1. Fakta Sosial
Adalah setiap cara bertindak yang umumnya terdapat dalam suatu
masyarakat tertentu yang yang memiliki eksistensinya sendiri terlepas dari
manifestasi individu. Menurut Durkheim bahwa fakta sosial itu tidak dapat
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
direduksikan ke fakta individu melainkan memiliki eksistesinya yang
independen pada tingkat sosial.
Linkungan sosial dimana perilaku berlangsung berbeda dari lingkungan fisik
yang ditinggali. Lingkungan fisik hanya membuat kondisi-kondisi yang
diperhitungkan oleh setiap individu demi keselamatannnya. Tapi lingkungan
sosial tidak hanya membuat kondisi-kondisi tetapi juga norma-norma dan
tujuan-tujuan perilaku yang ditujukan kepadanya. Itulah ciri khas dari
lingkungan sosial, sehingga disebut oleh Durkheim sebagai fakta sosial atau
realitas sui generis.
Setiap individu lahir dalam lingkungan sosial budaya yang berbeda dan
tertentu. Yang dialaminya seolah-olah datang dari luar dan diluar
kemampuan individu atau tidak tergantung dari individu tersebut.
Masyarakat setempat dari lingkungan tersebut menyampaikan kepada tiap-
tiap anggota masyarakat berupa naskah yang berisi peranan-peranan yang
diharapkan dari masyarakat setempat tersebut. Boleh jadi tiap-tiap anggota
dari masyarakat tersebut membanggakan indepedensinya atau peranan-
peranan yang dimilikinya. Tetapi dalam kenyataannya individu tersebut lebih
banyak merupakan pelaku konformnitas daripada pemberontak yang lebih
menyukai pembaruan, lebih banyak bersikap konservatif daripada merintis
apa yang sudah ada atau lebih dulu yang menjadi masyarakat setempat.
Dan biasanya individu-individu sebagian besar tidak menyadari prestasi-
prestasinya yang didapat kan sebagai pelaku peranan tidak berasal dari
mereka sendiri melainkan dari fakta sosial. Baik dalam
pergaulan,pendidikan, maupun dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
yang secara lazim disebut “pribadi” pun mereka lebih banyak menyesuaikan
diri dengan fakta sosial dari pada melanggar atau membuat sesuatu yang
baru. Sehubungan dengan pengaruh besar dari faktor rutin dalam perilaku
sosial anggota masyarakat , individu mendapatkan kesan dari fakta sosial
bahwa fakta sosial mempunyai kekuatan memaksa atau menekan atas
individu dan mengatur kelakuannya. Individu takut akan sanksi ataupun
reaksi negative atau hukumannya, kalau mereka tidak menyesuaikan diri
K.J VEEGER , REALITAS SOSIAL , 1990, hal 142—149,170-173
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
terhadap fakta sosial. Durkheim memakai istilah pengaruh dari fakta sosial
dengan puissance imperative et coercitive. Istilah fakta sosial seolah-olah
telah member kesan bahwa kehidupan sosial berstatus ontologis atau
kehidupan tersendiri yang terpisah dari kehidupan individual. Durkheim,
tidak menceraikan fakta sosial dari pelaku atau anggota masyarakat yang
disebut individu tetapi menurutnya ada alasan untuk memb ayangkan gejala
sosial sebagai obyek. Fakta sosial berupa struktur-struktur
masyarakat,Negara, dan keluarga, nilai-nilai seperti
kedaulatan,agama,adat,norma-norma kesusilaan , dan sebagainya.
2. Solidaritas Sosial
Dari semua fakta sosial yang dijelaskan oleh Durkheim, tak satupun yang se-
sentral konsep solidaritas sosial. Solidaritas sosial adalah suatu keadaan
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
dimana suatu hubungan keadaan antara inidividu atau kelompok yang
didasarkan pada faktor perasaan moral dan kepercayaan yang dianut
bersama diperkuat oleh pengalaman pengalaman emosional bersama.
a) Solidaritas Mekanik
Kesadaran sebagai individu pada masa dahulu masih lemah, sedangkan kesadaran
yang sama, perasaan yang sama, dan tingkah laku yang sama mempersatukan
orang menjadi masyarakat. Apa yang dicela oleh salah satu maka dicela pula oleh
yang lainnya, apa yang dianggap baik oleh yang satu maka dianggapa baik pula
totalitas kepercayaan dan sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga
masyarakat yang sama itu.1 Itu merupakan suatu solidaritas yang tergantung
pada individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan
masyarakat adalah jamaah keagamaan. Bagi Durkheim indikator yang paling jelas
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang
bersifat menekan. Ciri khas yang penting dari solidaritas itu, didasarkan pada
konformnitas.
b) Solidaritas Organik
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
seterusnya, yang saling berhubungan, maka membentuk sebuah
solidaritas dalam suatu sistem.
Max Webber
Dalam pemikiran webber, difokuskan dalam masalah-masalah motivasi
individu dan arti subyektif. Tujuannya adalah untuk menganalisa hubungan
yang penting antara pola-pola motivasi subyektif dan pola institusional yang
besar dalam masyarakat. Bila Durkheim mempelajari masyarakat dalam
prespektif secara luas atau makro ,maka Webber melelalui prespektif dalam
lingkup yang lebih sempit yaitu prespektif mikro. Webber memilih konsep
rasionalitas sebagai titik pusat perhatiannya yang utama, dan sama
pentingnya dengan konsep utama Durkheim yaitu konsep solidaritas. Karena
konsep rasionalitas sebagai pusat acuan maka keunikan orientasi obyektif
individu serta motivasinya sebagian dapat diatasi dan diteliti. Jadi menurut
webber sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial serta
intepretatif memandang individu dan tindakannya sebagai satuan dasar dan
individu sebagai inti dari sosiologi.
Bebeda dengan Durkheim, Webber memandang fakta sosial sebagai sesuatu
yang didasarkan pada motivasi individu dan ttindakan-tindakan social. Lalu
melihat masyarakat sebagai sesuatu yang riil, yang tidak harus
mencerminkan maksud individu-individu yang sadar. Masyarakat bukan
sekedar kenyataan tetapi lebih kepada bagian-bagiannya. Berikut ini akan
dijelaskan secara lebih rinci penjelasan mengenai tindakan social dan
macam-macam tindakan sosial yang didasarkan pada konsep rasionalitas.
1. Tindakan Sosial
Tindakan adalah semua perilaku yang dilakukan individu dimana ia
memberikan arti subyektif terhadap perilakunya. Lalu tindakan itu dapat
disebut tindakan social bila arti subyektif tersebut dihubungkan dengan
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
pelakunya. Artinya tindakan yang dilakukan individu mempunyai maksud
atau motivasi dan tujuan. Orang yang melempar batu ke sungai bukan
merupakan suatu tindakan social, karena tindakan itu tidak mempunyai
motivasi yang jelas serta tidak ada tujuannya. Kata “perikelakuan” yang
dipakai oleh Webber dimaksudkan untuk tindakan individu yang memiliki
arti subyektif untuk mencapai suatu tujuan yang didorong oleh motivasi.
Entah kelakuan itu berupa perencanaan,perenungan,pengambilan
keputusan dan sebagainya yang bisa bersifat lahiriah maupun batiniah.
Tanpa kesadaran perilaku manusia tidak dapat disebut sebagai tindakan
sosial. Jadi dapat disimpulkan tindaka individu yang mempunyai arti
subyektif sejauh mana mengorientasikannya dan memperhitungkan
kepada kelakuan orang lain dan mengarahkannya kepada itu.
Dalam konflik tradisional ada asumsi tentang pendekatan obyektif yaitui
pendekatan yang berhubungan dengan gejala yang hanya bisa dilihat,
diamati secara fisik atau nyata. Sedangkan pendekatan subyektif adalah
dalam hubungannya dengan gejala yang sulit untuk dipahami serta
diamati seperti perasaan individu, motif-motifnya dan pikirannya.
Maka webber menggunakan konsep rasionalitas sebagai kunci bagi suatu
analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar
perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda.
Pembedaan antara tindakan yang rasional dan nonrasional. Jadi tindakan
rasional adalah tindakan yang diambil berdasar pertimbangan yang sadar
dan dengan akal sehat dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan.
Maka berdasarkan criteria rasional dan nonrasional dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu,
1. Tindakan rasional,meliputi
a) tindakan rasional instrumental
tindakan yang mempunyai tiongkat rasionalitas paling tinggi. Jadi
tindakan ini dengan pertimbangan yang sadar mempertimbangkan
alat,cara dan tujuan yang hendak dicapai. Contohnya sepulang kuliah
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
andi merasa lapar. Sedangkan dirumah nya nasi telah habis dan hanya
menyisakan beras putih. Maka agar andi bisa makan, dia harus memasak
beras putih tadi menjadi nasi dengan cara mencucinya terlebih dulu lalu
menanaknya kemudian ditunggu hingga matang dan akhirnya bisa
dimakan poleh andi. Disini tidak mungkin beras putih yang awalnya
berupa beras dengan sendirinya berubah menjadi nasi bila andi tidak
mengambil tindakan yang melmpertimbangkan bagaimana cara
memasaknya.
b) tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai
bila dibandingkan dengan tindakan rasionalitas instrumental tindakan
yang berorientasi nilai mengorientasi kan tindakannya yang utama lebih
ke nilai-nilai. Bahwa alat-alat hanya merupakan obyek obyek perhitungan
dan pertimbangan yang sadar, tujuannya sudah ada dalam hubungannya
dengan nilai-nilai individu yang merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai
akhir itu bersifat non rasional dimana individu tidak dapat
memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang
harus ditentukan. Contohnya ketika hari raya idul fitri, anak sungkem
kepada orang tua, lalu orang tua memberi kan uang kepada anaknya atau
keponakannya.
2. Tindakan nonrasional , meliputi
a) tindakan tradisional
merupakan tindakan yang nonrasional. Berawal dari munculnya folkways
atau kebiasaan yang secara tidak sadar atau perencanaan dilakukan
maka tindakan itu termasuk dalm tindakan tradisional. Biasanya
tiondakan terebut berdasarkan adat. Dan bila orientsinya sama maka
tindakan ini menjadi semacam tradisi, dalm masyarakat modern tindakan
tradisional akan semakin hilang dengan meningkatnya tindakan rasional
instrumental. Contoh dari tindakan ini adalah dalam masyarakat jawa
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
sering memberikan senyuman kepada atau memberikan sapaan ketika
bertemu walaupun tidak saling mengenal.
b) Tindakan Afektif
Tindakan yang didominasi oleh perasaan dan emosi tanpa refleksi
intelektual dan perencanaan yang sadar. Contohnya marah, cinta,
kesenangan, kegembiraan, kesedihan dan sbagainya. Orang yang sedang
mengalami emosi atau perasaan nya itu meluapkan ungkapannya tanpa
pertimbangan yang sadar dan intelektual. Tindakan itu benar-benar tidak
rasional dan karena kurangnya pertimbangan logika, ideology, dan
rasionalitas. Contohnya ketika ayah marah karena ditipu oleh teman
lamanya, maka secara sepontan pot bunga yang ada dilantai
ditendangnya secara spontan hingga pecah. Padahal bila
dipertimbangkan secara sadar pot itu terbuat dari bahan yang solid dan
keras.
Daftar Pustaka
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22
K.J Veeger, 1990, Realitas Sosial, Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
PAUL DOYLE JOHNSON, TEORI SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN,1986, hal 170-179,
hal 214-22