Dakwah Di Surat Kabar
Dakwah Di Surat Kabar
A. PENDAHULUAN
Surat kabar atau biasa disebut koran merupakan salah satu media cetak berisikan artikel-
artikel yang memuat tulisan tentang peristiwa atau berita penting terhangat seputar
kehidupan manusia. Topik umum yang sering ditampilkan dalam surat kabar adalah
politik, kriminalitas, bisnis, seni, sosial, dan olahraga.
Pada pertengahan abad ke-XIX di negara-negara Barat, pers disebut sebagai kekuatan
yang keempat, setelah eksekutif, yudikatif dan legislatif. Hal ini menunjukkan kekuatan
pers dalam melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak
mengherankan bila pers sering ditakuti, atau malah “dibeli” oleh pihak yang berkuasa.
Dalam ranah dunia pemberitaan saat ini, kelebihan media online yang bisa menyajikan
berita secara cepat dan real time, memang takkan bisa ditandingi media cetak, keberadaan
internet disinyalir akan menghabisi eksistensi media cetak, seiring dengan semakin maju
dan murahnya teknologi pendukung ditambah dengan belomba-lombanya sejumlah surat
kabar meluncurkan versi media online dimana versi tercetak di-posting secara online di
situs media bersangkutan. Namun dalam pandangan yang lain mengatakan bahwa
memang benar pamor media online akan terus menanjak tetapi bukan berarti media cetak
akan segera punah. Media cetak dan media online akan berjalan saling melengkapi.
Sejalan dengan itu dalam pandangan Islam, bahwa segala bentuk aktivitas yang
mengandung nilai-nilai kebajikan dan membendung bentuk-bentuk kejahatan, merupakan
manifestasi dari amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan aktivitas yang memiliki dimensi
amar ma’ruf nahi munkar dalam perspektif Islam dikenal atau disebut dengan berdakwah.
Jadi karena itu dakwah melalui surat kabar tidak mesti lewat artikel-artikel keagamaan
yang syarat dengan kajian al Qur’an semata. Karenanya makalah ini mencoba melihat
sisi-sisi surat kabar yang dapat dijadikan sebagai penyampai dakwah kepada masyarakat.
B. PEMBAHASAN
1. DAKWAH MELALUI TULISAN
Kata dakwah dalam bahasa Arab berasal dari kata da’wat atau da’watun yang berarti:
undangan, ajakan, seruan. Dari sekian banyak definisi dakwah yang dirumuskan oleh
pakar dakwah dapat disimpulkan bahwa pada intinya dakwah adalah mengajak manusia
kejalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam pengertian yang lebih luas bahwa dakwah tidak hanya terbatas pada ceramah dan
pidato yang didalamnya terdapat penyampaian ayat-ayat suci al Qur’an dan Hadis, tetapi
menyangkut seluruh aktivitas manusia yang tujuannya untuk memberikan pengaruh
‘perubahan’ pada tingkah laku manusia, kepada yang lebih baik , seperti menulis cerpen
pada sebuah surat kabar, dialog dari hati kehati dengan pecandu narkoba, pembangunan
sarana rekreasi yang menjunjung tinggi norma-norma agama dan lain-lain.
Jika kita cermati fakta di masyarakat, tak dipungkiri bahwa dakwah bil lisan masih
mendominasi dibanding dakwah tulisan. Mungkin karena berbicara itu jauh lebih mudah
ketimbang menulis, sehingga menjadi pilihan banyak orang. Bukan berarti kita
merendahkan kontribusi para mubaligh yang menggunakan metode lisan, tapi alangkah
bagusnya jika diringi dengan tulisan.
Perlu disadari pula, bahwa berdakwah dengan tulisan itu tidak melulu dalam bentuk
ulasan keagamaan yang sarat dengan ayat-ayat al Quran, hadis-hadis, maupun fatwa-
fatwa ulama. Untuk menyentuh dan menarik minat berbagai kalangan atau lapisan
masyarakat, kita bisa lebih ‘cair’ serta fleksibel. Misalnya melalui puisi (sebagaimana
dilakoni Emha Ainun Nadjib, KH Mustafa Bisri, Taufik Ismail, Eza Thabry Husano,
Abdurraham El-Husein, dll), cerpen (sebagaimana dilakukan Danarto, Ahmadun Yosi
Herfanda, Helvy Tiana Rosa beserta anggota Forum Lingkar Pena lainnya), novel
(sebagaimana digeluti Pipiet Senja, Habiburrahman El Shirazy, dll). Atau, memotivasi
orang agar giat bekerja dan optimis menyongsong masa depan (sebagaimana digalakkan
Toto Tasmara), memberikan kiat-kiat bagaimana membentuk keluarga sakinah dan
mendidik anak yang baik (sebagaimana ditekuni Mohammad Fauzil Adhim) juga bagian
dari dakwah. Bahkan tulisan humor yang bisa membuat orang sedih jadi ketawa, dapat
dikategorikan dakwah. Intinya, tulisan apapun yang mampu menghantar orang pada
kualitas kehidupan yang lebih baik itu adalah dakwah.
Artinya, dakwah yang dikemas dalam bentuk tulisan jauh lebih tahan lama dibanding
melalui lisan. Daya jangkaunya juga lebih luas, menembus sekat ruang dan waktu.
Buktinya, tulisan para ulama yang dibuat ratusan tahun silam masih bisa dinikmati oleh
generasi kini dan generasi yang akan datang, sepanjang karya-karya itu dibaca, maka
sepanjang itu pula dakwahnya tetap berjalan dan sepanjang itu pula ia masih mampu
memberikan pencerahan kepada masyarakat, Jasad penulis boleh terkubur, tapi karya dan
tulisannya akan senantiasa langgeng.
Kemudian rubrik kisah-kisah pahlawan Islam dan kolom resensi buku dari-buku
keislaman yang baru terbit, seperti contoh sebagai berikut :
Selanjutnya kolom peristiwa, dalam foto dibawah terlihat keberadaan Istanbul dengan
kemegahan arsitektur bangunannya.
Jadi Sebesar dan sekecil apapun pengaruhnya pada khalayak tentang pemberitaan diatas
tentulah sudah dapat dikatakan dengan dakwah.
c) . Dakwah di Surat Kabar berkaitan erat dengan Pemilik, pimpinan redaksi dan
wartawan
Setidaknya ada tiga komponen yang saling berkaitan dalam mempengaruhi berhasilnya
dakwah di media surat kabar, tiga komponen tersebut adalah : pemilik modal, pemimpin
redaksi dan wartawan. Ketiga komponen tersebut harus berjalan seiring. Bila salah
satunya tidak memiliki jihad untuk dakwah maka dakwah di media surat kabar dapat
dikatakan tidak maksimal, walaupun pada hakikatnya dakwah tetap dapat berjalan
melalui pemberitaan yang ditulis oleh jurnalis.
Sebelum dipublikasikan menjadi sebuah berita, informasi harus melewati berbagai
tahapan seleksi terlebih dahulu. Pada akhirnya, ada informasi yang lolos dari tahap
seleksi kemudian diangkat menajdi berita, dan ada informasi yang tidak lolos tahap
seleksi. Hal ini dikarenakan tidak tersedia cukup waktu dan tempat di dalam media
massa.. Fungsi pengaturan tempat dan waktu ini berkaitan dengan fungsi redaksi sebagai
penjaga gawang informasi (gatekeeper) yang menepis berita-berita masuk, Media melalui
kegiatan yang disebut gatekeeping mengontrol akses khalayak terhadap berita, informasi,
dan hiburan.
Bila dikaitkan dengan teori komunikasi massa, maka hal ini bersesuaikan dengan Agenda
Setting Theory, yaitu suatu theory yang meyakini dan meramalkan bahwa media tidak
mempengaruhi sikap khalayak, namun media berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan
khalayak. Dengan kata lain, media mempengaruhi persepsi khalayak tentang hal yang
dianggap penting. Singkatnya, media memilih informasi dan berdasarkan informasi dari
media, khalayak akan membentuk persepsi tentang peristiwa.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa media mampu menggiring opini publik kepada suatu
fakta tertentu melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan sebagai berita.
Maka pada tahap inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak tidak
memihak kepada dunia muslim dapat ditunda pemberitaannya dan beralih kepada
pemberitaan yang bernilai dakwah.
Menurut Dedi Muliyana, semestinya pers memiliki misi yang mulia, yakni turut
memberikan solusi atas konflik yang terjadi, bukan justru melaporkan segi-segi yang
menarik dan dramatic semata-mata dengan tujuan untuk meningkatkan pasar. Para
pengelola Pers (pemodal, redaktur, dan wartawan) perlu memiliki watak “ke-
indonesiaan” yang murni dan konstruktif untuk turut membangun indonesi yang bersatu,
berdaulat dan berkeadilan
C. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa meskipun surat kabar dan media
cetak lainnya sedang dalam gempuran media online, tetaplah efektif dijadikan sebagai
media dakwah, bukan saja tulisan/artikel yang secara khusus membahas bidang agama,
menurut kami desain perwajahan surat kabar yang dipoles dengan norma-norma agama,
sistematika penulisan pemberitaan yang mengedepankan sisi positif/negative secara
lugas, cerdas dan berani serta kemampuan jurnalis muslim untuk menyatakan dan
mengungkap sebuah kebenaran berdasarkan fakta dan realita adalah juga disebut prilaku
dakwah.
Pada posisi ini seorang wartawan muslim harus mampu memprediksi efek-efek
pemberitaan yang ditulisnya. Apakah efeknya akan membentuk opini negative atau
positif terhadap Islam.
Berita bukanlah sesuatu yang begitu saja muncul suci dan bersih, tanpa mengandung
maksud-maksud tertentu, ia hadir sebagai sebuah fakta yang dapat setir kemana saja,
subjektikvitas jurnalis (institusi media) sedikit atau banyak berbaur didalamnya,
karenanya ilmu analisis berita seperti content analysis, frame analysis, disccourse
analysis, dan semiotic analysis, perlu dikembangkan terutama bagi para pelajar dan
generasi muda Islam, sekaitan dengan perkembangan media komunikasi yang semakin
pesat.
Peran pemodal, redaktur dan wartawan dalam penyajian informasi juga turut mewarnai
model dan bentuk informasi yang akan dipublikasikan, tarik menarik ketiga komponen
tersebut menjadi ciri khas tersendiri bagi sebuah media surat kabar.
DAFTAR PUSTAKA
Darmanto, Membongkar Ideologi Di Balik Penulisan Berita Dengan Analisa Framing,
Univrsitas Brawijaya, makalah, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai
Pustaka) 2005.
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti) 1993.
Habib, M. Syafa’at: Buku Pedoman Dakwah (Jakarta : Widjaya) 1999.
Marwah Daud Site, Dakwah di Era Informasi, http://marwahdaud.com. diakses pada tgl.
14 Mei 2009.
Muliyana, Deddy, Komunikasi Massa : Kontroversi, Teori dan Aplikasi (Bandung :
Widya Padjadjaran) 2008.
Myrna Ratna Site, etika jurnalisme, http://Myrnaratna.wordpress.com. diakses pada tgl.
14 Mei 2009.
Hasan Aspahani Site, Unsur Dasar Desain Surat Kabar,
http://blogspot.com/2008/09/20/unsur-dasar-desain-surat-kabar.html. diakses pada
tanggal 14 Mei 2009.
Kries07 site, pengertian-berita, http://kries07.blogspot.com/2009/02/pengertian-
berita.html diakses pada Tgl. 14 Mei 2009.
Wikipedia site, Koran, http://id.wikipedia.org/wiki/Koran diakses pada tgl. 14 Mei 2009.