Dua Orang Yang Baik
Dua Orang Yang Baik
berakhir bahagia. Apa yang salah? Apa ini yang anda alami?
Ada bacaan santai...semoga bermanfaat.
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil,
saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan
keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur
yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik,
pagi hari hanya bisa makan bubur.
Jalan kebahagiaan
- Sekarang saya berusia 21 tahun,saya diminta untuk menikah oleh orang tua saya
karena saya sudah pacaran 2thn.Tapi saya belum siap untuk menikah di usia muda
tapi orang tua saya sangat ingin saya menikah dengan alasan sudah banyak buah bibir dari para
tetangga. Padahal saya rasa hubungan saya dengan pacar saya masih wajar,kami bertemu setiap
libur dan tidak pernah sampai larut malam.Saya harus bagaimana?
Saya tidak tega melihat orang tua saya sedih karena saya tidak mau menikah
tapi disisi lain saya sama sekali belum siap untuk menikah.Tolong bantu saya untuk memilih
kebahagiaan orang tua / kebahagiaan saya ? terimakasih
- Kata-kata itu mungkin agak klise bagi sebagian orang. Apalagi kalau yang dibahas adalah
permasalahan setuju dan tidak setuju orang tua dengan pilihan anaknya dalam memilih
pasangan hidup.
Memang kehidupan ini membingungkan apalagi menyangkut permasalahan cinta.
Banyak orang yang berakhir dengan suka cita ketika menghadapi masalah ini namun
tidak sedikit juga yang berakhir dengan duka cita. Cinta memang indah kalau hubungan
ini berlanjut sampai ke jenjang pernikahan. Namun ketika ingin ke jenjang inipun
permasalahan bukannya berkurang malah terkadang bertambah. Mulai dari sikap kedua
orang tua sampai masalah dana. Dari masalah itu, biasanya yang paling banyak terjadi
adalah permasalahan ketidaksetujuan orang tua dengan hubungan kedua insan tersebut.
Dan akhirnya karena permasalah itu biasanya hubungan orang tua dan anak menjadi
renggang bahkan terkadang ada yang putus.
Masalah sebenarnya bisa diatasi dengan tenang kalau kita mau membicarakannya dengan
kepala dingin dan bukan dengan marah-marah. Ketika orang tua tidak setuju dengan
pilihan kita, harusnya kita bicarakan dengan mereka kenapa mereka tidak senang dengan
pilihan kita. Jangan kita langsung tersinggung apalagi sampai berkata “aku yang
menjalani bukan kalian”. Memang kalian yang menjalani tapi orang tua mungkin punya
jalan pemikiran yang berbeda. Jadi bicarakanlah baik-baik, jangan samapi menyinggung
perasaan mereka apalagi sampai mereka mengeluarkan kata DURHAKA untuk kamu.
Cinta, Pernikahan dan Orang tua adalah tiga buah subjek yang penting dalam mengarungi
nikmatnya hidup. Karena itu jaga dan hormati, jangan sampai diantara ketiga itu ada yang
terluka.
Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan
pasangan anda.
Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu
Tapi?
Setelah beberapa tahun perkimpoian, gempita cinta itu pun akan pudar..
perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.
bukannya jadi hal yang manis, tapi malah nambahin penat yang ada..
anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan,
muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya..
Nah Lho!
Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta
hobinya, pertemanannya, nonton TVsampe TVnya bosen ditonton, ataupun hal-hal yang
menyolok lainnya.
Bahwa jawaban atas dilema ini ngga ada diluar, justru jawaban ini hanya
- Banyak orang berpacaran dengan melalui pergaulan yang tidak sehat. Padahal Tuhan
rencanakan banyak hal baik yang dimulai dari pergaulan. “Janganlah kamu sesat:
pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”. Berikut adalah motivasi salah
dalam berpacaran yang terkadang terdapat dalam pikiran, dan hal ini kita terus bawa
hingga perkawinan:
- Masalah usia
Sering kita menganggap kalau kita harus menikah di usia tertentu yang kita anggap sudah
cukup. Hal ini salah. Allah punya rencana untuk tiap mahluk-Nya berbeda-beda. Dan usia
tiap orang untuk menikah berbeda-beda. Untuk itu hendaknya kita tidak menghakimi
teman kita yang sering kali dianggap ‘perawan tua’ atau semacamnya. Usia matang
bukan berarti obral besar-besaran, namun bukan juga tetap jual mahal.
- Rasa kesepian
Jangan menikah bila kita belum menang dari rasa kesepian kita. Faktor ini terkadang
terjadi pada kaum wanita. Dengan anggapan bahwa dirinya kesepian, maka ia akan
menerima siapa saja yang tertarik dengannya.
- Alasan Materi
Seperti warisan, kekayaan dan jabatan yang sifatnya tidak kekal dan hanya menjadikan
manusia rakus harta. Banyak orang mengganggap kebahagiaan tergantung harta banyak
sehingga mereka berani menjual imannya demi pasangan yang dianggap mapan. Ini salah
besar. Tuhanlah sumber kebahagiaan sehingga meninggalkan iman artinya melepaskan
diri dari damai sejahtera yang dijanjikan Tuhan.
- Kuasa gelap
Janganlah kita sekali-kali memakai cara ini dalam menentukan pasangan hidup kita. Ingat
apa yang ditabur itu yang akan dituai. Iblis mungkin akan memberikan kepada kita
wanita yang sempurna, pria yang sempurna seperti yang kita idamkan, tapi ia akan
memberikan kuitansi pada kita. Misalnya: perkawinan anda hanya berumur lima tahun,
atau anak yang anda lahirkan akan idiot, atau anda harus mengalami sakit-penyakit,
masalah dengan bisnis anda, dan sebagainya. Tapi kalau kita meminta pada Tuhan, DIA
memberikan yang menurutnya terbaik untuk kita, malah Ia akan memberikan damai
sejahtera kepada keluarga kita selamanya, yang tidak akan dapat ditukar dengan uang
seberapa besarnya pun. Jadi jangan pernah berpikir: “Bila cinta ditolak, dukun
bertindak”.
- Saya berusia 28 th dan suami saya 30th. kami sudah menikah selama 7 tahun dan
memiliki 2 orang anak. hubungan kami sebagai suami istri kami pada 2 tahun awal
pernikahan baik-baik saja, sampai waktu kehamilan anak kami yg ke-2 terjadi perubahan
sifat pada suami saya. dia mulai menggunakan obat2an terlarang dan suka memukul dan
memaki saya dan bahkan memaksakan saya untuk melakukan hubungan suami istri, jika
saya menolak maka dia akan memukul saya.
- saat kelahiran anak kedua saya melahirkan di kota tempat tinggal orang tua saya. begitu
saya kembali lagi ke kota tempet tinggal saya dan suami, saya dapati cerita dari PRT di
rumah saya itu bahwa selama saya tidak dirumah suami saya sering membawa teman-
temannya berpasang-pasangan tidur dirumah dan melakukan pesta narkoba juga pesta
sex. beberapa bulan kemudian karena perlakuan yang terus menerus kasar kepada saya
dan tidak pernah menafkahi saya dan anak-anak, saya memutuskan untuk membawa
anak-anak pergi ke rumah orang tua saya pada tahun 2005. sampai saat ini saya masih
tinggal bersama orang tua saya bersama anak-anak tanpa suami saya. suami hanya datang
jika dia mau datang tengok anak-anak. memang orang tua suami mengirimkan uang
untuk anak-anak tapi itu sama sekali tidak lah mencukupi kebutuhan kedua anak saya
yang sudah sekolah.
- selain itu sikap suami terhadap saya dan keluarga pun tidak bersahabat. saya sudah
mencoba menemui pastor paroki dan beliau menyarankan untuk kembali kepada suami
saya tetapi saya sudah tidak bisa lagi karena rasa jijik atas apa yang dia telah lakukan
bersama teman-temannya dan juga karena perlakuan dan tindak yang dia lakukan kepada
saya. jujur saja saya masih trauma dengan semua itu sampai saat ini. pastor paroki saya
menyampaikan bahwa saya tidak punya bukti-bukti yang kuat untuk melakukan
pembatalan pernikahan. yang ingin saya tanyakan dapatkah saya melakukan pembatalan
pernikahan di gereja katolik tanpa bukti2 tersebut menurut romo? terima kasih atas
perhatiannya.
- eandainya Yesus datang pada anda dalam rupa seorang pemakai narkoba yg kerap
berlaku kasar thd anda dst, apakah anda akan menolak?
- Berdoalah bagi suami anda & anak-anak. Bagaimanapun dia adalah suami anda, anda
harus mendampingi suami dalam masa-2 sulitnya,kalau bukan anda yg mendampinginya
lalu siapa. Orang yg terjerumus dalam pemakaian obat2-an terlarang tidak bisa
bertanggungjawab thd dirinya, keluarga, orang lain, dan orang masuk ke dalam dunia
narkoba karena tidak punya harapan. Hadapilah masalah ini, bicarakan dengan keluarga
terdekat yg cukup disegani suami. Seharusnya anda tinggal bersama suami, suami anda
harus didampingi. Anda bisa minta tolong kerabat terdekat untuk tinggal bersama bila
anda takut dipukul atau trauma atas sikap suami. Anda bisa menitipkan anak anda kepada
keluarga anda atau keluarga suami, tetapi suami tidak bisa dititipkan kemana-mana
apalagi kepada PRT.
- Ada satu yayasan yg bergerak dalam penanggulangan narkoba di Jakarta, untuk panti
Rehab ada di Sentul. Untuk informasi selanjutnya silahkan menghubungi:
2. Seiman
Cinta saja tentu belum cukup untuk menciptakan perkawinan yang bahagia. Prinsip memilih
suami yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai kebahagiaan rumah
tangga. Memang, banyak pula pasangan suami-istri beda agama yang juga bisa bahagia
menjalani perkawinannya. Namun, sebaiknya jangan anggap enteng soal satu ini. Bisa-bisa,
Anda dan suami akhirnya jalan sendiri-sendiri, sesuai iman masing-masing. Belum lagi kehadiran
anak. Persoalan agama apa yang akan dianut anak seringkali juga memicu perdebatan yang
panjang.
3. Saling percaya
Tanpa rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan tentu tak akan berjalan
mulus. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda pada perasaan aman dan nyaman.
Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai
suami, dan sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri. Membangun rasa saling percaya
juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.
4. Seks
Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu.
Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia
perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya.
Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam
mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling
memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang
menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Anda berdua.
5. Ekonomi
Hampir sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri muda
perkotaan, adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi tak
bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya rumah tangga tak didukung
oleh topangan ekonomi yang memadai. Mengatur ekonomi secara benar juga akan memberikan
perasaan aman dan bahagia.
6. Kehadiran anak
Anak adalah karunia Illahi yang tak terkirakan nilainya. Perkawinan tanpa kehadiran anak
seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga atau pasangan suami-istri yang sulit
mendapatkan anak dan mati-matian berupaya dan berikhtiar agar mempunyai keturunan.
Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki keterikatan dan tanggung jawab
untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama
7. Hindari pihak ketiga
Kehidupan perkawinan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak
lain, apalagi pihak ketiga. Kehadiran pihak ketiga yang ikut campur tangan atau mempengaruhi
dan masuk ke wilayah otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut.
Banyak contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut main di dalamnya. Entah
campur tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan, tetangga, dan sebagainya.
8. Menjaga romantisme
Terkadang, pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak
lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam bersama, bahkan
perhatian pun seperti barang mahal. Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan
suami-istri sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga,
mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-
tempat romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda.
9. Komunikasi
Komunikasi juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya
komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga. Bagaimana mungkin hubungan
Anda dengan suami akan mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah
sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah tangga
berjalan.
- slam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan.
Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut
nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.
-
Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari
kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi
menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan
bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan
berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam
mengajarkannya.
- Nikah merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling afdhal dalam upaya
merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan nikah inilah seseorang bisa
terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mendorong untuk mempercepat nikah, mempermudah jalan untuknya
dan memberantas kendala-kendalanya.
- Nikah merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak biologis dalam diri
manusia, demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian dari persilangan syar’i
tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan keturunan, hingga dengan perannya
kemakmuran bumi ini menjadi semakin semarak.
- Melalui risalah singkat ini. Anda diajak untuk bisa mempelajari dan menyelami tata cara
perkawinan Islam yang begitu agung nan penuh nuansa. Anda akan diajak untuk
meninggalkan tradisi-tradisi masa lalu yang penuh dengan upacara-upacara dan adat
istiadat yang berkepanjangan dan melelahkan.
- Mestikah kita bergelimang dengan kesombongan dan kedurhakaan hanya lantaran sebuah
pernikahan ..?
Na’udzu billahi min dzalik.
- Wallahu musta’an.
- MUQADIMAH
- Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk
dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup
manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral
yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan
martabat manusia dan nilai-nilai ahlaq yang luhur dan sentral.
- Karena lembaga itu memang merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani Adam,
yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan kemakmuran
di bumi ini. Menurut Islam Bani Adam lah yang memperoleh kehormatan untuk memikul
amanah Ilahi sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana firman Allah Ta’ala.
- “Artinya : Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat : “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah : 30).
- Perkawinan bukanlah persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan penting dan
besar. ‘Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci
(MITSAAQON GHOLIIDHOO), sebagaimana firman Allah Ta’ala.
- “Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah
bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. (An-Nisaa’ : 21).
- Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri,
memelihara dan menjaganya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.Agama
Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan perkawinan.
Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah
(peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi
kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah dan harta waris, semua diatur
oleh Islam secara rinci dan detail.
- Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang perkawinan, maka rujukan yang
paling sah dan benar adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan
pemahaman Salafus Shalih -pen). Dengan rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang
aspek-aspek perkawinan maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai
perkawinan yang terjadi di masyarakat kita.
- Tentu saja tidak semua persoalan dapat penulis tuangkan dalam tulisan ini, hanya
beberapa persoalan yang perlu dibahas yaitu tentang : Fitrah Manusia, Tujuan
Perkawinan dalam Islam, Tata Cara Perkawinan dan Penyimpangan Dalam
Perkawinan.
PERKAWINAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN
- Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta’ala cocok dengan
fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh manusia menghadapkan diri
ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia
berjalan di atas fithrahnya.
- Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah,
karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini
tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan
syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta’ala.
- “Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (Ar-Ruum : 30).
- A. Islam Menganjurkan NikahIslam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi
tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang
Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai
ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu
‘anhu berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
- “Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist
Riwayat Thabrani dan Hakim).
-