Anda di halaman 1dari 16

- Dua orang yang baik, tapi, mengapa perkawinan tidak

berakhir bahagia. Apa yang salah? Apa ini yang anda alami?
Ada bacaan santai...semoga bermanfaat.
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil,
saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan
keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur
yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik,
pagi hari hanya bisa makan bubur.

Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk


anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa
pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru
tidak akan lapar seharian di sekolah.

Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat


panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan
cermin, tidak ada noda sedikikt pun.

Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai,


mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak
lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain,
tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki
telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.

Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang


baik.

Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja


ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan,
tidak memahaminya.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung


jawab.

Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius


dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat
waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal
sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat
anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung
jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam
pelajaran.

Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku


kuno.

Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata


anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami,
melindungi kami dan mendidik kami.

Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang


pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya,
kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara
diam diam di sudut halaman.

Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan


aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam
perkawinan.

Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar


ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu,
sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka
layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.

Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia,


kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan,
sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku
bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik
mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?

Pengorbanan yang dianggap benar.

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia


perkawinan, dan secara perlahan -lahan saya pun
mengetahui akan jawaban ini.

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu,


berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan
membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha
memelihara perkawinan sendiri.

Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku


sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.

Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan


tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai
lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.

Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia.


.

Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk


membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku,
temani aku sejenak mendengar alunan musik!

Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak


melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di
pel ?

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung,


kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam
perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata
begitu sama ayah.

Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah


dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan
dalam perkawinan mereka.

Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.

Apa Yang kamu inginkan ?

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang


suamiku, dan teringat akan ayah saya.

Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan


dalam perkawinannya,

Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada


menemaninya.

Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah


cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi
ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang
menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha
mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah
mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha


mencintai suamiku.

cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya


sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita,
dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan
perkawinan yang bahagia.

Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan


(pilihan) yang sama.

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di


sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari
kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai
seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?

Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik,


rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya
carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa
menemaniku! ujar suamiku.

Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang


memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu..dan saya
mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang
dibutuhkannya.

Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling


kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan,


hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.

Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan


baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak
melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara
masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya
cara pihak kedua.

Jalan kebahagiaan

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan


suami, dan meletakkanya di atas meja buku,

Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan


sebuah daftar kebutuhanku.

Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas,


seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua
mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap
pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga


yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan
memberi komentar.

Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya


usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak
seperti orang bodoh.

Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali


dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh
mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas,
demikian juga ketika salah jalan.

Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit


dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada
mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini,
perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin
penuh daya hidup.

Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang


gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan,
dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar
kota .

Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama


dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu
pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur
gejolak hati masing-masing.

Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga


dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu
bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan,
kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati
yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan,


kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan
kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya
melangkah ke jalan bahagia.

Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa


bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara
sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai
pasangannya dengan cara pihak kedua.

Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak


kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika
menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah
kecewa dan hancur.

Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka


menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki
sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita
pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak
kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri,
perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.

- Sekarang saya berusia 21 tahun,saya diminta untuk menikah oleh orang tua saya
karena saya sudah pacaran 2thn.Tapi saya belum siap untuk menikah di usia muda
tapi orang tua saya sangat ingin saya menikah dengan alasan sudah banyak buah bibir dari para
tetangga. Padahal saya rasa hubungan saya dengan pacar saya masih wajar,kami bertemu setiap
libur dan tidak pernah sampai larut malam.Saya harus bagaimana?
Saya tidak tega melihat orang tua saya sedih karena saya tidak mau menikah
tapi disisi lain saya sama sekali belum siap untuk menikah.Tolong bantu saya untuk memilih
kebahagiaan orang tua / kebahagiaan saya ? terimakasih
- Kata-kata itu mungkin agak klise bagi sebagian orang. Apalagi kalau yang dibahas adalah
permasalahan setuju dan tidak setuju orang tua dengan pilihan anaknya dalam memilih
pasangan hidup.
Memang kehidupan ini membingungkan apalagi menyangkut permasalahan cinta.
Banyak orang yang berakhir dengan suka cita ketika menghadapi masalah ini namun
tidak sedikit juga yang berakhir dengan duka cita. Cinta memang indah kalau hubungan
ini berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. Namun ketika ingin ke jenjang inipun
permasalahan bukannya berkurang malah terkadang bertambah. Mulai dari sikap kedua
orang tua sampai masalah dana. Dari masalah itu, biasanya yang paling banyak terjadi
adalah permasalahan ketidaksetujuan orang tua dengan hubungan kedua insan tersebut.
Dan akhirnya karena permasalah itu biasanya hubungan orang tua dan anak menjadi
renggang bahkan terkadang ada yang putus.
Masalah sebenarnya bisa diatasi dengan tenang kalau kita mau membicarakannya dengan
kepala dingin dan bukan dengan marah-marah. Ketika orang tua tidak setuju dengan
pilihan kita, harusnya kita bicarakan dengan mereka kenapa mereka tidak senang dengan
pilihan kita. Jangan kita langsung tersinggung apalagi sampai berkata “aku yang
menjalani bukan kalian”. Memang kalian yang menjalani tapi orang tua mungkin punya
jalan pemikiran yang berbeda. Jadi bicarakanlah baik-baik, jangan samapi menyinggung
perasaan mereka apalagi sampai mereka mengeluarkan kata DURHAKA untuk kamu.
Cinta, Pernikahan dan Orang tua adalah tiga buah subjek yang penting dalam mengarungi
nikmatnya hidup. Karena itu jaga dan hormati, jangan sampai diantara ketiga itu ada yang
terluka.

- SETIAP ikatan memiliki siklus.

Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan

pasangan anda.

Telpon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian

sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang

bersemangat, begitu menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit.

Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu

spontan. Ngga perlu berbuat apapun

Makanya dikatakan "jatuh" cinta!


Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta"

Bayangkan ekspresi tersebut!

Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba

sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda.

Jatuh cinta itu mudah.

Sesuatu yang pasif dan spontan.

Tapi?

Setelah beberapa tahun perkimpoian, gempita cinta itu pun akan pudar..

perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.

Perlahan tapi pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan,

belaiannya ngga selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat

bukannya jadi hal yang manis, tapi malah nambahin penat yang ada..

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu,

namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda,

anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan,

pada saat anda jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan

pada tahapan-tahapan selanjutnya.


Dan pada situasi inilah pertanyaan "Apakah saya menikah dengan orang yang tepat?" mulai

muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya..

Nah Lho!

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta

yang pernah terjadi.. anda mungkin mulai berhasrat menyelami

eforia-eforia cinta itu dengan orang lain.

Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas?

Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu

dan mencari pelampiasan diluar.

Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini.

Mengingkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas.

Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya,

hobinya, pertemanannya, nonton TVsampe TVnya bosen ditonton, ataupun hal-hal yang
menyolok lainnya.

Tapi tau ngga?!

Bahwa jawaban atas dilema ini ngga ada diluar, justru jawaban ini hanya

ada di dalam pernikahan itu sendiri.


- Bagaimana cara berpacaran yang baik? 80% masalah keluarga yang timbul setelah
pernikahan adalah disebabkan karena masa pacaran yang tidak baik. Dan selama pacaran
yang tidak baik ini seperti menaruh bom waktu yang akan meledak ketika seseorang
melanjutkan pacarannya ke jenjang pernikahan.

- Banyak orang berpacaran dengan melalui pergaulan yang tidak sehat. Padahal Tuhan
rencanakan banyak hal baik yang dimulai dari pergaulan. “Janganlah kamu sesat:
pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”. Berikut adalah motivasi salah
dalam berpacaran yang terkadang terdapat dalam pikiran, dan hal ini kita terus bawa
hingga perkawinan:

- Masalah usia
Sering kita menganggap kalau kita harus menikah di usia tertentu yang kita anggap sudah
cukup. Hal ini salah. Allah punya rencana untuk tiap mahluk-Nya berbeda-beda. Dan usia
tiap orang untuk menikah berbeda-beda. Untuk itu hendaknya kita tidak menghakimi
teman kita yang sering kali dianggap ‘perawan tua’ atau semacamnya. Usia matang
bukan berarti obral besar-besaran, namun bukan juga tetap jual mahal.

- Rasa kesepian
Jangan menikah bila kita belum menang dari rasa kesepian kita. Faktor ini terkadang
terjadi pada kaum wanita. Dengan anggapan bahwa dirinya kesepian, maka ia akan
menerima siapa saja yang tertarik dengannya.

- Tekanan dari orang tua atau teman


Ingatlah bahwa kita menikah karena rencana Tuhan, dan bukan atas dasar tekanan dari
orang lain. Berusaha membuat senang orang tua atau teman suatu saat akan
membahayakan hubungan apalagi jika masuk dalam pernikahan.

- Merasa sudah cocok


Disaat kita menemukan calon, dan kita merasa sudah cocok,  hati-hatilah!. Kita harus
teliti lebih jauh tentang diri pasangan kita. Seperti cerita, sepasang muda-mudi yang
merasa bahwa pasangannya itu baik dan segera akan menikah karena kebaikan
pasangannya itu. Ingat! bahwa kita bukan mencari orang baik untuk dijadikan pasangan
hidup, tetapi orang benar. Karena orang baik belum tentu orang benar, tetapi orang benar
pasti seorang yang baik.

- Alasan Materi
Seperti warisan, kekayaan dan jabatan yang sifatnya tidak kekal dan hanya menjadikan
manusia rakus harta. Banyak orang mengganggap kebahagiaan tergantung harta banyak
sehingga mereka berani menjual imannya demi pasangan yang dianggap mapan. Ini salah
besar. Tuhanlah sumber kebahagiaan sehingga meninggalkan iman artinya melepaskan
diri dari damai sejahtera yang dijanjikan Tuhan.

- Asmara atau ketertarikan jasmani


Ingatlah janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh
bulu matanya. Karena apabila kita sudah menjadi tua pun semua kecantikan itu akan
hilang.

- Hasrat dan Nafsu Biologis


Ini dikhususkan untuk kaum pria. Janganlah menikah bila seorang pria belum menang
dalam hal kekudusan atau nafsu. Janganlah berpikir kalau menikah adalah alternatif lain
untuk seorang pria daripada ia lari ke berbuat dosa. Menikahlah dengan niatan atau
maksud baik.

- Kuasa gelap
Janganlah kita sekali-kali memakai cara ini dalam menentukan pasangan hidup kita. Ingat
apa yang ditabur itu yang akan dituai. Iblis mungkin akan memberikan kepada kita
wanita yang sempurna, pria yang sempurna seperti yang kita idamkan, tapi ia akan
memberikan kuitansi pada kita. Misalnya: perkawinan anda hanya berumur lima tahun,
atau anak yang anda lahirkan akan idiot, atau anda harus mengalami sakit-penyakit,
masalah dengan bisnis anda, dan sebagainya. Tapi kalau kita meminta pada Tuhan, DIA
memberikan yang menurutnya terbaik untuk kita, malah Ia akan memberikan damai
sejahtera kepada keluarga kita selamanya, yang tidak akan dapat ditukar dengan uang
seberapa besarnya pun. Jadi jangan pernah berpikir: “Bila cinta ditolak, dukun
bertindak”.

- Saya berusia 28 th dan suami saya 30th. kami sudah menikah selama 7 tahun dan
memiliki 2 orang anak. hubungan kami sebagai suami istri kami pada 2 tahun awal
pernikahan baik-baik saja, sampai waktu kehamilan anak kami yg ke-2 terjadi perubahan
sifat pada suami saya. dia mulai menggunakan obat2an terlarang dan suka memukul dan
memaki saya dan bahkan memaksakan saya untuk melakukan hubungan suami istri, jika
saya menolak maka dia akan memukul saya.

- saat kelahiran anak kedua saya melahirkan di kota tempat tinggal orang tua saya. begitu
saya kembali lagi ke kota tempet tinggal saya dan suami, saya dapati cerita dari PRT di
rumah saya itu bahwa selama saya tidak dirumah suami saya sering membawa teman-
temannya berpasang-pasangan tidur dirumah dan melakukan pesta narkoba juga pesta
sex. beberapa bulan kemudian karena perlakuan yang terus menerus kasar kepada saya
dan tidak pernah menafkahi saya dan anak-anak, saya memutuskan untuk membawa
anak-anak pergi ke rumah orang tua saya pada tahun 2005. sampai saat ini saya masih
tinggal bersama orang tua saya bersama anak-anak tanpa suami saya. suami hanya datang
jika dia mau datang tengok anak-anak. memang orang tua suami mengirimkan uang
untuk anak-anak tapi itu sama sekali tidak lah mencukupi kebutuhan kedua anak saya
yang sudah sekolah.

- selain itu sikap suami terhadap saya dan keluarga pun tidak bersahabat. saya sudah
mencoba menemui pastor paroki dan beliau menyarankan untuk kembali kepada suami
saya tetapi saya sudah tidak bisa lagi karena rasa jijik atas apa yang dia telah lakukan
bersama teman-temannya dan juga karena perlakuan dan tindak yang dia lakukan kepada
saya. jujur saja saya masih trauma dengan semua itu sampai saat ini. pastor paroki saya
menyampaikan bahwa saya tidak punya bukti-bukti yang kuat untuk melakukan
pembatalan pernikahan. yang ingin saya tanyakan dapatkah saya melakukan pembatalan
pernikahan di gereja katolik tanpa bukti2 tersebut menurut romo? terima kasih atas
perhatiannya.

- eandainya Yesus datang pada anda dalam rupa seorang pemakai narkoba yg kerap
berlaku kasar thd anda dst, apakah anda akan menolak?

- Berdoalah bagi suami anda & anak-anak. Bagaimanapun dia adalah suami anda, anda
harus mendampingi suami dalam masa-2 sulitnya,kalau bukan anda yg mendampinginya
lalu siapa. Orang yg terjerumus dalam pemakaian obat2-an terlarang tidak bisa
bertanggungjawab thd dirinya, keluarga, orang lain, dan orang masuk ke dalam dunia
narkoba karena tidak punya harapan. Hadapilah masalah ini, bicarakan dengan keluarga
terdekat yg cukup disegani suami. Seharusnya anda tinggal bersama suami, suami anda
harus didampingi. Anda bisa minta tolong kerabat terdekat untuk tinggal bersama bila
anda takut dipukul atau trauma atas sikap suami. Anda bisa menitipkan anak anda kepada
keluarga anda atau keluarga suami, tetapi suami tidak bisa dititipkan kemana-mana
apalagi kepada PRT.

- Pembatalan pernikahan ? mengapa anda ingin membatalkan pernikahan hanya karena


merasa jijik atas perlakuan suami dan apa yg suami lakukan bersama teman2nya? Selama
ini anda tidak melihat suami dan teman2nya berpasang2an tidur di rumah, pesta narkoba
dst, anda belum pernah melihat sendiri, anda hanya mendengar dari PRT, mendengar
tidak sama dengan melihat, jadi tidak ada alasan untuk membatalkan pernikahan anda
hanya karena sesuatu yg tidak anda sukai. Tugas anda sbg isteri jauh lebih mulia
mendampingi suami dalam keterpurukannya daripada bermimpi membatalkan
perkawinan anda, dan ada banyak hal yg bisa anda lakukan dalam hidup perkawinan anda
mengingat usia anda masih muda. Narkoba pada suami anda bukanlah akhir dari
segalanya. Anda bisa aktif dalam lingkungan tempat tinggal anda, aktif dalam ibadat
lingkungan, dst.

- Ada satu yayasan yg bergerak dalam penanggulangan narkoba di Jakarta, untuk panti
Rehab ada di Sentul. Untuk informasi selanjutnya silahkan menghubungi:

- Yayasan Kasih Mulia


Jalan Pluit Karang Permai Blok T7 Selatan No. 40-42, Jakarta 14460
Telp: (021) 6683545 e-mail: drugkp_ykmi@yahoo.co.id
Disana ada Romo Somar MSF yg telah banyak membantu keluarga2 yg mempunyai
riwayat narkoba, ada team yg akan menangani suami anda.
- Perkawinan merupakan wujud menyatunya dua sejoli ke dalam satu tujuan yang sama. Dan
salah satu tujuan perkawinan adalah mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama pasangan
hidup. Namun, jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus. Banyak hambatan, tantangan,
dan persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya rumah-tangga. Nah, bagaimana kita
mengantisipasi supaya mahligai rumah-tangga kita tidak goyang? Inilah 10 tips menuju
perkawinan yang bahagia.
1. Cinta
Cinta merupakan energi yang dahsyat untuk mengembangkan dan menyempurnakan
kepribadian Anda dan suami. Cinta akan membantu membuang semua rintangan yang muncul
di tengah perjalanan rumah tangga. Perkawinan yang dibangun tanpa landasan cinta sebetulnya
adalah omong-kosong belaka. Meski bukan satu-satunya syarat, cinta sangat berperan dalam
membangun perkawinan yang langgeng. Maka, cinta dalam perkawinan adalah sesuatu yang
mutlak dan harus.

2. Seiman
Cinta saja tentu belum cukup untuk menciptakan perkawinan yang bahagia. Prinsip memilih
suami yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai kebahagiaan rumah
tangga. Memang, banyak pula pasangan suami-istri beda agama yang juga bisa bahagia
menjalani perkawinannya. Namun, sebaiknya jangan anggap enteng soal satu ini. Bisa-bisa,
Anda dan suami akhirnya jalan sendiri-sendiri, sesuai iman masing-masing. Belum lagi kehadiran
anak. Persoalan agama apa yang akan dianut anak seringkali juga memicu perdebatan yang
panjang.

3. Saling percaya
Tanpa rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan tentu tak akan berjalan
mulus. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda pada perasaan aman dan nyaman.
Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai
suami, dan sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri. Membangun rasa saling percaya
juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.

4. Seks
Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu.
Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia
perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya.
Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam
mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling
memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang
menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Anda berdua.

5. Ekonomi
Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri muda
perkotaan, adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi tak
bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya rumah tangga tak didukung
oleh topangan ekonomi yang memadai. Mengatur ekonomi secara benar juga akan memberikan
perasaan aman dan bahagia.

6. Kehadiran anak
Anak adalah karunia Illahi yang tak terkirakan nilainya. Perkawinan tanpa kehadiran anak
seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga atau pasangan suami-istri yang sulit
mendapatkan anak dan mati-matian berupaya dan berikhtiar agar mempunyai keturunan.
Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki keterikatan dan tanggung jawab
untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama
7. Hindari pihak ketiga
Kehidupan perkawinan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak
lain, apalagi pihak ketiga. Kehadiran pihak ketiga yang ikut campur tangan atau mempengaruhi
dan masuk ke wilayah otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut.
Banyak contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut main di dalamnya. Entah
campur tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan, tetangga, dan sebagainya.

8. Menjaga romantisme
Terkadang, pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak
lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam bersama, bahkan
perhatian pun seperti barang mahal. Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan
suami-istri sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga,
mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-
tempat romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda.
9. Komunikasi
Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya
komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga. Bagaimana mungkin hubungan
Anda dengan suami akan mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah
sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah tangga
berjalan.

10. Saling memuji dan memperhatikan


Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami, dan sebaliknya.
Ucapan bernada pujian akan semakin memperkuat ikatan suami-istri. Tanpa pujian atau
perhatian, bisa-bisa yang ada hanya saling mencela dan merendahkan. Pasangan Anda pun akan
merasa dihargai. Memuji tak butuh biaya atau ongkos mahal, kok. Yang dibutuhkan adalah
ketulusan dan rasa cinta pada suami.

- slam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan.
Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut
nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.
-
Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari
kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi
menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan
bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan
berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam
mengajarkannya.
- Nikah merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling afdhal dalam upaya
merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan nikah inilah seseorang bisa
terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mendorong untuk mempercepat nikah, mempermudah jalan untuknya
dan memberantas kendala-kendalanya.
- Nikah merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak biologis dalam diri
manusia, demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian dari persilangan syar’i
tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan keturunan, hingga dengan perannya
kemakmuran bumi ini menjadi semakin semarak.
- Melalui risalah singkat ini. Anda diajak untuk bisa mempelajari dan menyelami tata cara
perkawinan Islam yang begitu agung nan penuh nuansa. Anda akan diajak untuk
meninggalkan tradisi-tradisi masa lalu yang penuh dengan upacara-upacara dan adat
istiadat yang berkepanjangan dan melelahkan.
- Mestikah kita bergelimang dengan kesombongan dan kedurhakaan hanya lantaran sebuah
pernikahan ..?
Na’udzu billahi min dzalik.
- Wallahu musta’an.
- MUQADIMAH
- Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk
dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup
manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral
yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan
martabat manusia dan nilai-nilai ahlaq yang luhur dan sentral.
- Karena lembaga itu memang merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam,
yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran
di bumi ini. Menurut Islam Bani Adam lah yang memperoleh kehormatan untuk memikul
amanah Ilahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta’ala.
- “Artinya : Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat : “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah : 30).
- Perkawinan bukanlah persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan penting dan
besar. ‘Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci
(MITSAAQON GHOLIIDHOO), sebagaimana firman Allah Ta’ala.
- “Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah
bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. (An-Nisaa’ : 21).
- Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri,
memelihara dan menjaganya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.Agama
Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan perkawinan.
Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah
(peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi
kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah dan harta waris, semua diatur
oleh Islam secara rinci dan detail.
- Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang perkawinan, maka rujukan yang
paling sah dan benar adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan
pemahaman Salafus Shalih -pen). Dengan rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang
aspek-aspek perkawinan maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai
perkawinan yang terjadi di masyarakat kita.
- Tentu saja tidak semua persoalan dapat penulis tuangkan dalam tulisan ini, hanya
beberapa persoalan yang perlu dibahas yaitu tentang : Fitrah Manusia, Tujuan
Perkawinan dalam Islam, Tata Cara Perkawinan dan Penyimpangan Dalam
Perkawinan.
PERKAWINAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN
- Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta’ala cocok dengan
fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh manusia menghadapkan diri
ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia
berjalan di atas fithrahnya.
- Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah,
karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini
tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan
syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta’ala.
- “Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (Ar-Ruum : 30).
- A. Islam Menganjurkan NikahIslam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi
tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang
Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai
ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu
‘anhu berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
- “Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist
Riwayat Thabrani dan Hakim).
-

Anda mungkin juga menyukai