Anda di halaman 1dari 1

• Fiskal menghambat arus investasi ke dalam negeri.

Usaha di dalam negeri terutama yang


berhubungan dengan penanaman modal asing tentunya membutuhkan berpergian ke luar
negeri. Jika untuk sekali pergi ke luar negeri saja harus membayar beberapa juta Rupiah,
berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk itu? Dalam hal ini, posisi saya sama
seperti saya mendukung penghapusan/pengurangan bea impor bahan baku.
• Fiskal menghambat arus investasi ke luar negeri. Bangsa Indonesia selain menerima
investasi, juga diharapkan untuk bisa melakukan investasi di negara lain, baik untuk
mengekspansi usaha yang sudah ada di dalam negeri, maupun untuk melakukan investasi
terhadap usaha yang baru sama sekali.
• Saat ini fiskal jauh lebih mahal daripada ongkos real untuk bepergian ke luar negeri. Tiket
pesawat ke Singapura kini bisa didapatkan dengan ongkos Rp 200-400 ribu. Sedangkan
fiskal 2-3 kali lipatnya.
• Fiskal menghambat pelajar atau mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke luar negeri.
• Fiskal membuat bangsa Indonesia seperti katak di dalam tempurung. Seharusnya pemerintah
tidak menghalang-halangi warganya yang ingin pergi ke luar negeri. Biarkan masyarakat
melihat dan belajar dari negara-negara lain. Siapa tahu budaya asing yang positif bisa
diserap oleh bangsa Indonesia.
• Penghapusan fiskal memiliki efek sama dengan perbaikan infrastruktur transportasi.
Semakin murah biaya transportasi, maka semakin baik efeknya pada perkembangan
perekonomian.
Mengenai industri pariwisata dalam negeri, saya kira Indonesia memiliki kemampuan dan potensi
untuk itu. Tinggal bagaimana bangsa Indonesia bisa memaksimalkan potensi ini.
Tentunya dalam jangka pendek penghapusan fiskal akan berdampak negatif. Wisatawan akan
berbondong-bondong pergi ke Singapura, Malaysia atau Thailand. Tetapi menurut saya untuk
jangka panjang akan lebih baik ketimbang Indonesia tetap mempertahankan fiskal, apalagi dengan
ongkos yang relatif cukup tinggi seperti saat ini.

Anda mungkin juga menyukai