Anda di halaman 1dari 23

JUJUR BERSAMA

ALLAH

oleh

Imam Syahid Syaikh ‘Abdullah ‘Azzam rahimahullah


“…masalah terbesar yang dialami ummat Islam
hari ini adalah tiadanya keikhlasan dan
kejujuran di antara mereka yang berjuang untuk
Allah, kecuali dari mereka yang tanpa pamrih,
sholeh, dan orang-orang murni yang disiapkan
untuk memimpin ummat, dan diciptakan untuk
mengendalikan nahkoda (ummat)…”
Sesungguhnya1 segala puji hanyalah milik Allah. Kami memuji-Nya, kami
meminta kepada-Nya, dan kami memohon ampun kepada-Nya. Kami meminta
pertolongan kepada Allah dari kejahatan diri kami, dan dari kejelekan amal
perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada
seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh
Allah, maka tak ada seorang pun yang sanggup memberinya petujuk. Aku bersaksi
bahwasannya tidak ada ilah (tuhan) selain Allah, dan aku bersaksi bahwasannya
Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya.

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah engkau kepada Allah dengan sebenar-
benarnya takwa, dan janganlah kamu mati melainkan sebagai seorang muslim.”2

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan


kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”3

1
Diterjemahkan dari artikel “Being True With Allah” yang diterjemahkan dari koleksi transkrip kuliah Syaikh
‘Abdullah ‘Azzam, “At-Tarbiyah al-Jihadiyah wal-Bina”. Sebagian besar catatan kaki ditambahkan oleh penerjemah
Bahasa Inggris. Sebagian tambahan dilakukan oleh penerjemah Bahasa Indonesia dengan keterangan tanda
(pent.).
2
Ali Imran: 102
3
An-Nisa: 1
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-
Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”4

Wahai kalian yang ridho terhadap Allah sebagai Tuhan, dan Islam sebagai agama
yang benar, dan Muhammad SAW sebagai nabi dan utusan-Nya!

Ketahuilah bahwasannya Allah telah mengungkapkan dalam ayat-Nya yang jelas

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah
kalian termasuk bersama orang-orang yang jujur!”5

Kejujuran yang dimaksud dalam ayat pada surat At-Taubah ini berarti segala
urusan kita haruslah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya,
seseorang haruslah memiliki isi yang sama antara keadaan di dalam hatinya dan
keadaan di luarnya. Atau, seseorang haruslah memiliki watak yang sama antara
apa yang dia sembunyikan dan apa yang dia tampakkan. Sehingga, apabila engkau
membuka dada orang yang jujur, dan Allah memberi kemampuan padamu untuk
mengetahui isi hatinya, maka kau tidak akan menemukan perbedaan antara apa
yang selama ini ia tampakkan, kepribadiannya, dan apa yang selama ini ia
sembunyikan.6

Demikianlah yang dimaksud dengan kondisi kejujuran

4
Al-Ahzab:70-71
5
At-Taubah:119
6
‘Umar bin ‘Abd ‘Aziz berkata, “Tidaklah seseorang dapat mencapai derajat taqwa hingga ia tidak memiliki
tindakan dan ucapan yang dapat ditampakkan untuk mempermalukannya di dunia dan di akhirat”. Suatu saat ia
ditanya, “Kapankah seorang hamba dikatakan mencapai puncak taqwa?” Kemudian Ia menjawab, “Jika ia
meletakkan pikiran dan kehendaknya dalam sebuah piring kemudian diarak keliling pasar, dan ia tidak merasa
malu dengan apa yang ada di sana.”[‘Min Akhlaq as-Salaf’; hal. 56]
Pada kenyataannya, sebagian dari manusia ada yang memiliki isi hati yang lebih
baik dari apa yang selama ini ia tampakkan. Para generasi terdahulu (salaf as-
sholih) senantiasa berdo’a, “Ya Allah, jadikanlah hati kami lebih baik dari apa yang
ada di luarnya, dan jadikanlah keadaan di luar kami dalam keadaan baik.”

Dan dikarenakan anugerah dari Allah SWT, maka hati manusia ini senantiasa
terhubung kepada Yang Maha Mengetahui segala yang tak tampak..yakni Allah
SWT. Oleh karena itu, rahasia hati tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.

Hati manusia terkadang melukiskan gambar yang berbeda dengan apa yang
tampak dari seseorang. Bagaimanapun juga, keadaan hati dan kenyataan yang
tampak di luar manusia tidak dapat dipisahkan, kecuali nantinya pasti akan
kembali lagi dan menjadi satu. Sehingga, apabila keadaan hati seseorang itu baik,
maka Allah akan menjadikan keadaan luar orang itu juga baik. Sebaliknya, jika
hati seseorang itu jahat, maka Allah akan menjadikan keadaan luar orang tersebut
jahat pula. Tak ada seorang pun yang pernah menyembunyikan isi hatinya, kecuali
Allah pasti akan membuatnya menjadi terlihat dan diketahui orang lain, entah itu
dikarenakan kesilapan lidah atau dari ekspresi wajahnya.

Adalah suatu yang mustahil bahwa seseorang mampu menyembunyikan rahasia


dirinya dalam waktu yang lama, sedangkan itu adalah sesuatu yang telah Allah
lekatkan pada manusia itu sendiri. Yang demikian itu adalah fitrah, dimana Allah
akan menjadikan keadaan yang tampak dari seseorang sebagaimana apa yang ada
di dalam hatinya. Sehingga apabila seseorang menampakkan apa yang sebenarnya
tidak ada di hatinya melalui suatu bentuk kemunafikan, kebohongan, kepura-
puraan, atau yang lainnya, keadaan itu pasti tidak akan bertahan lama. Itu
disebabkan Allah telah menjadikan fitrah manusia sedemikian rupa sehingga
kedustaan itu tidak mungkin bertahan lama, dan kepura-puraan tidak akan dapat
berlangsung selamanya.

Semua jiwa dan hati manusia itu mencintai fitrah dan pasti akan kembali kepada
fitrah tersebut, di mana Allah telah melekatkannya pada manusia,

“Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan
hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.”7

7
Al-Baqarah: 138
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.”8

Dari sini kita dapat mengetahui, bahwa fitrah sebenarnya, yang mana Allah telah
mentahbiskan dan menciptakannya dengan tangan-Nya sendiri, tidak mungkin
berada dalam kesalahan dan kepura-puraan, juga tidak mungkin beriringan
bersama kebohongan dalam waktu yang lama. Karena itu, jika fitrah ini digoncang
oleh suatu nasehat dari seorang ulama, atau dibacakan kepadanya ayat al-Qur’an,
maka fitrah ini akan bergoncang dan mengusap semua kotoran dari sekelilingnya,
seperti kepura-puraan, kebohongan, dan kesalahan yang melingkupinya, kemudian
fitrah ini akan berkata dengan jujur.

Berapa banyak orang yang berbohong padamu atau menyakitimu, tapi karena
kejujuranmu dan kesabaranmu yang tiada batas telah membuat fitrahnya
mengajaknya kembali pada perasaanya sehingga ia merasa bersalah dan
menyesal? Sehingga hati ini, yang tidak sanggup bertahan dalam kepura-puraan
dalam waktu yang lama, akan terbuka kepadamu. Maka, segala perbuatanmu
tidaklah memiliki arti, jika tidak disertai dengan kejujuran. Dan Allah tidak akan
menerima amal perbuatan apapun hingga perbuatan itu disertai dengan kejujuran.

“..Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”9

Fudhail bin Iyad10 mengatakan saat menjelaskan arti ayat ini, “maksudnya (yang
paling baik amalnya) adalah yang paling benar dan paling ikhlas dalam beramal.”11

8
Ar-Rum: 30
9
Al-Mulk:2
10
Ia adalah Al-Fuhail bin Iyad bin Mas’ud bin Bishr at-Tamimi al-Khurasani. Ia dilahirkan di Samarkand, Uzbekistan.
Ia menghabiskan masa mudanya sebagai perampok jalanan, hingga ia bertaubat setelah mendengar lantunan
beberapa ayat al-Qur’an dari sebuah rumah yang ingin ia rampok. Ia menjadi perawi hadits yang terpercaya dan
terkenal. Ia meninggal pada tahun187 H.
Yang paling ikhlas artinya adalah yang tidak disertai dengan riya’, dan yang paling
benar artinya adalah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW dan apa yang
difirmankan Tuhan semesta alam. Karena tanpa kejujuran, tak ada satu pun yang
menjadi baik bagi kita, kita tidak akan mampu menempuh jalannya, dan kita akan
terhinakan.

Lihatlah! Berapa banyak orang yang pandai berbicara hingga membuat dirimu
terkagum-kagum oleh pembicaraannya, tapi padahal mereka mengatakan dengan
lidahnya apa yang sebenarnya tidak ada di hatinya? Orang-orang akan
mengelilinginya, tapi aku yakin bahwa itu tak akan berlangsung lama. Karena
buih itu akan segera menghilang dan tak akan bertahan lama.

“…Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun
yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan.”12

Tidak ada yang hidup dan bertahan di dunia ini kecuali kejujuran/kebenaran dan
apa yang terpancar darinya. Sebagaimana kotoran dan kejahatan, mereka
sebenarnya tidak memiliki akar yang kuat yang sanggup menopangnya agar dapat
berdiri lama.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan

11
Tafsir Al-Baghawi (4/369), dan ia juga berkata, “Jika sebuah amal dilakukan dengan ikhlas, tetapi tidak benar,
maka amal itu tidak akan diterima. Jika suatu amal dilakukan dengan benar, tapi tidak ikhlas, ia tidak akan
diterima. Jadi, suatu amal akan diterima jika dilakukan dengan benar dan ikhlas.” [Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam; 1/72]
12
Ar-Ra’du:17
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikit pun.”13

Maka, kejahatan tidak akan mampu berjalan bersama fitrah manusia dan tidak
akan mampu menanamkan akarnya ke dalam hati manusia. Karena ia memang
tidak memiliki akar di kedalaman fitrah manusia. Kejahatan hanyalah orang asing
yang tinggal untuk sementara, dan dengan segera akan lenyap, seperti kutil atau
borok yang akan segera lenyap setelah ia muncul di kulit.

Namun tidak demikian dengan kebenaran, ia memiliki akar yang kuat


menghunjam dalam diri manusia. Ia akan tetap berada di sana hingga kita
bertemu dengan Allah. Alasan akan ini semua adalah karena Allah itu sendiri
adalah kebenaran, tidak memberi petunjuk kecuali kepada kebenaran, tidak akan
memberikan kekekalan kecuali kepada kebenaran, dan bahwa agama-Nya adalah
kebenaran itu sendiri.

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan)
Yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil,
dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”14

“…Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan.”15

Sebagaimana yang telah aku katakan sebelumnya, orang-orang akan berkerumun


di sekitar mereka yang pandai berbicara, tapi buih itu tak akan bertahan lama.
Aku yakin, bahwa kotoran itu tidak akan hidup lama, dan aku meyakinkan orang-

13
Ibrahim: 24-26
14
Al-Hajj:62
15
Ar-Ra’du:17
orang yang ada di sekelilingku bahwa ini hanyalah percikan kecil yang akan segera
menghilang. Allah SWT berfirman,

“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk
itu menarik hatimu,…”16

Tuhan Yang Maha Mulia akan menumpuk semua kejahatan, sebagian di atas
sebagian yang lain. Kemudian Ia akan melemparkannya dan memasukkannya ke
dalam neraka. Dan demikian pulalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kejahatan itu, maka itu semua akan berakhir sebagai pecundang.

Lalu hari berganti hari, dan benarlah apa yang selama ini aku perkirakan: buih
tidak akan bertahan lama hidup, kotoran dan amal buruk segera lenyap, kemudian
menghilang hanya oleh satu tiupan angin yang berhembus.

Karena itu, maka kaum salaf (ridhwanullah ‘ alayhim) senantiasa bersungguh-


sungguh untuk mengikuti kebenaran, meskipun itu tidak menyenangkan dan
pahit.17 Mereka sangat serius untuk menjadi orang yang jujur, meskipun itu
sesuatu yang sangat berat dan sangat sulit untuk dilakukan. Mereka sangat
bersungguh-sungguh untuk memiliki keadaan yang sama antara hati dan
perbuatan, meskipun berada pada situasi yang amat sulit sekalipun. Seorang dari
mereka berusaha untuk beramal tanpa diketahui oleh seorang pun kecuali oleh
Allah dan dirinya sendiri. Sehingga apabila orang-orang ingin mengetahui
tindakan kepahlawanannya, maka ia akan segera pergi dari tempat itu agar orang-
orang tak perlu mengenalinya.

16
Al-Maidah:100
17
Sebagaimana hadits Abu Dzar Al-Ghiffari, dimana ia berkata, “Sahabat karib kami (SAW) memerintahkanku akan
tujuh hal: menyayangi orang miskin dan mendekati mereka, melihat mereka yang lebih kurang dariku dan tidak
melihat mereka yang di atasku, menyambung tali silaturahim meskipun orang lain memutuskannya, tidak meminta
apapun kepada orang lain, mengatakan kebenaran meskipun itu tidak menyenangkan, tidak takut pada celaan
orang yang suka mencela kecuali takut kepada Allah, dan memperbanyak mengucapkan La hawla wa la quwwata
illa billah seolah-olah (ucapan) itu merupakan harta karun yang terkubur di bawah singgasana.”

Hadits ini dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam ‘Umdat at-Tafsir’ (1/700), Al-Albani dalam ‘Shahih at-Targhib wat
Tarhib’ (2233, 2320, 2525, dan 2868) dan ‘Misykat al-Masabih’ (5187), dan Muqbil al-Wad’i dalam ‘as-Shahih al-
Musnad’ (277).
Imam Ahmad18 rahimahullah apabila berjalan di suatu jalan, maka ia akan
berjalan di antara para pekerja sehingga tidak akan ada yang mengenalinya dan
memberikan penghormatan kepadanya.19 Salah seorang dari generasi salaf apabila
memasuki medan perang, maka ia menyamarkan dirinya. Dan apabila ia
mendapatkan banyak harta rampasan perang, ia akan menyembunyikan dirinya
dan meninggalkan harta rampasannya sehingga orang-orang tidak mengetahui
barang itu milik siapa.20

Tahukah kalian kisah tentang seseorang yang menggali lubang pada hari ketika
Maslamah bin ‘Abd. Malik21 terkepung di suatu benteng dalam jangka waktu yang
lama? Pada malam itu, salah seorang mujahid diam-diam menyelinap dan
memanjat tembok menuju benteng, melumpuhkan beberapa orang penjaga, dan
menggali terowongan yang menghubungkan benteng hingga ke daerah di mana
pasukan muslimin berada sehingga dapat merebut benteng tersebut dari tangan
musuh. Kemudian Maslamah berkata kepada pasukannya, “Siapakah di antara
kalian yang menggali terowongan tersebut?” Tapi tak ada seorang pun yang
mengaku. Hingga suatu malam, seorang prajurit yang mengenakan cadar masuk
ke dalam tenda Maslamah dan berkata, “ Inginkah kau mengetahui siapakah yang
menggali terowongan tersebut?”

Maslamah menjawab, “Iya.”

18
Ia adalah Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal as-Syahbani. Ia dilahirkan pada 164 H, dan
merupakan imam Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Ia disiksa dan dipenjara karena pendapatnya berkaitan dengan
penciptaan Al-Qur’an. Ia besar sebagai pencinta ilmu dan melakukan banyak perjalanan untuk mencarinya. Ia
membuat kitab hadits ‘Musnad’ yang berisi 30000 hadits. Ia wafat di Baghdad pada 241 H.
19
‘Siyar A’lam an-Nubala’; 9/465
20
‘Abduh bin Sulayman menceritakan: “Kami sedang berada pada suatu ekspedisi bersama Ibn al-Mubarak di
tanah Romawi, sedangkan musuh mendekati kami. Saat kedua pasukan bertemu, seseorang dari musuh datang
dan menantang duel. Seseorang dari pasukan muslim keluar dan membunuhnya. Kemudian, seseorang dari
pasukan musuh datang lagi, membunuh orang tersebut dan menantang duel lagi. Kemudian, seseorang dari
pasukan muslim keluar dengan menutup wajahnya menggunakan pakaiannya dan membunuh pasukan musuh
tersebut setelah berlangsung duel hampir satu jam. Orang-orang datang untuk mengetahui siapa orang tersebut,
hingga saya membuka tutup wajahnya dan ternyata ia adalah ‘Abdullah bin al-Mubarak. [‘Tarikh Baghdad’; 1/167]
21
Ia adalah Maslamah bin ‘Abdul Malik bin Marwan bin al-Hakam, putra khalifah Umayyah. Ia memiliki banyak
kisah perjuangan melawan Romawi. Ia adalah orang yang menginvasi Konstantinopel pada 100 H, dan memerintah
Irak dan Armenia. Pada 109 H, ia menginvasi Turki dan Sindh. Ia wafat pada 121 H. Lihat ‘Siyar A’lam an-Nubala’;
6/68-69.
Prajurit itu berkata, “Aku akan mengatakannya padamu dengan syarat kau tidak
akan menyebarkan namanya kepada siapapun, dan kau tidak akan
memberikannya penghargaan apapun atas apa yang telah ia lakukan.”

Maslamah berkata, “Baiklah…”

Kemudian prajurit itu berkata, “Akulah orang yang menggali terowongan


tersebut.” Kemudian orang itu pergi begitu saja tanpa menyebutkan namanya.

Semenjak itu, setiap kali Maslamah menghadap kiblat saat berdo’a, Ia selalu
berkata, “Ya Allah, kumpulkanlah aku bersama orang yang menggali terowongan
itu pada hari kebangkitan kelak.”22

Ketulusan jiwa dan keteladanan yang mulia seperti inilah yang dahulu menjaga
ummat Islam dari kerusakan. Dan saat para pemimpin telah dibutakan oleh hawa
nafsu, maka satu-satunya yang dapat menyelamatkan masyarakat dari kerusakan,
menahan Bumi ini dari keguncangan, dan menyelamatkan orang-orang dari
perpecahan adalah keteladanan yang mulia seperti ini. Keteladanan yang tetap ada
pada tubuh kaum muslimin, tertanam jauh di dalamnya, terkadang jumlahnya
sedikit dan terkadang jumlahnya banyak. Inilah yang membangun pilar penting
bagi terbentuknya masyarakat Islami. Meskipun jumlah pilar tersebut hanya ada
empat, tapi ia sanggup menahan kokohnya bangunan hingga beratus-ratus lantai
tingginya.

Dan manakala sebuah masyarakat kehilangan sosok-sosok yang ikhlas dan jujur,
dan kehilangan sosok mulia seperti yang Rasulullah SAW gambarkan dalam
haditsnya”…yang tidak menampakkan dirinya, sholeh, dan ikhlas”23, maka kau
akan menemukan masyarakat tersebut memakan dirinya sendiri, rusak, dan
tercerai-berai.

Jadi, tantangan terbeasr yang dihadapi ummat Islam saat ini adalah kurangnya
rasa ikhlas dan jujur pada diri mereka yang mengaku berjuang untuk Allah,
kecuali memang sedikit dari mereka yang tidak menampakkan dirinya, sholeh, dan

22
Diceritakan oleh Ibnu Qutaybah dalam ‘Uyun al-Akhbar’ (hal.117)
23
Ia merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah (3989) dengan redaksi, “Sungguh, Allah mencintai
orang yang ikhlas, sholeh, dan tidak suka menampakkan dirinya. Jika ia ada, tidak disadari oleh orang lain. Dan jika
ia tidak ada, tidak dicari.” Hadits ini lemah karena di dalam sanadnya terdapat ‘Abdullah bin Lahi’ah (Lihat ‘Silsilah
ad-Dhaífah’; #2975). Bagaimanapun, terdapat riwayat yang shahih dalam ‘Shahih Muslim’ (2965): “Sungguh, Allah
mencintai hamba yang sholeh, qona’ah, dan tidak suka menampakkan dirinya”.
murni. Mereka ini adalah orang-orang yang diciptakan untuk memimpin sebuah
bangsa, dan menjadi nahkoda bagi sebuah kapal. Maka jika seorang yang tulus dan
jujur memegang kendali sebuah kapal, ia akan membawanya ke pantai Islam
dengan selamat, amanah, dan kuat. Seorang Mujahid yang sebenarnya adalah
mereka yang namanya tidak dikenal… “…mereka yang apabila ada tidak disadari,
dan ketika tidak ada, tidak dirindukan…”.24 Wajah mereka tertutup oleh debu
peperangan, desingan senjata, letupan peluru yang ditembakkan dari pesawat dan
tank, yang karena itu semua mereka tidak mendengar buih dan kotoran. Mereka
tidak punya waktu untuk mendengar fitnah, gunjingan, umpatan, atau adu domba.
Urusan mereka jauh lebih mulia dari itu...urusan mereka jauh lebih besar. Urusan
mereka jauh lebih besar dari sekedear mendengar kodok yang mengerok…urusan
mereka lebih mulia dari itu semua.

‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash25 ra. meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad hasan
yang termaktub dalam kitab ‘Sunan’26, “ Rasulullah SAW melewati kami
sedangkan kami sedang memperbaiki sebuah pondok kayu, kemudian Ia SAW
berkata, “Sesungguhnya urusan (akhirat) itu jauh lebih membebani daripada apa
yang sedang kalian lakukan ini.” Kalian disibukkan dengan membenarkan pondok
kayu? Sungguh, urusan (akhirat) itu jauh lebih penting dari ini!

Dari sini, kita dapat melihat bahwa keseluruhan hidup Rasulullah SAW dan para
sahabat disibukkan dengan urusan akhirat. Kesadaran akan keberadaan Allah
akan menjauhkan pandangan mereka dari segalanya. Mereka melihat dunia dari
tempat yang mulia!

Bukankah betapa hina dan kecilnya dunia ini bagi mereka yang berada di langit?

Pernahkah kau berada di dalam pesawat yang sedang terbang? Daratan yang
mengelilingi bandara terlihat sangat besar saat kau masih berada di landasan
terbang. Akan tetapi, saat kau mulai terbang ke angkasa, gedung-gedung yang
tinggi perlahan akan menghilang, bahkan daratan pun perlahan menghilang. Dan

24
Lihat catatan kaki sebelumnya.
25
Ia adalah ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash dari Quraisy. Ia adalah salah seorang sahabat yang sangat berjasa dari
golongan Muhajirin. Ia bisa menulis sebelum zaman Islam dan memeluk Islam sebelum ayahnya. Nabi SAW
memberikan izin kepadanya untuk menulis segala yang ia dengar dari Nabi hingga 700 hadits diriwayatkan dari
dirinya. Ia menjadi buta menjelang akhir hayatnya.
26
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (5235 & 5236) dan Ibnu Majah (4160). Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih.
kau akan merasa seperti berada di surga. Kau telah mencapai ketinggian langit,
dan melampaui segalanya. Karena itu, tak ada satupun yang menahanmu berada
di atas tanah. Beginilah para pendahulu agama ini memandang dunia. Betapa
tulusnya mereka, dan betapa mereka berada dalam kebenaran.

Allah SWT - melalui kebijaksanaan, ampunan dan kemurahan-Nya- menilai


seseorang berdasarkan apa yang ada di kedalaman hati dan niat setiap manusia.
Maha Suci Allah! Kalian akan menuai apa yang kalian tabur! Ini adalah yang
diajarkan oleh sunnah dan begitu juga yang diajarkan oleh Al-Qur’an:

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”27

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”28

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan
Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”29

“Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami
membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka
dalam keadaan runtuh disebabkan kelaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian
itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui.”30

27
Al-Baqarah: 152
28
Al-Hasyr: 19
29
Ali-Imran: 54
30
An-Naml: 51-52
Seseorang berkata kepada Ibnu Abbas31, ra., “Kami mendapati dalam Taurat
bahwa barangsiapa yang menggali sebuah lubang agar saudaranya jatuh ke lubang
tersebut, maka Allah akan membuat orang itu sendiri yang akan jatuh ke lubang
tersebut.” Maka Inu Abbas menjawab, “Begitu juga yang terdapat dalam Al-Qur’an:

“..Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri..”32 33

Akibat pertama dari suatu perbuatan buruk akan tampak pada pelakunya sendiri.

“..dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri.”34

Akibat dari menganiaya orang lain akan kembali kepada pelaku aniaya itu sendiri:

“Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami
membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.”35

Dan jika kalian bersekongkol untuk mencelakai orang, maka Allah akan
mengembalikannya padamu.

31
Ia adalah ‘Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib, sepupu Rasulullah SAW. Ia adalah ulama besar dan ahli tafsir
Qur’an. Dilahirkan di Mekkah, Ia menjadi seseorang yang meriwayatkan banyak sekali hadits, setidaknya semuanya
berjumlah 1600. Ia kehilangan pengelihatannya di akhir hayatnya. Ia tinggal di Tha’if dan wafat pada 68 H.
32
Fathir: 43
33
‘Tafsir al-Kasyaf’; 2/84
34
An-Nahl: 118
35
An-Naml: 51
“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-
benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.”36

Jadi, jangan pernah berpikir bahwa saat kau menyembunyikan sesuatu jauh di
dalam pikiranmu, -bahkan jika kau menyembunyikannya dari orang lain dalam
jangka waktu tertentu - maka rahasiamu itu tidak diketahui oleh Yang Maha
Melihat apa yang tersembunyi. Dia adalah Pencipta hati ini dan yang menguncinya
dengan Tangan-Nya sendiri. Jangan pernah saudaraku! Jangan pernah kau
menyembunyikan pada dirimu apa yang tidak Allah sukai, dan jangan pernah
berniat untuk sesuatu yang Allah tidak akan menerimanya. Jangan pernah!

“Sesungguhnya, setiap amal itu bergantung kepada niatnya. Dan bagi setiap orang
itu adalah sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka ia berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
barangsiapa yang berhijrah kepada dunia yang ingin dia raih, atau wanita yang
ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu kepada apa yang ingin ia capai.”37

Aku selalu dikejutkan setiap kali aku bertanya pada saudara-saudaraku, “Akankah
kalian menikah di tanah ini (Afghanistan-pent.)?” Mereka menjawab, “Aku tidak
akan menikah di sini, sehingga aku tidak akan mencampurkan hijrah-ku dengan
urusan dunia.”

Wahai saudara-saudaraku…

Sesungguhnya orang-orang hebat yang akan mengubah masyarakat ini ada tiga:
para ulama, para dermawan, dan mujahid. Ketiga jenis orang ini adalah inti dari
sebuah masyarakat. Masyarakat akan berputar mengelilingi mereka. Mereka
adalah poros dan fondasi dari masyarakat. Itu disebabkan karena mereka adalah
yang menahan masyarakat sehingga dapat tegak dan menyokongnya dengan
kekuatan dan pengaruh mereka. Oleh karena itu, apabila ketiga jenis orang ini
jujur dan ikhlas -yakni ulama, donator yang dermawan, dan mujahid- maka

36
At-Thoriq: 15-16
37
Diriwayatkan oleh Bukhori (1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, dan 6953), Muslim (1907), Ahmad (1/25 dan 43), Abu
Dawud (2201), At-Tirmidzi (1647), An-Nasa’i (1/58-60 dan 6/158), Malik (983), Ibnu Hibban (388&389), Ibnu Jarud
(64), At-Tahawi (3/96), Ad-Daruqutni (10/50), Baihaqi (1/41), Abu Nu’aim (8/42), Khatib al-Baghdadi (4/244 dan
9/346), dan al-Baghawi (1 & 206).
keseluruhan masyarakat akan tulus dan bersatu. Sebaliknya, jika niat mereka itu
rusak, maka keseluruhan masyarakat akan menjadi kotoran dan sampah. Hal ini
disebabkan karena hati manusia itu seperti buah atau bunga: jika buah atau bunga
itu bersih, maka ia berbau harum; akan tetapi jika buah atau bunga itu busuk,
maka ia akan berbau busuk dan mengundang rasa jijik.

Ketika hati itu menjadi rusak, maka bau busuk akan menjalar ke semua
masyarakat, dan menampakkan dirinya dalam sifat suka memfitnah, mengumpat,
menggunjing, dan berburuk sangka atas saudaranya. Dan ini semua akan
mengubah masyarakat menjadi penuh dengan kotoran dan kekacauan, dimana
semua orang sibuk menutup hidung mereka agar tidak mencium bau busuk dari
saudara dan tetangganya.

Rasulullah SAW secara khusus memperingatkan ketiga jenis orang ini dalam
‘Shohihayn’, sebagaimana tersebut di dalamnya, “Orang yang paling pertama
dimasukkan ke dalam neraka ada tiga,” yakni tiga kategori manusia, “…ulama,
dermawan, dan mujahid.” Ini adalah orang-orang yang pertama kali menjadi
bahan bakar neraka: ulama, dermawan, dan mujahid! Ya Allah! Seorang Mujahid
yang telah mempersembahkan darahnya, kemudian menjadi yang pertama kali
mengisi neraka?! Seorang donator yang dermawan, yang tak ada satu keping
uangpun tersisa di kantongnya karena telah didermakan kepada orang lain, karena
telah melunasi hutang orang lain, dan telah memenuhi kebutuhan orang lain
sehingga orang lain terbebas dari keadaan yang sulit, kemudian api neraka
membakarnya?! Ya! Begitulah yang telah dijelaskan dalam kitab ‘Shohihayn’:38

“Orang yang akan menjadi pengisi api neraka yang pertama kali adalah
tiga orang: seorang ulama, seorang mujahid, dan seorang donator yang
dermawan. Kepada ulama, Allah akan membawanya dan bertanya
kepadanya, ‘Apa yang telah kau kerjakan selama di dunia?’ Kemudian ia
menjawab, ‘Aku telah menuntut ilmu di jalan-Mu, dan aku
menyebarkannya untuk mencari keridhoan-Mu.’ Maka akan dikatakan
kepadanya, ‘Engkau berbohong, kau belajar supaya dibilang orang
sebagai orang alim, dan itulah yang kau dapatkan, dan kamu telah
mendapatkan apa yang kau inginkan di dunia.’ Kemudian diperintahkan
kepadanya untuk masuk ke dalam neraka. Setelah itu didatangkanlah
seorang dermawan dan Allah akan bertanya kepadanya, ‘Apakah yang

38
Diriwayatkan dengan berbagai macam riwayat oleh Muslim (1905), Ahmad (2/322), An-Nasa’I (6/23), At-
Turmidzi (2383), dan Ibnu Hibban (408).
telah kau kerjakan selama di dunia?’ Ia menjawab, ‘Aku mencari harta
benda dengan cara yang halal, kemudian aku menyumbangkannya di
jalan-Mu.’ Kemudian akan dikatakan kepadanya, ‘Engkau berbohong. Kau
menyumbangkan hartamu supaya dibilang orang sebagai orang yang
murah hati, dan itulah yang kau dapatkan, dan kamu telah mendapatkan
apa yang kau inginkan di dunia.’ Kemudian ia akan diperintahkan untuk
masuk ke dalam neraka. Dan yang ketiga, ‘Apa yang telah kau kerjakan
selama di dunia?’ ‘Aku berperang di jalan-Mu hingga aku terbunuh.’ ‘Kau
berbohong. Kau berperang supaya dikatakan bahwa kamu adalah orang
yang pemberani, dan itulah yang kau dapatkan, dan kamu telah
mendapatkan apa yang kau inginkan di dunia.’ Kemudian akan
diperintahkan kepadanya untuk masuk ke dalam neraka.”

Saat Muawiyah39 mendengar hadits dari Abu Hurairah40 tersebut, ia menangis


hingga janggutnya basah oleh air mata, dan pingsan. Ketika ia tersadar, ia
berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengatakan kebenaran,
sebagaimana Allah berfirman:

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka
di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”41 42

39
Ia adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan bin Sakhr bin Harb al-Qurasyi al-Umawi, seorang sahabat dari kalangan
bangsawan. Lahir di Mekkah, Ia memeluk Islam pada saat kota tersebut ditaklukkan. Ia biasa mencatat wahyu yang
diturunkan pada saat Rasulullah SAW menerimanya. Ia ditunjuk sebagai gubernur Yordan selama pemerintahan
‘Umar, dan ‘Utsman memberikannya kekuasaan di seantero Syam. Ia wafat di Damaskus pada 60 H.
40
Ia adalah ‘Abdurrahman bin Sakhr ad-Dawsiri. Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai nama aslinya,
dan yang disebutkan di sini adalah riwayat yang paling kuat. Ia adalah sahabat Rasulullah SAW dan datang ke
Madinah pada saat penaklukan Khaibar. Ia kemudian menjadi gubernur Madinah dan ‘Umar memberikan ia
amanah sebagai gubernur Bahrain. Ia wafat pada tahun 59 H dengan meninggalkan 5374 hadits yang diriwayatkan
darinya.
41
Hud: 15-16
Setelah aku membaca cerita dari Mu’awiyah, aku tidak pernah melewatkan ayat
ini kecuali ayat ini akan mengguncang jiwaku yang paling dalam, dan ini mungkin
menjadi ayat yang paling menakutkan setiap kali aku membaca Al-Qur’an.

Manusia seringkali melupakan kekuatan Allah, atau tidak memberikan Allah hak-
Nya, atau ia tidak mencari keridhoan-Nya, atau ia tidak memuja-Nya sesuai
dengan apa yang pantas untuk Allah dapatkan, sehingga ia akan berurusan
dengan orang lain seolah-olah bahwa kekuatan dan hasil akhir ada di tangannya.
Saat kekuatan dari Yang Maha Perkasa dan Maha Kuat dilupakan oleh manusia,
maka manusia akan berusaha menguasai orang lain, menindas sesamanya,
merampas milik orang lain, dan melucuti semua jejak kejujuran dan ketulusan.
Bagaimanapun juga, kejujuran tidak akan menerima selain dari kejujuran, dan
kemurnian tidak akan menerima kecuali sesuatu yang murni. “Sungguh Allah itu
suci, dan tidak menerima kecuali kesucian.”43 Dan Ia menolak selain dari cahaya-
Nya yang sempurna, meskipun kaum kafir, musyrikin, dan orang-orang jahat tidak
menyukainya.

Aku akan memberikan dua contoh akan hal ini. Yang satu adalah contoh dari
zaman terdahulu, dan yang satu adalah contoh dari zaman sekarang.

Contoh yang pertama adalah Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah44 (semoga Allah
merahmatinya).

Ia memberikan fatwa bahwa tiga kali talak secara langsung sama saja nilainya
dengan satu kali talak. Fatwa ini bertentangan dengan para ulama dari empat
mazhab fiqh. Muridnya, Ibnu Qoyyim, juga memberikan fatwa yang sama.
Kemudian, mereka (ia dan muridnya) diarak keliling kota Damaskus dengan
seekor unta. Orang-orang bodoh mencemooh mereka, anak-anak kecil mengikuti di
belakang mereka sambil meneriaki, bertepuk tangan, dan mengejek mereka.
Setelah itu, Ibnu Taimiyah dimasukkan ke dalam penjara. Dalam kitabnya, al-
Fatawa, ia menulis:

42
Versi hadits yang terdapat cerita mengenai Mu’awiyah tersebut diriwayatkan oleh Turmidzi dan Ibnu Hibban dan
dirujuk pada catatan kaki no. 34
43
Diriwayatkan oleh Muslim (1015), At-Turmidzi (2989), Ahmad (2/328), dan Ad-Darimi (2/300)
44
Ia adalah Taqiyuddin Abu al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Halim bin ‘Abdussalam bin Taimiyah al-Harrani al-Hanbali,
seorang imam dan ulama yang terkenal. Ia dilahirkan pada 661 H dan pindah ke Damaskus. Ia menjadi ulama yang
sangat istimewa dan sangat terkenal dalam ilmu agama dan rasional. Ia adalah seorang ahli dalam ilmu Al-Qur’an
dan fiqih. Ia disiksa dan dipenjara akibat fatwa-fatwanya, dan wafat di penjara pada tahun 728 H.
“Aku biasa membagikan uang pada beberapa keluarga miskin sebelum aku
dipenjara, dan setelah aku dipenjara, bantuan kepada keluarga-keluarga miskin ini
terputus. Aku sangat sedih dengan hal ini. Kemudian sebuah berita (yang aneh –
pent.) datang kepadaku saat orang-orang ini menjengukku di penjara, ‘Kau masih
sering datang kepada kami dalam rupa yang sama, dan memberikan kami bantuan
dalam jumlah yang sama.’ Jadi, saudara-saudara kita dari golongan jin mengambil
alih pekerjaan yang biasanya kita kerjakan. Jika Bumi ini kosong dari orang-orang
baik, maka jin yang beriman dan para malaikat akan bersama-sama dengan orang
yang beriman.”

Kemudian Ibnu Taimiyah menulis ucapannya yang terkenal, “Apa yang dapat
dilakukan oleh musuhku terhadapku? Surgaku dan tamanku ada di dalam hatiku,
dan tidak pernah meninggalkanku. Penjara bagiku berarti berkhalwat dengan
Allah, kematianku adalah syahid, dan pengusiran berarti tamasya. Jika orang-
orang yang memenjarakanku ingin menukar penjara ini dengan emas, itu tidak
akan lebih baik dibandingkan dengan apa yang telah Allah berikan kepadaku
dengan penjara ini.” Lalu Ibnu Taimiyah wafat. Beberapa tulisannya diambil dari
penjara setelah ia dilarang untuk memiliki kertas dan pena. Setelah pelarangan
tersebut, ia menggunakan batu dari penjara untuk menulis di dinding penjara.
Kemudian tulisan itu disalin dan dikubur (secara sembunyi-sembunyi –pent.)
sehingga para penguasa saat itu mengira bahwa mereka telah memadamkan
cahaya ulama ini dan berhasil mencegah pengajarannya sampai kepada
masyarakat.

Waktu terus berlalu, dan setelah enam setengah abad kemudian, Allah membuat
minyak ditemukan di Semenanjung Arab. Kemudian dari orang-orang yang
menemukan minyak ini, para ulama menggali buku-buku Ibnu Taimiyah. Berbekal
gelontoran uang yang sangat banyak, setiap kata yang pernah ditulis oleh Ibnu
Taimiyah kemudian dicetak dan disebar ke seluruh penjuru dunia. Sehingga kau
akan kesulitan mencari perpustakaan (Islam- pent.) mana di dunia ini yang tidak
terdapat satu atau lebih buku Ibnu Taimiyah. Dan pada hari ini, ulama mana di
dunia yang lebih dikenal orang selain Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah? Setelah
enam abad! Ini adalah ketulusan dan kejujuran yang luar biasa dimana Allah
mengembalikan reputasi dan nama baiknya di muka Bumi, sebagai sebuah kabar
gembira dan salam dari surga.
Dan contoh lainnya adalah Sayyid Quthb45.

Ia adalah orang yang pernah hidup bersama kita. Ia ditawari berbagai macam
kedudukan di dunia. Ia ditawari kesempatan untuk menjadi menteri saat ia berada
di balik jeruji besi. Ia juga pernah ditawari menjadi sekretaris dari serikat sosialis,
supervisor dari sebuah percetakan dan penerbitan, menteri pendidikan, dan lain-
lain. Dan selama ia di dalam penjara, ia menghabiskan banyak waktunya di
poliklinik karena tubuhnya dirundung oleh berbagai penyakit. Jika ada orang yang
ingin menjenguknya di penjara, maka Sayyid Quthb diharuskan berjongkok dalam
air panas selama dua jam sebelum ia boleh menemui orang tersebut.

Sayyid Quthb dieksekusi. Dan sebelum ia dieksekusi, ia mengucapkan kalimatnya


yang terkenal: “Sungguh, jari telunjuk yang biasa digunakan untuk menyatakan
Keesaan Allah dalam sholat, akan menolak untuk menandatangani satu hurufpun
untuk mengakui hukum tirani.”46

Sayyid Quthb kemudian pergi menghadap Tuhannya, dengan begitu banyak tawa
(dari para musuhnya –pent.) dan tangis (dari para pengikutnya –pent.). Pada saat
menjelang eksekusinya, didatangkan seorang rohaniawan, yang berkata
kepadanya, “Sebagai bagian dari prosedur sebelum eksekusi, kamu harus
mengucapkan, ‘Saya mengakui bahwasannya tiada tuhan selain Allah, dan
Muhammad SAW adalah utusannya.’ Wahai Sayyid, katakanlah kalimat itu!”
Kemudian Sayyid menatapnya dan berkata, “Sudah selesaikah kamu menuntaskan
pekerjaanmu? Sudah selesai kah? Ketahuilah, kamu memakan roti dari hasil
menjual kalimat itu, sedangkan saya berdiri di sini untuk dieksekusi karena
memperjuangkan kalimat itu!” Lalu Sayyid Quthb dieksekusi dalam kegelapan
penjara, dan hingga hari ini tak ada seorang pun yang tahu di mana ia dikuburkan.
Seorang sahabatnya pernah mengeluh kepadaku, “Seandainya saja kita tahu letak
ia dikuburkan, tentu kita akan mengunjunginya.” Aku berkata, “Pemilik manusia

45
Ia adalah Sayyid bin Quthb bin Ibrahim, yang termasuk da’i Islam dan Mujahidin dari abad 20. Ia lahir di Asyut,
Mesir. Setelah lulus dari kuliahnya, ia dikirim ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya, dan berbalik menjadi
penentang apapun yang berselisih dengan Islam. Ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimun, kemudian disiksa dan
dipenjara. Ia dieksekusi dalam penjara pada 1387 H.
46
Lihat ‘Sayyid Quthb: Min al-Milad ila al-Istisyhad’ (hal. 61-62, 462, 474, 481)
tahu di mana letak jenazahnya, lalu untuk apa kau tahu di mana letak kuburan
itu?”47

Sepanjang hidupnya, ‘Fi Zhilal al-Qur’an’ (kitab tafsir karangannya –pent.) hanya
dicetak sekali. Namun, pada tahun yang sama dimana ia dieksekusi, kitab tersebut
dicetak sebanyak tujuh kali. Hingga penerbit-penerbit Kristen di Beirut yang
sudah di ambang kebangkrutan saling berkata, “Cetaklah Fi Zhilal, maka
perusahaanmu akan kembali berjalan normal.”48

Sungguh, keikhlasan dan kejujuran bekerja dengan cara yang aneh, cara yang
misterius di dunia dan di kehidupan setelahnya. Jadi, berhati-hatilah berurusan
dengan Alah kecuali disertai dengan kejujuran dan ketulusan! Waspadalah apabila
melakukan persekongkolan dan kelicikan! Berhati-hatilah jika kau menjadi
bangga dengan dirimu hingga berkata,

“..Ini semua diberikan kepadaku semata-mata karena ilmu yang aku miliki..”49

Berhati-hatilah terhadap apa yang dibisikkan oleh setan kepadamu, yang


menghembuskan pikiran keangkuhan, cinta pujian, atau suka menyakiti sesama

47
Bahkan pada saat paling kritis dari hidupnya – pada saat menuju tiang gantungan – pahlawan ini tidak
menghentikan ketulusan rasa hormat, keberanian, dan menghargai diri sendiri, dengan mengatakan kepada
eksekutornya, “Semua kejahilanmu itu najis. Bahkan jerat gantunganmu pun najis.”
48
Mengenai tafsir ‘Zhilal’ (Fi Zhilalil Qur’an-pent.), ‘Abdullah ‘Azzam mengatakan, “Siapa saja yang ingin
memahami (Al-Qur’an) ini sebagaimana mestinya, seperti halnya ia menerima Al-Qur’an sebagaimana ia
diwahyukan, dan ikut serta dalam peperangan seperti halnya ia merasakan sendiri pertempuran (perang zaman
Nabi SAW-pent.), maka ia harus membaca ‘Fi Zhilalil Qur’an’. Barang siapa yang tidak membaca tafsirnya Sayyid
Quthb dalam ‘Fi Zhilalil Qur’an’, ia tidak akan dapat menggapai kedalaman pertempuran tersebut karena banyak
hal. Adalah sebuah kenyataan bahwa buku ini ditulis oleh seseorang yang menyiarkan peristiwa-peristiwa tersebut
di tengah konflik dan dari kedalaman pertempuran itu sendiri. Ia menulis kata-kata ini saat ia sedang menuju tiang
gantungan yang dihadapkan di depannya. Maka ia menulis ini semua dalam keadaan tanpa rasa takut, dan lepas
dari semua kepentingan duniawi – tanpa pekerjaan, tanpa istri, tanpa anak, tanpa ikatan apapun yang bisa
menariknya pada tarikan dunia. Ia menulisnya saat ia sedang berpisah dengan dunia, dan siapa saja yang membaca
tafsirnya untuk surat Al-Baqarah, Ali-‘Imran, An-Nisa, Al-Ma’idah, Al-A’raf, dan berjalan bersamanya –pada cetakan
yang kedua- maka ia akan menyadari bahwa orang yang menulis buku ini bukanlah orang yang tinggal di dunia ini.
Akan tetapi, ia sedang meninggalkan dunia dengan kata-katanya tersebut, dan memberikannya sebagai gelombang
keberangkatan melalui kata-katanya… [at-Tarbiyah al-Jihadiyah wal-Bina; 3/6-7]
49
Al-Qashash: 78
Muslim. Kau sedang berurusan dengan Pemilik dunia ini. Dan orang yang kau
zholimi, jika ia adalah orang yang taat kepada Allah, merupakan orang yang dibela
oleh Allah. “Barangsiapa yang memerangi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang
terhadapnya..”50 Lalu, sanggupkah kau berhadapan dengan Pemilik dunia ini
dalam pertempuran secara terbuka? Sungguh, kau tidak akan pernah bisa melukai
orang yang kau musuhi:

“ …Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang
mereka kerjakan.”51

“Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kamu, selain dari
gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka
berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat
pertolongan.”52

Wahai saudara-saudaraku..

Jika Engkau adalah seorang da’i, maka jadilah da’i yang jujur bersama Allah…

Jika Engkau adalah seorang penulis, maka jadilah penulis yang jujur bersama
Allah…

Jika Engkau adalah seorang penerima tamu, maka jadilah penerima tamu yang
jujur bersama Allah…

Jika Engkau adalah seorang mujahid, maka jadilah mujahid yang jujur bersama
Allah…

Jika Engkau adalah seorang karyawan, maka jadilah karyawan yang jujur
bersama Allah…

50
Al-Bukhari (6502), Abu Nu’aym (1/4), Al-Baihaqi (3/346 dan 10/219), dan Al-Baghawi (1248)
51
Ali ‘Imran: 120
52
Ali ‘Imran: 111
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari
sisi-Nya pahala yang besar.”53

53
An-Nisa: 40

Anda mungkin juga menyukai