Anda di halaman 1dari 114
MODEL TARIKAN PERJALANAN DAN KEBUTUHAN PARKIR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH TESIS Disusun Dalam Rangka Memeiwhi Salah Satu Persyaratan Program Magister Teknik Sipil Oleh : IWAN BUDIANTO L4A 003 041 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 MODEL TARIKAN PERJALANAN DAN KEBUTUHAN PARKIR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH Disusun oleh : IWAN BUDIANTO NI IM : L4A 003 041 Dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal : 17 Maret 2005 Tesis ini diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Tim Penguji : yee Ir. Bambang Pudjianto, MT . Ir. Wahyudi Kushardjoko, MT . Ir. Ismiyati, MS . Kami Hari Basuki, ST, MT . It. Epf. Eko Yulipriyono, MS gelar Magister Teknik Sipil (Ketua) (Sekretaris ) (Anggota 1) (Anggota 2) (Anggota 3) ii ABSTRAK Bila zona-zona perumahan umumnya berkedudukan sebagai zona penghasil perjalanan, maka zona-zona aktivitas merupakan zona penarik perjalanan. Salah satu aktivitas tersebut adalah perkantoran. Kantor Pemerintah Propinsi Jawa tengah yang terletak di jalan Pahlawan memiliki intensitas kegiatan yang cukup tinggi. Interaksi yang terjadi antara karyawan, tamu dan kantor fersebut akan menghasilkan pergerakan arus lalu lintas di lingkungan kompleks kantor serta masalah penataan perparkirannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengguna gedung Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, mencari model tarikan perjalanan yang terjadi serta penataan kebutuhan parkir di gedung kantor tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan metode survey traffic counting untuk mengetahui karakteristik parkir serta survey dengan kuesioner untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi, Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random secara proporsional masing-masing biro sebagai yang mewakili seluruh zone (proportional cluster random sampling). Saat terjadi peningkatan intensitas kegiatan di Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, maka gedung kantor dengan luas bangunan 18.021 m? mampu menarik sebanyak 1.132 mobil dan 1.125 sepeda motor / hari. Identifikasi karakteristik parkir di kantor tersebut adalah akumulasi parkir pada jam sibuk 436 sepeda motor dan 435 mobil. Durasi parkir tertinggi adalah 1 —2 jam untuk 327 sepeda motor dan 296 mobil. Identifikasi karakteristik pegawai yaitu 68% pegawai golongan IIT dengan pendapatan Rp. 1.000.000 — 1.500.000 perbulan. Moda yang digunakan pegawai, 43% sepeda motor dan 25% mobil. Tamu yang datang 80% adalah PNS dengan latar belakang pendidikan sarjana (67%). Maksud kedatangan untuk koordinasi (51%). Moda yang digunakan tamu adalah mobil (52%) dan sepeda motor (37%). Untuk mencati model tarikan perjalanan digunakan metoda analisa regresi. Dari hasil analisis didapat satu model Tarikan Perjalanan di gedung Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yaitu : Y = 0,253 Xi + 0,151 X4 + 0,411 Xs + 0,03734 dengan variabel bebas yang berpengaruh adalah jumlah pengguna sepeda motor, jumlah pengguna angkutan umum dan jumlah pendapatan, Kapasitas parkir mobil di belakang kantor tidak mampu melayani permintaan parkir yang ada pada saat jam sibuk akibat bercampurnya areal parkir pegawai dan tamu serta adanya perilaku keengganan dari tamu untuk parkir di bagian depan kantor. Untuk itu sebagai saran dan rekomendasi perlu adanya pemisahan areal parkir mobil dimana untuk kendaraan pegawai areal parkimya di belakang kantor sedangkan untuk kendaraan tamu areal parkimnya di depan kantor. (Kata Kunci : Tarikan perjalanan, kebutuhan parkir, gedung perkantoran, analisa regresi) iti ABSTRACT ‘Real estate is usually positioned as trip generating zone, while the activity zone is positioned as a trip attraction zone. One of the activity zone is offices complex Central aosnrovince Government office located at the Pahlawan street has a relatively high ‘tensity of activities. The interaction among employee, guest and the office results vvemotion of trajfe on the sourounding office region and generates problem of the parking ‘arrangment. This research is purposed to find out the user characteristics of the office building of the Government of Central Java Provinee, to find out a trips attraction model and the ‘arrangment parking demand at the office building. oils research, traffic counting survey 1s used to know the characteristics of parking, and quisioner survey to know the characteristic of social economic. The sample is ‘determined by proportional cluster random sampling. When he activity intensity at Central Java Province Government building increases the office with building area 18.201 mf able to attract, 1.132 cars and 1.125 mmotoreyeles day. The indentification parking characteristics at that office is parking roar ition dering peak hours 436 motorcycles and 435 cars. The longest parking duration is 1 2 hours for 327 motorcycles and 296 cars. ‘The identification is the employee characteristics is S-1 degree (68%) with salary 1,000,000. 1 300.000 rupiahs per months. Moda used by employee composed of) B% ‘motorcycles and 25% cars. The guest is domisated by government employee (80%). The ‘purpose their vist is coordination (51%). Moda used by the guest is 529% cars and 37% ‘motorcycles. "To find out a trip attraction model, regression analysis method is used, Composed of the trip attraction model found is Y = 0,253 Xr 0151 Xe + O41] Xs 0,03734, where the independent variabels are the munber of motoreyeles users, the number of public tranport users and the income. The capacity of car parking behind the office building is not sufficient fo accomodate the vehicles during peak hours. It is caused by the mixing of parking aren someon employee and guests, and the guests prefer to park the car at the back yard than athe front of office building. Therefore itis recommended to separate the parking area of She eas, the parking area for employee atthe back office building and the parking area for _guests cars in front of office building. (Keyword : Trip attraction, parking need, the office building, regretion analysis) iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena ates limpahan rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam penyusunan tesis dengan judul “Model Tarikan Perjalanan dan Kebutuhan Porkir Gedung Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah” ini, penolis mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima Kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Ir, Bembang Pudjianto, MT dan Bapak Ir. Wahyudi Kushardjoko, MT, sebagai dosen pembimbing yang telsh memberikan saran dan ide-ide dalam penulisan tesis ini. >, You Ir. Ismiyati, MS, Bapak Kami Hari Basuki, ST, MT dan Bapak Ir. Epf, Eko Yulipriyono, MS sebagai dosen pembshas yang telah memberikan masukan untuk perbaikan penulisan tesis ini. 4, Soluruh Staf Pengajar dan Staf Sekretariat Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. 4. ‘Teman-teman Transportasi angkatan 2003 alas Kekompakan, Kerjasama dan kebersamaan yang terjalin indah selama ini. 5, Isteri, anak dan keluargaku tercinta atas doa dan dukungannya. 6, Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materi kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Penulis menyedari bahwa dalam penutisen tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga sangat diharapkan saran dan masukan yang dapat mendukung penyempurnaan penulisan tesis ini ‘Akhimya penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi Kita semua, Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, Maret 2005 Penulis HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ...... KATA PENGANTAR ... DAFTARISI. DAFTAR TABEL .... DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI BABI PENDAHULUAN id 12. 13. 14. 1.5. 1.6. Latar Belakang.. Perumusan Masalah . ‘Tyjuan Penelitian.. Manfaat Penelitian...... Batasan Masalah.. Sistematika Penulisan BABI TINJAUAN PUSTAKA 24. 2.2. 2.3, 24 25. 2.6. Sistem Tata Guna Lahan dan Jaringan Transportasi Kota... Perencanaan Transportasi .. 2.2.1. Konsep Perencanaan transportasi.. Bangkitan dan Tarikan Perjalalanan ....... 2.3.1, Definisi Dasar . 23.2. Klasifikasi Perjalanan ..... 2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Bangkitan Lalu Li Fasilitas Parkir 2.4.1. Kapasitas Ruang Patkir.. 2.4.2. Analisa Kebutuban Parkir .. Kajian Penelitian Terdahulu ... Metoda Analisa yang Dipergunakan 6... halaman RewonNe | | | | 2.7. Sampling 2.7.1. Pengertian Sampling 2.7.2. Keuntungan Penggunaan Sampel 2.7.3. Menentukan Jumlah Sampel ... 2.8. Instrumen Penelitian . 28.1. Validitas .. 2.8.2. Reabilitas 2.83. Korelasi 2.9. Tes Signifikansi 00... 29.1. F 2. T-Test .. ‘est BAB II METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alur Kegiatan Penelitian ... 3.2, Pendekatan Penelitian 33. Tinjauan Pustaka ......... 3.4. Survey Pendahuluan .. 3.5. Lokasi dan Obyek Penelitian 3.6. Pengumpulan Data 3.7, Teknik Pengambilan Sampel 3.8. Lingkup Daerah Penelitian .. 3.9. Editing dan Coding ....... 3.10. Analisa dan Pembahasan . 3.11. Asumsi-asumsi .... 3.12. Kesimpulan dan Saran . BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1, Gambaran Umum Wilayah Studi... 4.2, — Karakteristik Sosial Ekonomi dan Lokasional 43. Arus Kendaraan di Kantor Setda Prop. Jateng .... 4.3.1. Fluktuasi Arus Lalu Lintas 43.2. Jumlah Kumulatif Kendaraan Masuk dan Keluar ‘Akumulasi Kendaraan Parkir 4 46 49 sl 35 Vi 44. 43.4. Durasi Parkir 43,5. Jumlah Pengguna Kendaraan ... Responden...... 4.4.1, Penentuan Jumlah Sampel .. 4.4.2. Responden Pegawai... 4.43. Responden Tamu .. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden 4.5.1, Identifikasi Karakteristik Responden Pegawai ......... 4.5.2. Identifikasi Karakteristik Responden Tamu BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN SA. 53 Pengujian Statistik ... 5.1.1. Pengujian Korelasi 5.1.2. Analisa Stepwise 5.1.3. Pengujian Regresi Pemilihan Model Tarikan Perjalanan_ 5.2.1. Pengujian Normalitas ..... Rasio Kebutuhan Parki 5.3.1, Rasio Kebutuhan Parkir Sepeda Motor ...... §.3.2. Rasio Kebutuhan Parkir Mobil 5.3.3. Rasio Luasan Area dan Lantai dengan Bangkitan Parkir...... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 6.2. DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan .. Saran LAMPIRAN : LAMPIRAN A : Daftar Kuesioner LAMPIRAN B : Analisa Statistika dengan SPSS versi 11 LAMPIRAN C: LAMPIRAN fata Lalu Lintas ‘abel Statistika 58 61 62 62 09 75 15 19 83 83 88 89 93. 95 97 97 98 99 101 102 103 vii No. 2.1 43. 4A. 45. 46. 47. 48. 4.9. 4.10. 41. 4.12. 4.13. 4.14, 4.15. 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20. 421. 4.22. 423 424, 5. 52, DAFTAR TABEL Judul Tabel Krijcie Rekap Pegawai Setda Prop. Jateng Tahun 2004 ... Rincian Luas Ruangan Tiap Biro Rincian Luasan Parkir Kantor Setda ... Volume Kendaraan Roda 4 di Titik Pengamatan A .. Volume Kendaraan Roda 4 di Titik Pengamatan B Volume Kendaraan Roda 2 di Titik Pengamatan B Jumlah Kumulatif Mobil Masuk dan Keluar di Titik Pengamatan A... Jumlah Kumulatif Mobil Masuk dan Keluar di Titik Pengamatan B .... Jumlah Kumulatif Motor Masuk dan Keluar di Titik Pengamatan B ‘Akumulasi Parkir Mobil di Titik Pengamatan A ‘Akumulasi Parkir Mobil di Titik Pengamaten B ... ‘Akumulasi Parkir Motor di Titik Pengamatan B ‘Durasi Parkir Mobil di Titik Pengamatan A... Durasi Parkir Mobil di Titik Pengamatan B Durasi Parkir Motor di Titik Pengamatan B Perhitungan Statistik Data Responden Pegawai Data Responden Tamu .. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Ruang Penggunaan Moda Pegawai Berdasarkan Biro ‘Tingkat Pendapatan Pegawai Status Pekerjaan Tamu Menurut Biro Penggunaan Moda Tamu Berdasarkan Biro “Tingkat Pendapatan Tamu ... Interpretasi dari Nilai R .. Matrix Korelasi antar Variabel ..... vii Halaman 26 44 45 45 46 41 48 5 52 54 35 56 37 58 59 60 62 64 70 76 1 B 79 81 82 83 84 53. 54, 5.5. 5.6. 5.7. Model Regresi yang akan Digunakan .. Model Regresi yang Diperolch Data Jumlah Sepeda Motor dan Luasan Areal Parkir . Data Jumlah Mobil dan Luasan Areal parkir... Data Luasan Gedung dan Luasan Parkir . ix 87 89 97 98 La. 12. 13. 3.1 32. 4d. 4.2. 43. 44. 45, 46. 47. 48. 49. 4.10. 4 412. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 417. 4.18. 4.19. 4.20. DAFTAR GAMBAR, Judul Peta Lokasi Penelitian ..........cssssee Detail Lokasi Penelitian Denah Kantor Setda Propinsi Jawa Tengah Interaksi Tata Guna Lahan — Transportasi Variasi Urutan Konsep Perencanaan Empat Tahap Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Grafik Akumulasi Parkir Bagan Alur Kegiatan Penelitian.... Peta Lokasi Pengambilan Sampel Survey 0.00 Grafik Fluktuasi Arus Mobil di Titik Pengamatan A Grafik Fluktuasi Arus Lalu Lintas di Titik Pengamatan B....... Jumlah Kumulatif Mobil Masuk dan Keluar di titik Pengamatan A .... Jumlah Kumulatif Mobil Masuk dan Keluar di titik Pengamatan B ..... Jumlah Kumulatif Motor Masuk dan Keluar di titik Pengamatan B Grafik Akumulasi Parkir Mobil di Titik Pengamatan A Grafik Akumulasi Parkir Mobil di Titik Pengamatan B Grafik Akumulasi Parkir Motor di Titik Pengamatan B Diagram Durasi Parkir Mobil di Titik Pengamatan A ... Diagram Durasi Parkir Mobil di Ti ik Pengamatan B .. Diagram Durasi Parkir Motor di Titik Pengamatan B .. Identifikasi Jumlah Penumpang Dalam Kendaraan ... Prosentase Golongan Ruang Responden Pegawai Prosentase Penggunaan Moda Responden Pegawai ... Prosentase Tingkat Pendapatan Responden Pegawai ... Prosentase Status Pekerjaan Responden Tamu Prosentase Tingkat Pendidikan Responden Tamu ... Prosentase Maksud Kedatangan Responden Tamu Prosentase Penggunaan Moda Responden Tamu... Prosentase Tingkat Pendapatan Responden Tamu ... BABL PENDAHULUAN Ll. Latar Belakang ‘Transportasi adalah kebutuhan turunan (derived demand). Artinya, seseorang tidak akan melakukan perjalanan kecuali akibat adanya kebutuban untuk melakukan aktivitas di tempat yang berbeda dengan tempat berada yang bersangkutan. Upaya berpindah tempat ini dilakukan, mengingat di tempat yang bersangkutan berada, aktivitas yang dimaksudkan tidak dapat dijalankan atau tidak dapat secara sempuma dijalankan. Dengan demikian jelaslah bahwa transportasi bukanlah tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan. Bila zona-zona perumahan umumnya berkedudulan sebagei zona-zona penghasil perjalanan berbasis rumah, maka zona-zona aktivitas merupakan zona-zona_penarik petjalanan. Aktivites, dalam hal ini dapat berupa aktivitas bisnis, perkantoran, industri, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, hiburan, rekreasi, sosial dan Jain-lain. Perbedaan jenis aktivitas, secara hipotetis akan menarik perjalanan dengan karakteristik yang berbeda, Oleh Karena itu penelitian mengenai tingkat tarikan perjalanan pada berbagai jenis aktivitas menarik untuk dilakukan, Kawasan pusat Kota Semarang merupakan kutub pengembangan Kota Semarang dengan peruntukan tata guna Iahan sebagai pusat perkantoran, pusat perdagangan dan jasa komersial (CBD), pusat pelayanan umum (Kesehatan), pusat pendidikan, pusat pelayanan ‘transportasi regional/lokal, pusat pemukiman dengan Kepadatan tinggi dan kawasan campuran. Sebagai pusat kegiatan, intensitas kegiatan di kawasan ini terhitung sangat tinggi. Intensitas kegiatan yang tinggi tersebut membutubkan berbagai sumber daya, sehingga kawasan tersebut potensial untuk mempunyai tarikan lalu lintas yang sangat besar. Kawasan di sekitar J. Pahlawan yang juga merupakan bagian dari kawasan pusat kota sudah tentu juga memiliki intensitas kegiaten yang relatif tinggi, dengan aktivitas utama di sektor perkantoran. Salah satunya adalah kompleks perkantoran Pemerintah Propinsi Jawa Tengah khususnya kantor Sekretariat Daerah (Setda) Propinsi Jawa Tengah, yang terletak di jalan Pahlawan no.9, Semarang. 1.2, Perumusan Masalah Sesuai Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003, Sekretariat Daerah Propinsi mempunyai tugas membantu Gubemur dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat daerah propinsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Sekretariat Daerah Propinsi menyelenggarakan fungsi : 1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi; 2, Penyelenggaraan administrasi pemerintahan; 3, Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana Pemerintahan Daerah Propinsis 4, Pelaksanaan tugas lain yang diberikan olch Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Mengingat kompleksnya tugas yang ada di kantor Setda Propinsi Jawa Tengah tersebut, sudah barang tentu akan menimbulkan interaksi bagi pergerakan arus manusia yang umumnya mempunyai tujuan bekerja. Jumlah karyawan Setda Propinsi Jawa Tengah adalah 1.114 orang yang tersebar dalam 9 (sembilan) Biro yaitu : 1. Biro Kewangan Biro Hukum Biro Pembangunan Daerah Biro Organisasi dan Kepegawaian Biro Otonomi Daerah Biro Perekonomian Daerah Biro Pemerintahan Biro Kesejahteraan Rakyat pernawa en Biro Umum Tingginya intensitas kegiatan di pusat pemerintahan Propinsi Jawa Tengah itu menyebabkan kawasan tersebut memiliki tarikan lalu Tintas yang tinggi. Orang yang datang ke kantor Setda tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Pengguna rutin, yaitu para karyawan Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, sebagai variabel utama tarikan perjalanan ke kantor setiap harinya. 2, Pengunjung / tamu dengan tujuan seperti rapat kedinasan, koordinesi instansional atau tujuan lainnya.. Interaksi yang terjadi antara karyawan dan pengunjung/tamu dengan kantor tersebut pasti memerlukan perjalanan yang akan menghasilkan pergerakan arus lalu lintas yang dihubungkan oleh jaringan jalan yang ada. Disamping masalah pergerakan lalu lintas i lingkungan kompleks Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, masalah lain yang, timbul sebagai konsekuensi logisnya adalah penataan perparkiran. Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan analisa lebih jauh tentang tarikan perjalanan ke kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun penataan kebutuhan ruang parkir yang dibangkitkan dari distribusi jenis kendaraan yang ada. 13. Tujuan Penclitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui karakteristik tarikan perjalanan yang terjadi di kompleks Kantor Pomerintah Propinsi Jawa Tengah yang dijadikan obyek penelitian. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besamya tarikan perjalanan dan menentukan persamaan / model yang mungkin terjadi. 3. Mengetahui kebutuhan ruang parkir yang diperlukan. 1.4, Manfaat Penelitian Penelitian tarikan perjalanan yang terjadi merupakan bagian dari perencanaan transportasi secara keseluruhan. Hesil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota dan Propinsi dalam hal perumusan kebijakan tata ruang kota maupun pengembangan kompleks kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah baik sarana maupun prasarana seperti penyempurnaan tata ruang kantor, sirkulasi Jalu lintas dan penataan perparkiran di kawasan kompleks perkantoran tersebut. 1.5. Batasan Masala Pada penelitian ini digunakan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Lokasi pengambilan data hanya pada lingkup lingkungan kantor Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Tengah (tidak termasuk kantor DPRD yang ada dalam kawasan Kompleks tersebut) 2. Obyek permasalahan yang ditinjau hanya pada tarikan pergerakan lalu lintas karyawan dan tamu kantor Setda sebagai kelompok yang paling dominan sera model tarikan perjalanan dan kebutuhan parkir yang terjadi. 1.6. Sistematika Penulisan ‘Sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut : BABI PENDAHULUAN Pada bab ini ditulis mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan tesis. BAB I TINJAUAN PUSTAKA, Pada bab ini diuraikan mengenai pengertian dan teori-teori yang bisa mendukung hasil penelitian yang telah dan akan dilakukan tentang sistem transportasi yang melandasi dan berhubungan dengan penelitian ini, yaitu sistem tata guna Iahan dan jeringan transportasi kota, perencanaan transportasi, pengertian bangkitan dan tarikan perjalanan, fasilitas dan karakteristik parkir, kajian penelitian terdahulu, metode analisa yang digunakan dan instrumen penelitian. BAB II METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini ditulis mengenai pola pikir yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitiannya, pendekatan penelitian, pelaksanaan survey, pengumpulan data, asumsi-asumsi yang digunakan dan metode analisis yang digunakan. BAB IV PENYAJIAN DAN PENGOLAHAN DATA Penyajian dan Pengolahan Data di dalam bab ini merupakan data hasil survey yang telah dilakukan pengolahan dan dipadukan dengan data-data sekunder yang didapatkan seperti gambaran umum lokasi gedung Kantor Setda Pemerintah Propinsi Jawa Tengab, gamberan umum Kantor Setda Propinsi Jawa Tengah, sirkulasi lalu lintas di kawasan Kantor Setda tersebut serta Identifikasi karakteristik pegawai dan tamu Kantor Setda. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang hasil pengolahan data dan analisis yang kenmdian dilakukan pengujian statistik dan pembahasannya yaitu model tarikan perjalanan di kawasan kompleks kantor Setda Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, variabel-variabel apa yang berpengaruh serta rasio kebutuhan ruang parkimya, BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan memuat suatu kesimpulan hasil dari penelitian yang dimaksud serta memberikan saran untuk pengambilan langkah kebijakan lebih lanjut berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. ONVUVNES YLOM Wad O¥OORNOGI SHLISUBANNN ‘dS HADALYEISOVN ‘WTS VoSMd NYUOONd NVILMANEE IS¥I07 Sas ‘wmv Lew ISVIMOASHVL: ISYHLNBSNOM bro goo WT aN owteyang et vt yp6uel DADr suodold DPJeg JOJUDY YOU *¢" | JOQUIDS mena emNPEHID: 9 aemtjouag gorseg dnysury :| UE NVONVESLDY HVONAL VAMP ISNIdOUd VYGIS YOINVA HYNaG ‘O¥OSaNOdIA svulsaaANK ‘Wals MINDEL 81S OV ‘yuvravs vosva WYeoOUd Sueng Bquoy BL It BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.4. Sistem Tata Guna lahan dan Jaringan Transportasi Kota Sistem merupakan gabungan beberapa komponen atau obyek yang saling berkaitan. Dalam suatu sistem, sctiap perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Demikian pula dalam interaksi sistem tata guna lahan dengan jaringan transportasi kota, Tata guna lahan suatu kota pada hakekatnya berhubungan erat dengan sistem pergerakan yang ada. Perbaikan akses transportasi akan meningkatkan tarikan kegiatan dan berkembangnya guna lahan kota. Sistem transportasi yang baik akan menjamin efektifitas pergerakan antar fungsi kegiatan di dalam kota itu sendiri. Sistem transportasi perkotean terditi dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olah raga, belanja dan lain-lain yang, erlangsung di atas sebidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah dan I Potongan Jahan ini biasa disebut tata guna lahan, Untuk memenuhi kebutubannya, manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jatingan transportasi (misalnya berjalan Koki atau naik bus). Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang. Kebutuban perjalanan antar guna lahan ini akan menentukan jumlah dan pola perjalanan penduduk kota, Karakteristik perjalanan penduduk yang dihasilkan tentu akan berbeda satu dengan yang lain, tergantung dari tujuan perjalanan itu sendiri. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah dan pola perjalanan yang terjadi di dalam kota atau dapat disebut pola bangkitan dan tarikan perjalanan tergantung pada dua aspek tata guna lahan, yaitu jenis tata guna lahan dan jumlah aktivitas pada tata guna lahan tersebut. 2.2, Perencanaan Transportasi Perencanaan transportasi adalah suatu kegiatan perencanaan sistem transporiasi yang sistematis yang bertujuan menyediakan layanan transportasi baik sarana maupun prasarananya disesuaikan dengan kebutuhan transportasi bagi masyarakat di suatu wilayah serta tujuan — tujuan kemasyarakatan lain (Tamin, 1997). Perencanaan transportasi akan ‘mempelajari faktor - faktor yang mempengaruhi kebutuban orang akan perjalanan orang ataupun barang. Faktor — faktor tersebut dapat berupa tata guna Iahan, ekonomi, sosial 10 budaya, teknologi transportasi dan faktor — faktor Jain yang mungkin terkait. Perkembangan terakhir mengarah pada perencanaan sistem transportasi yang berkelanjutan yang memadukan antara efisiensi transportasi, pertumbuhan ekonomi dan kelestarian sumberdaya. Sceara garis besar, transportasi dapat dlihat sebagai suatu sistem dengan 3 (tiga) Komponen utama yang saling mempengeruhi. Ketiga komponen tersebut adalah 1. Sub sistem tata guna Jahan Sub sistem ini mengamati penggunaan Iahan tempat aktivitas masyarakat dilakukan, seperti : tipe, struktur dan ukuran intensitas aktifitas sosial dan ekonomi (berupa : populasi, fenaga keja, output industri) 2, Sub sistem transportasi supply Sub sistem ini merupakan penyediaan penghubung fisik antara tata guna lahan dan manusia pelaku aktivitas masyarakat. Penyediaan ini meliputi berbagai moda transportasi seperti : jalan raya, rel kereta, rute bus dil dan menyatakan kerateristik operasional moda tersebut seperti waktu tempuh, biaya, frekuensi pelayanan, dll. 3. Lalu fintas Lalu lintas merupakan akibat langsung dari interaksi antara tata guna lahan dan transportasi supply yang berupa perjalanan barang dan jasa. Sccara umum hubungan antara tata guna tanah dan transportasi dapat dilihat pada gambar berikut ini. ‘Tata Guna lahan ‘Transportasi Supply [ Lalu Lintas | Gambar 2.1 Interaksi Tata guna lahan ~ Transportasi ( Werpani, 1981 ) 2.2.1. Konsep Perencanaan Transportasi Menurut Warpani (1990) perencanaan transportasi adalah suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem yang memungkinkan menusia dan barang bergerak / berpindah tempat dengan aman dan murah, Perencanaan transportasi sangat dibutuhkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan, keadaan lalu lintas dan perkembangan kota. li ‘Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang berkembang sampai saat ini, dan yang paling populer adalah “Model Perencanzan Transportasi Empat Tabap. ‘Model pereneanaan ini merupakan gabungan dari beberapa submodel yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan (Tamin,1997), yaitu : 1. Aksesibilitas dari sistem zone dan jaringan transportasi ‘Merupakan konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna Jahan secara geografis dengan sistem jaringan yang menghubungkannya, Menurut Black (1981), aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. 2, Bangkitan dan tarikan pergerakan Bangkitan pergerakan adalah tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zone atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna Jahan atau zone. Sebaran pergerakan Pola sebaran arus lalu lintas antara zone asal ke zone tujuan adalah hasil dari dua hal yang terjadi bersamaan yaitu Jokasi dan identitas tata guna lahan yang akan menghasilkan arus lalu lintas dan pemisahan ruang, interaksi antara dua buah guna Jahan akan menghasilkan pergerakan manusia dan barang. 4, Pemilihan moda Jika terjadi interaksi antara dua tata guna lahan maka seseorang akan memutuskan interaksi tersebut dilakukan, yaitu salah satunya adalah pemilihan alat angkut (moda). 5. Pemilihan rute Pemilihan rute juga tergantung moda transportasi. Pemilihan moda dan pemilihan rute dilakukan bersama dan tergantung alternatif terpendek, tereepat dan termurah. Konsep petencanaan empat tabap ini biasanya mengasumsikan bahwa aksesibilitas (submodel 1) merupakan bagian integral dari kescluruhan sistem. Urutan penggunaan konsep perencanaan tersebut beragam, tergantung pada kondisi di lapangan, ketersediaan data, waktu perencanaan dan lain-lain, Beberapa alternatif urutan pemodelan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2. 12 GMS C o 6 Jenis 1 Jenis Il Jenis II Jenis IV M D D D-MS D MS, A A A A G: Bangkitan Pergerakan A: Pemilikan Rute Gambar 2.2 Variasi urutan konsep perencanaan empat tahap Sumber : Black (1981) 2.3. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan / Perjalanan Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan . Menurut Tamin (2000), tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna Jahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lala lintas yang mencakup Jalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi Pergerakan Jalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan arus lalu lintas yang mencakup : 1, Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi 2. Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi Bangkitan dan tarikan pergerakan menurut wells (1975) terlihat secara diagram pada gambar 2.3. dibawah . et Gambar 2.3. Bangkitan dan Tarikan Perjalanan 13 Hasil keluaran dari perhitungan alu lintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Sedangkan menurut Ortuzar (1994), bahwa tarikan perjalanan dapat berupa perjalanan berbasis rumah yang mempunyai ‘tempat asal dan tujuan bukan rumah atau perjalanan yang tertarik oleh perjalanan berbasis rumah. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari (atau satu jam) untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan pergerakan. Bangkitan dan tariken lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan : 1. Jenis tata guna Jahan (jenis penggunaan lahan) 2, Jumlah aktivitas dan intensitas tata guna lahan tersebut. Jenis tata guna lahan yang berbeda (perkantoran, pendidikan, permukiman dan komersial) mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda : 1. Jumlah arus lalu lintas 2. Jenis lalu lintas (pejalan kaki, mobil) Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan sore hari) Jumlah dan jenis Jalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi, seperti contoh di Amerika Serikat (Black, 1981) : 1. 1 (satu) ha perumahan menghasilkan 60-70 pergerakan kendaraan per minggu 2. 1 (satu) ha perkantoran menghasilkan 700 pergerakan kendaraan per hari 3, 1 (satu) ha tempat parkir umum menghasilkan 12 pergerakan kendaraan per hari makin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, makin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkannya. Makin tinggi tingkat aktifitas suatu tata guna Jahan, makin tinggi pula tingkat kemampuannya menarik lalu lintas. 2.3.1. Definisi Dasar Beberapa definisi dasar mengenai bangkitan perjalanan : 1. Perjatanan Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan berjalan kaki Berhenti secara kebetulan tidak dianggap sebagai tujuan pergerakan meskipun terpaksa melakukan perubahan rute, Meskipun pergerakan sering diartikan dengan pergerakan pulang dan pergi, dalam ilmu transportasi biasanya analisis keduanya harus dipisahkan. 14 2. Pergerakan berbasis rumah Pergerakan yang salah satu atau kedua zona (asal dan/atau tujuan) pergerakan tersebut adalah rumah, 3. Pergerakan berbasis bukan rumah Pergerakan yang baik asal maupun tujuan pergerakan adalah bukan rumab. 4, Bangkitan perjalanan Digunakan untuk suatu perjalanan berbasis rumah yang memiliki tempat asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah, 5. Tarikan perjalanan Digunakan untuk suatu perjalanan berbasis rumah yang memiliki tempat asal dan/atau tujuan buken rumah atau pergeraken yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah, 6, Tahapan bangkitan perjalanan Digunakan untuk menetapkan besarya bangkitan perjalanan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik untuk pergerakan berbasis rumah maupun berbasis bukan rumah) pada slang waktu tertentu (per jam atau per hari). Bangkitan perjalanan harus dianalisa secara terpisah dengan tarikan perjalanan. Jadi, tujuan akhir perencanaan tahapan bangkitan perjalanan adalah menaksir setepat mungkin bangkitan dan tarikan perjalanan pada masa sekarang, yang akan digunakan ‘untuk meramalkan perjalanan pada masa mendatang. 2.3.2, Kiasifikasi Perjalanan Menurut Hutchinson (1974) membagi dua kelompok perjatanan yaitu yang berbasis, rumah dan perjalanan yang berbasis bukan rumah. Perjalanan berbasis rumah merupakan perjalanan yang berasal dari rumah ke tempat tujuan yang diinginkan, misalnya perjalanan untuk bekerja, sekolah dan belanja. Perjalanan yang berbasis bukan rumah merupakan perjalanan yang berasal dari tempat selain rumah misalnya perjalanan antar tempat kerja dan toko, perjalanan bisnis antara dua tempat kerja. 15 Sedangkan klasifikasi perjalanan menurut Tamin (2000) meliputi : 1 Berdasarkan tujuan perjalanan a, Perjalanan ke tempat kerja; b. Perjalanan ke sckolah atau universitas (perjalanan dengan tujuan pendidikan), ¢. Perjalanan ke tempat belanja; 4. Perjalanan untuk kepentingan sosial dan rekreasi; €. Dan lain-lain. Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan pergerakan tama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh tiap orang setiap harinya, sedang tujuan pergerakan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan. Pergerakan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisehkan karena jumlahnya kecil, hanya sekitar 15 20 % dari total pergerakan yang terjadi. Berdasarkan waktu Proporsi pergerakan yang dilakukan berfluktuasi sepanjang hari. Tetapi biasanya pergerakan setiap hari dikelompokkan menjadi dua yaitu pergerakan saat jam sibuk dan jam tidak sibuk. Kebanyakan pergerakan pada saat jam sibuk merupakan pergerakan utama yang harus dilakcukan setiap hari (untuk tujuan bekerja dan pendidikan). Pergerakan dengan tujuan belanja dan kegiatan sosial biasanya terjadi pada jam tidak sibuk (off peak hour). Sedangkan pergerakan untuk tujuan birokrasi biasanya terjadi baik pada jam sibuk maupun jam tidak sibuk. Berdasarkan jenis orang Merupakan salah satu jenis pengelompokan yang penting, karena perilaku perjalanan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio ekonomi, yaitu : a. Tingkat pendapatan; Biasanya terdapat tiga tingkatan pendapatan di Indonesia yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah. b. Tingkat pemilikan kendaraan; Biasanya terdapat empat tingkat : 0, 1, 2, atau lebih dari 2 kendaraan per rumah tangga. c. Ukuran dan struktur rumah tangga. i 16 2.33. Faktor yang Mempengaruhi Bangkitan Lalu Lintas ‘Ada 10 faktor yang menjadi variabel penentu bangkitan Talu lintas (Martin, B., 1966) dan semuanya sangat mempengaruhi volume lalu lintas serta penggunaan sarana transportasi yang tersedia. Kesepuluh faktor tersebut adalah = 1. Maksud perjalanan Merupakan ciri khas sosial suatu perjalanan. Sekelompok orang yang melakukan perjalanan bersama-sama (misalnya dalam satu kendaraan umum) bisa jadi mempunyai satu tujuan yang sama, tetapi maksudnya mungkin saja berbeda-beda. 2. Penghasilan keluarga Merupakan citi khas lain yang berhubungan dengan perjalanan seseorang. Penghasilan keluarga berkaitan erat dengan pemilikan kendaraan. 3. Pemilikan kendaraan Berkaitan dengan perjalanan individu (per unit rumah) dan juga dengan kerapatan penduduk, penghasilan keluarga dan jarak dari pusat kota, 4, Guna lahan di tempat asal Merupakan ciri khas pertama dari serangkaian ciri khas fisik. Karena guna Jahan di tempat asal tidak sama, maka peubah ini tidak kontinue, walaupun kerapatan penggunaan laban bersifat kontinue. 5. Jarak dari pusat kota Berkaitan dengan kerapatan penduduk dan kepemilikan kendaraan. 6. Jauh perjalanan Bergantung pada macam sarana (moda) perjalanan. Faktor ini sangat perlu diperhatikan dalam mengatur peruntukan Iahan dan cenderung meminimumkan jarak serta menekan biaya bagi lalu lintas orang maupun kendaraan. 7. Moda perjalanan Merupakan fungsi dari peubah lain. Setiap moda mempunyai tempat khusus dalam transportasi kota serfa mempunyai beberapa Keuntungan disamping sejumlah kekurangan. 8. Penggunaan kendaraan Merupakan fungsi tujuan perjalanan, penghasilan, pemilikan kendaraan dan jarak ke pusat kota. Penggunaan kendaraan dinyatakan dengan jumlah (banyaknya) orang per kendaraan. 17 9. Guna Jahan di tempat tujuan Faktor ini adalah ciri khas fisik yang pada hakekatnya sama saja dengan guna lahan di tempat asal. 10, Waktu. ‘Merupakan peubah kontinue dan memegang peranan penting. Untuk tarikan perjalanan yang sering digunakan adalah Tuas lantai untuk kegiatan perkantoran, industri, komersil, pertokoan dan pelayanan lainnya. Juga ukuran aksesibilitas. 2.4, Fasilitas Parkir Peranan fasilitas parkir dalam sistem transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan di tempat-tempat tujuan perjalanan dari pergerakan lalu Tintas. Pergerakan lalu lintas tidak timbul dengan sendirinya melainkan sebagai akibat dari pergerakan yang menuju ke suatu tempat tujuan perjalanan, contohnya adalah perkantoran, Pada tempat tujuan tersebut kendaraan akan ditinggalkan pemiliknya selama beberapa waktu untuk menyelesaikan urusannya atau bekerja. Pada saat ditinggalkan inilah sebuah fasilitas parkir memegang peranan yang sanget penting. Tujuan dari fasilitas parkir adalah : * Memberikan tempat istirahat bagi kendaraan, * Menunjang kelancaran arus lalu lintas. Masalah yang sering muncul dalam perparkiran adalah tidak seimbangnya antara kebutuhan parkir (demand) dan jumlah penyediaan lahan/tempat parkir (supply), dimana kebutuhan untuk parkir begitu tinggi sedang ketersediaan laban parkir yang ada sangatlah terbatas. Hal ini menuntut agar perencanaan sebuah fasilitas parkir harus benar-benat memperhitungkan demand yang mungkin timbul sehingga tidak mengurangi kenyamanan dalam mengunjungi tempat tersebut. 2.4.1. Kapasitas Ruang parkir Dalam mengukur kebutuhan parkir digunakan Satuan Ruang Parkir (SRP). Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir, Satuan Ruang Parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil penumpang atau sepeda motor) termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pinta, 18 Penentuan besar SRP didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : 1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang. 2, Ruang bebas kendaraan parkir berupa arah lateral dan arah longitudinal kendaraan. 3. Lebar bukaan pintu kendaraan dimana ukurannya merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. 2.4.2. Analisis Kebutuhan Parkir 1. Akumulasi Patkir Merupakan jumlah kendaraan yang diparkir disuatu tempat pada waktu tertentu, Akumulasi parkir ini akan berkaitan erat dengan beban parkir Gjumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam kendaraan per periode waktu tertentu, Untuk mengetatui akumulasi parkir digunakan rumus (Mc Shane and Roess, 1990): Ai = Ai) +Hi-Oi.. 2.1) Keterangan : Ai =akumulasi pada periode i (kendaraan) Aix; =akumulasi pada periode sebelumnya (kendaraan) Ti ~kedatangan kendaraan pada periode i Oi =keluaran kendaraan pada periode i Besamya akumulasi dapat disaj gambar berikut : an dalam bentuk grafik seperti dapat dilihat pada Jumiah ‘Akumulasi Kendaraan Max Accumulation Jumlah Kendaraan per periode pengamatan Gambar 2.4. Grafik Akumulasi parkir 19 2. Volume Parkir Menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu). Waktu yang digunaken kendaraan untuk parkir, dalam menitan atau jam-jaman menyatakan lama parkir. 3. Pergantian Parkir (parking turnover) Menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir untuk satu periode waktu tertentu. 4, Indeks Parkir Merupakan prosentase jumlah kendaraan parkir yang menempati area parkir dengan jumlah tempat parkir yang disediakan (secara teoritis). 2.5. Kajian Penelitian Terdabulu Tinjauan terhadap penelitian sejenis terdahulu adalah sebagai pembanding untuk menambah wawasan atau masukan dalam pengkajian tarikan perjalanan ke Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Penelitian sejenis yang pemah dilakukan adalah = 1. Tarikan Perjalanan ke Kampus Perguruan Tinggi (Studi Kasus : Kampus UGM). Kegiatan-kegiatan di kampus suatu perguruan tinggi akan menimbulkan tarikan perjalanan menuju ke kampus terscbut. Besarnya tarikan perjalanan tersebut tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Arus lalu lintas akibat tarikan perjalanan itw harus diatur agar tidak terjadi kemacetan di sekitar kampus. Pada studi ini dicoba untuk membangun model tarikan perjalanan dari beberapa gedung utama di kampus UGM yaitu gedung fakultas ekonomi, Filsafat, Hukum dan Sastra, Dengan mengaitkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi maka dari analisa regresi diperoleh persamaan sebagai berikut : ‘a. Untuk tarikan perjalanan total Y = 12,58 + 1,26X; + 0,0534X2 dengan X mahasiswa dan X= luas lantai bangunan. miah b. Khusus untuk perjalanan mahasiswa saja diperoleh persamaan tariken perjalanan total Y = -6,608 + 0,165X; + 1,039X> dengan X; = Tuas lantai ruang kuliah, X= jumlah mahasiswa, ¢. Tarkan perjalanan dengan bus Y = 11,595 + 0,113X; + 0,521X2 dengan X) = jumlah mahasiswa, X2 = jumlab mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan. 20 . Tarikan perjalanan dengan sepeda motor Y = 19,545 + 1,234X dengan X = jumlah mahasiswa pemilik sepeda motor. . Kebutuhan luas areal parkir Y = 0,597X — 0,653 dengan X = jumlah tarikan perjalanan, 2. Perbandingan Taritan Perjalanan dan Efisiensi Parkir Gedung Perkantoran di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Obyek studi adalah 12 gedung perkantoran di Jakarta Barat dan 17 gedung perkantoran di Jakarta Pusat. Metoda analisis adalah dengan menggunakan analisis regresi linier dengan hasil sebagai berikut : a, Model tarikan perjalanan yang terbaik pada kedua wilayah umumnya ditentukan oleh peubah bebas Juas lantai bangunan tersewa ( X.). * Jakarta barat, Y = 295,1 + 0,0460 X, dimana Y = Tarikan orang dan Y = 33,6 + 0,0302 X, dimana Y = Tarikan mobil * Jakarta Pusat, Y = 341,34 + 0,0569 X, dimana Y = Tarikan orang b. Tingkat tarikan perjalanan gedung perkantoran di Jakarta Pusat relatif lebih tinggi daripada tingkat tarikan perjalanan gedung perkantoran di Jakarta Barat. Setiap 100 m? Luas Lantai Bangunan Tersewa di Jakarta Pusat menarik 4,21 mobil/hari, 0,61 sepeda motor/hari dan 5,69 orang/bari. Sementara itu, setiap 100 m? Luas Lantai Bangunan Tersewa di Jakarta Barat menarik 3,02 mobil/hari, dan 4,60 orang/hari (nilai tarikan perjalanan sepeda motor tidak bisa dianalisis karena keterbatasan data). Setiap 100 m? Luas Lantai Parkir Mobil di Jakarta Pusat menarik 5,10 mobil/hari sedangkan di Jakarta Barat menarik 1,28 mobil/hari. Setiap 1 unit ruang parkir di Jakarta Pusat menarik 1,87 mobil/hari sedangkan di Jakarta Barat menarik 0,38 mobil/hati. ¢. Prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Barat lebih efisien dari pada prasarana parkir gedung perkantoran di Jakarta Pusat. = Jakarta barat, dibutubkan Tuas 20 m? hingga 21 m? per ruang parkir dengan persamaan Y = 476,37 + 20,504 X, dimana Y ~ Iuas lantai parkir mobil dan X = kapasitas parkir mobil. * Jakarta Pusat, dibutuhkan tuas 25 m? hingga 26 m? per ruang parkir dengan persamaan Y = 200,36 + 25,717 X, dimana Y = luas lantai parkir mobil dan X = apasitas parkir mobil. au 3. Analisis Kebutuhan Parkir di Lingkungan Kampus UGM (Studi Kasus : Program Studi Magister Manajemen. Pada studi ini akan diteliti kebutuhan parkir dilingkungan kampus UGM dengen mengambil lokasi studi area parkir Program Studi Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, Dengan penelitian ini akan diperoleh suatu gambaran karakteristik parkir yang dapat memberikan penilaian terhadap kinerja dari pelataran parkir yang ada, Berdasarkan kinerja area parkir tersebut dapat dikemukakan suatu altematif penanganan sehingga diharapkan akan terwujud fingkungan kampus UGM terutama Program Studi Magister Manajemen yang lebih nyaman dan teratur. Adapun hasil penelitian ini adalah : a. Kebutuhan ruang parkir di Magister Manajemen sebesar 318 ruang, apabila di buat dalam prosentase terhadap jumlah mahasiswa sebesar 499 orang adalah sebesar 63,73 %. b. Kebutuhan ruang parkir di Magister Manajemen sebesar 318 ruang dengan jumlah mahasiswa 499 orang lebih besar daripada standar kebutuhan ruang parkir di mana berdasar standar tersebut untuk jumlah mahasiswa 499 perguruan tinggi orang kebutuhan ruang parkir sebesar 60 ruang parkir. ©. Tingkat (urnover parkir di area parkir Magister Manajemen hampir sama, dengan nilai yang berkisar antara 2-3. Hel ini dapat diartikan bahwa tingkat penggunaan area parkir kendaraan sebanyak 2 kali 4. Permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan parkir pada jam-jam puncak dan kurangnya pohon peneduh .Alternatif penanganan yang di lakukan yaitu dengan adanya pembuatan garis marka untuk memudahkan parkir dan menanam pohon peneduh, 2.6, Metode Analisa Yang Dipergunakan Dalam formulasi modelnya, penclitian ini menggunakan model matematis untuk bangkitan dan tarikan perjalanan yang sering dipakai yaitu analisa kategori atau Klasifikasi silang dan model analisa regresi 2.6.1. Analisa kategori atau Klasifikasi Metode ini didasarkan pada adanya keterkaitan antara terjadinya perjalanan dengan atribut rumah tangga. Asumsi dasamya adalah tingkat bangkitan perjalanan dapat lang 22 dikatakan stabil dalam waktu untuk setiap strafikasi rumah tangga tertentu. Metode analisis, Kategori sering digunakan untuk mendapatkan bangkitan lalu fintas untuk daerah pemukiman tetapi dapat juga dipakai untuk aplikasi lainnya seperti tarikan perjalanan ke gedung perkantoran, Variabel yang biasa digunakan dalam analisis kategori adalah ukuran Keluarga Gumlah orang), pemilikan kendaraan, dan pendapatan keluarga. Terdapat 4 tahapan dalam pendekatan kategori yaitu : Tahap I Stratifikasi berdasarkan variabel-variabel_ yang ditentukan, misalnya struktur sosial ekonomi, tingkat pendapatan dan kepemilikan kendaraan. ‘Tahap It Setiap responden yang disurvey melalui kuesioner, harus dicocokan untuk masing-masing kategori tegantung dari data untuk masing-masing responden tersebut. Tahap IIL Rata-rata tingkat bangkitan laiu lintas dihitung untuk setiap kategori dengan menggunakan data dari responden, Hal ini bisa didapat dengan jalan membagi jumlah pergerakan / tarikan yang dihasilkan untuk setiap kategori dengan jumlah karyawan yang ada dalam kategori tersebut. ‘Tahap IV Sejauh ini, rata-rata bangkitan lalu lintas dilakukan untuk setiap kategori, tetapi sudah cukup untuk digunakan dalam mengestimasi bangkitan lalu lintas pada suatu zona. Hal ini dapat dilakukan untuk setiap zona dengan mengalikan jumlah jumlah keluarga pada zona tesebut untuk setiap kategori dari hasiinya dijumlahkan. Secara matematis hubungan tersebut seperti dibawah ini Pi= >’ TexHe(i) ... Keterangan : Pi ‘kjraan jumlah trip yang dihasilkan oleh zona i ‘Te =Rata-rata bangkitan lalu lintas per keluarga dalam Kategori ¢ He — =Jumlah keluarga dengan kategori c yang berlokasi di zona i “Metode ini pada dasarnya memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Pengelompokan klasifikasi silang tidak tergantung pada sistem zona di daerah kajian. | | | 23 2. Tidak ada asumsi awal yang harus diambil mengenai bentuk hubungan, 3. Hubungan terscbut berbeda — beda untuk setiap kategori. Sedang kelemahan dari analisis kategori adalah : 1, Tidak diperbolehkan melakukan ekstrapolasi. 2. Tidak ada pengujian statistik untuk menguji keabsahan model. 3. Data yang dibutuhkan sangat banyak, sekurang — kurangnya dibutuhkan 50 pengamatan untuk setiap kategori agar dihasilkan sebaran frekuensi yang lebih merata, 4, Tidak ada cara yang efektif dalam memilih variabel. 2.6.2. Model Analisa Regresi Perkiraan terbaik untuk parameter hubungan matematis yang ditunjukkan dua variabe atau lebih adalah dengan metode analisis regresi. Metode ini menghasilkan suata persamaan pendekatan untuk meramalkan total jumlah bangkitan perjalanan yang dapat digunakan sebagai alat prakiraan perjalanan yang akan datang, Model regresi dikembangkan berdasarkan atas prinsip asumsi statistik sebagai berikut (Hutchinson, 1974) : 1, Varian dari nilai variabel tidak bebas harus sama dengan semua besaran dari variabel bebasnya, y Deviasi dari nilai variabel tidak bebas harus tidak berhubungan satu dengan yang lainnya dan mempunyai distribusi normal atau minimal mendekati normal. 3. Variabel bebas terukur dan tanpa kesalahan. 4, Regresi dari variabel tidak bebas tethadap variabel bebas adalah linier. Jika hubungannya tidak liner maka perlu ditransformasikan terlebjh dahulu menjadi linier. Teknik analisa regresi adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana dua (simple regression) atau lebih (multiple regression) variabel saling terkait. Bentuk umum dari regresi linier sedethana adalah : Y= Ot DK vescseccccccssssssnnnnunincnnensseeeeeeecen @2) Keterangan Y —— =vatiabel tidak bebas X = variabel bebas a =konstanta regresi b = koefisien regresi 4. Metode Jeast squares digunakan dalam proses regresi sedethana dimana garis linier didapat schingga jumlah kuadrat terkecil dihasilkan, Analisa regresi linier berganda dipergunakan untuk mencari hubungan antara suatu variabel tak bebas dengan dua atau lebih variabel bebas. Hal ini penting karena pada kenyataannya jumlah variabel penyebab pergerakan mungkin akan lebih dari satu. Model umum bentuk ini adalah : Yratb, Xi+b Xt... +b Xn ~ (23) Keterangan Y = variabel tidak bebas Xi, X2, Xa = variabel bebas a = konstanta regresi bi, by,by = koefisien regresi Selain bentuk analisa regresi linier sederhana maupun berganda terdapat regresi dengan persamaan logaritma, eksponensial, hiperbola, berpangkat, polinomial, compound, fungsi S dan fungsi Growth. Persamaan-persamaan regresi non linier ini dalam penyelesaiannya dapat ditransformasikan menjadi bentuk regresi linier. Metode analisis regresi linier memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Keabsahan dari model dapat diyji secara statistik. 2. Data yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dibandinekan metode analisis kategori. 3. Dapat dilakukan ekstrapolasi variabel pengaruh guna peramalan pada masa yang akan datang. ‘Metode analisis regresi liner mempunyai kelemahan atau kekurangan sebagai berikut : 1. Secara empiris hasil yang diperoleh tidak konsisten karena perbedaan yang timbul dari berbagai variabel bebas suatu wilayah penelitian lainnya tidak signifikan. 2. Model tidak menentukan variansi antar wilayah 3. Intercept dan koefisien regresi bersifat sistem zoning. 4. Model agregat umumnya hanya digunakan untuk mengubah sistem zoning sehingga Icurang fleksibel digunakan dalam prakiraan model. 5, Adanya asumsi hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel tak bebasnya. 25 2.7. Sampling 2.7.1. Pengertian sampling Menurut Suprapto, 1992 dalam Wasito (1995) pengertian untuk sampling adalah cara pengumpulan data atau penelitian hanya elemen sampel (sebagian dari elemen populasi) yang diteliti, hasiInya merupakan data perkiraan (estimate). Sampling hanya mencatat / menyelidiki sebagian dari obyek, gejala atau peristiwa dan tidak seluruhnya. Sebagian individu yang diselidiki itu disebut sampel dan metodanya disebut sampling, sedangkan hasil yang diperoleh ialah nilai karateristik perkiraan (estimate value) yaitu taksiran tentang keadaan populasi. Tujuan teori sampling ialah membuat penelitian menjadi efisien, artinya biaya yang lebih rendah diperoleh tingkat ketelitian yang sama tinggi atau dengan biaya yang sama diperoich tingkat ketelitian yang lebih tinggi. 2.7.2. Keuntungan penggunaan sampel Penelitian tethadap seluruh populasi kadang — kadang tidak mungkin dilakukan karena populasi tidak terbatas atau obyck yang diselidiki mudah rusak atau memang tidak perlu dilakukan penelitian terhadap populasi berhubung obyck penelitian bersifat homogen (Marzuki, 1977). Beberapa keuntungan penggunaan sampling : 1, Penghematan biaya, waktu dan tenaga a. Biaya lebih murah b, Waktu lebih pendek c. Tenaga yang diperlukan lebih sedikit 2. Dengan teknik sampling yang baik mungkin akan diperoleh hasil yang lebih baik / tepat daripada penelitian terhadap populasi karena : a, Adanya tenage-tenaga ali b. Penyelidikan dijalankan lebih teliti c. Kesalahan yang mungkin diperbuat lebih sedikit Jadi hasil sampling diharapkan lebih tepat dan lebih up to date. 2.73. Menentukan jumlah sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan jumlah populasi dalam artian semakin besar jumlah sampel atau semakin mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan UPT-PUSTAK-UNDIP 26 sebaliknya makin kecil jumlah sampel atau semakin menjauhi jumlah populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi. Pada penelitian ini diberikan dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan, yaitu : a. Krejeie memberikan cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis, yaitu dengan menggunakan tabel. Dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas Kesalahan 5 % . Jadi sampel yang diperoleh tersebut mempunyai tingkat kepercayaan 95 % tethadap populasi. Tabel Krejcie ditunjukkan pada tabel 2.1 dibawah ini ‘Tabel 2. 1, Jumiah sampel yang ditentukan atas jumlah populasi (‘Tabel Krijcie ) N s N s N s 10 40 220 140 41200 291 45 14 230) 144 1300 297, 20 19 240 148 1400 302 25 24 250 152 1500 306 30. 28 260, 155 1600) 310 35, 32 270 158 1700 313 40 36 280) 162 1800 37, 45 40 290) 165 1900 320) 50 44 300 468 2000 322 55 48 320 175 2200 327 60 52 340 181 2400 331 65 56 360) 186 2600 335 70 59 380 49 2800 338 75 63. 400) 196 3000 341 80, 66 420, 201 3500 346 85 70 440) 205 4000) 354 0 73 480) 210 4500 34 | 95 76 480 214 5000 357 7100 80 500, 217 6000 31 410 86 550, 226 7000) 364 120 2 600, 234, 2000 367 130 7 650, 242) ‘9000. 368 | 140 103 700 248 10000 370 150 108. 750 254 15000 375) 160 143 800 260 20000 377, 470 118 850 265 30000 379 180 123 200) 268 ‘40000 380 190 127 950, 274 50000 set | 200) 4132 4000 278, 75000 382 210 136 1100 285 400000 384, ‘Sumber : Sugiyono (2002) ar Keterangan : N Jumlah Populasi. S = Jumlah minimal sampel. Dengan demikian dapat dilihat bahwa semakin besar populasi, maka semakin kecil prosentase sampel. Oleh Karena itu tidak tepat apabila ukuran populasinys berbeda prosentase sampelnya sama. b. Richardson (1982), bahwa besar sampel yang scbaiknya diambil dari suatu populast agar _mampu mempresentasikan Kondisiselurah populasi yang ada, pada dasamya dipengaruhi oleh tiga faktor utama : 1. Tingkat variabilitas dari parameter yang ditinjau dari seluruh populasi yang ada, Tingkat ketelitian yang dibutubkan untuk mengukur parameter yang dimaksud, Besarnya populasi dimana parameter akan disurvei Teori limit pusat menyatakan, bahwa perkiraan rerata dari suatu sampel cenderung terdistribusi secara normal ketika ukuran sampel n bertambah. Kenormalan rerata dari sampel yang berlaku dengan tidak memperhitungkan distibusi populasi dari mana sampet jtu diambil asalkan ukuran sampel itu rasional (n > 30). Secara matematis besarnya sampel dari suatu populasi dapat dirumuskan sebagai berikut : Q4) Y a Q5) lta N Keterangan : n= Jumlah sample (untuk jumlah populasi yang tidak terbatas) § = Standard deviasi (tingkat keseragaman dari parameter yang diukur) s(x) = Standard error yang, dapat diterima untuk parameter yang diukur (derajat ketelitian ukuran parameter yang disyaratkan) N= Jumlah populasi 8 =Jumlah sample setelah dikorcksi (untuk jumlzh populasi tertentu) = jumlah sample yang digunakan dalam penelitian 28 Data dari 30 sampel tersebut baru dapat digunakan untuk menghitung n setelah mengalami beberapa langkah pengolahan, y Ufex Mean = Pee aeeitieeti raged eels sas (2s6) ndfx - (Sfx)? a(n-l) Standar devi dengan : E f(x) = E£() = jumlah dari hasil perkalian frekuensi dengan data dari masing-masing variabel n= 30 Besamya tingkat kepercayaan ditentukan 95 %. Hal ini berarti error yang terjadi tidak lebih dati $ % dari data yang ada. Berdasarkan tingkat kepercayaan yang telah ditentukan dapat dihitung sampling error dan standard error yang dapat diterima, dengan rumus: ~ Sampling error yang dapat diterima = 0,05 x rata-rata jumlah tarikan perjalanan tiap orang. sampling error yang, dapat diterima ~ se(x) = 7, ~ diperoleh dari tabel statistik berdasarkan derajat kepercayaan. 2.8, Instrumen Penclitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah validitas, reabilitas dan korelasi. 2.8.1. Validitas Validitas data digunakan untuk menganali: data yang telah terkumpul apakah sudah cukup valid atau tidak yaitu dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (1) hasil perhitungan dengan r tabel (tabel r product moment). Persamaan korelasi yang digunakan : 29 NY Xi¥i- ( DXi-Yi) (2.8) (NX (Xi } {NI keterangan : 1 = koefisien korelasi ‘N = jumiah responden Xi= variabel bebas yang digunakan Yi= variabel terikat yang digunakan Pengujian validitas pada taraf signifikan sebesar (a) = 0.05 yaitu : 1. apabila r hitung > r kritis (tabel) maka instrumen dinyatakan valid, 2. apabila r hitung 0,6. Agar data hasil penelitian mempunyai reabilitas tinggi, maka pengukurannya harus akurat (teliti dan tepal). Persamaan yang digunakan pada pengujian reabilitas adalah = Nur a= os (2.9) 1@-1)N keterangan : a. =koefisien reabilitas 1 ~rata-rata korelasi antar varibel N = jumlah responden I= langan konstan 2.83. Korelasi Korelasi berarti hubungen timbal balik (Sutrisno Hadi, 1995). Besar keeilnya korelasi selalu dinyatakan dalam bentuk angka yang kemudian disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan 30 arah hubungan antara dua variabel. Persamaan Korelasi yang digunakan seperti yang tertulis pada persamaan (2.8) diatas. Koefisien korelasi r adalah suatu ukuran relatif dari asosiasi di antara dua variabel. Koefisien ini bervariasi dari -1 sampai dengan +1. Koefisien +1 menunjukkan adanya korelasi sempurna (perfect competition). Bila koefisien korelasi lebih besar dari nol, maka edua variabel itu mempunyai korelasi positif. Dalam analisa korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi (1 ), Koefisien ini disebut koefisien penentu , karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel independen, Nilai 12 yang mendekati 1 menunjukkan sangat besarya pengaruh variabel X, dimana variabel ini sangat menentukan besamya nilai untuk variabel Y. 2.9, Tes Signifikansi (Significance Test) Untuk meneliti apakah regresi yang dipergunakan dalam penyusunan ramalan adalah benar linear atau tidak, dimana data observasi tepat berada di sekitar garis tersebut, maka perlu dilakukan apa yang disebut “significance test”. Kalau ternyata dati hasil test yang telah dilakukan diperoich hasil yang tidak signifikan (incignificant), maka kurang tepatlah bila regresi linier dipergunakan dalam penyusunan ramalan tersebut. Dalam significance test ini, kita ingin mengetahui apakah benar secara statistik (statistical valid) bahwa hubungan yang ada antara variabel yang diramalkan dengan variabel waktu adalah Y = a+ bX. Untuk pengetesan ini, perlu dilakukan dua macam test yaitu : a. Test untuk mengetahui apalah koefisien b secara statistik berbeda dari 0 (nol), hal ini dikenal sebagai “F-test”. b. Test untuk mengetahui apakah nilai estimasi dari a dan b dapat bervariasi Karena pengaruh sampling dan/atau pengaruh random, dengan apa yang dikenal sebagai “T ~ Test”. 2.9.1. F-test F —test merupakan pengujian untuk menunjukkan apakah cara data atau pandangan statistik lebih baik digunakan rata-rata atau garis regresi untuk penggambaran data tersebut. Distribusi F adalah ratio dari variansi seperti terlihat pada persamaan berikut. 31 Dimana, n adalah jumlah tahun atau jumlah variabel (dalam regresi sederhana k = 2), Setelah diperoleh nilai F ratio, maka kemudian dilakukan pembandingen antara nilai ‘ratio lebih besar dari F tabel atau F test, maka secara statistik koefisien b adalah signifikan berbeda dengan 0 (nol). Dengan perkataan lain, koefisien b tidak sama dengan nol secara statistik, sehingga persamaan regresi adalah benar dan dapat dipergunakan tepat untuk peramalan dengan bentuk Y=a+bX. Sebaliknya, bila F ratio mempunyai nitai yang lebih keeil atau sama nilai F tabel atau nilai F test, maka secara statistik koefien b adalah tidak signifikan berbeda dengan 0 (nol), Oleh karena itu tidaklah benar atau tidaklah tepat untuk menggunakan persamaan regresi sederhana Y =a + bX dalam penyusunan ramalan yang dilakukan. 2.9.2. T-test Sebenarya nilai a dan b yang diperoleh adalah merupakan hasil yang diperoleh dari suatu prosedur sampel. Oleh karena itu nilai a dan b tersebut bukanlah merupakan nilai parameter yang nyata / real ( o: dan B ), tetapi merupakan parameter yang diestimasi, a dan B. Oleh karena itu kita perlu mengetes apakah benar nilai a dan b dapat diperoleh. T — test didasarkan pada nilai dari apa yang dikenal dengan “student — 1 distribution”, yang menunjukken nilai-nilai yang mungkin, bahwa a dan b dapat diambil sebagai hasil dari sampling. Variasi dari a dan b menggambarkan besamya dispersi dari nilai sebenarnya secara teoritis. Hasil bagi dari akar variansi dengan “degree of freedom” (dalam regresi sederhana adalah n-2) disebut kesalahan standard error of estimate. Standart error ini ‘menunjukkan suatu distribusi sampling. Tika kedua standart error a dan b diketabui, maka distribusi sampling dari a dan b dapat dispesifikasikan atau ditunjukkan, dan pengetesan hipotesa dapat dilakukan dan serta batas-batas keyakinan dapat ditelapkan. Dengan menggunakan standart error dati a dan ‘standart error dati b. Dapat dibuat batas-batas probability interval dan test hipotesa untuk ini misalnya salah satu hipotesa tersebut adalah menyatakan apakah nilai a dan b berbeda secara nyata atau signifikan dari nol. Hipotesa ini dapat dites dengan menggunakan tedistribution atau t— test, dengan formula sebagai berikut : a a t testa= — dan t testb= — ou ob 32 BABII METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Alur Kegiatan Penelitian Perumusan Masalah ‘Tinjauan Pustaka Survey Pendabuluan Pengumpulan Data, Data Sekunder Data Primer Data tata guna lahan Data karyawan Luasan Kantor Luasan lantai ‘Luasan parkiran ~ Survey Kuesioner = Jumlah Tamu Kantor ~ Intensitas kegiatan = Survey Traffic Counting Identifikasi Karakteristik Pola Tarikan Perjalanan ke Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Kebutuhan Parkimnys Kesimpulan dan Saran ‘Gambar 3.1. Bagan Alur Kegiatan Penelitian 33 3.2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pada tujuan perjalanan ke Kantor atau dengan kata Jain perjalanan dengan tujuan bekerja. Dengan demikian karakteristik perjalanan tersebut adalah dari rumah ke tempat bekerja (bagi karyawan kantor Setda Pemerintah Propinsi Jawa Tengah) maupun maksud perjalanan yang lain seperti rapat atau koordinasi instansional (tamu atau pengunjung Kantor). Tarikan perjalanan merupaken salah satu dari empat model yang digunakan dalam proses perencanaan transportasi konvensional. Model ini dipakai untuk mengestimasikan jumlah perjalanan yang di tarik oleh setiap unit dacrah sebagai fungsi dari struktur sosial ekonomi dan lokasional. Struktur sosial yang dimaksud adalah Karakteristik pelaku perjalanan, yang dalam hal ini adalah para karyawan dan tamu/pengunjung. Sedangkan aspek Iokasional yang dimaksud adalah karakteristik unit daerah setempat yaitu kawasan Kantor Setda Propinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui pola tarikan perjalanan ke Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah adalah dengan metode analisa regresi yang berfungsi untuk menentukan model tarikan perjalanan maupun kebutuhan parkir serta menganalisa hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebasnya.. Vaiabel-variabel yang dianggap mempengaruhi atau sebagai penentu tarikan perjalanan karyawarvtamu di Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut : . 1. Jumlah Karyawan Sebagai faktor utama dalam tarikan perjalanan ke Kantor Pemda Propinsi Jawa Tengah (tarikan internal). Untuk variabel ini dibedakan jumlah karyawan tiap biro maupun pengelompokan golongan kepangkatannya. 2, Jumlah Tamu / Pengunjung Ditujukan untuk jumlah pengunjung atau tamu yang datang ke kantor Seida (tarikan eksternal), Dibedakan menjadi dua yaitu pegawai negeri sipil dan pegawai swasta. 3. Luas Lantai Bangunan Kantor ‘Mengetahui luas lantai bangunan kantor untuk tiap-tiap zone yang akan diteliti. 4, Luas Area Parkir Mobil Mengetahui luas area parkir mobil yang ada di kompleks kantor Pemerintab, Propinsi Jawa Tengah. 5. Luas Area Parkir Sepeda Motor Mengetahui luas area parkir sepeda motor yang ada di kompieks kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 6. Jumlah Kepemilikan mobil ‘Merupakan variabel yang menunjukkan jumlah kendaraan pribadi berupa mobil yang dimiliki responden. 7. Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor Merupakan variabel yang menunjukkan jumlah kendaraan pribadi berupa sepeda motor yang dimiliki responden, 8, Jumlah atau tingkat pendapatan, ‘Yaitu mengetahui tingkat pendapatan responden sclama sebulan. 3.3. Tinjauan Pustaka Pencarian bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan topik penelitian ini ‘merupakan hal yang penting untuk mendukung peneliti menyelesaikan laporannya. Bahan- bahan studi pustaka tersebut dapat berupa buku-buku, majalah, jumal, Koran dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari perpustakaan, toko buku dan berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini. 3.4, Survey Pendahuluan Survey pendahuluan dilakukan sebelum penelitian sebenamya dengan tujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik lokasi penelitian serta dapat memperkirakan waktu dan biaya survey. Melalui survey pendahuluan diperoleh data sekunder yang berasal dari sumber-sumber diluar penelitian itu sendiri. Data sekunder ini akan digunakan untuk ‘memperoleh informasi daerah penelitian dan populasinya. 35. Lokasi dan Objek Penelitian Dari hasil survey pendahuluan, lokasi atau daerah yang dipilih untuk penelitian ‘adalah gedung kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dengan kriteria scbagai berikut : 35 1. Lokasi penelitian merupakan komplek gedung dengan luas lantai bangunan yang cukup besar dan intensitas kegiatan tinggi schingga dimungkinkan menimbulkan tarikan porjalanan yang cukup besar. 2. Kesemuanya merupakan gedung kantor sehingga memiliki karakteristik yang hampir sama. Lokasi penelitian adalah kompleks gedung Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah atau tepatnya Kantor Sckretariat Daerah Propinsi Jawa Tengah terletak di jalan Pahlawan no. 9 Semarang, dimana peneliti sudah cukup mengenal daerah tersebut. 36. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan beberapa teknik survey, sebagai berikut : 1. Survey data sekunder Sifatnya merupakan penunjang ataupun background information bagi data primer. Data sekunder yang dibutuhkan adalah : a. Peta / Master plan kompleks perkantoran Pemda Propinsi Jawa Tengah, Data ini ‘untuk informasi keadaan perkantoran secara fisik seperti luas seria tata letak kantor. b. Data statistik Pemda Propinsi Jawa Tengah, yang meliputi jumlah personil / pegawai, data administrasi. Data-data ini akan dipakai sebagai informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi secara keseluruhan. 2. Survey Traffic Counting ‘Yaitu pengamatan secara langsung untuk menentukan besarnya permintaan parkir dengan rineian a, Survey fasilitas parkir dengan melihat langsung ke area parkir gedung Kantor Setda Propinsi Jawa Tengah. >. Menghitung jumlah Kendaraan yang ada di dalam kawasan sebelum counting dimulai. ¢. Counting arus lalu lintas baik yang masuk maupun yang keluar kawasan dan dilakukan disetiap titik masuk dan keluar kawasan studi dengan periode per 15 menit. Periode setiap 15 menit ini diharapkan bisa memberikan waktu yang cukup 36 dan mempermudah perhitungan bagi petugas serta cukup dapat untuk mengetahui fluktuasi arus lalu lintas pada jamnya. 3. Survey dengan ku ner Survey ini diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai Karakteristik sosial ekonomi secara langsung yang akan dijadikan variabel penentu dalam model. Selain itu juga untuk mendapatkan informasi tentang perilaku dalam pemilihan moda dan fempat tinggal. Data-data tersebut adalah : Jenis kelamin, tempat tinggal oP Status pekerjaan, tingkat pendidikan, Kepangkatan / golongan ruang Tujuan ke Kantor Setda Tingkat pendapatan Frekuensi dan periode perjalanan ke kantor Kepemilikan kendaraan pribadi pms es Pemilihan moda. Cara penyampaian dan pengambilan kuisioner yang akan dipakai adalat: dengan diantar dan diambil langsung dari responden (delivered 10 respondent / collected from respondent). Untuk tahap pertama akan dibagikan daftar kuesioner kepada 30 responden earyawan boik pengguna rutin maupun tamu untuk mengetahui jumlah sampel ininimom yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya. Setelah seluruh data hasil survai dikumpulkan, maka dilakukan perhitongan untuk mendapatkan parameter statistik dan seluruh informasi mengenai karateristik atau pola tatikan perjalanan yang, diperolch dari Kuesioner. Informasi yang diperoleh dikelompokkan untuk masing- rmasing kriteria yaitu misalnya golongarkepangkatan, jenis Kegiatan, tingkat pendapatan, jumlah pemilikan kendaraan dan sebagainy®. Dengan data survai tersebut, akan dihitung jumlah data yang diperlukan agar rmemenuii secara statistik, Dengan menetapkan tingkat Kepercayaan (level of confidence) 95%, dati tabel statistik diperoleh angka nilai 7 = 1,96 dan standar error yang dapat diterima (acceptable standar error) besarnya adalah 1.96 dari sampling terror yang dapat diterima (acceptable sampling error), agar error yang terjadi tidak Jebih dari 5% dari data yang ada. 37 3.7. Teknik Pengambilan Sampel ‘Teknik pengambilan sampcl dilakukan dengan cara random secara proporsional dari masing-masing kelompok / Biro yang dipilih sebagai yang mewakili seluruh zone. (proportional cluster random sampling). 3.8. Lingkup Daerah Penelitian Untuk wilayah survey penjajakan pendapat (Kuesioner), ada 9 (sembilan) tempat yang diambil sebagai sampel yang dianggap mewakili seluruh kegiatan yang ada di Kantor Setda yaitu Biro Keuangan, Biro Pembangunan Daerah, Biro Perekonomian’ Daerah, Biro ‘Umum, Biro Hukum, Biro Pemerintahan, Biro Orpeg, Biro Otda dan Biro Kesra. 3.9. Editing dan Coding Setelah data yang diperlukan telah terkumpul perlu diadakan pengolahan data terlebih dahulu. Tujuannya adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi uituk kemudian dianalisa. Dalam tahap pengolahan data ini dilakukan 2 kegiaton yaitu editing (penyuntingan) dan coding (pengkodean) 1. Editing Untuk hasil survey yang dilakukan dalam edifing ini adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden. Dalam pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan yaitu : a. Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan b. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan c. Keserasian jawaban responden Untuk hasil observasi kegiatan yang dilakukan dalam editing ini adalah merekam data untuk mendeteksi kesalahan di dalam pengalihan data ke dalam berkas komputer. 2 Coding Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengkodean (coding), Untuk hasil survey, coding dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang berupa angka pada jawaban responden yang diterima. Bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama diberi angka yang sama, Tujuan coding ini 38 ‘adalah ‘untuk menyederhanakan jawaban responden. Coding yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ukuran nominal. Menurut Nazir, M, (1983) ukuran nominal ‘adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada obyek mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukan tingkatan aps-apa. Obyek dikelompokan dalam set-set dan kepada semua anggota set diberikan angka. Set-set ‘ersebut tidak boleh tumpang tindih. ‘Untuk hasil observasi, coding dilakukan dengan memasukan data primer yang telah diubah menjadi suatu format yang dapat dibaca komputer. Setelah data yang didapat sesuai dengan yang dibutuhken, proses selanjutnya adalah ke tahap analisa dan interprestasi tetapi bila masih ada data yang kurang lengkap diadakan lagi pengecekan ulang dalam ‘memasukan data ke komputer. 3.10. Analisa dan Pembahasan Kepiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menganalisa data hasil survey berdasarken perhitungan statistik dengan menggunakan metode metode analisa regresi untuk mendapatkan model tarikan perjalanan, dengan menggunakan alat analisa statistika SPSS (Statistical Product and Servise Solution) versi 11. asi} permodelan didasarkan atas nilai Koefisien Korelasi (0), determinasi (R°), standart error (6.0) nilai ujiF dan nilai uji 7. Kriteria penentuan model adalah sebagai berikut = a, Nilai r berkisar antara -1 sampai 1. Nilai yang mendekati -1 atau 1 menmnjukan adanya hrubungan yang kuat. Kedua variabel bebas yang bersangkutan tidak boleh muncul bersamaan. ‘b. Semakin besar nilai R?, semakin tepat suatu garis linier digunakan sebagai suatu pendekatan. cc. Semakin kecil nilai s.c, semakin tepat suatu garis digunakan sebagai suatu pendekatan. 4, Nilai uji T diambil sesuai dengan derajat kejenuhan (df) yang besar kepercayaannys @. Nilai uji F diambil sesuai dengan df (v1, v2) dan Kepereayaan (a). Jika nial uji F hasil perhitungan lebih besar dari pada nilai F tabel yang diambil, maka ada hubungan antara vatiabel bebas dengan variabel terikat. | 39 3.11, Asumsi-asumsi Untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisa, ada beberapa asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini : 1 Pola tarikan perjalanan karyawan di komplcks kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah merupakan bangkitan perjalanan zona bukan rumah dan dianggap sebagian besar asal perjalanan berbasis rumah, Aktivitas dan intensites kegiatan kantor dianggap mempunyai pola yang sama untuk setiap Biro. Kegiatan perkantoran / bekerja tiap hari dianggap sama (dalam hal waktu dan frekuensi kegiatan). ‘Tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dalam master plan Kantor Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Dalam hal kecenderungan pemilihan moda bagi responden, dianggap mempunyai pola yang sama dengan yang akan datang, 3.12. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dapat diperoleh setelah semua langkah penelitian selesai dilakukan. Dati hasil kesimpulan penulis dapat memberikan beberapa saran dan rekomendasi kepada berbagai pihak yang terkait guna perbaikan di masa mendatang. oF. = NVONVRAISX ISVIAOdSNVA : ISVAINISNOX lyoe00 Wi: WIN ‘OINviang NVM: YAWN AaNans 13dNVS NVIIGNVONSd ISVIOT ‘o¥S3NOIA svUsaaAINA “Tals XINDAAL 2aSOVIN Ynvravs Yosva WYgDO8d Bueng vqUOT] WI, “TP 41 BABIV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Wilayah Studi Kantor Setda Propinsi Jawa Tengah yang terletak di jalan Pahlawan berdasarkan Reneana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun 1995 — 2005, termasuk di Bagian Wilayah Kota (BWK) I (Kecamatan Semarang Selatan) yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan Propinsi Jawa Tengah. Menempati area seluas 1,13 ha, kompleks perkantoran ini terdiri dari 5 (lima) gedung besar, yaitu : Gedung A 1. Merupakan gedung utama karena sebagian besar biro berada pada gedung 12 lantai ini. Gedung ini mempunyai luas lantai bangunan 9.573 m°. Adapun biro-biro yang menempati gedung ini adalah : Biro Hukum, Biro Hukum mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis, penyelenggaraan sistem informasi, pelaporan bidang Hukum, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang Peraturan Perundang-undangan, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Informasi dan Dokumentasi Hukum scrta pengelolaan ‘urusan tata usaha dan rumah tangga biro. Biro Pembangunan Daerah Biro Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis bidang Pembangunan Daerah, pelaksanaan sistem informasi, pelaporan bidang Ekonomi dan Pembangunan, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang, Penyusunan Program, Pengendalian Pembangunan, Pelaporan, Analisis dan Pengkajian Pembangunan, Pelaksanaan dan pelayanan teknis bidang Penyusunan dan Pengendalian Program Pembangunan di lingkungan Sekretariat Daerah, koordinasi pelaksanaan informasi dan promosi bidang Pembangunan, Penerimaan Penghargaan dan Prestasi serta pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tanga biro. 42 Biro Otonomi Daerah, Biro Otonomi Daerah mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis, sistem informasi, pelaporan bidang Otonomi Daerah, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang penyelenggaraan Otonomi Daerah, Administrasi Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kerjasama Antar Daerah dan Kerjasama dengan Luar Negeri serta pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro. Biro Perekonomian Biro Perekonomian Daerah mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis, pelaporan bidang Perekonomian Daerah, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang Sarana Perckonomian, Produksi dan Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serta pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangea biro. Biro Pemerintahan Biro Pemerintahan mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum. Pemerintah Daerah bidang pemerintahan, perencanaan strategis bidang, pemerintahan, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang Pemerintahan Umum dan Administrasi Kependudukan, penyelenggaraan sistem informasi, pelaporan bidang Tata Praja serta pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro. Biro Organisasi dan Kepegawaian Biro Organisasi dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis, pelaksanaan sistem informasi bidang Organisasi dan Kepegawaian, pelaksanean dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantanan dan evaluasi, pelaporan bidang Kelembagaan, Ketataleksanaan Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Daerah dan Kepegawaian, pelaksanaan teknis Analisa Jabatan, Analisa Kinerja dan Evaluasi Kinerja, Analisis Kebijakan Kepegawaian, Analisis Kelembagaan Perangkat Daerah, Sistem Informasi Organisasi dan Kepegawaian serta pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro. * Biro Kesejahteraan Rakyat Biro Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis, sistem informasi, pelaporan bidang Kesejahteraan Rakyat, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Agama, Pendidikan, Kebudayaan dan Olah Raga, pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro. 2. Gedung B Gedung 5 lantai ini terletak ditengah Kompicks kantor Setda dengan Iwas lantai bangunan 2.712 m?, Gedung ini ditempati hanya oleh Biro Umum yang merupakan biro dengan jumlah karyawan terbesar di Kantor Setda. Biro Umum mempunyai tugas pokok menyusun bahan perumusan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategia, sistem informasi, pelaporan bidang Umum. dan Perlengkapan, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang Rumah Tanga, Perlengkapan, Tata Usaha Sekretariat Daerah, Publikasi, Dokumentasi dan Protokol serta pengelolaan tata usaha dan rumah tanga diro. 3. Gedung Merupakan gedung 4 lantai dengan luas lantai bangunan adalah 1.680 m*. Gedung ini ditempati oleh Biro Keuangan dengan jumlah karyawan terbesar kedua setelah Biro Umum. Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyusun bahan kebijakan umum Pemerintah Daerah, perencanaan strategis, pengelolaan sistem informasi, pelaporan bidang Keuangan, Potensi Keuangan Daerah, pertanggung jawaban dan pelaporan Keuangan Daerah, pelaksanaan dan pelayanan administrasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi bidang Anggeran, Perbendaharaan, Verifikasi, Akuntansi, Pengendalian dan Verifikasi pelaksanaan APBD serla pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tanga. biro.

Anda mungkin juga menyukai