Anda di halaman 1dari 20

Dasar-Dasar Hukum Islam

Ahmad Marzuki
Musfifq Mu'izzudin
Nirmala Fauzia
Dasar-Dasar Hukum
Islam
Syar’u Maa Dilalatul
Qablanaa Iqtiran
Mazhab
Shahabi
Alhamdulillah
Syar'u Man Qablanaa
Secara bahasa, Syar'u Man Qablana berarti
syari'at umat sebelum kita

Secara istilah Syar'u Man Qablana adalah syari'at


umat-umat sebelum Nabi Muhammad yang
dikisahkan dalam Al-Qur'an maupun Hadits
shahih.
Yang dimaksud
sebelum Islam
adalah agama-agama yang dibawa oleh nabi Isa, Musa,
Ibrahim, dan lainnya.

Bolehkan kita turuti peraturan-peraturan agama


sebelum Islam kita ini??
Pada dasarnya Islam menolak hukum-hukum yang
dipakai umat terdahulu, terkecuali jika ada
persamaan dan tidak bertentangan dengan islam

Maka terdapat lima klasifikasi


sikap Islam terhadap umat terdahulu
Is l a m
i k a p
S
Memelihara unsur-unsur nilai dan norma yang sudah
mapan dan positif
Contoh: tata cara manasik haji yang sudah dicontohkan oleh nabi
Ibrahim A.S.
Menghilangkan unsur-unsur nilai dan norma yang
sudah mapan dan negatif
Contoh : pernikahan silang antar saudara yang pernah dilakukan
anak-anak nabi Adam A.S.
Menumbuhkan unsur-unsur nilai dan norma baru yang
belum ada dan dianggap positif
Contoh : mengaktifkan shalat malam ketika bulan Ramadhan
untuk mencapai lailatul qadar
Isl a m
Si k ap
 Bersikap menerima (receptive), mencerna (digestive),
menggabungkan (assimilative), dan menyampaikan pada
orang lain (transmissive) terhadap nilai pada umumnya.
 Melakukan pensucian atas norma agar dapat berjalan
sesuai dengan norma-norma ajaran Islam,
Contoh: memberantas segala patung-patung yang berada di sekitar
Ka'bah dan membatasi poligami maksimal 4 istri
uk a n
e du d
K
Kebanyakan ulama Hanafi, sebagian Maliki dan Syafi'i menerima
Syar'u Man Qablana, karena pada prinsipnya semua syariat Allah
untuk Nabi terdahulu juga berlaku untuk syariah sekarang selama
belum disinggung oleh dalil tertentu.

Abdul Wahab Khalaf berpendapat bahwa syariat Nabi hanya


manaskh syariah-syariah dulu yang bertentangan. Kisah-kisah Al-
Qur'an tentang hukum syara' sebelum kita tanpa disertai penjelasan
penghapusan, maka berlaku juga untuk kita.
Dalalatul Iqtiran
Dalalah: dalil, keterangan, petunjuk.
Iqtiran: sambungan atau perhubungan.

Dalalatul-Iqtiran:
>>berdalih sesuatu dari suatu hubungan .
>> mengambil hukum dari sesuatu yang
disambungkan dengan yang lain dalam ayat Qur'an
atau Hadits.
>> dalil-dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu itu
sama hukumnya dengan sesuatu yang disebut secara
bersamaan.
nt o h
Co
Firman Allah tentang haji:
 
artinya: “Sempurnakanlah haji dan umrah karena
Allah.”(Q.S. Al Baqarah: 196)
 
→ berdasarkan ayat ini, Imam Syafi'i menyatakan umrah
hukumnya wajib karena disebutkan secara bersama-sama
dengan haji dalam satu ayat.
nt o h
Co
“Dan makanlah dan minumlah...” (al-A'raf : 31)

“Minumlah” yang terletak di akhir, dihubungkan dengan


“makanlah” dengan kata “dan”.

Jika kita menggunakan Dalalatul Iqtiran, kita lihat hukum


“makan” = jaiz.
Berarti “minum” juga diberi hukum jaiz.
Kebetulan benar.
nt o h
Co

Contoh:
“Makanlah dari buahnya, apabila ia telah berbuah,
dan keluarkanlah zakatnya pada hari dipetiknya.”
(al-An'am: 141)
nt o h
Co
Jika diperhatikan, kata yang dapat dihubungkan yaitu
“makanlah” dan “keluarkanlah”.

Kita sudah tahu, hukum “makan” buah adalah jaiz.


Kalau kita memakai dasar Dalalatul Iqtiran, maka
“keluarkanlah” zakat itupun menjadi jaiz, boleh iya,
boleh tidak.
Padahal kita sudah tahu bahwa 'mengeluarkan zakat'
hukumnya wajib.
uk a n
e du d
K
Jumhur ulama berpendapat bahwa dilalatul iqtiran tidak
dapat dijadikan hujjah, sebab penyebutan secara
bersama dalam satu susunan tidak mesti berhukum sama.

Abu Yusuf dari golongan Hanafiah, Ibnu Nasar dari


golongan Malikiah, dan Ibnu Abi Hurairah dari
kalangan Syafi'iah menyatakan bahwa dilalatul iqtiran
dapat dijadikan hujjah. Alasan mereka bahwa
sesungguhnya 'ataf itu menghendaki musyarakah.
Mazhab Shahabi
Adalah fatwa-fatwa para sahabat tentang
masalah-masalah hukum yang ditetapkan
setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Fatwa tersebut diriwayatkan oleh para tabi'in atau tabi'it


tabi'in dan dikumpulkannya dengan hadis-hadis nabi,
seperti yang dilakukan oleh Imam Malik dengan kitabnya
Al Muwatta'.
nt o h
Co
Pembagian harta waris bagi nenek sebesar
seperenam (ijma' shahabi)

Ibnu Mas'ud yang meriwayatkan tentang waktu


minimal masa haid bagi wanita

Keterangan Aisyah tentang kehamilan wanita


tidak lebih dari dua tahun
uk a n
e du d
K
Mazhab Shahabi dapat dijadikan sumber hukum bila
masing-masing sahabat tidak ada yang bertentangan,
maka jika ada sebagian yang menentang, boleh tidak
diikuti. Karena para sahabat dipandang sebagai “generasi
yang paling mengerti tentang ruh hakikat syariah”. (At
Taubah:100).

Imam Malik dan Imam Ahmad banyak memakai hujjah


mazhab shahabi, sedangkan Syi'ah, Asy-Syafi'I, dan Asy-
Syaukani tidak menggunakannya karena sahabat bukan
maksum (terjaga dari dosa).
nt o h
Co
Umar berkata: “Khutbah Jum'at itu, pengganti dua
rakaat. Maka barangsiapa luput khutbah, hendaklah ia
shalat empat rakaat” (al-Muhalla 5:58)

Perkataan ini tidak boleh dijadikan dalil. Kita hanya


diperintahkan mendengarkan khutbah Jum'at dan shalat
dua rakaat.
Kalau luput khutbah, bukan berarti luput pula
shalatnya. Seharusnya, kalau ada orang yang luput
khutbah dengan sengaja itu slah. Tapi usaha lain untuk
mengerjakan shalat Jum'at masih ada.
Sahabat-sahabat, statusnya sama seperti kita. Hanya
saja mereka pernah bertemu Nabi. Mereka mesti sama-
sama menurut Qur’an dan Nabi Muhammad SAW.
Perkataan mereka, tentulah pendiriannya semata, tidak
menjadi dalil bagi Agama.

Anda mungkin juga menyukai