus dan laporan

keuangan dari Koperasi pegawai Republik Indonesia (KPRI) yang ada di Kabupaten

Pemalang. Adapun ukuran populasinya sebesar 64 KPRI.

3.3 Sampel

Sampel harus mencerminkan populasi sehingga generalisasi terhadap sampel

akan dipergunakan dalam penelitian, dengan kata lain sampel harus representatif.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil untuk penelitian ini

adalah KPRI di Kabupaten Pemalang sebanyak 20 KPRI. Adapun kriteria sampel

yang termasuk dalam kategori penelitian ini adalah :

1. KPRI yang menjadi anggota PKPRI se-Kabupaten Pemalang

2. KPRI tersebut telah melaksanakan RAT tutup buku 2005 dan mengeluarkan

laporan keuangan setiap tahun, dengan dasar periode tahun kalender tanggal

31 Desember
47

3. Melakukan evaluasi kinerja secara terus menerus sehingga dapat

diperbandingkan kinerjanya selama tahun pengamatan 2003-2005.

4. Kebijakan dari PKPRI se-Kabupaten Pemalang.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian atau

penelitian (Arikunto,2002:96). Variabel-variabel penelitian yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

a. Variabel untuk menilai penerapan pengukuran kinerja koperasi sesuai dengan

KEP. MEN. NO. 129 KEP/M/KUKM/XI/2002 Pedoman Klasifikasi Koperasi,

dengan indikator :

1) Keanggotaan sukarela dan terbuka, dengan ketentuan :

a) Rasio peningkatan jumlah anggota,

b) Rasio pencatatan keanggotaan dalam buku daftar anggota.

2) Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis, dengan ketentuan :

a) Penyelenggaraan RAT,

b) Rasio kehadiran anggota dalam RAT,

c) Rencana kegiatan (RK) dan rencana anggaran pendapatan dan Belanja

koperasi (RAPB),

d) Realisasi anggaran pendapatan koperasi,

e) Realisasi anggaran biaya koperasi,


48

f) Realisasi surplus hasil usaha koperasi,

g) Pemeriksaan.

3) Partisipasi ekonomi anggota,

a) Pelunasan simpanan pokok (SP) anggota,

b) Pelunasan simpanan Wajib (SW) anggota,

c) Keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota,

d) Transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota,

e) Pengembalian piutang

4) Otonomi dan kemandirian,

a) Rentabilitas Modal Sendiri,

b) Return on Asset (ROA),

c) Asset Turn Over (ATO),

d) Profitabilitas,

e) Likuiditas,

f) Solvabilitas,

g) Modal sendiri/Equity (MS) terhadap utang.

5) Pendidikan dan Pelatihan, dengan ketentuan :

a) Pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi,

b) Pendidikan dan pelatihan bagi pengelola koperasi,

c) Penerangan dan penyuluhan,

d) Tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan.

e) Tersedianya media informasi


49

6) Kerjasama diantara koperasi-koperasi, dengan ketentuan :

a) Kerjasama usaha secara horizontal,

b) Kerjasama secara vertikal,

c) Manfaat kerjasama.

7) Kepedulian terhadap komunitas, dengan ketentuan :

a) Penyerapan Tenaga Kerja,

b) Pembayaran pajak cukai/retribusi

c) Dana pembangunan daerah kerja.

b. Variabel persepsi pengurus terhadap pengukuran kinerja koperasi, dengan

indikator :

1) Pengetahuan pengurus tentang pengukuran kinerja koperasi,

2) Pendidikan dan motivasi pengurus tentang pengukuran kinerja koperasi,

3) Pemahaman pengurus terhadap aturan pengukuran kinerja dari Departemen

koperasi atau Kementerian Koperasi,

c. Variabel persepsi KPRI atas peran serta pemerintah dalam pengukuran kinerja

koperasi, dengan indikator :

1) Sosialisasi aturan pengukuran Kinerja dari Dinas Kopeasi,

2) Sosialisasi pengukuran kinerja koperasi oleh Dinas Koperasi,

3) Pendidikan dan pelatihan tentang Pengukuran Kinerja koperasi dari Dinas

Koperasi.
50

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data menurut sifatnya

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan atau angka. Dalam

penelitian ini data kuantitatif yang digunakan adalah laporan keuangan yang

meliputi neraca dan laporan laba rugi 20 KPRI di Kabupaten Pemalang tahun

2005.

2. Jenis data menurut sumbernya

a Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data oleh

penyidik untuk tujuan penelitian. Data primer dalam penelitian ini berasal

dari jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh pengurus di 20 KPRI se-

Kabupaten Pemalang.

b Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan,

dilaporkan oleh orang lain yang berada di luar penyidik itu sendiri. Data

yang diperoleh berupa :

• Data laporan keuangan atau neraca di Kabupaten Pemalang tahun 2005,

ƒ Data laporan laba rugi 20 KPRI di Kabupaten Pemalang tahun 2005.


51

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yang digunakan bagi metode pengumpul data dengan

jalan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto,1996:48).

3.6.2 Metode Kuesioner (angket)

Prosedur pengumpulan data dengan kuesioner, yang disampaikan kepada

KPRI yang menjadi sampel baik secara contact person maupun dikirim melalui pos

pengumpulan data melalui contact person dengan menjadikan individu sebagai

jaringan untuk menyebarkan kuesioner pada responden lain. Pengiriman melalui pos

dilakukan jika pada KPRI tersebut tidak terdapat contact person. Kedua cara tersebut

dilakukan untuk mengharapkan tingkat kembalian (respon rate) kuesioner yang

tinggi.

Kuesioner didesain terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, berisi deskripsi

responden, merupakan uraian responden secara demografis. Bagian kedua, terdiri dari

instrumen pertanyaan yang mengkonstruksikan variabel penelitian. Bagian kedua ini

berisi pertanyaan dengan jawaban menggunakan skala Ordinal (Sugiono,2002:107).

Alternatif jawaban yang disediakan pertanyaan meliputi sebagai berikut :

a. Apabila dijawab 1 berarti Tahu/Selalu diberi skor 4

b. Apabila dijawab 2 berarti Ragu-ragu/Pernah diberi skor 3

c. Apabila dijawab 3 berarti Tidak Tahu/Ragu-ragu diberi skor 2


52

d. Apabila dijawab 4 berarti Sangat Tidak Tahu/Tidak Pernah diberi skor 1

3.6.3 Wawancara

Wawancara sebagai pendukung dan pelengkap dari metode dokumentasi.

3.7 Validitas dan Reliabilitas

3.7.1.Validitas

Validitas yaitu suatu alat yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Sofyan, 1995:124).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r

tabel. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari pada

nilai r tabel dengan menggunakan level signifikan 5%. Untuk mengetahui

validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment oleh Pearson

sebagai berikut :
N ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah sampel

X = Nilai variabel X

Y = Nilai variabel Y
53

Kesesuaian harga rhitung yang diperoleh dari perhitungan dengan rumus

validitas dikonsultasikan dengan tabel, harga r Produck Moment untuk N = 16

pada taraf kesalahan 5% diperoleh harga rtabel sebesar 0.479 sedangkan rhitung

tampak pada tabel 3.

Sedangkan untuk uji validitas pada variabel persepsi pengurus

terhadap pengukuran kinerja koperasi dan persepsi KPRI atas peran

pemerintah dalam pengukuran kinerja koperasi diperoleh hasil seperti

pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Persepsi Pengurus Terhadap Pengukuran Kinerja Koperasi

Variabel No. Soal rhitung rtabel Kriteria


a. Pengetahuan pengurus 1 0.554 0.479 Valid
terhadap pengukuran 2 0.608 0.479 Valid
kinerja Koperasi 3 0.632 0.479 Valid
4 0.568 0.479 Valid
5 0.809 0.479 Valid
6 0.786 0.479 Valid
b.Pendidikan dan 1 0.809 0.479 Valid
Motivasi pengurus 2 0.510 0.479 Valid
terhadap pengukuran 3 0.852 0.479 Valid
kinerja Koperasi 4 0.838 0.479 Valid
c. Pemahaman pengurus 1 0.763 0.479 Valid
terhadap pengukuran 2 0.627 0.479 Valid
kinerja Koperasi 3 0.754 0.479 Valid
4 0.589 0.479 Valid
Sumber: data yang diolah
54

Tabel 3.2
Persepsi KPRI Atas Peran Pemerintah Dalam Pengukuran Kinerja Koperasi
Variabel No. rtabel
rhitung Krite-ria
Soal
d. Sosialisasi aturan 1 0.564 0.479 Valid
kinerja dari dinas 2 0.644 0.479 Valid
koperasi 3 0.766 0.479 Valid
4 0.785 0.479 Valid
e. Sosialisasi pengukuran 1 0.741 0.479 Valid
kinerja koperasi dari 2 0.686 0.479 Valid
dinas koperasi 3 0.556 0.479 Valid
4 0.703 0.479 Valid
5 0.655 0.479 Valid
f. Pendidikan dan 1 0.833 0.479 Valid
pelatihan pengukuran 2 0.724 0.479 Valid
kinerja koperasi oleh 3 0.831 0.479 Valid
dinas koperasi 4 0.822 0.479 Valid
5 0.875 0.479 Valid
Sumber: data yang diolah

3.7.2.Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Berbagai teknik mencari realibilitas dapat

digunakan dengan rumus Spearman-Brown atau teknik ini juga disebut teknik

belah dua (Arikunto, 2002:154).

Dalam penelitian ini reliabilitas kemudian diukur dengan rumus

Spearman-Brown (teknik belah dua) hal ini karena sampelnya bedistribusi

normal atau pengambilan random samplingnya relative homogen sehingga

sample dianggap sama. Rumus yang digunakan adalah berikut (Arikunto,

2002:156).
55

2 x r1/21/2
r11 =
(1 + r1/21/2 )

Dimana:

N ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )
r1/21/2 =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
}
Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r 1 / 21 / 2 = r xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan

instrumen

Kriteria pengukuran reliabilitas Spearman-Brown (teknik belah dua), yaitu

apabila r11 > rtabel, maka angket tersebut reliabel, kemudian untuk selanjutnya

memakai alat bantu dengan program SPSS.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman-

Brown, instrumen yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut berikut.

Tabel 3.3
Persepsi Pengurus Terhadap Pengukuran Kinerja Koperasi
Variabel r11 rtabel Kesimpulan
1. Pengetahuan pengurus
terhadap pengukuran kinerja
Koperasi 0.727 0.479 Reliabel
2. Pendidikan dan Motivasi
pengurus terhadap
pengukuran kinerja Koperasi 0.899 0.479 Reliabel
3. Pemahaman pengurus
terhadap pengukuran kinerja
Koperasi 0.903 0.479 Reliabel
Sumber: data yang diolah
56

Tabel 3.4
Persepsi KPRI Atas Peran Pemerintah Dalam Pengukuran Kinerja Koperasi
Variabel r11 rtabel Kesimpulan
4. Sosialisasi aturan kinerja
dari dinas koperasi 0.811 0.479 Reliabel
5. Sosialisasi pengukuran
kinerja koperasi dari
dinas koperasi 0.948 0.479 Reliabel
6. Pendidikan dan pelatihan
pengukuran kinerja
koperasi oleh dinas 0.807 0.479 Reliabel
koperasi
Sumber: data yang diolah

3.8 Metode Analisis Data

Metode Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data mengenai

persepsi pengurus terhadap pengukuran kinerja koperasi dan persepsi KPRI atas

peran serta pemerintah dalam pengukuran kinerja koperasi. Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode Distribusi Frekuensi yaitu

menganalisis data dengan melihat distribusi jawaban responden dalam menjawab

kuesioner (angket) yang telah disebarkan pada saat penelitian untuk mengetahui dan

menganalisis data mengenai persepsi pengurus terhadap pengukuran kinerja koperasi

dan persepsi KPRI atas peran serta pemerintah dalam pengukuran kinerja koperasi

serta untuk mengetahui penerapan pengukuran kinerja koperasi sesuai dengan

Pedoman Klasifikasi Koperasi.


57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Demografi Responden KPRI

Koperasi merupakan badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip

koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada

khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Tujuan utama dari

koperasi adalah untuk mensejahterakan anggotanya, akan tetapi bukan berarti

mengesampingkan masalah keuntungan. Selayaknya sebuah badan usaha yang

lain, keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya badan usaha. Namun dalam

badan usaha koperasi keuntungan bukan merupakan tujuan utama, melainkan

salah satu dari beberapa tujuan koperasi dalam bidang materi. Koperasi Pegawai

Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Pemalang yang terdaftar dalam PKPRI

Kabupaten Pemalang ada 64 yang bergerak dalam bidang usaha pertokoan,

wartel, simpan pinjam, dan sebagainya. Teknik yang digunakan dalam

pengambilan sampel ini adalah purposive sampling yaitu cara mengambil subyek

bukan didasarkan atas strata random atau daerah tetapi didasarkan tujuan.

Berdasarkan hasil penelitian, berikut disajikan nama-nama Koperasi

Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Pemalang yang terpilih

menjadi sampel penelitian beserta jumlah responden yang berhasil diteliti:

57
58

Tabel 4.1
KPRI yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Nama Koperasi Jumlah


Responden
1. KPRI Dipenda 2
2. KPRI Kopper 2
3. KPRI Koppen 2
4. KPRI Harapan 2
5. KPRI Sukses 2
6. KPRI Kesejahteraan 2
7. KPRI Bhakti Karya 2
8. KPRI Pamungkas 2
9. KPRI Handayani 2
10. KPRI Koperda 2
11. KPRI Andalan 2
12. KPRI Ikhlas 2
13. KPRI Tirta Guna 2
14. KPRI Karper 2
15. KPRI Kesatuan 2
16. KPRI Semangat 2
17. KPRI Guyup 2
18. KPRI Dirgahayu 2
19. KPRI Setia 2
20. KPRI Bahagia 2
Jumlah 40
Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa KPRI Kabupaten

Pemalang yang menjadi sampel penelitian berjumlah 20 KPRI dan yang terpilih

menjadi responden untuk masing-masing KPRI berjumlah 2 orang, sehingga

jumlah responden seluruhnya menjadi 40 orang. Setiap KPRI mempunyai tujuan

untuk mensejahterakan anggotanya dan untuk mencari keuntungan sebagaimana


59

layaknya badan usaha yang lain. Adapun kriteria koperasi yang menjadi sampel

penelitian ini adalah :

1. Kebijakan dari PKPRI se-Kabupaten Pemalang

2. KPRI tersebut telah melaksanakan tutup buku 2005

3. KPRI tersebut telah mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun dengan

dasar periode tahun kalender tanggal 31 Desember, dan

4. Melakukan evaluasi kinerja secara terus menerus selama tahun pengamatan

2004-2005

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Untuk mengetahui kinerja dari Primer KPRI anggota PKPRI Kabupaten

Pemalang, peneliti menggunakan metode analisa data distribusi frekuensi untuk

mengetahui :

a. Penilaian Pengukuran Kinerja Koperasi sesuai dengan Keputusan Menteri No.

129 Kep/M/KUKM/XI/2002 mengenai pedoman Klasifikasi Koperasi

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui penilaian kinerja

koperasi menurut Kep.Men. No. 129 Kep/M/KUKM/XI/2002 Pedoman

klasifikasi koperasi, yaitu analisa data kuantitatif. Adapun hasil penelitian

sebagai berikut :
60

1) Komponen Keanggotaan Sukarela dan Terbuka

Komponen keanggotaan sukarela dan terbuka dihitung dari rasio

peningkatan jumlah anggota dan rasio pencatatan keanggotaan dalam daftar

buku anggota.

a) Rasio Peningkatan Jumlah Anggota

Rasio peningkatan jumlah anggota didasarkan pada pertumbuhan

jumlah anggota, seperti terlihat pada tabel 4.8 di bawah ini :

Tabel 4.2
Rasio Peningkatan Jumlah Anggota

Kriteria f % Skor
Meningkat > 10% 0 0 100
Meningkat antara 5% - 9% 0 0 75
Meningkat 0% - 4% 4 20 50
Tidak ada peningkatan 16 80 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan pada tabel 4.8 di atas sebesar 80% atau 16 KPRI tidak

mengalami peningkatan jumlah anggotanya, dan 20% atau 4 KPRI meningkat

0% - 4%.

b) Rasio Pencatatan Keanggotaan Dalam Daftar Buku Anggota

Rasio pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota didasarkan

pada perbandingan antara jumlah anggota tercatat dengan jumlah anggota

yang sebenarnya. Hasil pencatatan rasio ini dapat dilihat pada tabel berikut ini

:
61

Tabel 4.3
Rasio pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota

Kriteria f % Skor
85 - 100% 20 100 100
70% - 84% 0 0 75
50% - 69% 0 0 50
< 50% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Dari data diatas dapat diketahui sebesar 100% atau 20 KPRI memiliki

rasio pencatatan keanggotaan dalam buku daftar anggota 85% sampai dengan

100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PKPRI Kabupaten Pemalang

secara rutin melakukan pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota.

Secara umum kinerja KPRI Kabupaten Pemalang pada komponen

keanggotaan sukarela dan terbuka dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.4
Keanggotaan sukarela dan terbuka

Interval f % Kriteria
85 – 100 0 0 Sangat Baik
70 – 84 4 20 Baik
55 – 69 0 0 Cukup Baik
< 55 16 80 Kurang Baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah anggota

kurang mengalami peningkatan meskipun pencatatan anggota sudah dilakukan

secara teratur, ditunjukkan dengan nilai sebesar 80% atau 16 KPRI berkriteria

kurang baik.
62

2) Pengendalian Anggota Secara demokratis

Dalam menjalankan kegiatannya koperasi telah memegang prinsip

koperasi yang kedua mengenai pengelolaan secara demokratis, sehingga hal

tersebut masuk dalam pengukuran kinerja koperasi mengenai pengendalian

anggota secara demokratis. Dimana Komponen pengendalian anggota secara

demokratis terdiri dari tujuh sub komponen yaitu :

a) Penyelenggaraan RAT

Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang baik dilaksanakan tepat waktu

sesuai dengan aturan yaitu sebelum bulan maret. Untuk lebih jelasnya

mengenai penyelenggaraan RAT KPRI Kabupaten Pemalang dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4
Penyelenggaraan RAT

Kriteria f % Skor
< Maret 20 100 100
April - Mei 0 0 75
Juni - Juli 0 0 50
> Juli atau tidak ada RAT 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan data di atas, sebanyak 20 KPRI atau 100% telah

melaksanakan Rapat Anggota Tahunan kurang dari bulan Maret. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa KPRI di Kabupaten Pemalang telah

menyelenggarakan RAT tepat pada waktunya.


63

b) Rasio Kehadiran Anggota dalam RAT

Rasio kehadiran anggota dalam RAT dapat dilihat dari memenuhi

tidaknya syarat quorum sesuai dengan AD/ART koperasi yang bersangkutan.

Rasio tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5
Rasio Kehadiran anggota dalam RAT
Kriteria f % Skor
Melebihi quorum 20 100 100
Memenuhi quorum 0 0 75
Memenuhi quorum setelah penundaan 0 0 50
Tidak memenuhi quorum 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebesar 100% atau

sejumlah 20 KPRI telah melaksanakan RAT dan kehadiran anggotanya juga

sudah memenuhi quorum.

c) Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Koperasi (RAPB)

Penilaian mengenai rencana kegiatan dan rencana anggaran

pendapatan dan belanja koperasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6
RK dan RAPB Koperasi

Kriteria f % Skor
RK dan RAPB disahkan RA dan 18 90 100
dilaksanakan sepenuhnya
RK dan RAPB disahkan RA dan 2 10 75
dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB disahkan RA dan 0 0 50
tidak dilaksanakan
RK dan RAPB tidak disahkan RA 0 0 0
Jumlah 20 100
64

Sumber : Data primer diolah

Mencermati tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 90% atau

sejumlah 18 KPRI yang memiliki Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB) telah disahkan dan

dilaksanakan sepenuhnya dalam rapat anggota. Dan hanya 10% atau 2 KPRI

yang memiliki Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan

dan Belanja Koperasi (RAPB) telah disahkan dan dilaksanakan sebagian.

d) Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi

Realisasi anggaran pendapatan koperasi dapat dilihat dari

perbandingan antara realisasi anggaran pendapatan dengan rencana. Hasil

penilaian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7
Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi

Kriteria F % Skor
>100% 14 70 100
80% - 99% 6 30 75
60% - 79% 0 0 50
< 60% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.14, semua KPRI di Kabupaten Pemalang atau

70% realisasi anggaran pendapatan koperasi telah terealisasi antara lebih dari

100% dan sisanya sebesar 30% terealisasi antara 80%-90%.


65

e) Realisasi Anggaran Biaya Koperasi

Realisasi anggaran biaya koperasi dapat dilihat dari perbandingan

antara realisasi anggaran biaya dengan rencana. Hasil penilaian realisasi

anggaran biaya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8
Realisasi Anggaran Biaya Koperasi

Kriteria f % Skor
>100% 14 70 100
> 100% - 110% 1 5 75
> 110% - 120% 2 10 50
> 120 3 15 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan pada tabel di atas, sebanyak 70% realisasi anggaran biaya

koperasi telah terealisasi lebih dari 100%, 1 KPRI atau 5% telah terealisasi

antara 100%-110%, 2 KPRI atau 10% telah terealisasi antara 110% - 120%

dan sisanya sebanyak 3 KPRI atau 15% telah terealisasi lebih dari 120%.

f) Realisasi Surplus Hasil Usaha Koperasi

Realisasi surplus hasil usaha koperasi dapat dilihat dari perbandingan

antara realisasi hasil usaha dengan rencananya. Hasil penilaian realisasi

surplus hasil usaha koperasi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
66

Tabel 4.9
Realisasi Surplus Hasil Usaha Koperasi
Kriteria F % Skor
>100% 16 80 100
80% - 99% 2 10 75
50% - 79% 2 10 50
< 50% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Mencermati tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 80% atau 16

KPRI mempunyai perbandingan realisasi hasil usaha dengan rencana lebih

dari 100%, 10% atau 2 KPRI mempunyai perbandingan realisasi hasil usaha

dengan rencana antara 80% - 99%, dan 10% atau 2 KPRI terealisasi antara

50% - 79%.

g) Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam KPRI ini biasanya dilaksanakan secara intern

maupun ekstern. Hasil penilaian pada indikator ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.10
Pemeriksaan Intern
Kriteria f % Skor
Ada pemeriksaan oleh BP dan 20 100 100
ada laporan tertulis
Ada pemeriksaan oleh BP dan 0 0 75
tidak ada laporan tertulis
Tidak ada pemeriksaan oleh BP 0 0 50
dan tetapi ada laporan tertulis
Tidak ada pemeriksaan oleh BP 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
67

Berdasarkan data di atas, sebesar 100% atau 20 KPRI telah ada

pemeriksaan oleh Badan Pengawas dan terdapat laporan tertulis. Sedangkan

untuk penilaian pemeriksaan secara ekstern kebanyakan KPRI di Kabupaten

Pemalang belum melaksanakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.11
Pemeriksaan Ekstern

Kriteria f % Skor
Wajar tanpa catatan 2 10 100
Wajar dengan catatan 0 0 75
Disklaimer 0 0 50
Tidak ada pemeriksaan 18 90 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 90% atau 18 KPRI

yang diteliti tidak ada pemeriksaan secara ekstern, dan 2 KPRI atau 10% telah

ada pemeriksaan ekstern dari KJA dengan hasil wajar tanpa catatan.

Secara umum penilaian dari ketujuh indikator tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.12
Pengendalian Anggota secara demokratis

Interval f % Kriteria
85 – 100 14 70 Sangat Baik
70 – 84 6 30 Baik
55 – 69 0 0 Cukup Baik
< 55 0 0 Kurang Baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
68

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebesar 70% atau 14 KPRI

termasuk berkriteria sangat baik, dan 6 KPRI atau 30% berada dalam kriteria

baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen pengendalian anggota

KPRI Kabupaten Pemalang telah dilaksanakan secara demokratis oleh

anggotanya.

3) Partisipasi Ekonomi Anggota

Pengukuran kinerja KPRI Kabupaten Pemalang dari komponen

partisipasi ekonomi anggota terdiri dari lima sub komponen yaitu :

a) Pelunasan Simpanan Pokok Anggota

Penilaian terhadap pelunasan simpanaan pokok anggota dapat dilihat

dari deskriptif persentase pelunasan simpanan pokok anggota yang diterima

koperasi. Persentase ini dihitung dari jumlah simpanan pokok yang telah

dibayar dibandingkan dengan jumlah simpanan pokok yang seharusnya

dilunasi. Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13
Pelunasan Simpanan Pokok

Kriteria f % Skor
100% 13 65 100
75% - 99% 6 30 75
50% - 74% 0 0 50
< 50% 1 5 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
69

Berdasarkan data di atas telah diketahui bahwa sebesar 65% atau 13

KPRI, pelunasan simpanan pokok anggota mencapai 100%, 30% atau 6

KPRI pelunasan simpanan pokok anggota mencapai 75% - 99%, dan 5% atau

1 KPRI yang pelunasan simpanan pokok anggota kurang dari 50%. Berarti

tingkat partisipasi anggota pada aspek finansial simpanan pokok berkriteria

baik.

b) Pelunasan Simpanan Wajib Anggota

Penilaian terhadap pelunasan simpanan wajib anggota dapat dilihat

dari persentase pelunasan simpanan wajib anggota yang diterima koperasi

sesuai AD/ART koperasi yang bersangkutan. Persentase ini dihitung dari

jumlah simpann wajib yang dibayar dibandingkan dengan jumlah simpanan

wajib yang seharusnya dilunasi pada tahun bersangkutan. Hasil penilaian

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.14
Pelunasan Simpanan wajib

Kriteria f % Skor
90% - 100% 7 35 100
70% - 89% 13 65 75
50% - 69% 0 0 50
< 50% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35% atau 7 KPRI yang

pelunasan simpanan wajib anggota mencapai 100%, dan 65% atau 13 KPRI

yang pelunasan simpanan wajib anggota mencapai 70% - 89%.


70

c) Keterkaitan Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota

Penilaian terhadap keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota

dapat dilihat dari perbandingan keterkaitan usaha anggota koperasi dengan

usaha yang dikelola dengan usaha anggota. Untuk hasil penilaiannya dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.15
Keterkaitan Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota

Kriteria f % Skor
90% - 100% 0 0 100
60% - 89% 0 0 75
40% - 59% 3 15 50
< 40% 17 85 0
Jumlah 23 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa sebanyak

15% memiliki keterkaitan usaha koperasi dengan usaha anggota antara 40% -

59%, dan 17 KPRI atau 85% memiliki keterkaitan uasaha koperasi dengan

usaha anggota kurang dari 40%. Hal ini berarti masih banyak KPRI yang

belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan anggotanya.

d) Transaksi Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota

Penilaian terhadap transaksi usaha koperasi dengan usaha anggota

dapat dilihat dari perbandingan antara transaksi yang dilakukan anggota

terhadap total transaksi koperasi. Penilaian terhadap indikator tersebut dilihat

pada tabel berikut :


71

Tabel 4.16
Transaksi Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota
Kriteria f % Skor
90% - 100% 16 80 100
70% - 89% 2 10 75
50% - 69% 1 5 50
< 50% 1 5 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan hasil analisis di atas, terdapat sebesar 80% transaksi

usaha koperasi dengan usaha anggota berkisar antara 90%-100%, sebanyak

10% berkisar antara 70%-89%, 5% berkisar kurang antara 50%-69% dan

sisanya 1 KPRI atau 5% yang kurang dari 50%. Artinya tingkat partisipasi

anggota koperasi terhadap transaksi berkriteria baik, tetapi masih perlu

peningkatan lagi, sehingga koperasi akan mengalami kemajuan dan

perkembangan yang baik.

e) Pengembalian Piutang

Penilaian terhadap pengembalian piutang dapat dilihat dari

kemampuan koperasi dalam penagihan piutangnya. Hasil penilaian dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.17
Pengembalian Piutang
Kriteria F % Skor
< 12 hari 0 0 100
12 hari – 18 hari 0 0 75
18 hari – 24 hari 0 0 50
> 24 hari 20 100 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
72

Berdasarkan pada tabel di atas, sebanyak 100% atau 20 KPRI

pengembalian piutangnya lebih dari 24 hari.

Secara umum dari kelima sub komponen di atas dapat dilakukan

penilaian sebagai berikut :

Tabel 4.18
Partisipasi Ekonomi Anggota

Interval f % Kriteria
85 – 100 0 0 Sangat baik
70 – 84 1 5 Baik
55 – 69 9 45 Cukup baik
< 55 10 50 Kurang baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa 5% atau 1 KPRI

yang berkriteria baik, 45% atau 9 KPRI berkriteria cukup baik dan 50% atau

10 KPRI yang berkriteria kurang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar anggota KPRI Kabupaten Pemalang belum berpartisipasi

secara ekonomi, baik partisipasi modal maupun partisipasi transaksi kurang

baik.

4) Otonomi dan Kemandirian

Kinerja koperasi berkaitan dengan komponen otonomi dan

kemandirian terdiri dari tujuh sub komponen, sebagai berikut :


73

a) Rentabilitas modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dari perbandingan antara

hasil usaha yang diperoleh dengan modal sendiri. Hasil penilaian rentabilitas

modal sendiri dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.19
Rentabilitas Modal Sendiri
Kriteria f % Skor
> 21% 2 10 100
10% - 20% 7 35 75
1% - 9% 10 50 50
< 1% 1 5 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 10% atau 2 KPRI

memiliki rentabilitas lebih besar dari 21%, 35% atau 7 KPRI memiliki

rentabilitas antara 10%-20%, 50% atau 10 KPRI memiliki rentabilitas antara

1%-9% dan sisanya sebesar 5% atau 1 KPRI memiliki rentabilitas kurang dari

1%.

b) Return On Asset (ROA)

Penilaian Return On Asset (ROA) dari perbandingan antara hasil usaha

yang diperoleh dengan asset koperasi.


74

Hasil penilaiannya dapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.20
Return On Asset

Kriteria f % Skor
> 10% 2 10 100
6% – 9% 8 40 75
0% - 5% 10 50 50
< 0% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 10% atau 2 KPRI memiliki return

on asset lebih dari 10%, 40% atau 8 KPRI memiliki return on asset antara

6%-9% dan 50% atau 10 KPRI memiliki return on asset antara 0%-5%.

c) Asset Turn Over (ATO)

Penilaian Asset Turn Over dari perbandingan antara volume usaha

yang diperoleh dengan asset koperasi. Hasil penilaiannya dapat diketahui dari

tabel berikut ini :

Tabel 4.21
Asset Turn Over

Kriteria f % Skor
> 3,5 kali 0 0 100
2,5 kali – 3,4 kali 0 0 75
1 kali – 2,4 kali 2 10 50
> 1 kali 18 90 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
75

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan sebesar 10% atau

2 KPRI memiliki asset turn over antara 1 kali – 2.4 kali dan 90% atau 18

KPRI yang memiliki asset turn over lebih dari 1 kali.

d) Profitabilitas

Profitabilitas yaitu perbandingan antara hasil usaha yang diperoleh

dengan pendapatan bruto koperasi pada tahun yang bersangkutan. Hasil

penilaian profitabilitas pada KPRI di Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 4.22
Profitabilitas

Kriteria f % Skor
> 15% 15 75 100
10% – 14% 2 10 75
1% - 9% 3 15 50
< 1% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan data di atas, sebesar 75% atau 15 KPRI memiliki

profitabilitas lebih dari 15%, sebanyak 10% atau 2 KPRI memiliki

profitabilitas antara 10% - 14%, 3 KPRI atau 15% memiliki profitabilitas 1%

- 9%.

e) Likuiditas

Likuiditas merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan pasiva

lancar atau dapat dikatakan kemampuan koperasi dalam membayar utang

jangka pendek.
76

Tabel 4.23
Likuiditas
Kriteria F % Skor
175% - 200% 1 5 100
150% - 174% atau 225% - 249% 0 0 75
125% - 149% atau 250% - 274% 2 10 50
< 125% atau > 275% 17 85 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sebesar 85%

atau 17 KPRI memiliki likuiditas kurang dari 125% atau lebih dari 275%,

sebanyak 10% atau 2 KPRI memiliki likuiditas antara 125% - 149% atau

250% - 274%, dan sisanya 5% atau 1 KPRI memiliki tingkat likuiditas 175% -

200%.

f) Solvabilitas

Solvabilitas koperasi menggambarkan kemampuan suatu koperasi

dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Cara menghitung solvabilitas

koperasi yaitu dengan membandingkan antara aktiva dengan seluruh

kewajiban koperasi. Penilaian solvabilitas KPRI Kabupaten Pemalang dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.24
Solvabilitas
Kriteria f % Skor
109% - 110% 0 0 100
101% - 109% atau 111% - 119% 1 5 75
90% - 100% atau 120% - 130% 1 5 50
<90% atau > 130% 18 90 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
77

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 90% atau

18 KPRI memiliki solvabilitas kurang dari 90% atau 130%, 5% atau 1 KPRI

memiliki solvabilitas antara 90%-100% atau 120% - 130% dan 5% atau 1

KPRI yang memiliki solvabilitas antara 101%-109% atau 111% - 119%.

g) Modal sendiri/ Equity (MS) terhadap hutang

Yaitu kemampuan modal sendiri koperasi untuk membayar kewajiban

atau hutang. Penilaian tersebut terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.25
Modal Sendiri/ Equity (MS) terhadap hutang
Kriteria f % Skor
> 15% 20 100 100
12,6% - 15% 0 0 75
10% - 12,5% 0 0 50
<10% 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui sebanyak 20 KPRI atau

100% memiliki kemampuan modal sendiri lebih besar dari 15%. Secara

umum penilaian terhadap komponen otonomi dan kemandirian dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.26
Otonomi dan Kemandirian
Interval f % Kriteria
85 – 100 0 0 Sangat Baik
70 – 84 0 0 Baik
55 – 69 0 0 Cukup Baik
< 55 20 100 Kurang Baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
78

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa kinerja KPRI Kabupaten

Pemalang dilihat dari segi otonomi dan kemandirian termasuk kategori kurang

baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan 100% atau 20 KPRI yang mempunyai

kategori kurang baik.

5) Pendidikan dan Pelatihan

Koperasi melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota

koperasi dan pengelola koperasi sesuai dengan prinsip koperasi yang ke enam,

sehingga penilaian terhadap sub komponen ini perlu dilakukan untuk

mengetahui tingkat kinerja koperasi. Penilaian kinerja KPRI dari komponen

pendidikan dan pelatihan meliputi lima sub komponen yaitu ;

a) Pendidikan dan pelatihan Bagi Anggota Koperasi

Penilaian terhadap sub komponen ini terletak pada anggota dalam

memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh

koperasi. Hasil penilaian terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.27
Pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi

Kriteria f % Skor
Tertuang dalam program dan dilaksanakan 7 35 100
Tidak tertuang dalam program tetapi melaksanakan 3 15 75
Tertuang dalam program dan tidak dilaksanakan 3 15 50
Tidak tertuang dalam program & tidak melaksanakan 7 35 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 35% atau 7 KPRI

yang pendidikan dan pelatihannya tertuang dalam program dan dilaksanakan,


79

15% atau 3 KPRI yang pendidikan dan pelatihannya tidak tertuang dalam

program dan melaksanakan, 15% atau 3 KPRI yang pendidikan dan

pelatihannya tertuang dalam program dan tidak dilaksanakan dan sebanyak

35% atau 7 KPRI yang pendidikan dan pelatihan tidak tertuang dalam

program dan tidak dilaksanakan.

b) Pendidikan dan Pelatihan bagi Pengelola Koperasi

Penilaian terhadap sub komponen pendidikan dan pelatihan bagi

pengelola koperasi meliputi ada tidaknya program tersebut dan ada tidaknya

kesempatan mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh koperasi. Hasil

penilaian tersebut untuk KPRI Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 4.28
Pendidikan dan pelatihan bagi pengelola koperasi
f % Skor
Kriteria
Tertuang dalam program dan dilaksanakan 13 65 100
Tidak tertuang dalam program tetapi melaksanakan 3 15 75
Tertuang dalam program dan tidak dilaksanakan 1 5 50
Tidak tertuang dalam program dan tidak 3 15 0
melaksanakan
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa 65% atau 13 KPRI

program pendidikan dan pelatihan telah tertuang dalam program dan

dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM bagi


80

pengelola koperasi. 15% atau 3 KPRI yang program pendidikan dan pelatihan

tidak tertuang dalam program tetapi dilaksanakan, 5% atai 1 KPRI yang

program pendidikan dan pelatihan telah tertuang dalam program dan tidak

dilaksanakan dan 15% atau 3 KPRI program pendidikan dan pelatihan tidak

tertuang dalam program dan tidak dilaksanakan.

c) Penerangan dan Penyuluhan

Penilaian terhadap sub komponen ini pada ada tidaknya program

untuk melaksanakan penerangan dan penyuluhan. Hasil penilaian tersebut

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.29
Penerangan dan Penyuluhan

Kriteria f % Skor
Tertuang dalam program dan dilaksanakan 7 35 100
Tidak tertuang dalam program tetapi melaksanakan 8 40 75
Tertuang dalam program dan tidak dilaksanakan 0 0 50
Tidak tertuang dalam program dan tidak 5 25 0
melaksanakan
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, sebesar 35% program penerangan dan

penyuluhan telah tertuang dan dilaksanakan, sebanyak 40% tidak tertuang

dalam program tetapi melaksanakan, dan sisanya 25% tidak tertuang dalam

program dan tidak melaksanakan.


81

d) Media Informasi

Penilaian terhadap sub komponen ini pada ada tidaknya media

informasi. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.30
Media Informasi

Kriteria f % Skor
Tertuang dalam program dan dilaksanakan 7 35 100
Tidak tertuang dalam program tetapi melaksanakan 6 30 75
Tertuang dalam program dan tidak dilaksanakan 1 5 50
Tidak tertuang dalam program dan tidak 6 30 0
melaksanakan
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar 35% sub komponen media

informasi tertuang dalam program dan dilaksanakan, 30% tidak tertuang

dalam program tetapi melaksanakan, 5% tertuang dalam program tetapi tidak

dilaksanakan dan sisanya 30% penyediaan media informasi tidak tertuang

dalam program dan tidak dilaksanakan.

e) Tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan

Penilaian terhadap sub komponen ini pada ada tidaknya penyediaan

anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan dari SHU. Hasil penilaian

ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :


82

Tabel 4.31
Penyediaan anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan

Kriteria F % Skor
Tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana 15 65 100
pendidikan
Tersedianya anggaran khusus dan tidak tersedianya 3 15 75
penyisihan dana pendidikan
Tidak tersedianya anggaran khusus dan tersedianya 2 10 50
penyisihan dana pendidikan
Tidak tersedianya anggaran khusus maupun 0 0 0
penyisihan dana pendidikan
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa 65% atau

15 KPRI tersedia dana khusus dan penyisihan dana pendidikan, 15% atau 3

KPRI tersedia dana khusus dan tidak tersedianya penyisihan dana pendidikan

dan 10% atau 2 KPRI yang tidak tersedia anggaran khusus dan tersedianya

penyisihan dana pendidikan. Secara umum penilaian terhadap komponen

pendidikan dan pelatihan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.32
Pendidikan dan Pelatihan

Interval f % Kriteria
85 – 100 6 30 Sangat Baik
70 – 84 7 35 Baik
55 – 69 4 20 Cukup Baik
< 55 3 15 Kurang Baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 30% atau 6

KPRI telah menjalankan program pendidikan dan pelatihan dengan sangat


83

baik, sebanyak 35% atau 7 KPRI yang menjalankan program pendidikan dan

pelatihan dengan baik, 20% atau 4 KPRI yang menjalankan program

pendidikan dan pelatihan dengan cukup baik dan sisanya 15% atau 3 KPRI

yang yang menjalankan program pendidikan dan pelatihan kurang baik.

6) Kerjasama diantara Koperasi – Koperasi

Penilaian kinerja KPRI dari komponen kerjasama diantara koperasi-

koperasi meliputi tiga sub komponen, diantaranya sebagai berikut:

a) Kerjasama Usaha secara Horisontal

Penilaian terhadap sub komponen ini dari jumlah koperasi yang diajak

kerjasama atau jenis kerjasamanya. Hasil penilaian sub komponen ini secara

lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.33
Kerjasama Usaha secara Horisontal

Kriteria F % Skor
> 5 koperasi atau jenis kerjasama 0 0 100
3 – 4 koperasi atau jenis kerjasama 2 10 75
1 – 2 koperasi atau jenis kerjasama 18 90 50
Tidak ada kerjasama 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebagian besar yaitu 90% atau 18

KPRI yang menjalin kerjasama horisontal dengan koperasi lain antara 1-2

koperasi atau jenis kerjasama, dan 10% atau 2 KPRI yang menjalin kerjasama
84

antara 3 – 4 koperasi atau jenis kerjasama. Artinya tingkat kerjasama antar

KPRI di Kabupaten Pemalang masih kurang.

b) Kerjasama Usaha secara Vertikal

Penilaian terhadap sub komponen ini dari jumlah koperasi yang diajak

kerjasama atau jenis kerjasama dengan instansi diatasnya atau di bawahnya.

Hasil penilaian terhadap sub komponen kerjasama ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.34
Kerjasama Usaha secara Vertikal

Kriteria F % Skor
> 5 koperasi atau jenis kerjasama 0 0 100
3 – 4 koperasi atau jenis kerjasama 14 70 75
1 – 2 koperasi atau jenis kerjasama 6 30 50
Tidak ada kerjasama 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua koperasi yang

menjadi sampel penelitian sebanyak 6 KPRI atau 30 % telah menjalin

kerjasama secara vertikal dengan 1 – 2 koperasi atau jenis kerjasama, dan

70% atau 14 KPRI yang menjalin kerjasama antara 3 – 4 koperasi atau jenis

kerjasama.
85

c) Manfaat Kerjasama

Penilaian terhadap sub komponen ini dari manfaat yang diperoleh dari

hasil kerjasama antar koperasi tersebut. Untuk hasil penilaian sub komponen

ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.35
Manfaat Kerjasama

Kriteria F % Skor
Meningkatkan efisiensi dan 20 100 100
pelayanan koperasi kepada anggota
Meningkatkan volume usaha dan 0 0 75
daya saing koperasi
Belum sepenuhnya dirasakan 0 0 50
anggota
Tidak berdampak bagi anggota 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui, sebanyak 100% manfaat

kerjasama dapat meningkatkan efisiensi dan pelayanan koperasi kepada

anggota. Secara umum penilaian terhadap komponen kerjasama diantara

koperasi-koperasi untuk saling menunjang kegiatan dan usahanya pada KPRI

Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.36
Kerjasama diantara Koperasi-Koperasi
Interval f % Kriteria
85 – 100 0 0 Sangat Baik
70 – 84 20 100 Baik
55 – 69 0 0 Cukup Baik
< 55 0 0 Kurang Baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
86

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa komponen kerjasama

diantara koperasi-koperasi terjalin dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan

dengan 100% atau 20 KPRI termasuk dalam kategori baik.

7) Kepedulian terhadap komunitas

Penilaian kinerja KPRI untuk komponen kepedulian terhadap

komunitas, meliputi tiga sub komponen yaitu :

a) Penyerapan Tenaga Kerja

Penilaian terhadap sub komponen ini dilihat dari kemampuan koperasi

dalam menyerap tenaga kerja. Hasil penilaiannya dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.37
Penyerapan Tenaga Kerja

Kriteria f % Skor
Menyerap > 15 orang 9 45 100
Menyerap 10 - 14 orang 1 5 75
Menyerap 5 - 9 orang 5 25 50
Menyerap < 5 orang 5 25 0
Jumlah 23 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan perhitungan di atas, sebagian besar KPRI yaitu sebanyak

45% atau 9 KPRI yang mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 15 orang, 5%

atau 1 koperasi yang mampu menyerap 10-14 orang, 25% atau KPRI mampu

menyerap 5 – 9 orang dan sisanya 25% atau 5 KPRI yang mampu menyerap

kurang dari 5 orang.


87

b) Pembayaran pajak cukai

Penilaian terhadap sub komponen ini dilihat dari kepatuhan koperasi

untuk melaksanakan pembayaran pajak, cukai atau retribusi. Hasil penilaian

terhadap komponen ini pada KPRI Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.38
Pembayaran pajak Cukai

Kriteria f % Skor
Membayar seluruh kewajiban pajak 20 100 100
Membayar sebagian besar 0 0 75
Membayar sebagian kecil 0 0 50
Tidak pernah membayar pajak 0 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 100% atau 20 KPRI telah

membayar seluruh kewajiban pajak dan cukai. Hal ini berarti KPRI di

Kabupaten Pemalang sudah berpartisipasi dalam memberikan pendapatan bagi

negara.

c) Pembangunan Daerah Kerja

Penilaian terhadap sub komponen ini dilihat dari tersedianya

penyisihan SHU bagi pembangunan kerja. Hasil penilaian dilihat dari tabel

berikut :
88

Tabel 4.39
Penyisihan SHU Bagi Pembangunan Daerah Kerja

Kriteria f % Skor
Tersedia dan telah diberikan kepada yang 15 75 100
berhak
Tersedia dan hanya sebagian diberikan 3 15 75
kepada yang berhak
Tersedia tetapi tidak atau belum 1 5 50
diserahkan kepada yang berhak
Tidak tersedia 1 5 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 75% atau 15 KPRI

telah tersedia SHU bagi pembangunan daerah kerja dan telah diberikat kepada

yang berhak, kemudian 15% atau 3 KPRI tersedia dan hanya sebagian

diberikan kepada yang berhak, 5% atau 1 KPRI yang tersedia tetapi tidak atau

belum diserahkan kepada yang berhak dan sisanya 1 KPRI atau 5% yang tidak

tersedia. Secara umum penilaian terhadap komponen kepedulian terhadap

komunitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.40
Kepedulian terhadap komunitas

Interval f % Kriteria
85 – 100 9 45 Sangat Baik
70 – 84 6 30 Baik
55 – 69 4 20 Cukup Baik
< 55 1 5 Kurang Baik
Jumlah 20 100
Sumber : Data primer diolah
89

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebesar 45% KPRI telah

mempunyai kepedulian terhadap komunitasnya dengan kriteria sangat baik, 30%

baik, 20% cukup baik dan 5% kurang baik.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap ketujuh komponen penilaian

kinerja KPRI Kabupaten Pemalang diperoleh nilai rata-rata dari semua komponen

tersebut sebagai berikut :

Tabel 4.41
Rata-rata Penilaian Kinerja KPRI Kabupaten Pemalang dari Ketujuh
Komponen Penilaian
No. Komponen Penilaian Mean Kriteria
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka 55.00 Cukup
2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis 86.13 Sangat Baik
3. Partisipasi Ekonomi 54.75 Kurang
4. Otonomi dan kemandirian 42.86 Kurang
5. Pendidikan dan pelatihan 70.25 Baik
6. Kerjasama diantara koperasi-koperasi 75.25 Baik
7. Kepedulian terhadap komunitas 82.84 Baik
Sumber : Data primer diolah

Sedangkan untuk kisaran rata-rata pengukuran kinerja KPRI Kabupaten

Pemalang sesuai dengan penilaian kinerja menurut Keputusan Menteri No.

129.Kep/M/KUKM/XI/2002 mengenai pedoman Klasifikasi Koperasi dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.42
Kisaran rata-rata Pengukuran Kinerja KPRI
Kriteria Kisaran
Sangat Baik 85 s/d 100
Baik 70 s/d 84
Cukup Baik 55 s/d 69
Kurang Baik < 55
Sumber : Data diolah
90

Berdasarkan tabel 4.50 di atas, dapat diketahui hasil penilaian dalam

kategori sangat baik terdapat dalam satu komponen penilaian yaitu komponen

pengendalian oleh anggota secara demokratis dengan nilai rata-rata 86.13.

Sedangkan untuk kategori baik ada tiga komponen yaitu komponen pendidikan

dan pelatihan dengan nilai rata-rata 70.25, kerjasama diantara koperasi-koperasi

dengan nilai rata-rata 75.25 dan komponen kepedulian dalam komunitas dengan

nilai rata-rata 82.84. Untuk kategori cukup ada satu komponen yaitu komponen

keanggotan sukarela dan terbuka dengan nilai rata-rata 55.00. Kemudian yang

termasuk dalam kriteria kurang baik ada dua komponen yaitu komponen

partisipasi ekonomi otonomi dengan nilai rata-rata 54.75 dan kemandirian dengan

nilai 42.86.

Hasil penilaian rata-rata kinerja KPRI Kabupaten Pemalang dari ketujuh

komponen penilaian tersebut diatas, maka kinerja KPRI se-Kabupaten Pemalang

dapat diklasifikasikan pada tabel di bawah ini :


91

Tabel 4.43
Hasil Pengukuran Kinerja KPRI se-Kabupaten Pemalang tahun 2006

No. Nama Koperasi Hasil Klasifikasi


Nilai Kelas
1. KPRI Dipenda 72.00 Baik
2. KPRI Kopper 65.75 Cukup
3. KPRI Koppen 67.00 Cukup
4. KPRI Harapan 61.00 Cukup
5. KPRI Sukses 71.50 Baik
6. KPRI Kesejahteraan 76.75 Baik
7. KPRI Bhakti Karya 73.75 Baik
8. KPRI Pamungkas 72.75 Baik
9. KPRI Handayani 66.50 Cukup
10 KPRI Koperda 66.75 Cukup
11. KPRI Andalan 70.00 Baik
12. KPRI Ikhlas 65.50 Cukup
13. KPRI Tirta Guna 66.25 Cukup
14. KPRI Karper 63.50 Cukup
15. KPRI Kesatuan 63.50 Cukup
16. KPRI Semangat 56.00 Cukup
17. KPRI Guyup 61.25 Cukup
18. KPRI Dirgahayu 62.75 Cukup
19. KPRI Setia 54.75 Kurang
20. KPRI Bahagia 66.00 Cukup
Rata-rata 67.05
Maksimum 76.75
Minimum 54.75
Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan pada tabel 4.50 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata dari

dua puluh KPRI yang telah diteliti adalah sebesar 67.05 dan termasuk dalam

kategori baik dengan nilai maksimum 76.75 dan nilai minimumnya 54.75. Nilai
92

tertinggi diperoleh oleh KPRI Kesejahteraan dan KPRI Setia dengan nilai rata-

rata terendah yaitu 54.75 termasuk dalam cukup baik.

b. Alasan mengapa KPRI Kabupaten Pemalang hanya menggunakan analisa

ratio rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dalam mengukur kinerjanya,

dengan indikator-indikator sebagai berikut :

1) Pengetahuan pengurus tentang pengukuran kinerja koperasi

Tabel 4.44
Distribusi Data Pengetahuan Pengurus tentang Pengukuran Kinerja
Koperasi
Item Jawaban Tahu Ragu-ragu Tidak tahu Sangat tidak
tahu
Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Kinerja koperasi dapat diukur utk 40 100 - - - - - -
menunjukkan kemampuan
pengelolaan koperasi yang baik
2. Terdapat petunjuk pengukuran 34 85.0 6 15.0 - - - -
kinerja kop. dari Dinas Koperasi
3. Pengukuran kinerja menurut 6 15.0 6 15.0 27 67.5 1 2.5
Kep.Men & PPK RI.
No.20/PPK/1997
4. Penilaian kinerja koperasi 3 sehat 37 92.5 3 7.5 - - - -
5. Pengukuran kinerja KepMen.
No.129/Kep./M/ KUKMXI/ 2002, - - 4 10.0 35 87.5 1 2.5
Pedoman Klasifikasi Koperasi
6. Penilaian Kinerja koperasi
Kep.Men. No 194/KEP/M/
IV/1998,penilaian kesehatan USP - - 5 12.5 31 77.5 4 10.0
& KSP.
Rata-rata 18.5 46.25 4 10.0 15.5 58.125 1.0 2.5
Sumber: Data primer diolah
93

Diagram 1
Distribusi Data Pengetahuan Pengurus tentang Pengukuran Kinerja
Koperasi

Sangat Tidak
Tahu
2.5%

Tidak Tahu
58.125%

Tahu
46.25%

Ragu-Ragu
10%

Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa sebagian

besar pengurus tidak mengetahui KPRI Kabupaten Pemalang mengenai

pengukuran kinerja koperasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan 58.125%

pengurus tidak mengetahui tentang pengukuran kinerja koperasi menurut

keempat aturan dari pemerintah, 46.25% pengurus mengetahui mengenai

aturan pengukuran kinerja, 10% ragu-ragu dan sisanya 2.5% pengurus sangat

tidak tahu mengenai aturan pengukuran kinerja koperasi.


94

2) Pendidikan dan Motivasi Pengurus tentang Pengukuran Kinerja Koperasi

Tabel 4.45
Distribusi Data Pendidikan dan Motivasi Pengurus tentang Pengukuran
Kinerja Koperasi

Item Jawaban Selalu pernah Kadang- Tidak


kadang pernah
Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Pengukuran kinerja menurut - - 15 37.5 2 5.0 23 57.5
Kep.Men&PPK RI.No20/ PPK/
1997.
2. Penilaian kinerja koperasi 3 23 57.5 16 40.0 1 2.5 - -
sehat
3. Penilaian kinerja koperasi Kep. - - 5 12.5 6 15.0 29 72.5
Men.No.194/KEP/M/IV/ 1998,
penilaian kesehatan USP&KSP
4. Pengukuran kinerja Kep.Men. - - 4 10.0 4 10.0 32 80.0
No.129/Kep./M/KUKMXI/ 02,
pedoman klasifikasi koperasi.
Rata-rata 5.75 14.37 10.0 25.0 3.35 8.13 21 52.5
Sumber: Data primer diolah

Diagram 2
Distribusi Data Pendidikan dan Motivasi Pengurus tentang Pengukuran
Kinerja Koperasi

Tidak Pernah
52.5%
Selalu
14.4%

Pernah
25.0%

Kadang-
Kadang
8.1%

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

pengurus KPRI Kabupaten Pemalang tidak pernah mengevaluasi laporan

keuangan KPRI dengan keempat aturan pengukuran kinerja koperasi. Hal


95

tersebut ditunjukkan dengan 52.5% pengurus KPRI Kabupaten Pemalang

tidak pernah mengevaluasi laporan keuangan KPRI dengan aturan pengukuran

kinerja menurut Kep. Men & PPK RI. No 20 / PPK/ 1997, Penilaian kinerja 3

sehat, Penilaian kinerja koperasi Kep. Men.No.194/KEP/M/IV/ 1998 tentang

penilaian kesehatan USP dan KSP, Kep.Men. No.129/Kep./M/KUKMXI/ 02

dan Pengukuran kinerja menurut Kep. Men & PPK RI. No 20 / PPK/ 1997.

3) Pemahaman Pengurus Terhadap Aturan Pengukuran Kinerja Koperasi dari

Dinas Koperasi

Tabel 4.46
Distribusi Pemahaman Pengurus Terhadap Aturan Pengukuran Kinerja
Koperasi dari Dinas Koperasi

Item Jawaban Paham Ragu-ragu Tidak Sangat


paham tidak
paham
Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Pengukuran kinerja menurut - - 7 17.5 31 77.5 2 5.0
Kep.Men & PPK RI. No.20/
PPK/1997
2. Penilaian kinerja koperasi 3sehat 36 90.0 4 10.0 - - - -
3. Penilaian kinerja koperasi 1 2.5 6 15.0 32 80 - -
Kep.Men. No.194/KEP/M/IV/
1998, penilaian kesehatan
USP%KSP
4. Pengukuran kinerja Kep.Men. 1 2.5 8 20.0 29 72.5 2 5.0
No.129/Kep/M/KUKMXI/2002
pedoman klasifikasi koperasi
Rata-rata 9.5 23.75 6.25 15.62 23.0 57.5 1.0 2.5
Sumber: Data primer diolah
96

Diagram 3
Distribusi Pemahaman Pengurus Terhadap Aturan Pengukuran Kinerja
Koperasi dari Dinas Koperasi

Sangat Tidak
Paham Paham
2.5% 23.75%

Ragu-Ragu
15.62%
Tidak Paham
57.5%

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa rata-rata 57.5%

pengurus KPRI Kabupaten Pemalang tidak memahami aturan pengukuran

kinerja koperasi dari Dinas Koperasi, 23.75% paham mengenai aturan

pengukuran kinerja koperasi, 15.62% ragu-ragu mengenai aturan pengukuran

kinerja koperasi dan 2.5% sangat tidak peham mengenai aturan pengukuran

kinerja koperasi.

c. Peran serta pemerintah untuk pengukuran kinerja koperasi dalam rangka

pembinaan koperasi dalam KPRI Kabupaten Pemalang

1) Sosialisasi Aturan Pengukuran Kinerja dari dinas Koperasi


97

Tabel 4.47
Distribusi Data Sosialisasi Aturan Pengukuran Kinerja dari Dinas Koperasi

Item Jawaban Selalu Pernah Kadang- Tidak


kadang pernah
Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Pernahkah Dinas Kop. - - 5 12.5 3 7.5 32 80
Memberikan sosialisasi aturan
pengukuran kinerja menurut
Keputusan Menteri & PPK. RI
No.20/PPK/1997 Pedoman
pembinaan koperasi
2. Pernahkah Dinas Koperasi 8 20.0 32 80.0 - - - -
memberikan sosialisasi aturan
penilaian kinerja koperasi 3 sehat
3. Pernahkah Dinas Koperasi
memberikan sosialisasi aturan 1 2.5 2 5.0 10 25.0 27 67.5
penilaian kinerja Kep.Men.
No.194/KEP/M/IV/1998,
penilaian kesehatan USP&KSP
4. Pernahkah Dinas Koperasi
memberikan sosialisasi aturan - - 2 5.0 7 17.5 31 77.5
pengukuran kinerja Kep.Men.
No.129/Kep/M/KUKMXI/2002
Pedoman Klasifikasi Koperasi

Rata-rata 2.25 5.63 10.25 25.63 5.0 12.5 22.5 56.25


Sumber: Data primer diolah

Diagram 4
Distribusi Data Sosialisasi Aturan Pengukuran Kinerja dari Dinas
Koperasi

Selalu
5.63% Pernah
25.63%

Kadang-
Kadang
12.5%

Tidak Pernah
56.25%
98

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Dinas Koperasi tidak

pernah mensosialisasikan aturan pengukuran kinerja koperasi kepada

pengurus KPRI Kabupaten Pemalang secara berkala dan teratur. Hal tersebut

ditunjukkan dengan 56.2% pengurus menjawab Dinas Koperasi tidak pernah

mensosialisasikan aturan pengukuran kinerja, 25.6% pengurus mengatakan

Dinas Koperasi pernah mensosialisasikan aturan kinerja koperasi, 12.5%

menjawab kadang-kadang dan 5.6% pengurus menjawab Dinas Koperasi

pernah mensosialisasikan aturan kinerja koperasi.

2) Sosialisasi Pengukuran Kinerja Koperasi oleh Dinas Koperasi


Tabel 4.48
Distribusi Data Sosialisasi Pengukuran Kinerja Koperasi oleh Dinas
Koperasi
Item Jawaban Selalu Pernah Kadang- Tidak
kadang pernah
Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Dinas Koperasi Secara aktif 4 10.0 15 37.5 1 2.5 20 50.0
mengadakan peninjauan
langsung ke KPRI dalam
rangka pembinaan
2. Pengukuran kinerja menurut 2 5.0 4 10.0 5 12.5 29 72.5
Kep.Men&PPK. RI No.20/
PPK/1997 Pedoman pembinaan
koperasi
3. Penilaian kinerja koperasi 3 sehat 13 32.5 25 62.5 1 2.5 1 2.5
4. Penilaian kinerja Kep.Men. - - 3 7.5 9 22.5 28 70.0
No.194/KEP/M/IV/1998,
penilaian kesehatan USP&KSP
5. Pengukuran kinerja Kep.Men. - - 8 20.0 5 12.5 27 67.5
No.129/Kep/M/KUKMXI/2002
Pedoman Klasifikasi Koperasi
Rata-rata 3.8 9.5 9.4 34.38 6.8 20.5 16.6 41.5
Sumber: Data primer diolah
99

Diagram 5
Distribusi Data Sosialisasi Pengukuran Kinerja Koperasi oleh Dinas
Koperasi

Selalu
9.5%

Pernah
34.8%

Tidak Pernah
41.5%

Kadang-
Kadang
20.5%

Berdasarkan hasil perhitungan data di atas dapat diketahui bahwa

41.5% pengurus berpendapat bahwa Dinas Koperasi tidak pernah

mensosialisasikan pengukuran kinerja koperasi kepada pengurus KPRI,

34.8% menjawab Dinas Koperasi pernah mensosialisasikan pengukuran

kinerja koperasi, 20.5% menjawab kadang-kadang dan sisanya 9.5%

menjawab dinas Koperasi pernah mensosialisasikan aturan pengukuran

kinerja koperasi.
100

3) Pendidikan dan Pelatihan Pengukuran Kinerja Koperasi oleh Dinas

Koperasi

Tabel 4.49
Distribusi Data Pendidikan dan Pelatihan Pengukuran Kinerja Koperasi
oleh Dinas Koperasi

Item Jawaban Selalu Pernah Kadang- Tidak


kadang pernah
Σ % Σ % Σ % Σ %
1. Pernahkah Dinas Koperasi 2 5.0 5 12.5 10 25.0 23 57.5
memberikan pendidikan dan
pelatihan secara berkala dan
teratur pada KPRI
2. Pengukuran kinerja menurut 2 5.0 7 17.5 14 35.0 17 42.5
Kep.Men&PPK. RI No.20/
PPK/1997
3. Penilaian kinerja koperasi 3 sehat 18 45.0 22 55.0 - - - -
4. Penilaian kinerja Kep.Men. - - 2 5.0 13 32.5 25
No.194/KEP/M/IV/1998,
penilaian kesehatan USP&KSP
5. Pengukuran kinerja Kep.Men. - - 1 2.5 11 27.5 28 70.0
No.129/Kep/M/KUKMXI/2002
Pedoman Klasifikasi Koperasi
Rata-rata 4.4 11.0 7.4 18.5 9.6 24 18.6 46.5
Sumber: Data primer diolah

Diagram 6
Distribusi Data Pendidikan dan Pelatihan Pengukuran Kinerja Koperasi
oleh Dinas Koperasi

Selalu
11.0%
Pernah
18.5%

Tidak Pernah Kadang-


46.5% Kadang
24.0%
101

Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa sebagian besar pengurus masih

berpendapat tidak pernah mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

pengukuran kinerja dari Dinas Koperasi Kabupaten Pemalang dengan nilai

persentase rata-rata 46.5%, 24% berpendapat kadang-kadang Dinas Koperasi

memberikan pendidikan dan pelatihan, 18.5% berpendapat Dinas Koperasi pernah

memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai pengukuran kinerja, dan sisanya

11% berpendapat tidak pernah.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

a. Kinerja KPRI di Kabupaten Pemalang apabila diukur dengan Keputusan menteri

No. 129/Kep/M/KUKM/XI/2002 mengenai Pedoman Klasifikasi Koperasi.

Dari distribusi data hasil penelitian yang ditetapkan berdasarkan

Keputusan Menteri No. 129/Kep/M/KUKM/XI/2002 mengenai Pedoman

Klasifikasi Koperasi dapat diketahui bahwa kinerja KPRI Kabupaten Pemalang

untuk tahun 2004 sampai dengan 2005 termasuk ke dalam kategori cukup dengan

nilai rata-rata sebesar 67.05%. Berikut ini akan dibahas dari ketujuh komponen

penilaian kinerja dan sub komponen yang meliputi :

1. Komponen keanggotaan sukarela dan terbuka

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa jumlah anggota KPRI

Kabupaten Pemalang tidak mengalami peningkatan meskipun pencatatan

anggota sudah dilakukan secara teratur, hal ini ditunjukkan dengan sebagian
102

besar nilai yang diperoleh sebesar 80% atau 16 KPRI berkriteria kurang baik.

Komponen ini memiliki dua sub komponen yaitu :

i. Rasio peningkatan jumlah anggota

Dari perhitungan deskriptif persentase diketahui bahwa sebagian besar

KPRI di Kabupaten Pemalang tidak mengalami peningkatan jumlah

anggotanya. Hal ini ditunjukkan dengan hasil bahwa 80% KPRI tidak

mengalami peningkatan jumlah anggota dari tahun 2004 sampai dengan 2005,

karena adanya informasi dari anggota lama yang menyatakan bahwa koperasi

dirasa kurang begitu menguntungkan dalam memberikan manfaat dan mereka

tidak merasa tertarik karena belum mempunyai kepentingan dalam

berkoperasi (hasil wawancara dengan anggota). Selain itu tidak adanya

motivasi untuk masuk menjadi anggota baru karena pada umumnya pegawai

baru atau ganerasi muda kurang memahami ideologi koperasi. Hal lain yang

menyebabkan kurang meningkatnya jumlah anggota adalah koperasi tidak

pernah melakukan sosialisasi mengenai arti penting koperasi kepada calon-

calon anggota baru

ii. Rasio pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota

Sedangkan rasio pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota telah

dilaksanakan dengan sangat baik yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 100%

oleh KPRI. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dalam menjalankan

administrasi sebuah organisasi koperasi harus secara berkala dan dilakukan

pencatatan keanggotaan dalam daftar buku anggota secara tertib. Hal ini
103

berarti koperasi melaksanakan sehat organisasi yaitu suatu struktur organisasi

koperasi haruslah disusun sesuai sudut organisasi formal (Soedjono, PIP-

DEKOPIN, 1997 : 89 – 91).

Indikator komponen keanggotaan sukarela dan terbuka belum tepat

digunakan untuk alat penilaian klasifikasi koperasi, hal ini disebabkan

peningkatan jumlah anggota dan pencatatan keanggotaan dalam buku anggota

tidak bisa menunjukkan bahwa kinerja koperasi itu baik atau tidak.

2. Pengendalian oleh Anggota secara demokratis

Komponen pengendalian anggota secara demokratis dalam koperasi

berada dalam kriteria baik yang ditunjukkan dengan sebagian besar KPRI atau

70% termasuk dalam kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

komponen pengendalian anggota KPRI Kabupaten Pemalang telah

dilaksanakan secara demokratis oleh anggota dan anggota telah secara aktif

berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan dan keputusan koperasi.

Komponen ini mempunyai tujuh sub komponen yaitu:

i. Penyelenggaraan RAT

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui sebanyak 20 KPRI telah

melaksanakan Rapat Anggota Tahunan kurang dari bulan Maret. Hal ini

menunjukkan bahwa penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT) telah

dilaksanakan sesuai dengan aturan yang semestinya.


104

ii. Rasio Kehadiran Anggota dalam RAT

Kehadiran anggota dalam RAT dapat dilihat dari memenuhi tidaknya

syarat quorum sesuai dengan AD/ART koperasi yang bersangkutan diketahui

bahwa sebesar 100% atau sejumlah 20 KPRI telah melaksanakan RAT dan

kehadiran anggotanya juga sudah memenuhi quorum. tetapi terpenuhinya

quorum tersebut tidak disertai oleh kesadaran untuk memberikan saran dan

aspirasi dengan baik yang akan bermanfaaat bagi kemajuan koperasi. Melihat

keadaan tersebut, komponen kehadiran anggota dalam RAT tidak bisa

dijadikan dasar penilaian klasifikasi pengukuran kinerja koperasi.

iii. Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Koperasi (RAPB)

Dari hasil perhitungan deskriptif diketahui 90% KPRI telah memiliki

Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Koperasi (RAPB) telah disahkan dan dilaksanakan seluruhnya. Hal tersebut

sudah sesuai dengan anggaran dasar KPRI yang ditetapkan pada saat rapat

anggota tahunan bahwa RAPB dan RK harus disahkan dan dilaksanakan

sepenuhnya, namun Rencana Kerja dan RAPB hanya disusun sebagai rutinitas

saja dan monoton. Hendaknya penyusunan Rencana Kegiatan dan RAPB

disusun dengan melibatkan anggota baru.

iv. Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi

Realisasi anggaran pendapatan koperasi dapat dilihat dari

perbandingan antara realisasi anggaran pendapatan dengan rencana. Dari hasil


105

perhitungan deskriptif diketahui sebanyak 70% atau 14 KPRI telah

merealisasikan anggaran pendapatan koperasi lebih dari 100%,dan sisanya

sebanyak 30% atau 6 KPRI telah merealisasikan anggaran pendapatan antara

80%-90%. Berdasarkan perhitungan tersebut sebagian besar rencana

pendapatan yang telah dianggarkan dalam RAP sudah sesuai dengan apa yang

telah direncanakan oleh KPRI atau dapat dikatakan koperasi surplus. Dengan

demikian KPRI di Kabupaten Pemalang sebagian besar telah melaksanakan

rencana anggaran pendapatan dengan baik sesuai tujuannya.

v. Realisasi Anggaran Biaya Koperasi

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase diketahui 70% bahwa

realisasi anggaran biaya koperasi telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai

dengan rencana sehingga tidak melebihi dari rencana anggaran biaya yang

telah ditetapkan sebelumnya. Hasil tersebut menunjukkan jumlah rencana

anggaran biaya 20 KPRI sebesar Rp. 2.985.326.015,- dan telah terealisasi Rp.

2.139.770.238,- sehingga realisasi anggaran biaya lebih kecil dari yang

direncanakan atau lebih efisien dalam pemakaian biaya. Selain itu tingkat

efisiensi juga dapat diukur dari perbandingan total biaya terhadap pendapatan

bruto koperasi. Dimana perbandingan rasio biaya dengan pendapatan bruto

KPRI Kabupaten Pemalang adalah sebesar 0.54%.

vi. Realisasi Surplus Hasil Usaha Koperasi

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa 80%

KPRI yang realisasi surplus hasil usahanya sudah mencapai 100%. Untuk
106

mengukur efisiensi surplus hasil usaha dapat menggunakan ROI dan ROE,

karena merupakan rasio yang mengukur seberapa baik kemampuan

manajemen dalam menggunakan aktiva operasi untuk menghasilkan surplus

operasi. ROI dapat diperoleh melalui perbandingan antara laba sebelum bunga

dan pajak dengan aktiva operasi, yaitu 0.31% dimana dapat memperhatikan

tingkat efisiensi perusahaan karena sudah sesuai dengan standar lebih dari

10%. Sementara itu ROE menitikberatkan pada bagaimana efisiensi operasi

yang dinyatakan dalam rasio ROI ditranslasi menjadi keuntungan bagi pemilik

perusahaan. Rata-rata ROE yang diperoleh KPRI yaitu sebesar 11.56%, selain

itu ROI dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.

Karena untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, koperasi

memerlukan laba. Laba ini akan diperoleh jika koperasi mampu memasarkan

atau menjual barang-barang yang dihasilkan atau barang-barang yang

ditawarkan, artinya koperasi mempunyai keunggulan kompetitif dan keunikan

produk.

vii. Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam KPRI ini biasanya dilaksanakan secara intern

maupun ekstern. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebesar 20 KPRI

telah ada pemeriksaan oleh Badan Pengawas dan terdapat laporan tertulis. Hal

ini sudah sesuai dengan teori bahwa pemeriksaan laporan keuangan sangat

penting dalam proses perencanaan, pengendalian, serta proses transaksional

untuk pengelolaan koperasi. Sedangkan yang melaksanakan pemeriksaan


107

ekstern baru dua koperasi dengan hasil wajar tanpa catatan, yaitu KPRI

Sukses dan KPRI Kesejahteraan diperiksa oleh Koperasi Jasa Audit (KJA).

3. Partisipasi Ekonomi Anggota

Komponen partisipai anggota sebagian besar termasuk ke dalam

kategori cukup baik yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 54.75%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anggota KPRI Kabupaten

Pemalang belum berpartisipasi secara ekonomi dengan baik, dalam partisipasi

modal maupun partisipasi transaksi. Secara lebih jelas akan dibahas dalam 6

komponen berikut ini ;

i. Pelunasan Simpanan Pokok Anggota

Berdasarkan data di atas data diketahui bahwa seluruh sampel yang

berjumlah 20 KPRI, pelunasan simpanan pokok anggota belum sepenuhnya

hanya 65% dari seluruh KPRI yang terpilih menjadi sampel. Berarti tingkat

partisipasi anggota pada aspek finansial simpanan pokok masih perlu

peningkatan. Namun hal ini sudah menunjukkan bahwa dalam pelunasan

simpanan pokok yang telah dibayar sesuai dengan jumlah simpanan pokok

yang sebenarnya dilunasi. Simpanan pokok perorangan tidak berskala

ekonomi karena jumlah nominalnya yang kecil, sehingga simpanan pokok

anggota belum dapat digunakan untuk modal usaha.

ii. Pelunasan Simpanan Wajib Anggota

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel yang berjumlah

20 KPRI, pelunasan simpanan wajib anggota masih kurang hanya 35% yang
108

mencapai 90% - 100%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase

pelunasan simpanan wajib anggota yang diterima koperasi masih kurang.

Untuk itu perlu menjadi perhatian para pengurus KPRI agar dapat

meningkatkan pelunasan simpanan wajib anggota, karena pada dasarnya

simpanan wajib perseorangan tidak layak ekonomis. Untuk itu semua anggota

koperasi harus melunasi simpanan wajibnya sehingga dapat berskala ekonomi

atau dapat digunakan untuk modal usaha koperasi. Simpanan wajib seluruh

anggota koperasi dinilai sudah berskala ekonomi, karena dapat digunakan

untuk modal kerja koperasi.

Komponen pelunasan simpanan wajib dan simpanan pokok tidak bisa

dijadikan sebagai penilaian dalam klasifikasi kinerja karena walaupun tidak ada

anggota koperasi yang menunggak simpanan pokok dan simpanan wajibnya

bukan berarti kinerja di koperasi tersebut baik.

iii. Keterkaitan Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa

sebagian besar KPRI belum ada keterkaitan usaha koperasi dengan usaha

anggota yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 85% dalam kriteria kurang,

karena koperasi mayoritas usahanya adalah simpan pinjam. Sedangkan usaha

yang dikelola anggota kebanyakan adalah usaha jasa dan pertokoan sembako,

sehingga belum ada keterkaitan usaha anggota dengan usaha koperasi. Untuk
109

itu koperasi perlu mengakomodir kepentingan anggotanya supaya terjadi

keterkaitan usaha.

iv. Transaksi Usaha Koperasi dengan Usaha Anggota

Sebanyak 80% atau 18 KPRI tidak memiliki transaksi usaha koperasi

dengan usaha anggota, hal tersebut karena tidak adanya usaha anggota yang

berkaitan dengan usaha koperasi.

v. Pengembalian Piutang

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa

semua atau 100 % KPRI memiliki kemampuan pengembalian piutangnya

lebih dari 24 hari. Hal ini karena adanya piutang macet atau anggota tidak

dapat mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya. Jika kondisi diteruskan

maka dikhawatirkan akan banyak menimbulkan kredit macet yang dapat

berdampak pada kerugian koperasi itu sendiri.

4. Otonomi dan Kemandirian

Hasil perhitungan yang dilakukan pada komponen otonomi dan

kemandirian KPRI di kabupaten Pemalang termasuk kategori kurang baik.

Hal tersebut ditunjukkan semua KPRI di Kabupaten Pemalang mempunyai

kategori kurang baik sebanyak 100%. Komponen otonomi dan kemandirian

terdiri dari tujuh sub komponen sebagai berikut :


110

i. Rentabilitas Modal Sendiri

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa 10%

atau 2 KPRI memiliki rentabilitas lebih dari 21%, 35% atau 7 KPRI memiliki

rentabilitas antara 10%-20%, 50% atau 10 KPRI memiliki rentabilitas antara

1%-9%, dan sisanya sebanyak 5% atau 1 KPRI memiliki rentabilitas kurang

dari 1%. Hasil tersebut menunjukkan belum adanya kesesuaian antara modal

sendiri dengan hasil usaha yang diperoleh koperasi atau belum sesuai

ketentuan yang berlaku, yaitu rentabilitas modal sendiri dikatakan optimal jika

naik sebesar 10% atau lebih.

ii. Return On Asset (ROA)

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa 10%

atau 2 KPRI memiliki Return on Asset lebih dari 10%, 40% atau 8 KPRI

memiliki return on asset antara 6%-9% dan 50% atau 10 KPRI memiliki

return on asset antara 0%-5%. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya

pengoptimalan asset yang dimiliki koperasi untuk meningkatkan hasil usaha

yang diperoleh, hal ini dikarenakan asset yang dimiliki KPRI belum

sebanding dengan hasil usaha yang diperoleh.

iii. Asset Turn Over (ATO)

Dari perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa sebesar

90% atau 18 KPRI memiliki asset turn over lebih dari 1 kali dan 10 % atau 2

KPRI memiliki asset turn over antara 1 kali - 2,4 kali. Hasil tersebut

menunjukkan tingkat perputaran kekayaan yang mengukur kemampuan


111

koperasi dalam menghasilkan perputaran kekayaan yang mengukur

kemampuan koperasi dalam menghasilkan kembalian dari tiap perputaran

kekayaan dalam berusaha belumlah optimal dan belum memenuhi standar.

Karena volume usaha KPRI yang telah ada terlalu kecil jumlahnya

dibandingkan jumlah asset yang dimiliki KPRI. Hal tersebut perlu segera

ditindaklanjuti dengan cara menambah volume usaha KPRI sehingga Asset

turn overnya (ATO) dapat lebih berputar secara optimal.

iv. Profitabilitas

Dari perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa sebesar

75% atau 15 KPRI memiliki profitabilitas lebih dari 15%, sebanyak 2 KPRI

atau 10% memiliki profotabilitas antara 10% - 14%, dan sisanya sebanyak 3

KPRI atau 15% memiliki profitabilitas 1% - 9%. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa koperasi sudah optimal dalam mencapai laba usaha yang diperolehnya

atau sudah sebanding dengan pendapatan bruto yang diperolehnya.

v. Likuiditas

Dari perhitungan deskriptif persentase diketahui bahwa sebagian besar

atau 85% KPRI di Kabupaten Pemalang memiliki likuiditas kurang dari 125%

atau lebih dari 275%. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPRI di Kabupaten

Pemalang tidak likuid karena tidak bisa memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dan tidak memenuhi standar kemampuan yang berlaku yaitu

125%. Hal ini karena biaya yang tidak berguna lebih besar pemakaiannya

sehingga melebihi aktiva lancar.


112

vi. Solvabilitas

KPRI di Kabupaten Pemalang menunjukkan belum solvabel dan tidak

memenuhi standar ketentuan yang berlaku yaitu sebesar 110%, karena dari

hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebanyak 90% atau 18 KPRI memiliki

solvabilitas kurang dari 90% atau 130%, sehingga koperasi belum solvabel

dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Hal ini karena aktiva yang dimiliki

lebih kecil dari seluruh hutangnya sehingga belum mampu untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya, sehingga koperasi belum solvabel dalam

memenuhi keuangannya apabila KPRI tersebut dilikuidasi. Selain itu juga

dipengaruhi oleh laba (earning) yang menunjukkan kemampuan berulang

untuk menghasilkan kas dari operasi.

vii. Modal sendiri/ Equity (MS) terhadap hutang

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa

sebanyak 20 KPRI atau 100% memiliki kemampuan modal sendiri lebih besar

dari 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa KPRI telah mampu

menggunakan modal sendiri untuk memenuhi kewajibannya karena modal

sendiri lebih besar dibandingkan jumlah kewajiban atau hutang yang menjadi

tanggungannya.

5. Pendidikan dan Pelatihan

Penilaian kinerja KPRI dari komponen pendidikan dan pelatihan

menunjukkan bahwa sebagian besar termasuk ke dalam kriteria cukup baik.

Koperasi melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus,

manajer dan karyawan sehingga mereka dapat memberikan sumbangan yang


113

efektif bagi perkembangan koperasi. Komponen ini memiliki lima sub

komponen yaitu :

i. Pendidikan dan pelatihan bagi Anggota Koperasi

Penilaian terhadap sub komponen ini terletak pada anggota dalam

memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh

koperasi. Hasil perhitungan dengan deskriptif persentase menunjukkan bahwa

sebagian besar atau 35% koperasi di kabupaten Pemalang yang pendidikan

dan pelatihannya tertuang dalam program dan telah dilaksanakan. KPRI di

Kabupaten Pemalang belum sepenuhnya melaksanakan program pendidikan

dan pelatihan bagi pengelola dan pengurus karena tidak tersedianya dana

khusus untuk pendidikan dan pelatihan, menurunnya SHU yang

mempengaruhi tersedianya dana untuk pendidikan dan pelatihan, dan

pengelola sebagian sudah memenuhi standar kemampuan pengelolaan yang

baik. Seharusnya semua KPRI di Kabupaten Pemalang melaksanakan

pendidikan dan pelatihan bagi anggota, karena dengan pelatihan anggota akan

menyadari pentingnya peran serta anggota dalam koperasi. Selain itu dengan

adanya pelatihan bagi anggota berarti KPRI sudah melaksanakan prinsip

koperasi yang keenam yaitu pendidikan perkoperasian. Macam-macam

pelatihan yang dilaksanakan adalah latihan dasar, latihan kepemimpinan,

latihan manajemen keuangan, latihan perencanaan dalam koperasi, dan latihan

kewirausahaan.
114

ii. Pendidikan dan Pelatihan bagi Pengelola Koperasi

Penilaian terhadap sub komponen pendidikan dan pelatihan bagi

pengelola koperasi meliputi ada tidaknya program tersebut dan ada tidaknya

kesempatan mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh koperasi. Dari

hasil penilaian KPRI Kabupaten Pemalang menunjukkan bahwa 65% KPRI

program pendidikan dan pelatihan telah tertuang dalam program dan

dilaksanakan. Sedangkan yang tidak tertuang dalam progran sebesar 15% atau

3 KPRI karena dalam KPRI ini dananya belum mencukupi untuk

melaksanakan pelatihan dan pendidikan sendiri. Mereka lebih sering

mengikuti pelatihan dan pendidikan yang diadakan dinas koperasi maupun

DEKOPINDA.

iii. Penerangan dan Penyuluhan

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa

sebagian besar KPRI atau 35% program penerangan dan penyuluhan telah

tertuang dan dilaksanakan. Sedangkan yang tidak tertuang ada 20% KPRI

karena masing-masing KPRI tersebut kurang tersedianya anggaran,

anggotanya belum memerlukan penyuluhan tentang perkoperasian. Sehingga

mereka hanya mengikuti penerangan dan penyuluhan yang diselenggarakan

instansi-instansi di atasnya seperti dinas koperasi, DEKOPINDA maupun

instansi lainnnya.

iv. Media Informasi

Hasil penilaian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 30% sub

komponen media informasi tidak tertuang dalam program dan tidak


115

melaksanakan. Dari hasil tersebut karena kurang tersedianya anggaran dan

kepedulian terhadap pentingnya informasi khususnya mengenai koperasi.

Padahal media merupakan sarana informasi dan penunjang dalam dunia usaha

dan pendidikan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan pengurus dan

anggota mengenai perkoperasian. Dimana yang dimaksud media di sini adalah

media yang dapat menunjang usaha koperasi dan media yang menyangkut

perkoperasian.

v. Tersedianya Anggaran Khusus dan Penyisihan Dana Pendidikan

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa 15 KPRI tersedia dana khusus

dan penyisihan dana pendidikan. Hasil tersebut menunjukkan adanya inisiatif

yang baik dari koperasi dalam rangka menunjang kesuksesan pelaksanaan

program pendidikan yang ada. Dimana dalam Undang-undang koperasi juga

disebutkan bahwa sisa hasil usaha akan dipersentasikan untuk alokasi dana

pendidikan, dana sosial dan SHU yang dibagikan kepada anggota. Namun

tersedianya anggaran khusus dan penyisihan dana pendidikan belum bisa

sepenuhnya terealisasi disebabkan SHU yang kecil sehingga tidak adanya

alokasi dana khusus untuk pendidikan

6. Kerjasama di antara Koperasi – Koperasi

Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif dapat diketahui bahwa

komponen kerjasama diantara koperasi-koperasi terjalin dengan baik. Hal

tersebut ditunjukkan semua atau 100% KPRI termasuk dalam kategori baik.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa KPRI di Kabupaten Pemalang sudah


116

mampu memberikan pelayanan secara efektif kepada anggotanya dan

memperkuat koperasi dengan kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

i. Kerjasama Usaha secara Horisontal

Penilaian terhadap sub komponen ini dari jumlah koperasi yang diajak

kerjasama atau jenis kerjasamanya. Hasil penilaian sub komponen diketahui

sebagian besar yaitu 90% KPRI yang menjalin kerjasama horisontal dengan

koperasi lain antara 1-2 koperasi atau jenis kerjasama. Oleh sebab itu,

koperasi harus lebih meningkatkan kerjasama antar pengurus dan antara

koperasi lain agar terjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat bagi kemajuan usaha koperasi. Seharusnya kerjasama antara

koperasi tersebut ditingkatkan menjadi 4-5 koperasi atau jenis kerjasama agar

masing-masing koperasi mengalami perkembangan dalam usahanya.

ii. Kerjasama Usaha secara Vertikal

Hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa semua

koperasi yang menjadi sampel penelitian sebanyak 20 KPRI telah menjalin

kerjasama secara vertikal dengan 3–4 koperasi atau jenis kerjasama. Hasil

tersebut sudah baik akan tetapi masih perlu adanya peningkatan kerjasama

seperti halnya dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya, Dinas Koperasi

dan UKM atau instansi lainnya yang dapat saling memberikan manfaat bagi

usahanya.

iii. Manfaat Kerjasama

Penilaian terhadap sub komponen ini dari manfaat yang diperoleh dari

hasil kerjasama antar koperasi tersebut. Dari hasil perhitungan menunjukkan


117

bahwa sebanyak 100% kerjasama yang dijalin oleh KPRI dapat memberikan

manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan pelayanan koperasi kepada

anggota. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa efektifitas kerjasama yang

dilakukan oleh koperasi dapat meningkatkan usaha yang dijalankan masing-

masing koperasi.

7. Kepedulian terhadap Komunitas

Penilaian kinerja KPRI komponen kepedulian terhadap komunitas

menunjukkan bahwa sebesar 45% KPRI telah mempunyai kepedulian

terhadap komunitasnya dengan kriteria sangat baik. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa KPRI di Kabupaten Pemalang telah melakukan

pembangunan yang berkesinambungan melalui kebijakan yang diambil

dengan anggota-anggotanya. Penilaian kinerja KPRI untuk komponen

kepedulian terhadap komunitas, meliputi tiga sub komponen yaitu :

i. Penyerapan Tenaga Kerja

Penilaian terhadap sub komponen ini dilihat dari kemampuan koperasi

dalam menyerap tenaga kerja. Hasil penilaiannya menunjukkan bahwa

sebagian besar KPRI hanya mampu menyerap tenaga kerja kurang dari 5

orang. Hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan lebih meningkatkan

permodalan yang dimiliki sehingga jumlah usaha dapat ditingkatkan yang


118

pada akhirnya dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja yang akan

digunakan untuk menjalankan usaha tersebut.

ii. Pembayaran Pajak Cukai

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa 20

KPRI telah membayar seluruh kewajiban pajak. Dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa seluruh KPRI yang ada telah memenuhi kewajiban dan

taat pada aturan pemerintah dalam pembayaran pajak kepada negara.

iii. Pembangunan Daerah Kerja

Dari hasil perhitungan deskriptif persentase menunjukkan bahwa 75%

KPRI telah tersedia SHU bagi pembangunan daerah kerja dan telah diberikan

kepada yang berhak. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori bahwa KPRI telah

mampu menyediakan hasil usaha untuk membantu pembangunan daerah kerja

yang menjadi salah satu aspek penting bagi koperasi itu sendiri.

b. Alasan mengapa KPRI Kabupaten Pemalang hanya menggunakan analisa rasio

rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dalam mengukur kinerjanya, dengan

indikator sebagai berikut :

1) Pengetahuan Pengurus tentang Pengukuran Kinerja Koperasi

Pengurus KPRI Kabupaten Pemalang tidak mengetahui aturan

pengukuran kinerja koperasi. Hal ini disebabkan karena masa kepengurusan

pada tiap periode yang terlalu cepat tanpa diimbangi dengan motivasi dan

latar belakang yang cukup, pengurus sering berganti-ganti menyebabkan


119

pelaksanaan programnya belum maksimal tetapi waktu kepengurusan sudah

habis, tidak adanya sistem manajemen informasi yang mendukung, serta

pengurus tidak pernah membaca atau mendapat literatur mengenai aturan

pengukuran kinerja koperasi. Dinas Koperasi selaku pembina koperasi tidak

pernah memberikan sosialisasi mengenai aturan pengukuran kinerja koperasi,

baik melalui pelatihan maupun memberikan sarana penunjang berupa buku-

buku literatur yang dapat dimanfaatkan oleh pengurus agar dapat melakukan

pengukuran kinerja koperasi secara tepat.

2) Pendidikan dan Motivasi Pengurus

Pengurus KPRI Kabupaten Pemalang tidak pernah mengevaluasi

laporan keuangan KPRI dengan aturan pengukuran kinerja koperasi. Dengan

demikian pendidikan dan motivasi pengurus juga masih rendah. Kurangnya

tingkat pendidikan tersebut disebabkan karena Dinas Koperasi tidak pernah

memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pengurus mengenai aturan

pengukuran kinerja. Sedangkan rendahnya motivasi pengurus tersebut

disebabkan karena kebanyakan pengurus KPRI sibuk dengan pekerjaannya

sebagai Pegawai Negeri Sipil sehingga kurang memperhatikan pekerjaannya

sebagai pengurus koperasi. Selain itu rendahnya motivasi juga dipengaruhi

faktor intrinsik yaitu faktor dari dalam diri pengurus yang belum tumbuh

untuk mengembangkan koperasinya. Motivasi merupakan hal yang sangat

penting dalam rangka seseorang menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan


120

mengembangkan dirinya, termasuk dalam belajar. Beberapa cara

menumbuhkan motivasi adalah dengan memberikan angka sebagai simbol

dari nilai kegiatan atau aktivitas karyawan, hadiah, pujian, hukuman, hasrat

untuk maju. Selain itu faktor dari luar yaitu Dinas Koperasi perlu

membimbing dalam penerapannya secara praktek di lapangan.

3) Pemahaman Pengurus Terhadap Aturan Pengukuran Kinerja Koperasi dari

Dinas Koperasi

Pengurus KPRI Kabupaten Pemalang tidak paham mengenai aturan

pengukuran kinerja koperasi dari Dinas Koperasi. Hal tersebut dikarenakan

kurangnya pengetahuan pengurus KPRI terhadap aturan pengukuran kinerja

koperasi, pengurus malas untuk membaca buku-buku literatur pengukuran

kinerja koperasi, pengurus kurang giat dalam mencari informasi yang

berhubungan dengan koperasi karena kesibukan dengan pekerjaan yang lain

dan motivasi pengurus yang rendah ditambah tidak adanya sistem manajemen

informasi sehingga mengakibatkan pengurus KPRI kurang mengerti

pengukuran kinerja koperasi. Seharusnya pengurus KPRI lebih memahami

lagi aturan pengukuran kinerja koperasi dari Dinas Koperasi untuk menilai

kinerjanya. Dalam hal ini pengurus harus lebih aktif lagi untuk membaca dan

mencari literatur tentang pengukuran kinerja koperasi untuk diaplikasikan

pada koperasinya. Selain itu juga membuat sistem manajemen informasi di


121

koperasinya untuk mempermudah dalam memperoleh wawasan dan

informasi.

Dari ketiga indikator di atas, dapat diketahui alasan mengapa KPRI

Kabupaten Pemalang hanya menggunakan rasio rentabilitas, likuiditas dan

solvabilitas dalam mengukur kinerjanya, antara lain disebabkan masa

kepengurusan pada tiap periode yang terlalu cepat, pengurus sering berganti-ganti

menyebabkan pelaksanaan programnya belum maksimal tetapi masa

kepengurusan sudah habis. Serta tidak adanya sistem manajemen informasi yang

mendukung. Penyebab lainnya adalah tingkat pengetahuan pengurus yang rendah

karena tidak pernah membaca buku atau literatur mengenai aturan pengukuran

kinerja, sehingga pemahaman pengurus terhadap aturan pengukuran kinerja

koperasi juga rendah. Hal ini disebabkan Dinas Koperasi tidak pernah melakukan

sosialisasi aturan pengukuran kinerja koperasi. Sehingga dalam menilai kinerja

KPRI masih menggunakan analisa rasio rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas.

c. Peran Serta Pemerintah untuk Pengukuran Kinerja Koperasi dalam Rangka

Pembinaan Koperasi KPRI di Kabupaten Pemalang dengan indikator-indikator

sebagai berikut :

1) Sosialisasi Aturan Pengukuran Kinerja dari Dinas Koperasi

Dinas Koperasi tidak mensosialisasikan aturan pengukuran kinerja

koperasi kepada pengurus KPRI Kabupaten Pemalang secara berkala dan

teratur. Dinas Koperasi tidak pernah melakukan peninjauan langsung ke

masing-masing KPRI untuk melakukan sosialisasi aturan pengukuran kinerja


122

koperasi, baik dalam bentuk pendidikan dan pelatihan maupun pemberian

literatur tentang aturan pengukuran kinerja koperasi yang bisa dimanfaatkan

oleh pengurus koperasi. Hal ini disebabkan karena mutasi pegawai atau

penempatan pegawai pada Dinas Koperasi yang tidak tepat dalam artian

bukan orang yang tahu/menguasai dan juga tidak berpengalaman, serta latar

belakang pendidikan yang tidak tepat dengan koperasi yang ditempatkan

dalam Dinas Kopersai sehingga tidak dapat memajukan koperasi. Kemudian

juga cepat berubahnya posisi pegawai pada Dinas Koperasi yang disebabkan

cepatnya proses mutasi pegawai yang membawa dampak tidak

terselesaikannya program yang telah dibuat dan mungkin sedang berjalan.

Dengan melihat keadaan seperti ini seharusnya pemerintah lebih giat lagi

dalam mensosialisasikan pengukuran kinerja dengan cara melakukan

pelatihan serta pendampingan pada KPRI yang masih menggunakan

pengukuran kinerja aspek keuangan saja. Dengan demikian KPRI akan

merasa diperhatikan dan akan memahami secara jelas mengenai aturan

pengukuran kinerja.

2) Peninjauan Langsung untuk Pengukuran Kinerja dari Dinas Koperasi

Dinas Koperasi tidak mensosialisasikan aturan pengukuran kinerja

koperasi kepada pengurus KPRI Kabupaten Pemalang secara berkala dan

teratur, seperti telah disebutkan di atas bahwa Dinas Koperasi tidak pernah

melakukan peninjauan langsung ke masing-masing KPRI untuk melakukan

sosialisasi pengukuran kinerja koperasi, baik dalam bentuk pendidikan dan


123

pelatihan maupun pemberian literatur tentang aturan pengukuran kinerja

koperasi yang bisa dimanfaatkan oleh pengurus koperasi. Hal ini disebabkan

karena mutasi pegawai atau penempatan pegawai pada Dinas Koperasi yang

tidak tepat dalam artian bukan orang yang tahu/menguasai dan juga tidak

berpengalaman, serta latar belakang pendidikan yang tidak tepat dengan

koperasi yang ditempatkan dalam Dinas Kopersai sehingga tidak dapat

memajukan koperasi. Kemudian juga cepat berubahnya posisi pegawai pada

Dinas Koperasi yang disebabkan cepatnya proses mutasi pegawai yang

membawa dampak tidak terselesaikannya program yang telah dibuat dan

mungkin sedang berjalan

3) Pendidikan/Pelatihan tentang Pengukuran Kinerja Koperasi Dinas Koperasi

Pendidikan dan pelatihan tentang pengukuran kinerja koperasi tidak

dilaksanakan dan disampaikan secara berkala dan teratur oleh Dinas Koperasi

kepada KPRI Kabupaten Pemalang. Hal ini disebabkan banyak pegawai dari

Dinas Koperasi yang mengalami perubahan atau mutasi dari dinas-dinas yang

lain, sehingga mereka kurang memahami tentang ideologi koperasi. Kurang

memahaminya para pegawai Dinas Koperasi tentang koperasi ini yang

menyebabkan Dinas Koperasi tidak dapat memberikan pendidikan dan

pelatihan tentang aturan pengukuran kinerja koperasi secara tepat. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa Dinas Koperasi tidak sepenuhnya melaksanakan

pendidikan dan pelatihan mengenai pengukuran kinerja koperasi kepada KPRI

secara berkala. Selain itu pengurus KPRI juga harus lebih aktif dalam mencari
124

informasi tentang pendidikan dan pelatihan penilaian pengukuran kinerja

koperasi.

Dari ketiga faktor di atas menunjukkan bahwa Dinas Koperasi tidak

mensosialisasi aturan pengukuran kinerja, pengukuran kinerja dan pendidikan

pelatihan pengukuran kinerja koperasi kepada pengurus KPRI Kabupaten

Pemalang secara berkala dan teratur. Hal ini disebabkan karena mutasi pegawai

atau penempatan pegawai pada Dinas Koperasi yang tidak tepat dalam artian

bukan orang yang tahu/menguasai dan juga tidak berpengalaman, serta latar

belakang pendidikan yang tidak tepat dengan koperasi yang ditempatkan dalam

Dinas Kopersi sehingga tidak dapat memajukan koperasi. Kemudian juga cepat

berubahnya posisi pegawai pada Dinas Koperasi yang disebabkan cepatnya proses

mutasi pegawai yang membawa dampak tidak terselesaikannya program yang

telah dibuat dan mungkin sedang berjalan. Untuk itu Dinas koperasi hendaknya

dalam pemberian job atau pekerjaan tidak hanya asal saja tetapi disesuaikan

dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Memberikan sosialisasi,

pendidikan dan pelatihan secara berkala dan teratur kepada pengurus koperasi

mengenai pengukuran kinerja koperasi agar pengurus dapat melakukan penilaian

sesuai dengan aturan pengukuran kinerja koperasi yang telah ditetapkan

pemerintah.
125

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka kesimpulan yang dapat

ditarik adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil klasifikasi koperasi Kep. Men. Koperasi No.

129/Kep/M/KUKM/XI/2002 Kabupaten Pemalang dalam kategori cukup

baik dengan rata-rata 67.05%, akan tetapi ada beberapa indikator yang

memerlukan perbaikan dalam penilaiannya, antara lain :

a. Rasio peningkatan jumlah anggota, hal ini disebabkan karena jumlah

anggota yang masuk tidak ada apabila tidak terjadi penambahan pegawai

negeri baru. Sedangkan bila dibandingkan dengan jumlah anggota yang

keluar lebih banyak karena pensiun, meninggal dunia dan mutasi.

b. Simpanan pokok dan simpanan wajib, hal ini disebabkan kecilnya

simpanan pokok dan simpanan wajib yang merupakan modal utama dari

koperasi tidak layak ekonomi sehingga menghambat perkembangan

koperasi.

c. Rasio kehadiran anggota dalam RAT, hal ini disebabkan karena anggota

belum sepenuhnya menyalurkan aspirasi dengan baik karena tidak

memberikan saran, pendapat atau usulan dalam RAT.

125
126

d. RK dan RAPB, penyusunan RK dan RAPB sebagai rutinitas saja dan

monoton, dibuat tidak berani melebihi dari perolehan SHU tahun

sebelumnya karena takut tidak mencapai target yang dianggarkan.

e. Realisasi Anggaran (Pendapatan, biaya dan surplus hasil usaha), hal ini

disebabkan karena dalam penyusunan anggaran tidak mempunyai rencana

startegik sehingga masih kurang jelas arah atau tujuan koperasi tersebut.

Penetapan anggaran pendapatan biasanya merujuk pada masa lalu bukan

disesuaikan dengan keadaan sekarang. Penetapan anggaran biaya tidak

relevan lagi dengan keadaan sekarang seperti penetapan insentif pengurus

dihargai dengan nominal yang sangat rendah. Dan penetapan anggaran

surplus hasil usaha mengabaikan kesejahteraan anggota yang penting

adalah pencapaian hasil yang tinggi, sehingga tidak sesuai dengan

ideologi koperasi.

2. Alasan KPRI di Kabupaten Pemalang masih menggunakan ukuran

rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dalam pengukuran kinerja yaitu

dikarenakan pengetahuan, pemahaman, pendidikan dan motivasi pengurus

rendah yang disebabkan pergantian pengurus pada tiap periode yang terlalau

cepat, pengurus sering berganti-ganti menyebabkan pelaksanaan programnya

belum maksimal tetapi waktu kepengurusan sudah habis. Selain itu juga

karena tidak adanya sistem manajemen informasi pendukung.

3. Peran pemerintah dalam pembinaan koperasi melalui Dinas Koperasi masih

kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena : Dinas koperasi tidak pernah
127

mensosialisasi aturan pengukuran koperasi, pengurus KPRI juga tidak

pernah mendapatkan sosialisasi pengukuran kinerja koperasi oleh dinas

koperasi dengan kata lain dinas koperasi tidak pernah terjun langsung

melakukan pengukuran kinerja pada tiap-tiap KPRI dan pengurus KPRI juga

tidak pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan pengukuran kinerja

koperasi dari dinas koperasi. Semua hal ini disebabkan karena mutasi

pegawai/penempatan pegawai pada dinas koperasi yang tidak tepat dalam

artian bukan orang orang yang tahu dan tidak berpengalaman, serta latar

belakang pendidikan yang tidak tepat dengan koperasi yang ditempatkan

dalam dinas koperasi sehingga tidak dapat memajukan koperasi. Kemudian

juga cepat berubahnya posisi pegawai pada dinas koperasi yang disebabkan

cepatnya proses mutasi pegawai yang membawa dampak tidak

terselesaikannya program yang telah dibuat dan mungkin sedang berjalan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil yang diperoleh antara lain :

1. Bagi KPRI

a. Melakukan sosialisasi mengenai arti pentingnya koperasi dan

memberikan motivasi kepada calon-calon anggota baru agar tertarik

menjadi anggota koperasi sehingga terjadi peningkatan jumah anggota


128

b. Peningkatan partisipasi ekonomi dengan jalan pemberian jangka waktu

pengembalian piutang, penyesuaian besarnya simpanan pokok dan

simpanan wajib, dengan kata lain besarnya simpanan pokok dan

simpanan wajib harus layak ekonomi, sehingga jumlah simpanan satu

anggota dalam satu tahun sudah layak untuk dijadikan modal usaha.

Apabila ada anggota yang tidak membayar tepat waktu hendaknya diberi

teguran atau sanksi. Sehingga menarik minat pegawai yang belum

menjadi anggota koperasi untuk menjadi anggota koperasi..

c. Dalam pelaksanaan RAT diupayakan anggota turut aktif dan bisa

menyalurkan aspirasinya dengan memberikan pendapat ataupun saran

bagi kemajuan koperasi.

d. RK dan RAPB sebaiknya disusun dengan meninjau ulang sesuai dengan

keadaan saat ini dan dapat melibatkan anggota dalam penyusunannya.

e. Dalam penyusunan anggaran koperasi dibuat rencana strategik agar arah

dan motivasinya menjadi jelas. Anggaran pendapatan dan biaya

ditetapkan sesuai keadaan sekarang bukan merujuk pada masa lalu.

Begitu pula dengan surplus hasil usaha jangan berlawanan dengan

ideologi koperasi yang pada dasarnya hasil usaha itu bukan tujuan utama

tetapi yang lebih penting adalah kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya sehingga tidak mencari keuntungan

semata.
129

2. Bagi Pengurus

a. Pengaturan periode jabatan pengurus, misalnya saja 5 tahun sekali.

Sehingga bisa menjadikan pengalaman dan pengetahuan tersendiri bagi

pengurus. Dan juga dalam pemilihan pengurus haruslah dipilih pengurus

yang tahu dan paham mengenai koperasi sehingga bisa memajukan

koperasi itu sendiri.

b. Pengurus hendaknya aktif membaca dan memahami buku-buku atau

literatur tentang koperasi dan aturan pengukuran kinerja koperasi agar

pemahaman pengurus terhadap aturan pengukuran kinerja koperasi

meningkat, dan membuat sistem manajemen informasi di koperasinya

untuk mempermudah dalam memperoleh wawasan dan informasi.

3. Bagi Dinas Koperasi

a. Dinas Koperasi hendaknya melakukan sosialisasi pengukuran kinerja

secara berkala dan teratur dengan memberikan pendidikan dan pelatihan

kepada pengurus agar dapat melakukan penilaian sesuai dengan aturan

pengukuran kinerja koperasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Dinas Koperasi hendaknya melakukan pengukuran kinerja secara berkala

dan teratur terhadap KPRI-KPRI yang ada di Kabupaten Pemalang.

4. Bagi Peneliti yang akan Datang

Diharapkan melakukan penelitian yang lebih mendetail terutama terhadap

indikator-indikator yang masih kurang tepat.


130

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta

Atkinson, Antony. A. Et. Al. 1995. Management. Accounting Prentice Hall, New
Jersey.

Baswir, Revrisond. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta : BPFE.

Dinas Koperasi dan UKM. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Kelembagaan


Dan Usaha Koperasi. Jakarat : Dinas Koperasi Dan UKM

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2001. Petunjuk Pelaksanaan


Penelitian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam.
Jakarta : Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Republik Indonesia

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2004. Peningkatan Kualitas


Manajemen dan Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Jakarta : Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM.

Harnanto, 1985. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : BPFE

Hansen and Mowen. 1995. Cost Management Accounting and Control. Jakarta :
Gramedia Pustaka

Ikhsan, Sukardi. 2005. Pengukuran Kinerja Koperasi. Semarang. Pusat


Pengembangan Sumberdaya Manusia Koperasi GKPRI Jawa Tengah

Kaplan dan Norton. 1996. Balanced Score Card Menerapkan Strategi Menjadi Aksi.
Jakarta : Erlangga

Kep. Men Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M/KUKMI/XI/2002. dan PP No.9 Th


1965. Kep. Men No. 226-227 Th 1996. Kantor Dinas Koperasi dan UKM

Mankiw, Gregory. 2001. Pengantar Ekonomi : Jilid 1. Jakarta Erlangga.

Mulyadi. Akuntansi Manajemen. 2001. Jakarta : Erlangga


131

Mulyadi & Jhonny S. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen :


Sistem Pelipatgandaan Kinerja. Yogyakarta : Aditya Media

Munawir. 1989. Analisa Laporan Keuangan Edisi Ke empat. Yogyakarta : Liberty

Olve, Roy, & Wetter. 1996. Performance Drivers : A Practical Guide to Using the
Balance Scorecard. Jakarta : Gramedia

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :


UGM

Sitio, Arifin & Halomoan Tamba. 2001. Koperasi : Teori dan Praktek. Jakarta :
Erlangga.

Soedjono, Ibnoe. PIP-DEKOPIN. 1997. Jakarta : DEKOPIN

Sudarsono & Edilius. 2002. Koperasi dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiono. 2002. Metode Statistika. Jakarta. Erlangga

Syafri, Sofyan. 2002. Teori akuntansi. Jakarta : Insan Press.

Yuwono. 2002. Ekonometri : Suatu Pengantar . Salatiga : Fakultas Ekonomi UKSW.

Anda mungkin juga menyukai