Abstrak
Abstract
wayang visual aid and learning that using letter card visual aid on
children in group B of TK Negeri Singaraja. This research is quasi
experiment with pretest and posttest non equivalent control group
design. The subject of the research is the children in group B of
TK Negeri Singaraja. To collect the data it is used performance
testing method and recorded by using observation form. To
analysis the data it is involved two kinds of technique analysis,
they are descriptive statistic and inferential statistic. The result
shows that there is a difference of reading and writing skills
between learning that using contextual alphabet wayang visual aid
and learning that using letter card visual aid on children in group B
of TK Negeri Singaraja with t observation = 2,71 and t table =
2,02 for degree of freedom= 38 and level of significance 5%.
Reading and writing skills in learning by using contextual alphabet
wayang visual aid is better than learning by using letter card for
children in group B of TK Negeri Singaraja.
Pendahuluan
Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak
(TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat masing-masing anak. Anderson
(1993) mengemukakan bahwa Pendidikan TK memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk
anak TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan
berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek kognitif, bahasa, sosial,
emosi, fisik, dan motorik.
Proses pembelajaran anak TK memang masih menjadi permasalahan di
Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh karena pola
pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berorientasi akademik dan
menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak
berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap oleh
anak melalui perlakuan orang dewasa. Hal ini tentu saja bertentangan dengan
hakikat pembelajaran di TK yang menekankan anak sebagai pebelajar yang
aktif. Apabila anak TK diajarkan dan bukannya dibelajarkan, maka
pengembangan berbagai potensi anak secara optimal tidak akan tercapai.
Rachmawati (2005) mengemukakan bahwa memberikan kegiatan belajar
itu, pada kartu tersebut tidak disertai contoh gambar orang atau benda nyata
yang ditemui anak sehari-hari yang menerangkan penggunaan huruf yang
dipelajari, sehingga anak kurang bisa mengaitkan antara apa yang
dipelajarinya dengan lingkungan sekitarnya. Anak cenderung menghafal
huruf yang terdapat pada kartu dan kurang mengkaitkan dengan penerapan
huruf-huruf itu untuk menerangkan orang atau benda yang sering ditemuinya
sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi akan kurang
menjembatani antara apa yang diperoleh anak di TK dengan kemampuan
yang seharusnya dimiliki anak untuk menghadapi lingkungannya.
Berdasarkan gambaran tersebut, peranan guru sebagai fasilitator benar-
benar dibutuhkan. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan alat
peraga/alat bermain yang memfasilitasi pembelajaran anak. Alat peraga/alat
bermain digunakan sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak
dalam melakukan kegiatan bermain sambil belajar di area baca tulis. Alat
peraga/alat bermain yang dimaksud adalah alat peraga/alat bermain yang
bahannya mudah didapat, mudah dibuat guru, mudah digunakan dalam
pembelajaran, menarik perhatian anak, dekat dengan lingkungan anak
(kontekstual), dan inovatif. Salah satunya adalah alat peraga wayang abjad
kontekstual. Wayang abjad adalah bermacam-macam bentuk alfabet dari a
sampai z yang ditulis pada karton berbentuk segi empat dan diberi tangkai
agar anak bisa memegang seperti wayang (Oberlander, 2002). Selain mudah
digunakan, alat peraga wayang abjad kontekstual juga tidak mudah rusak
karena ada tempat bagi anak untuk memegang dengan benar. Dan yang lebih
penting lagi, alat peraga wayang abjad kontekstual akan menjembatani
kemampuan yang diperoleh anak di TK dengan lingkungan. Hal ini
disebabkan karena pada alat peraga wayang abjad kontekstual tersebut
disertai gambar yang huruf awalnya sesuai dengan huruf yang dipelajari.
Dengan demikian, kegiatan bermain sambil belajar akan lebih aplikatif,
kontekstual, dan menyenangkan bagi anak.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut. “Apakah terdapat perbedaan
kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga
wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat
peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK Negeri Singaraja?”
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan
baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad
Metode
Subjek dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Negeri
Singaraja yang terdiri dari dua kelas, yaitu A & B dengan jumlah dan
karakteristik yang hampir sama. Objek penelitian ini adalah kemampuan
baca tulis anak. Untuk mengukur kemampuan baca tulis anak digunakan tes
tindakan yang direkam dengan teknik observasi dan instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi.
Menurut Patmonodewo (1993), “Observasi adalah cara pengumpulan
data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung
terhadap sikap dan perilaku anak.” Carolyn Seefeldt (dalam Beaty, 1994)
menyatakan, meskipun observasi dikatakan sebagai metode paling kuno,
tetapi banyak digunakan dan merupakan cara yang terbaik untuk menilai
anak yang mencakup pertumbuhan dan perkembangannya, bukan pada
kesalahan yang dilakukan anak. Observasi dilakukan pada situasi yang
natural dan tidak dibuat-buat. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah
perkembangan emosi, bermain sosial, perilaku prososial, perkembangan
motorik kasar dan halus, perkembangan kognitif, bahasa, keterampilan
membaca dan menulis dini, keterampilan seni dan imajinasi. Berdasarkan
paparan tersebut, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi, sehingga instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah lembar observasi
Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah kemampuan baca
tulis anak yang meliputi: kemampuan anak dalam membedakan kata-kata
yang mempunyai suku kata awal yang sama, kemampuan menirukan kembali
4-5 urutan kata, dan kemampuan meniru membuat garis tegak, miring,
lengkung. Indikator pencapaian kemampuan tersebut sudah ditentukan dalam
Kurikulum TK 2004 yang berlaku secara nasional sehingga item-item tes
tindakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator tersebut sehingga tidak
dicari validitas dan reliabilias tes. Kemampuan baca tulis tersebut disajikan
dalam bentuk skor-skor untuk dapat dianalisis secara statistik.
Penelitian yang dilakukan ini merupakan kuasi eksperimen/eksperimen
semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah “Pretest-Postest
Nonequivalent Control Group Design”. Desain penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Desain Peneitian
Keterangan:
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
O = Pre-test
X1 = Perlakuan berupa penggunaan alat peraga wayang abjad
kontekstual
X2 = Penggunaan alat peraga kartu huruf
O1 = Post-test kelompok eksperimen
O2 = Post-test kelompok kontrol
Dengan kriteria pengujian: jika Fhit < Ftabel maka data dikatakan homogen.
Uji dilakukan dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk
pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 - 1.
x1 − x 2
t hit =
1 1
S gab +
n1 n 2
(Sudjana, 1996)
dengan :
x1 = rata-rata gain score kelompok eksperimen
(diperoleh dari skor postest – skor pretest kelompok
eksperimen)
x2 = rata-rata gain score kelompok kontrol
(diperoleh dari skor postest – skor pretest kelompok
kontrol)
Sgab = standar deviasi gabungan
n1 = jumlah subyek dari kelompok eksperimen
n2 = jumlah subyek dari kelompok kontrol
Kriteria pengujian yaitu terima Ho jika –t1-½α < t < t1-½α , t1-½α diambil
dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan α = 5%.
Hasil
Berdasarkan penelitian, data tentang kemampuan baca tulis anak yang
diperoleh melalui pre-test dan post test untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol seperti terangkum pada Tabel 2.
Tabel 2
Data tentang Kemampuan Baca Tulis Anak
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas terhadap gain score kemampuan baca tulis anak
untuk kelompok eksperimen sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3
Normalitas Data Kemampuan Baca Tulis X1 (Kelompok Eksperimen)
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
X1 .145 20 .200(*) .937 20 .212
Tabel 4
Normalitas data kemampuan baca tulis X2 (Kelompok Kontrol)
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
X2 .186 20 .067 .873 20 .013
b. Uji Homogenitas
Homogenitas varians menggunakan uji-F dengan kriteria: data
homogen jika Fhitung < Ftabel. Hasil uji homogenitas varians yaitu Fhitung = 1,26
sedangkan untuk F tabel dengan taraf signifikasi 5% dan dk pembilang = 20
serta dk penyebut = 20 adalah 2,94. Oleh karena Fhitung < Ftabel, maka data
homogen.
c. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data yang
berupa gain score dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal dan homogen. Untuk itu dilakukan uji hipotesis dengan kriteria:
Terima H0 jika -t1-½α < t < t1-½α , t1-½α diambil dari daftar distribusi t
dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan α = 5%.
Tabel 5
Rangkuman Hasil Uji-t
Kelas N db X SD t ttabel
Eksperimen 20 38 14,00 5,91 2,71 2,02
Kontrol 20 38 9,15 5,27
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang
menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran
yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK
Negeri Singaraja. Hal ini ditandai dengan hasil uji-t yang menunjukkan
bahwa thitung = 2,71 dan ttabel = 2,02 untuk db = 38 dan taraf signifikansi 5%
sehingga thitung > ttabel, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis anak yang diperoleh melalui
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual
lebih baik daripada kemampuan baca tulis yang diperoleh melalui
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu huruf.
Temuan dalam penelitian ini semakin menegaskan bahwa alat
peraga/alat bermain adalah kelengkapan penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di TK. Penggunaan alat peraga yang menarik perhatian dan
dekat dengan lingkungan anak dapat meningkatkan minat dan gairah anak
untuk belajar di area baca tulis. Penggunaan alat peraga wayang abjad
kontekstual terbukti dapat menjembatani kemampuan yang diperoleh anak di
TK dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena pada alat peraga wayang
abjad kontekstual tersebut disertai gambar yang huruf awalnya sesuai dengan
huruf yang dipelajari. Dengan digunakannya alat peraga wayang abjad
kontekstual, kegiatan bermain sambil belajar lebih aplikatif, kontekstual, dan
menyenangkan bagi anak. Berbeda halnya dengan pembelajaran
menggunakan kartu huruf. Pada kartu hanya terdapat huruf-huruf sehingga
memberi peluang besar kepada anak untuk menghafal huruf dan kurang
mengkaitkannya dengan penerapan huruf-huruf tersebut untuk menerangkan
orang atau benda yang sering ditemuinya sehari-hari. Dengan demikian,
penggunaan alat peraga yang tepat dapat memfasilitasi belajar anak dengan
lebih efektif. Temuan penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Oberlander (2002) yang mengemukakan bahwa dengan menggunakan
alat peraga wayang abjad kontekstual anak senang dan lebih bersemangat
untuk bermain sambil belajar yang pada akhirnya akan lebih cepat untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam baca tulis.
Disadari pula bahwa pada hasil dari penelitian ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai berikut. (1) Instrumen penelitian yang dipergunakan
dan (2) kondisi dan karakteristik anak TK yang unik dan sedang dalam masa
pertumbuhan yang paling hebat dan memang keadaan sebenarnya demikian
adanya.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan,
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan baca tulis antara
pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual
dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak
kelompok B TK Negeri Singaraja.
Berdasarkan simpulan, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. (1)
Dalam rangka pencapaian kemampuan baca tulis anak kelompok B di TK
sebaiknya menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual. (2) Guru
sebagai pembimbing dan fasilitator di TK senantiasa merancang,
mengadakan, menggunakan, dan mengevaluasi alat peraga/alat bermain yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan anak khususnya kemampuan baca
tulis. (3) Guru diharapkan melakukan inovasi secara kontinu untuk
meningkatkan gairah dan semangat anak untuk mengembangkan potensinya
masing-masing melalui penggunaan alat peraga/alat bermain yang relevan.
(4) Kepada pihak sekolah diharapkan mendukung dan bekerjasama dengan
guru dalam proses perancangan dan pengadaan alat peraga/alat bermain yang
kreatif dan inovatif. (5) Bagi orang tua diharapkan partisipasi aktifnya
Daftar Rujukan
Anderson, J. 1993. Quality in early childhood education. New York: The
Danish National Federation of Early Childhood and Youth Education.
Beaty, J. 1996. Skills for preschool teacher. New Jersey: Prentice Hall.