Anda di halaman 1dari 4

Ponorogo Terserang Wabah Cikungunya

>> Sabtu, 08 Mei 2010


Ponorogo Terserang Cikungunya

Kecamatan Ngrayun , adalah wilayah pegunungan di sebelah selatan Kota Ponorogo


dengan penduduk lebih dari 50.000 jiwa.
Penduduk di daerah ini rata-rata bermata pencaharian sebagai petani/ pekebun. Dan
memang wilayah Ngrayun adalah wilayah pertanian/ perkebunan. Masyarakat hidup
aman, damai dan tenteram.
Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan oleh sebuah fenomena munculnya penyakit yang
bagi sebagian orang terlihat menakutkan/ mengkhawatirkan, sebab orang yang terserang
penyakit ini biasanya seperti orang terserang stroke

, bagian persendian kaku dan tidak bisa bergerak (seperti lumpuh). Dan penyakit ini
biasanya menyebar cepat sekali seperti halnya penyakit flu. Bahkan rata-rata kampung
yang terserang tidak menyisakan satu rumahpun untuk dihinggapi penyakit ini. Dalam
waktu yang singkat, di tahun 2010 ini lebih dari seribu warga Ngrayun telah merasakan
wabah penyakit Cikungunya, bahkan wabah ini telah menjalar ke daerah Bungkal dan
Slahung.

Penyebab Chikungunya
Penyebab penyakit Chikungunya yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes
Aegypti.
Di daerah Ngrayun, penyakit ini dapat tersebar dengan cepat, dikarenakan nyamuk Aedes
Aegypti dengan mudah dapat berkembangbiak di areal hutan dan perkebunan. Berbeda
dengan areal perkotaan yang pencegahan terhadap perkembangbiakan nyamuk ini cukup
dengan menutup bak mandi, menguras secara rutin dan memberikan obat abate pada bak
mandi dari puskesmas, atau dengan penyemprotan asap/ pengasapan. Di wilayah
Ngrayun metode semacam itu tidak berlaku, karena nyamuk rata-rata hidup dan
berkembang di areal perkebunan/ wilayah hutan, dimana nyamuk dapat bertelur di air
yang menggenang di lekukan daun, batang tanaman dan sebagainya. Dan jika dilakukan
pengasapan, seperti menggarami laut saja.

Gejala Penderita Chikungunya


Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti
dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya
rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulangtulang, menyerang semua usia,
baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan
mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima
hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam
merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu.
Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya
diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan
kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual
sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari
dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok.

Penyembuhan dan Obat Chikungunya


Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam,
penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari. Tidak Menyebabkan Kematian
atau Kelumpuhan. Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari.
Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari. virus ini termasuk self limiting
disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri masih tertinggal dalam
hitungan minggu sampai bulan. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.
Cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa dibeli di warung.
Yang penting cukup istirahat, minum dan makanan bergizi. Jadi, jangan panic dulu
apabila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini, sebab tidak sampai
menyebabkan kematian. Serta ngilu pada persendian itu tidaklah menyebabkan
kelumpuhan. Penderita bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala. Dokter biasanya
hanya memberikan obat penghilang rasa sakit dan demam atau golongan obat yang
dikenal dengan obat-obat flu serta vitamin untuk penguat daya tahan tubuh.
Metode Analisa Diskursus untuk Pemberdayaan Masyarakat Sipil

Tanggal : 13 – 14 Juni 2007 Jam 09.00 – 16.00 WIB


Tempat : FISIP UI Depok
Kontribusi : Rp 300.000,00 (termasuk fotokopi materi, snack, lunch dan sertifikat)

Deskripsi :

“Pelatihan Metode Analisa Diskursus untuk Pemberdayaan Masyarakat Sipil” ditujukan


untuk memperkuat instrumen konstruksi diskurus yang harus dimiliki oleh setiap peneliti
untuk turut membentuk suatu realitas sosial. Penguatan instrumen konstruksi diskursus
ini difokuskan kepada kemampuan untuk melakukan konstekstualisasi ilmu sosial atas
dinamika sejarah sosial yang terjadi tentang suatu masalah sosial tertentu, di lingkungan
komunitas tertentu, dan dalam waktu yang spesisik. Melalui metode analisa diskursus,
kontekstualisasi dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan suatu konstruksi
hegemonik yang menimbulkan proses marginalisasi masyarakat sipil. Kontekstualisasi
juga dilalukan untuk mengidentifikasi proses dekonstruksi sosial yang harus dilakukan
untuk mengurai keberadaan suatu komunitas hegemonik.

Proses kontekstualisasi tersebut merupakan dasar bagi peneliti sosial untuk memulai
proses dekonstruksi dan rekonstruksi ide sosial yang diperlukan untuk memberdayakan
masyarakat sipil. Proses konstruktif ini diawali dengan pencarian suatu etika sosial baru
yang diharapkan akan mentransformasi rujukan normatif suatu komunitas. Etika sosial
baru tersebut menjadi dasar pertama untuk memulai suatu proses advokasi sosial yang
diarahkan untuk membentuk agen-agen perubahan di suatu komunitas. Akhirnya, proses
advokasi sosial ini akan menggulirkan suatu jejaring kerja sosial yang menandakan
terjadinya pemberdayaan komunitas sosial di tingkat akar rumput. Pelatihan ini akan
memaparkan instrumen-instrumen utama analisa diskursus yang mengarah kepada
pemberdayaan komunitas sosial.

Setelah pelatihan dilakukan, peserta diharapkan dapat:


1. Memahami debat paradigmatik yang terjadi di ilmu-ilmu sosial;
2. Memahami dasar-dasar analisa diskursus sebagai bagian dari paradigma
relativism;
3. Melakukan kontekstualisasi ilmu sosial untuk dinamika sejarah sosial
Indonesia;
4. Mengidentifikasi keberadaan hegemonik sosial di Indonesia;
5. Menerapkan proses dekonstruksi-rekonstruksi diskursus sosial;
6. Menerapkan instrumen analisa diskursus untuk membentuk etika sosial;
7. Menerapkan instrumen analisa diskursus untuk melakukan advokasi sosial;
8. Menerapkan instrumen analisa diskursus untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat sipil.

Metode : Tutorial-Interaktif, Diskusi Kelompok dan Studi Kasus

Narasumber : Andi Widjajanto

Saat ini menjabat sebagai Program Advisor PACIVIS FISIP-UI. Selain itu beliau juga
fasilitator Kelompok Kerja Indonesia untuk Reformasi Intelijen Negara, Staf Pengajar
Departemen Hubungan Internasional FISIP-UI untuk Pengkajian Strategi serta Perang
dan Damai, dan Staf Pengajar di SESKO-TNI. Beliau memperoleh gelar S1 dari Jurusan
Hubungan Internasional, FISIP Universitas Indonesia, Depok (1996) dan Postgraduate
Diploma dari London School of Oriental and African Studies (1997), S2 untuk teori dan
Sejarah Hubungan Internasional dari London Schools of Economics and Political
Sciences (1998) dan dari National Defense University, Washington DC, USA untuk
bidang Kajian Pertahanan (2003).

Tabel 1. Satuan Acara Pelatihan


Waktu Materi Metode
0900-0930 Pembukaan -
0930-1030 Debat Paradigmatik Ilmu Sosial Tutorial-Interaktif
Hari 1

1100-1200 Tantangan Terhadap Positivis Tutorial-Interaktif


1300-1400 Dasar-dasar Analisa Diskursus Diskusi Kelompok
1430-1600 Kontekstualisasi dalam Analisa Diskursus Diskusi Kelompok
0900-1000 Analisa Diskursus I: Etika Sosial Studi Kasus
Hari 2

1030-1200 Analisa Diskursus II: Advokasi Sosial Studi Kasus


1300-1500 Analisa Diskursus III: Pemberdayaan Sosial Studi Kasus
1530-1600 Penutupan -

Anda mungkin juga menyukai