Anda di halaman 1dari 8

dakwah di surat kabar : kajian kritis

January 11, 2010 in Uncategorized | Tags: dakwah, surat kabar

DAKWAH DI SURAT KABAR : KAJIAN KRITIS


Oleh : Marasakti Bangunan
NIM : 08 KOMI 1374

A. PENDAHULUAN
Surat kabar atau biasa disebut koran merupakan salah satu media cetak berisikan artikel-
artikel yang memuat tulisan tentang peristiwa atau berita penting terhangat seputar
kehidupan manusia. Topik umum yang sering ditampilkan dalam surat kabar adalah
politik, kriminalitas, bisnis, seni, sosial, dan olahraga.
Pada pertengahan abad ke-XIX di negara-negara Barat, pers disebut sebagai kekuatan
yang keempat, setelah eksekutif, yudikatif dan legislatif. Hal ini menunjukkan kekuatan
pers dalam melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak
mengherankan bila pers sering ditakuti, atau malah “dibeli” oleh pihak yang berkuasa.
Dalam ranah dunia pemberitaan saat ini, kelebihan media online yang bisa menyajikan
berita secara cepat dan real time, memang takkan bisa ditandingi media cetak, keberadaan
internet disinyalir akan menghabisi eksistensi media cetak, seiring dengan semakin maju
dan murahnya teknologi pendukung ditambah dengan belomba-lombanya sejumlah surat
kabar meluncurkan versi media online dimana versi tercetak di-posting secara online di
situs media bersangkutan. Namun dalam pandangan yang lain mengatakan bahwa
memang benar pamor media online akan terus menanjak tetapi bukan berarti media cetak
akan segera punah. Media cetak dan media online akan berjalan saling melengkapi.
Sejalan dengan itu dalam pandangan Islam, bahwa segala bentuk aktivitas yang
mengandung nilai-nilai kebajikan dan membendung bentuk-bentuk kejahatan, merupakan
manifestasi dari amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan aktivitas yang memiliki dimensi
amar ma’ruf nahi munkar dalam perspektif Islam dikenal atau disebut dengan berdakwah.
Jadi karena itu dakwah melalui surat kabar tidak mesti lewat artikel-artikel keagamaan
yang syarat dengan kajian al Qur’an semata. Karenanya makalah ini mencoba melihat
sisi-sisi surat kabar yang dapat dijadikan sebagai penyampai dakwah kepada masyarakat.

B. PEMBAHASAN
1. DAKWAH MELALUI TULISAN
Kata dakwah dalam bahasa Arab berasal dari kata da’wat atau da’watun yang berarti:
undangan, ajakan, seruan. Dari sekian banyak definisi dakwah yang dirumuskan oleh
pakar dakwah dapat disimpulkan bahwa pada intinya dakwah adalah mengajak manusia
kejalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam pengertian yang lebih luas bahwa dakwah tidak hanya terbatas pada ceramah dan
pidato yang didalamnya terdapat penyampaian ayat-ayat suci al Qur’an dan Hadis, tetapi
menyangkut seluruh aktivitas manusia yang tujuannya untuk memberikan pengaruh
‘perubahan’ pada tingkah laku manusia, kepada yang lebih baik , seperti menulis cerpen
pada sebuah surat kabar, dialog dari hati kehati dengan pecandu narkoba, pembangunan
sarana rekreasi yang menjunjung tinggi norma-norma agama dan lain-lain.
Jika kita cermati fakta di masyarakat, tak dipungkiri bahwa dakwah bil lisan masih
mendominasi dibanding dakwah tulisan. Mungkin karena berbicara itu jauh lebih mudah
ketimbang menulis, sehingga menjadi pilihan banyak orang. Bukan berarti kita
merendahkan kontribusi para mubaligh yang menggunakan metode lisan, tapi alangkah
bagusnya jika diringi dengan tulisan.
Perlu disadari pula, bahwa berdakwah dengan tulisan itu tidak melulu dalam bentuk
ulasan keagamaan yang sarat dengan ayat-ayat al Quran, hadis-hadis, maupun fatwa-
fatwa ulama. Untuk menyentuh dan menarik minat berbagai kalangan atau lapisan
masyarakat, kita bisa lebih ‘cair’ serta fleksibel. Misalnya melalui puisi (sebagaimana
dilakoni Emha Ainun Nadjib, KH Mustafa Bisri, Taufik Ismail, Eza Thabry Husano,
Abdurraham El-Husein, dll), cerpen (sebagaimana dilakukan Danarto, Ahmadun Yosi
Herfanda, Helvy Tiana Rosa beserta anggota Forum Lingkar Pena lainnya), novel
(sebagaimana digeluti Pipiet Senja, Habiburrahman El Shirazy, dll). Atau, memotivasi
orang agar giat bekerja dan optimis menyongsong masa depan (sebagaimana digalakkan
Toto Tasmara), memberikan kiat-kiat bagaimana membentuk keluarga sakinah dan
mendidik anak yang baik (sebagaimana ditekuni Mohammad Fauzil Adhim) juga bagian
dari dakwah. Bahkan tulisan humor yang bisa membuat orang sedih jadi ketawa, dapat
dikategorikan dakwah. Intinya, tulisan apapun yang mampu menghantar orang pada
kualitas kehidupan yang lebih baik itu adalah dakwah.
Artinya, dakwah yang dikemas dalam bentuk tulisan jauh lebih tahan lama dibanding
melalui lisan. Daya jangkaunya juga lebih luas, menembus sekat ruang dan waktu.
Buktinya, tulisan para ulama yang dibuat ratusan tahun silam masih bisa dinikmati oleh
generasi kini dan generasi yang akan datang, sepanjang karya-karya itu dibaca, maka
sepanjang itu pula dakwahnya tetap berjalan dan sepanjang itu pula ia masih mampu
memberikan pencerahan kepada masyarakat, Jasad penulis boleh terkubur, tapi karya dan
tulisannya akan senantiasa langgeng.

2. KEBERADAAN SURAT KABAR SEBAGAI MEDIA DAKWAH


Naiklah kereta bawah tanah di Tokyo. Sepuluh tahun lalu, hampir sebagian besar
penumpangnya, baik tua dan muda, tunduk dan asyik membaca buku, majalah, surat
kabar, dan komik. Kini yang ada di tangan mereka adalah handphone, i-pod, note-book.
Media cetak, sedang menghadapi cobaan berat. kehadiran media baru (new media),
seperti internet, telepon genggam, i-pod, radio satelit, dan munculnya sebuah generasi
yang berbeda dalam mengonsumsi informasi telah memaksa media cetak untuk berpikir
keras menata kembali posisinya agar tetap relevan bagi konsumennya.
Datangnya era jurnalisme warga (citizen journalism) juga memaksa media tradisional
mengubah pola pikir sebagai satu- satunya alternatif penyampai ”kebenaran”. Namun,
tantangan terberat berikutnya adalah datangnya krisis ekonomi global. bagi media cetak,
harga kertas impor terus membubung, pemasukan iklan menurun drastis, dukungan
distribusi semakin mahal, sementara sirkulasi umumnya stagnan, kalau tidak anjlok.
Menurut Timothy Balding, CEO Asosiasi Surat Kabar Dunia, di beberapa negara sedang
berkembang, pasar surat kabar bahkan meningkat, dengan sangat meyakinkan. Ketika
menyampaikan laporan mengenai kemajuan industri persuratkabaran dunia, Balding
mengemukakan berbagai fakta bahwa bisnis surat kabar kini menjadi lebih bergairah,
termasuk di negeri maju yang masih menunjukkan pertumbuhan sirkulasi. Semakin
menguatnya media digital malah mendorong media cetak yang bagi mayoritas pembaca
dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari sumber informasi mereka. Balding tentu
tidak sekadar asal bunyi, Ia membeberkan data betapa surat kabar di seluruh dunia
menunjukkan kebangkitan kembali. Pada 2006, sirkulasi koran di seluruh dunia
meningkat 2,3%, dan selama lima tahun terakhir naik 9,48%. Peningkatan terjadi di Asia,
Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan. Satu-satunya yang menunjukkan penurunan
hanyalah Amerika Utara. Pendapatan iklan koran di seluruh dunia pun meningkat 3,77%
tahun lalu atau naik 15,77% dalam lima tahun terakhir. Di Asia Tenggara, selama lima
tahun terakhir, Malaysia mencatat pertumbuhan penjualan 19,97%, Singapura 0,48%, dan
Thailand 12,31%. Tetapi tidak disebutkan data penjualan surat kabar di Indonesia.
Di Indonesia, misalnya, tantangan industri pers sampai tahun 1998 adalah
memperjuangkan kebebasan dirinya. Tonggak kebebasan itu ditandai dengan jatuhnya
rezim Soeharto pada tahun 1998. Media ikut berperan dalam penetapan agenda-setting
perjalanan demokrasi di Indonesia. Dan, menjaga apa yang telah diraih dalam proses
reformasi, seperti: memberi peran yang lebih besar bagi masyarakat madani, mencegah
militer kembali ke panggung politik, menjamin proses checks and balances di antara tiga
pilar kekuasaan, menjunjung penegakan hukum dan penghormatan pada HAM—semua
itu menjadi prioritas utama pers Indonesia.
Hingga saat ini Indonesia masih berjuang melawan tingkat buta huruf, yaitu sekitar 11
juta orang, dengan usia 15 tahun ke atas. Tingkat akses terhadap internet pun masih
rendah, hanya sekitar 25 juta, atau sekitar 11 % dari populasi yang berjumlah 228 juta
orang. Dengan kata lain, kalaupun saat ini media cetak sedang ”berdarah-darah”, hal itu
lebih dikarenakan faktor resesi ekonomi. Namun, tidak berarti media cetak akan ”mati”
Setidaknya hingga saat ini terutama diwilayah Sumatera Utara khususnya kota Medan
dan sekitarnya, bahwa surat kabar masih mendominasi sebagai bahan bacaan pada
fasilitas-fasilitas umum, seperti kantor pemerintah, bank, rumah makan, pangkas, kedai
kopi, lapo tuak, dan lain lain. Hanya sebagian kecil plaza, hotel dan rumah makan siap
saji yang menyiapkan perangkat wi fi atau jasa internet.
Karena keberadaan itu, surat kabar tetap relevan dijadikan sebagai media dakwah dalam
berbagai segi dan situasi. Cukup banyak sisi surat kabar yang dapat dijadikan sebagai
penyampai dakwah kepada masyarakat seperti motto, penyusunan kata dalam berita,
penempatan gambar, dan lain-lain.

3. DAKWAH DAN SURAT KABAR


Surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak
pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini
dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk
rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.
Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita
untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan
kegiatan tertentu.
Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur.
Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar
mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat
kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.
Perkembangan teknologi modern (komputer, internet, dll) kini memungkinkan
pencetakan surat kabar secara simultan di beberapa tempat, sehingga peredaran di daerah-
daerah yang jauh dari pusat penerbitan dapat dilakukan lebih awal. Misalnya, koran
Republika yang pusatnya di Jakarta, melakukan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Solo.
Koran International Herald Tribune yang beredar di Indonesia dicetak dan diterbitkan di
Singapura, padahal kantor pusatnya berada di Paris.
Di satu pihak sistem ini menolong beredarnya koran-koran kota besar di daerah-daerah
dengan lebih tepat waktu. Namun di pihak lain, koran-koran daerah banyak yang
mengeluh karena hal ini membuat koran-koran besar semakin merajai dan mematikan
koran-koran daerah yang lebih kecil.
Kegiatan berdakwah dalam beberapa hal dapat dilihat sebagai kegiatan komunikasi.
Dalam kegiatan komunikasi hendaknya disadari bahwa faktor kecanggihan medium –
sebagai imbas perkembangan teknologi komunikasi – bukanlah satu-satunya determinan
yang menentukan sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi. Sebab, dalam setiap proses
komunikasi, setidak-tidaknya ada lima komponen komunikasi yang harus diperhatikan,
yaitu: komunikator, isi pesan, medium, komunikan dan feedback (umpan balik).
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana meningkatkan efektifitas dakwah, atau
bagaimana proses dakwah tersebut bisa mencapai tujuannya. Beberapa hal di bawah ini
mungkin perlu di perhatikan .
Pertama, makna komunikator harus diperluas. Kalau selama ini kita cenderung melihat
komunikator atau penyampai pesan hanyalah mereka yang dapat disebut ulama, atau
mubaligh di majelis taklim, mimbar-mimbar masjid dan musholla, maka makna itu
sebaiknya diperbesar. Kita harus mempersepsikan bahwa sesungguhnya kita semua
mempunyai tugas keda’ian. Seorang wartawan yang menyadari kebesaran Allah SWT
lewat kesempurnaan sebab akibat dan kronologis suatu kejadian/peristiwa, dapat
berdakwah dengan menyampaikan “kesadarannya” itu pada khalayak melalui etika
pemberitaan menurut norma-norma agama. Negarawan, peneliti, teknolog dan
sebagainya semuanya dapat melaksanakan peran-peran keda’ian pada bidang keahlian
dan tekunannya masing-masing.
Kedua, isi pesan juga perlu terus diperluas. Isi pesan dakwah diharapkan tidak semata
menyampaikan al-Quran, Hadis, dalam arti secara harfiah membaca/menyebutkan ayat
suci al-Qur’an. Dengan tidak memungkiri bahwa sumber baku dakwah itu adalah al –
Qur’an dan Hadis. Isi pesan dakwah harus dipahami yaitu segala sesuatu yang dapat
memberikan pencerahan hati dan pikiran masyarakat, baik melalui perkataan, tulisan dan
perbuatan. materi dakwah pun sebaiknya harus dapat menyahuti kebutuhan dalam
konteks kekinian sesuai dengan perkembangan zaman.
Ketiga, media untuk menyampaikan pesan dakwah juga perlu diperluas maknanya.
Semua jenis media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan seterusnya
mestinya dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan dakwah. Tentu saja kontak
interpersonal tak kalah pentingnya. Perbuatan atau prestasi baik dalam satuan-satuan
kerja dan pengabdian kita pun dapat dijadikan sebagai suatu media dakwah.
Keempat, khalayak atau target audience juga perlu diperluas maknanya. Selain komunitas
masjid, langgar, musholla, majelis taklim, juga mereka yang berada di tempat-tempat lain
seperti di kantor, perusahaan, rumah sakit dan sebagainya. Tentu saja dengan cara
ataupun pendekatan yang berbeda-beda. Semua anggota masyarakat, sebagai individu
atau kelompok, yang kaya dan miskin, di kota metropolitan dan di desa terpencil,
seharusnya terjangkau oleh dakwah dengan medium dan materi yang sesuai.
a) . Perwajahan Dalam persfektif Dakwah
Surat kabar biasanya dicetak pada kertas murah yang disebut kertas koran. Sejak 1980-
an, industri surat kabar berubah dari percetakan berkualitas rendah ke percetakan dengan
kualitas tinggi dengan proses empat warna dan offset printing. Kehadiran komputer, word
processing software, graphics software, kamera digital, dan digital prepress and
typesetting semakin memajukan percetakan surat kabar. Teknologi tersebut membuat
surat kabar mampu mencetak foto dan grafik berwarna dengan layout yang inovatif dan
desain yang semakin baik.
Perwajahan media massa cetak khususnya surat kabar nampak semakin memanjakan
konsumennya. Perwajahan adalah penyusunan unsur-unsur desain berupa garis, bidang,
warna ke dalam suatu halaman yang disebarkan melalui media cetak secara kasatmata
(visual). Lebih sederhana lagi bahwa perwajahan adalah proses rancang, olah grafis dan
tata letak (lay out) halaman surat kabar.
Kehadiran perwajahan sebenarnya bukan sekadar tindakan kreatif penggabungan antara
kecendikiaan dan keterampilan artistik dan tidak hanya dimaksudkan untuk memasukkan
berita, foto, ilustrasi, dan iklan, tetapi ada tugas yang lebih berat, yaitu bagaimana
perwajahan dapat menambah daya serap penerimaan pesan di dalamnya.
Berkomunikasi secara grafis dalam perwajahan, seyogianya direka sedemikian rupa
sesuai keinginan khalayak pembaca, agar berdampak seperti yang diharapkan.
Perwajahan dapat berperan sebagai katalisator penyampaian pesan sebuah media cetak.
Memakai rancang perwajahan yang tepat berarti kandungan informasi yang dimilikinya,
semakin efektif dan efisien diterima masyarakat, sehingga mampu membentuk perasaan,
sikap, perilaku, dan pola pikirnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, perwajahan dilihat dari perspektif dawkah adalah
kegiatan yang tidak berhenti pada fungsi desain grafis dan lay out saja. Selanjutnya
perwajahan akan berperan sebagai bagian dari efektivitas keterbacaan media (channel)
dalam penyampaian pesan dari si pembuat pesan (komunikator) kepada sasarannya
(komunikan) dalam kegiatan dakwah.
Dalam Islam istilah komunikasi dapat ditemukan padanannya dengan dakwah. Dimana
adanya proses interaktif dan kontak sosial yang mentransformasikan berbagai pesan dan
informasi yang mengalir dari berbagai sumber kepada khalayaknya.
Pada taraf berikutnya, dijabarkan secara lebih mendalam bahwa perwajahan yang
bernuansa dan berdasarkan konsep agama merupakan sarana dakwah untuk menghasilkan
suatu tanggapan positif dari khalayak. Sehingga dengan bentuk perwajahan yang
berkonsentrasi dimensi dakwah menimbulkan simpati dan bujukan terhadap pembaca
untuk menerima pesan dan dakwah media cetak tersebut.
Meskipun perwajahan memberi kesempatan berekspresi secara verbal dan non verbal,
sebagai alat katalisator penerimaan pesan dari sebuah media cetak, perwajahan harus
tetap berada dalam koridor dan batas-batas komunikasi, dimana pesan haruslah
menimbulkan pengaruh. Seperti dikemukakan Lasswell komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media sehingga
menimbulkan efek tertentu
Dengan demikian, desain perwajahan bukan hanya semata memoles surat kabar agar
indah dan menarik, tetapi dalam konteks dakwah bagaimana agar desain perwajahan itu
dapat diiringi dengan ajakan, himbauan, dan bimbingan terhadap khalayak menuju
kehidupan lebih baik sesuai tuntunan Agama.
b) . Analisis Berita dan Pemberitaan Dalam kaitannya dengan Dakwah
Berita berasal dari bahsa sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “Write”
yang arti sebenarnya adalah “Ada” atau “Terjadi”.Ada juga yang menyebut dengan
“Vritta” artinya “kejadian” atau “Yang Telah Terjadi”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat .
Dewasa ini, untuk kalangan tertentu yang memahami betul gerak-gerik pers. Mereka
akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita
menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan
memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di
lapangan. Ternyata penyampaian sebuah berita menyimpan subjektivitas penulis. Bagi
masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita hanya dinilai apa adanya. Berita dipandang
sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas.
Analisis terhadap isi berita ini, akan mengantar pembaca kepada pemahaman tentang
latar belakang seorang penulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap
pembaca. Pembaca akan lebih memahami tafsir berita, kenapa dan mengapa beirta itu
ditulis dan disebarkan kepada khalayak. Sehingga pembaca dapat menghindari masuknya
idiologi penulis berita. Dengan analisis berita ini diharapkan Pembaca telah memiliki
filter dalam menyikapi pemberitaan dalam media massa.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi
(content analysis), analisis bingkai (frame analysis), analaisis wacana (disccourse
analysis), dan analisis semiotik (semiotic analysis). Semuanya memiliki tujuan yang
berbeda-beda, disesuaikan dengan target pelaku analisis.
Pada sisi lain jurnalis muslim yang juga bertindak sebagai da’i, misi dakwah harus tetap
berjalan dalam sebuah pemberitaan. Unsur berita 5W 1H dapat dijadikan sebagai alat
untuk memasukkan misi dakwah, yaitu dengan menonjolkan positif-negatif diantara 5W
1H. secara perlahan positif akan menjadi panutan dan negative akan ditinggalkan
khalayak.
Sesunggunya cukup banyak isi surat kabar yang dapat dijadikan sebagai media dakwah
dalam artian rubrik atau kolom-kolom yang ada, dapat dijadikan sebagai media dakwah.
Dalam konteks ini kita mencoba melihat pada surat kabar WASPADA yang terbit di
Medan. Seperti Kolom Albayan, yang coba melihat kajdian yang sedang hangat di
perbincangkan korelasi dengan Al qur’an dan Hadis, Sejarah dan lain-lain.

Kemudian rubrik kisah-kisah pahlawan Islam dan kolom resensi buku dari-buku
keislaman yang baru terbit, seperti contoh sebagai berikut :

Selanjutnya kolom peristiwa, dalam foto dibawah terlihat keberadaan Istanbul dengan
kemegahan arsitektur bangunannya.

Jadi Sebesar dan sekecil apapun pengaruhnya pada khalayak tentang pemberitaan diatas
tentulah sudah dapat dikatakan dengan dakwah.

c) . Dakwah di Surat Kabar berkaitan erat dengan Pemilik, pimpinan redaksi dan
wartawan
Setidaknya ada tiga komponen yang saling berkaitan dalam mempengaruhi berhasilnya
dakwah di media surat kabar, tiga komponen tersebut adalah : pemilik modal, pemimpin
redaksi dan wartawan. Ketiga komponen tersebut harus berjalan seiring. Bila salah
satunya tidak memiliki jihad untuk dakwah maka dakwah di media surat kabar dapat
dikatakan tidak maksimal, walaupun pada hakikatnya dakwah tetap dapat berjalan
melalui pemberitaan yang ditulis oleh jurnalis.
Sebelum dipublikasikan menjadi sebuah berita, informasi harus melewati berbagai
tahapan seleksi terlebih dahulu. Pada akhirnya, ada informasi yang lolos dari tahap
seleksi kemudian diangkat menajdi berita, dan ada informasi yang tidak lolos tahap
seleksi. Hal ini dikarenakan tidak tersedia cukup waktu dan tempat di dalam media
massa.. Fungsi pengaturan tempat dan waktu ini berkaitan dengan fungsi redaksi sebagai
penjaga gawang informasi (gatekeeper) yang menepis berita-berita masuk, Media melalui
kegiatan yang disebut gatekeeping mengontrol akses khalayak terhadap berita, informasi,
dan hiburan.
Bila dikaitkan dengan teori komunikasi massa, maka hal ini bersesuaikan dengan Agenda
Setting Theory, yaitu suatu theory yang meyakini dan meramalkan bahwa media tidak
mempengaruhi sikap khalayak, namun media berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan
khalayak. Dengan kata lain, media mempengaruhi persepsi khalayak tentang hal yang
dianggap penting. Singkatnya, media memilih informasi dan berdasarkan informasi dari
media, khalayak akan membentuk persepsi tentang peristiwa.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa media mampu menggiring opini publik kepada suatu
fakta tertentu melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan sebagai berita.
Maka pada tahap inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak tidak
memihak kepada dunia muslim dapat ditunda pemberitaannya dan beralih kepada
pemberitaan yang bernilai dakwah.
Menurut Dedi Muliyana, semestinya pers memiliki misi yang mulia, yakni turut
memberikan solusi atas konflik yang terjadi, bukan justru melaporkan segi-segi yang
menarik dan dramatic semata-mata dengan tujuan untuk meningkatkan pasar. Para
pengelola Pers (pemodal, redaktur, dan wartawan) perlu memiliki watak “ke-
indonesiaan” yang murni dan konstruktif untuk turut membangun indonesi yang bersatu,
berdaulat dan berkeadilan

C. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa meskipun surat kabar dan media
cetak lainnya sedang dalam gempuran media online, tetaplah efektif dijadikan sebagai
media dakwah, bukan saja tulisan/artikel yang secara khusus membahas bidang agama,
menurut kami desain perwajahan surat kabar yang dipoles dengan norma-norma agama,
sistematika penulisan pemberitaan yang mengedepankan sisi positif/negative secara
lugas, cerdas dan berani serta kemampuan jurnalis muslim untuk menyatakan dan
mengungkap sebuah kebenaran berdasarkan fakta dan realita adalah juga disebut prilaku
dakwah.
Pada posisi ini seorang wartawan muslim harus mampu memprediksi efek-efek
pemberitaan yang ditulisnya. Apakah efeknya akan membentuk opini negative atau
positif terhadap Islam.
Berita bukanlah sesuatu yang begitu saja muncul suci dan bersih, tanpa mengandung
maksud-maksud tertentu, ia hadir sebagai sebuah fakta yang dapat setir kemana saja,
subjektikvitas jurnalis (institusi media) sedikit atau banyak berbaur didalamnya,
karenanya ilmu analisis berita seperti content analysis, frame analysis, disccourse
analysis, dan semiotic analysis, perlu dikembangkan terutama bagi para pelajar dan
generasi muda Islam, sekaitan dengan perkembangan media komunikasi yang semakin
pesat.
Peran pemodal, redaktur dan wartawan dalam penyajian informasi juga turut mewarnai
model dan bentuk informasi yang akan dipublikasikan, tarik menarik ketiga komponen
tersebut menjadi ciri khas tersendiri bagi sebuah media surat kabar.

DAFTAR PUSTAKA
Darmanto, Membongkar Ideologi Di Balik Penulisan Berita Dengan Analisa Framing,
Univrsitas Brawijaya, makalah, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka) 2005.
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti) 1993.
Habib, M. Syafa’at: Buku Pedoman Dakwah (Jakarta : Widjaya) 1999.
Marwah Daud Site, Dakwah di Era Informasi, http://marwahdaud.com. diakses pada tgl.
14 Mei 2009.
Muliyana, Deddy, Komunikasi Massa : Kontroversi, Teori dan Aplikasi (Bandung :
Widya Padjadjaran) 2008.
Myrna Ratna Site, etika jurnalisme, http://Myrnaratna.wordpress.com. diakses pada tgl.
14 Mei 2009.
Hasan Aspahani Site, Unsur Dasar Desain Surat Kabar,
http://blogspot.com/2008/09/20/unsur-dasar-desain-surat-kabar.html. diakses pada
tanggal 14 Mei 2009.
Kries07 site, pengertian-berita, http://kries07.blogspot.com/2009/02/pengertian-
berita.html diakses pada Tgl. 14 Mei 2009.
Wikipedia site, Koran, http://id.wikipedia.org/wiki/Koran diakses pada tgl. 14 Mei 2009.

Anda mungkin juga menyukai