Anda di halaman 1dari 26

i

PROGAM KREATIVITAS MAHASISWA

Alternatif Solusi Mengatasi Kekontroversian Masyarakat Indonesia dalam


Menanggapi Fatwa MUI (majelis Ulama Indonesia) Tentang Pengharaman
Rokok

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT

Diusulkan oleh :
Tendika Sukmaningtyas 063234030 (Angkatan 2006)
Fithri Amaliyah 063234005 (Angkatan 2006)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


SURABAYA
2009
ii

LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : Alternatif Solusi Mengatasi Kekontroversian


Masyarakat Indonesia dalam Menanggapi
Fatwa MUI (majelis Ulama Indonesia)
Tentang Pengharaman Rokok

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMAI ( √ ) PKMGT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan:


a. Nama Lengkap : Tendika Sukmaningtyas
b. N I M : 063234030
c. Jurusan : Kimia
d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Surabaya
e. Alamat Rumah :Sumobito, RT: 002/Rw: 004 Sumobito,
Jombang.
f. Telepon : 085648657670
g. Email :-

4. Anggota Pelaksana Penulis: 2 orang

5. Dosen Pendamping:
a. Nama Lengkap : Dr. Tukiran, M.Si
b. NIP : 131475 123
c. Alamat Rumah :-

Surabaya, 6 April 2009

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Pelaksana

(Drs. Achmad Luthfi, M. Pd.) (Tendika Sukmaningtyas R.)


NIP. 131 878 372 NIM. 063234030

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan


Dosen Pendamping

( Dr. Tukiran, M.Si


(Prof. Dr. I Nyoman Adika, M.S.) NIP. 132014265
NIP. 140 046 950
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Tidak lupa, sholawat dan salam kami ungkapkan kepada Nabi akhir
zaman, Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Karya tulis dalam rangka progam kreativitas mahasiswa gagasan tertulis
(PKMGT) ini disusun sebagai wujud kepedulian kami sebagai mahasiswa atas
permasalahan kesejahteraan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia. Salah satunya
terhadap permasalahan pengangguran di Indonesia.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Tukiran, M.Si, atas
bimbingannya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Selain itu, terima kasih
pula kepada pihak-pihak yang turut serta memberikan dukungan dan bantuan, baik
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah. Demikian
pula dengan karya tulis yang kami susun ini, bila terdapat kesalahan dan
kekurangan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun selalu kami
harapkan demi penyempurnaan penulisan pemikiran kritis kami selanjutnya.

Surabaya, 5 Maret 2009

Penyusun
iv

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ` ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi ......................................................................................................... iv
Ringkasan ........................................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
BAB II.TELAAH PUSTAKA
A. Fatwa Majelis Ulama Indenesia (MUI) Tentang
Pengharaman Rokok ............................................................................ 3
B. Pertimbangan Majelis Ulama Indenesia (MUI)
Mengharamkan Rokok ......................................................................... 5
C. Bahaya Merokok dan Pengaruh Nikotin bagi Tubuh .......................... 6
D. Merokok Merupakan Salah Satu Penyebab Kekurangan Vitamin C ... 7
BAB III. METODE PENULISAN
A. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 9
B. Pengolahan Data .................................................................................... 9
C. Analisis Sintesis .................................................................................... 9
D. Simpulan dan Saran atau rekomendasi ................................................. 9
BAB IV. ANALISIS dan SINTESIS
A. Mengatasi Kontroversial Kebijakan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
tentang Pengharaman Rokok ............................................................... 10
B. Solusi Berhenti Merokok Bagi Pecandu Rokok .................................. 11
C. Penyikapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap Industri
Rokok Menyerap Banyak Tenaga Kerja dan Penyumbang Bea Cukai
Terbesar di Indonesia .......................................................................... 12
v

V. SIMPULAN dan SARAN


A. Simpulan ............................................................................................... 14
B. Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi

RINGKASAN
Pada akhir Januari 2009 Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan
fatwa haram rokok. Ijtima (kesepakatan) ulama tersebut melahirkan keputusan
merokok dikategorikan haram jika : (1) Perokok dibawah umur (anak-anak dan
remaja), (2) Perokok dalam keadaan hamil, (3) Merokok ditempat umum, dan (4)
Merokok haram bagi anggota MUI. Jadi, selain keempat kategori tersebut
merokok hukumnya antara Haram dan makruh (Wangmuba, 2009).
MUI mendasarkan pengharaman merokok pada ayat Alquran. Salah
satunya adalah ayat Al Qur’an yang berbunyi “Salah satu ciri orang beriman
adalah meninggalkan perbuatan yang sia-sia” (Q.S. Al mu’minuun: 3). Penelitian
medis menunjukkan, merokok akan meningkatkan potensi terancam dari berbagai
macam penyakit yang menyebabkan kematian. Jika latar belakang MUI
memfatwa rokok haram berdasar ayat Al-Qur’an dan alasan kesehatan, mengapa
yang diharamkan merokok hanya keempat kategori tersebut di atas tadi?.
Bukankah haram itu tidak memilih?. Bukankah efek rokok itu sama buruknya
bagi semua kalangan?
Karya tulis disusun sebagai wujud kepedulian mahasiswa dalam
menanggapi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pengharaman
merokok agar memiliki ketegasan, dan landasan pemikiran sebagai upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia dan menengakkan aturan Islam.
Adapun landasan pemikirannya adalah penetapan hukum haram-halal
seharusnya berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah (Hadist). Beberapa hal yang
diharamkan sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an adalah babi, bangkai dan
khamar (minuman yang memabukkan). Sedangkan hukum makruh untuk merokok
dalam Al Qur’an tidak pernah ada, karena rokok sendiri jaman Rasulullah juga
belum ada. Hukum haram untuk rokok secara letterlijk atau harfiah di dalam Al
Qur’an memang tidak ada, tetapi Al Qur’an diturunkan oleh Allah untuk orang-
orang yang mau berfikir. Apabila suatu benda atau makanan atau apapun yang
dikonsumsi oleh manusia, membawa lebih banyak mudharat (pengaruh buruk)
daripada manfaatnya, maka Allah akan memperlakukan hal itu sebagai status
haram (infopusdai, 2008).
vii

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini


adalah sebagai berikut:
A. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pengamatan di televisi
2. Perumusan Masalah
3. Studi Literatur
B. Pengolahan Data
Setelah diperoleh data-data dari hasil pengamatan dan studi literatur,
kemudian data diolah secara analitis, deskriptif-kualitatif.
C. Analisis Sintetis
Setelah itu, data dianalisis dengan dua metode, yakni:
1. Metode analisis deskriptif,
2. Metode analisis komparatif.
D. Simpulan dan Saran atau Rekomendasi
Setelah data-data dianalisis, penulis memberikan alternatif model pemecahan
masalah atau gagasan kreatif sebagai solusi permasalahan yang diangkat
dalam karya tulis ilmiah ini. Setelah itu, disusun menjadi satu kesatuan.
Adapun pembahasan singkatnya yaitu, pengharaman suatu benda tidak
selayaknya berlaku untuk sebagian kalangan umat Islam, kecuali karena
keterpaksaan seperti urusan pengobatan atau terjepit kondisi yang kritis.
Kaidah pengharaman rokok seharusnya adalah seperti kaidah pengharaman
khamar (minuman yang memabukkan), yaitu meskipun minuman tersebut
membawa manfaat bagi tubuh tetapi karena pengaruhnya dapat
menghilangkan kesadaran peminumnya, maka hukum minuman tersebut
bersifat haram terutama bagi umat Islam
Simpulan yang bisa diambil antara lain:
1. Fatwa MUI tentang pengharaman merokok kurang tegas karena
mengharamkan untuk empat kategori saja, antara lain perokok
dibawah umum, ibu hamil, merokok di tempat umum dan anggota
MUI.
2. MUI perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat, mempertegas
pengharaman rokok bagi semua kalangan.
viii

3. Alternatif solusi untuk membantu pecandu rokok adalah


mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti
jeruk nipis, pisang, apel dan lain sebagainya.
Rekomendasi
1. MUI hendaknya memfatwakan merokok dilarang bagi semua orang
2. MUI mensoalisasikan latar belakang pengharaman rokok
berdasarkan dasar hukum dalam agama Islam dan bahayanya bagi
kesehatan.
3. Alternatif solusi untuk membantu pecandu rokok adalah dengan
mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk
membantu berhenti merokok hendaknya dimasukkan dalam fatwa
MUI.
4. Pemerintah perlu mencontoh negara-negara maju yang larangan
merokok sudah masuk dalam kebijakan (artinya bukan hanya
himbauan saja), dengan membuat kebijakan tentang pelarangan
merokok dengan hukuman bagi pelanggarnya.
5. Pemerintah membentuk tim khusus yang bekerja rutin untuk
melakukan operasi terhadap perokok di tempat umum, sebagai
implikasi dari kebijakan.
6. Pemerintah dalam hal ini dinas periklanan membuat kebijakan
pembatasan iklan rokok, dan propaganda bahwa merokok itu
sangatlah berbahaya, sangat merusak kesehatan di televisi atau
media manapun dengan menyertakan panjelasan melalui gambar
seram bahaya merokok pada iklan rokok.
7. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) setempat
menindaklanjuti fatwa MUI mengenai haram merokok bagi anak-
anak di lingkungan sekolah.
8. Pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan menghimbau kepada
guru-guru di Indonesia agar disela-sela pelajaran selalu
mengingatkan anak didiknya tentang bahaya merokok.
9. Pemerintah mencontoh negara maju seperti di Belgia, perusahaan
rokok dilarang men-sponsor-i event olahraga.
1

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil Sidang Pleno Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-
III di Padang Panjang, Sumatera Barat. pada tanggal 23-26 Januari 2009 Majelis
Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram rokok
(www.padangpanjang.go.id). Ijtima (kesepakatan) ulama tersebut melahirkan
keputusan merokok dikategorikan haram jika : (1) Perokok dibawah umur (anak-anak
dan remaja), (2) Perokok dalam keadaan hamil, (3) Merokok ditempat umum, dan
(4) Merokok haram bagi anggota MUI. Jadi, selain keempat kategori tersebut
merokok hukumnya antara Haram dan makruh (Wangmuba, 2009).
MUI mendasarkan pengharaman merokok pada ayat Alquran. Salah satunya
adalah ayat Al Qur’an yang berbunyi “Salah satu ciri orang beriman adalah
meninggalkan perbuatan yang sia-sia”(Q.S. Al mu’minuun: 3). Rokok diterjemahkan
termasuk perbuatan sia-sia atau bahkan lebih dari itu karena membahayakan
kesehatan pelakunya. Allah berfirman, “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” [Al-A’raf : 157].
Penelitian medis menunjukkan, merokok akan meningkatkan potensi
terancam dari berbagai macam penyakit yang menyebabkan kematian. Sekarang
pertanyaanya jika latar belakang MUI memfatwa rokok haram berdasar ayat Al-
Qur’an dan alasan kesehatan, mengapa yang diharamkan merokok hanya keempat
kategori tersebut di atas tadi?. Bukankah haram itu tidak memilih?. Bukankah efek
rokok itu sama buruknya bagi semua kalangan? Selain itu dalam media televisi MUI
tiba-tiba saja memfatwa kepada masyarakat bahwa merokok itu haram, tanpa
mengungkapkan alur latar belakang pengharaman rokok tersebut. Sehingga banyak
masyarakat yang salah paham dan menjadi kontroversial.
Di sisi lain MUI tidak memberikan solusi pengharaman rokok tersebut bagi
pecandu rokok. Perlu diketahui, lebih dari 4000 jenis zat kimia dijumpai dalam rokok
(Sitepoe, 1997). Salah satunya adalah nikotin yang menyebabkan ketagihan bagi
penggunanya (Wikipedia Indonesia, 2007). Sehingga dibutuhkan solusi untuk
menangani hal tersebut.
2

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperlukan ketegasan fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dalam pengharaman merokok sebagai upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat Indonesia dan menegakkan aturan Islam. Selain itu, langkah
apa yang dapat dilakukan MUI dalam mengatasi kekontroversian masyarakat
Indonesia dalam menanggapi fatwa pengharaman rokok tersebut, dan bagaimana
solusi yang dapat diambil dalam menjembatani pecandu rokok terkait pelaksanaan
fatwa tersebut.

C. Tujuan Penulisan
Karya tulis ini digagas dan disusun sebagai wujud partisipasi dan kepedulian
mahasiswa dalam menanggapi dan mengkritisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
tentang pengharaman merokok. Dalam hal ini bertujuan agar fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang telah diputuskan memiliki ketegasan, dan landasan pemikiran
sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia dan menengakkan
aturan Islam. Selain itu, disajikan pula solusi yang dapat diambil dalam mengatasi
kekontroversian masyarakat Indonesia menanggapi fatwa tersebut, serta alternatif
solusi bagi pecandu rokok agar mampu mempelajari mengikuti dan melaksanakan
fatwa tersebut.

D. Manfaat Penulisan
Gagasan dan penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang tepat kepada masyarakat mengenai fatwa haramnya merokok, latar
belakang pengharaman serta bahaya merokok bagi kesehatan. Selain itu, solusi yang
diberikan dapat menjadi alternatif terapi bagi pecandu rokok dalam upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia.
3

BAB II. TELAAH PUSTAKA

A. Fatwa Majelis Ulama Indenesia (MUI) Tentang Pengharaman Rokok


Secara umum Majelis Ulama Indenesia (MUI) memfatwa rokok makruh
hukumnya. Hukum makruh dalam pengertian akan mendapatkan pahala jika
ditinggalkan dan tidak berdosa jika dilakukan. Sementara di sisi lain MUI juga
memfatwakan rokok haram (Kplg/sbl, 2009). Merokok dikategorikan haram jika
seperti yang telah disebutkan di bab pendahuluan. Haram dalam pengertian akan
mendapatkan pahala jika ditinggalkan dan berdosa jika dilakukan (SufiMuda,
2009).
Mengenai hukum haram-halal sudah sepatutnya berdasarkan Al Qur’an
dan Hadits. Beberapa hal yang diharamkan sebagaimana disebutkan dalam Al
Qur’an adalah babi, bangkai dan khamar (minuman yang memabukkan).
Sedangkan hukum makruh untuk merokok dalam Al Qur’an tidak pernah ada,
karena rokok sendiri jaman Rasulullah juga belum ada. Hukum haram untuk
rokok secara letterlijk atau harfiah di dalam Al Qur’an memang tidak ada, tetapi
Al Qur’an diturunkan oleh Allah untuk orang-orang yang mau berfikir. Apabila
suatu benda atau makanan atau apapun yang dikonsumsi oleh manusia, membawa
lebih banyak mudharat (pengaruh buruk) daripada manfaatnya, yakinlah Allah
akan memperlakukan hal itu sebagai status ‘haram (infopusdai, 2008).
Menurut Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), hukum
rokok sungguh tepat dinyatakan haram secara mutlak. Dari 1,2 miliar perokok
aktif di dunia, 800 juta diantaranya berada di negara berkembang. Ironisnya lagi,
61,5% perokok adalah kaum miskin dengan status sosial ekonomi yang cukup
rentan. Di Indonesia, disinyalir 44 persen prokok aktif merupakan kelompok
muda yang berusia 10-19 tahun. Dan 37 persen berusia 20-29 tahun.
Diperkirakan, 85 juta penduduk Indonesia usia remaja mejadi perokok berat. Ini
kemudian berdampak pada kerentanan kelompok miskin terhadap implikasi
ekonomi, sosial dan kesehatan (www.antara-sumbar.com)
4

Adapun himpunan fatwa haram merokok yang diperoleh dari Dr. Ir. M.
Romli, MSc, Auditor Halal LPPOM MUI, dapat disajikan sebagai berikut:
1. Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Merokok haram hukumnya berdasarkan makna yang terindikasi dari
zhahir ayat Alquran dan As-Sunah serta i'tibar (logika) yang benar. Seperti di
surat Al-Baqarah ayat 195. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat di atas
adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam
kebinasaan.
Sedangkan dalil dari As-Sunah adalah hadis shahih dari Rasulullah SAW.
bahwa beliau melarang menyia-nyiakan harta. Sebagaimana harta untuk membeli
rokok adalah termasuk menyianyiakan harta.
Dalil yang lain, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, "Tidak boleh
(menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR.
Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340). Jadi, menimbulkan bahaya (dharar)
adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam syari'at, baik bahayanya terhadap badan,
akal, ataupun harta. Sebagaimana dimaklumi pula bahwa merokok adalah
berbahaya terhadap badan dan harta.
Adapun dalil dari i'tibar (logika) yang benar yang menunjukkan keharaman
rokok adalah karena dengan perbuatan itu perokok mencampakkan dirinya ke
dalam hal yang menimbulkan bahaya, rasa cemas, dan keletihan jiwa. Semua
i'tibar itu menunjukkan bahwa merokok hukumnya diharamkan.
2. Syaikh Muhammad bin Ibrahim
Rokok haram karena di dalamnya ada racun. Seperti dalam Al-Qur’an
surat al-A’raf ayat 157. Rasulullah juga melarang setiap yang memabukkan dan
melemahkan, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud dari
Ummu Salamah ra. Merokok juga termasuk melakukan pemborosan yang tidak
bermanfaat. Selanjutnya, rokok dan bau mulut perokok bisa mengganggu orang
lain, termasuk pada jamaah shalat.
5

3. Ulama Mesir, Syria,dari Saudi


Rokok haram alias terlarang, dengan alasan membahayakan. Di antara
yang mendukung dalil ini adalah Syaikh Ahmad as-Sunhawy al-Bahuty al-
Anjalaby dan Syaikh Al-Malakiyah Ibrahim al-Qaani dari Mesir, An-Najm al-
Gazy al-Amiry as-Syafi’i dari Syria, dan ulama Mekkah Abdul Malik al-Ashami.
4. Ustadz Ahmad Sarwat Lc, Konsultasi eramuslim.com
Awalnya belum ada ulama yang mengharamkan rokok, kecuali hanya
memakruhkan. Dasar pemakruhannya pun sangat berbeda dengan dasar
pengharamannya di masa sekarang ini. Dahulu para ulama hanya memandang
bahwa orang yang merokok itu mulutnya berbau kurang sedap. Sehingga
mengganggu orang lain dalam pergaulan. Sehingga kurang disukai dan dikatakan
hukumnya makruh.
B. Pertimbangan Majelis Ulama Indenesia (MUI) Mengharamkan Rokok
Atas dasar metode tersebut diatas, maka pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari diharamkannya rokok adalah :
1. Merokok dapat Membinasakan Diri
Keharaman rokok itu disimpulkan oleh para ulama di masa kini setelah dalil
i’tibar (logika) yang menyatakan setiap batang rokok mengandung lebih dari
4.000 jenis racun berbahaya. Merokok terbukti menyebabkan berbagai macam
penyakit, sedangkan amanat Allah SWT untuk dijaga dan diperlihara, maka
merokok itu termasuk melanggar amanat itu dan merusak larangan.
Allah seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 195 dan dalil Rasulullah SAW dalam
HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340.
2. Merokok Menyia-nyiakan Harta
Merokok menyia-nyiakan harta hal ini berdasar dalil dari as-Sunnah (hadits
shahih dari Rasulullah SAW) dan pada Al-Quran surat Al-Isro’ ayat 26, Al-
Baqoroh ayat 195.
3. Merokok Menuruti Hawa Nafsu
Merokok berbahaya bagi kesehatan, tapi tetap dilakukan perokok karena
menuruti hawa nafsunya. Bagi setan hawa nafsu adalah salah satu pintu untuk
6

mempermudahnya masuk ke dalam jiwa seseorang. Hal ini terdapat dalam Al-
Quran surat Muhammad ayat 14.
4. Merokok mengganggu orang lain
Penilitian ilmiah juga membuktikan bahwa perokok pasif juga dapat
terkena imbas racun rokok bahkan lebih parah. Sabda Nabi SAW : “Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia mengganggu /
menyakiti tetangganya.” Terutama “tetangga” yang paling dekat dengan dirinya
yakni keluarganya. Kata beliau pula :“Barang siapa mengganggu seorang muslim
maka sungguh ia telah menggangguku dan barang siapa mengganggu aku, maka
sungguh ia telah mengganggu Allah SWT.” Imam Sahl berkata : “Dua hal yang
dapat menghalangi seseorang untuk bisa sampai kepada Allah dan menyaksikan
alam malakut : makanan yang buruk, dan menyakiti makhluq.” Keduanya ada
pada rokok, ia ‘makanan’ yang buruk dan sekaligus menganggu kesehatan orang
lain disekitarnya.
5. Merokok Menjauhkan Perokok dari berbagai Kesempatan dan Perbuatan Baik
Ketika seseorang harus merokok maka ia akan malu dan menghindar dari
orang-orang shalih yang mengharamkan rokok, ia juga tidak boleh berada di
mesjid saat merokok, ia juga menghindarkan puasa-puasa sunnah karena sulit
untuk tidak merokok ketika sedang berpuasa.
Bila si perokok menghadapi kesulitan hidup atau kegagalan iapun
menumpahkan persoalan hidupnya ke sebatang rokok, ia tidak lagi mengingat dan
bertawakal pada Allah Yang mengatur takdir dan rezekinya. Sikap demikian
bahkan oleh sebagian ulama dikategorikan sebagai satu jenis syirik, karena ia
sudah mulai ‘menyerahkan’ persoalan hidupnya pada sebatang rokok dan tidak
lagi pada Allah yang Memiliki alam semesta.

C. Bahaya Merokok dan Pengaruh Nikotin bagi Tubuh


Di Indonesia tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan bahan dasar rokok.
Di dalam tembakau terkandung suatu obat kuat yang bernama nikotin (www. Sekolah
Online Indonesia.com). Atau dengan kata lain komponen psikoaktif dari tembakau
7

adalah nikotin(www.kapanlagi.com 2003). Nikotin merupakan racun syaraf yang


potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida (Wikipedia
Indonesia 2007). Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Nikotin, seperti halnya
obat doping pada umumnya, sebenarnya juga zat kimia beracun bahkan sangat
beracun. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis
(kegagalan) pernafasan. (Guide 2006).
Molekul nikotin juga berbentuk serupa dengan bentuk sebuah transmisi saraf
yang bernama asetil kolin. Asetil kolin dengan reseptornya bereaksi dalam berbagai
fungsi, diantaranya dalam molekul yang mengatur pergerakan tubuh, pernapasan,
denyut jantung, dan memori. Pasangan ini juga berperan dalam pelepasan transmisi
syaraf lainnya dan sel hormon yang berefek pada perasaan hati, selera makan,
memori kita dan banyak lainnya. Waktu berada di otak, molekul nikotin ini langsung
menyatu dengan reseptor dan bertindak seperti layaknya sebuah asetil kolin.
Nikotin juga bereaksi di bagian otak yang mengatur pembentukan perasaan
nyaman dan dihargai. Telah ditemukan bahwa perjalanan nikotin di bagian otak
ternyata dapat mencapai tingkatan dopamin. Dopamin ini adalah sebuah transmisi
syaraf yang memiliki fungsi menciptakan perasaan nyaman dan dihargai pada
manusia. Perubahan pada molekul ini pula yang dipercaya para ahli dapat
menciptakan efek ketergantungan pada obat-obatan lainnya seperti kokain dan heroin.

C. Merokok Merupakan Salah Satu Penyebab Kekurangan Vitamin C


Vitamin C adalah jenis vitamin yang larut di dalam air. Di dalam tubuh
vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh
khususnya DNA selular dari kerusakan akibat oksidasi jutaan radikal bebas.
Radikal bebas berupa polusi dari asap kendaraan bermotor dan rokok. Semua itu
membuat tubuh rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Daya tahan
gampang menurun dan serangan radikal bebas membuat sel-sel tubuh mudah
rusak dan tak mampu berfungsi dengan baik. Salah satu akibat dari proses
kerusakan secara cepat itu adalah penuaan kulit lebih dini (KIP’s Bandung, 2008)
8

Para ahli memperkirakan 60 mg vitamin C per hari sudah cukup, tetapi


dalam kondisi tertentu tubuh memerlukan lebih dari itu. Perokok pasif dan aktif,
wanita yang sedang menyusui, mereka yang mengalami stres fisik sepeti luka
bakar, keracunan logam berat, infeksi, dan sebagainya, memerlukan asupan
vitamin C lebih banyak. Vitamin C yang dikonsumsi tidak 100% diserap oleh
tubuh tapi hanya 50% saja yang diserap, dan kelebihan vitamin C akan
dikeluarkan dari tubuh melalui urin. (Siswono, 2003 dalam Suara pembaharuan,
31 Mei 2003).
Untuk mengetahui kandungan vitamin C pada buah, berikut adalah tabel
kandungan pada buah-buah yang umum kita temui dalam 100 gram.
Tabel 1. Kandungan Vitamin C pada Buah
Buah Kandungan Vitamin C (mg/ 100 gr)

Jambu Biji 183


Kelengkeng 84
Pepaya 62
Jeruk 53
Melon 42
Anggur 34

Jeruk Mandarin 31

Buah Sukun 29
Mangga 28
Nanas 15
Pisang 9
Alpukat 8
(http://kumpulan.info/sehat, 2008)
9

BAB III
METODE PENULISAN
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
0adalah sebagai berikut:
A. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pengamatan di televisi
Dilakukan pengamatan terhadap kebijakan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
tentang keluarnya fatwa haram merokok.
2. Perumusan Masalah
Setelah pengamatan, didapatkanlah rumusan masalah.
3. Studi Literatur
Setelah didapatkan perumusan masalah, dilakukan studi literatur berdasar
hukum yang diperoleh dari Al-Qur’an dan Al-Hadist yang merupakan
pedoman umat Islam, dan pendapat para ulama di dunia internasional yang
memiliki relevansi dengan pembahasan. Selain itu diambil informasi ilmu
pengetahuan Alam yang berkaitan dengan bahaya rokok dan solusinya.
B. Pengolahan Data
Setelah diperoleh data-data dari hasil pengamatan dan studi literatur, kemudian
data diolah secara analitis, deskriptif-kualitatif.
C. Analisis Sintetis
Setelah itu, data dianalisis dengan dua metode, yakni:
1. Metode analisis deskriptif untuk mengolah dan menafsirkan data yang telah
diperoleh sehingga didapatkan gambaran jelas tentang keadaan sebenarnya pada
obyek yang sedang dikaji.
2. Metode analisis komparatif untuk melihat perbandingan antara gagasan utama
karya tulis ilmiah ini dengan beberapa teori yang relevan.
D. Simpulan dan Saran atau Rekomendasi
Setelah data-data dianalisis, penulis memberikan alternatif model pemecahan
masalah atau gagasan kreatif sebagai solusi permasalahan yang diangkat dalam
karya tulis ilmiah ini. Setelah itu, disusun menjadi satu kesatuan.
10

BAB IV
ANALISIS MASALAH dan IMPLIKASI KEBIJAKAN

A. Mengatasi Kontroversial Kebijakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang


Pengharaman Rokok
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan merokok jika
perokok dibawah umur (anak-anak dan remaja), perokok dalam keadaan
hamil, merokok ditempat umum dan, merokok haram bagi anggota Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dipublikasikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke media secara
langsung. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebaiknya harus dapat memberikan
penjelasan sejelas-jelasnya kepada umat tentang dasar penetapan fatwa haram dan
latar belakang munculnya fatwa tersebut, sehingga tidak kontroversial lagi. Akan
tetapi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang tidak mengharamkan rokok untuk
semua orang, perlu dipertanyakan. Jika benar alasan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengharamkan rokok atas dasar Al-Qur’an dan alasan kesehatan, seharusnya fatwa
tersebut berlaku bagi semua orang karena bukankah merokok itu buruk bagi
kesehatan pada semua orang tanpa kecuali.
Pengharaman suatu benda tidak selayaknya berlaku untuk sebagian kalangan
umat Islam, kecuali karena keterpaksaan seperti urusan pengobatan atau terjepit
kondisi yang kritis. Keterpaksaan atau kondisi yang kritis disini adalah keadaan
darurat, yaitu keadaan yang membahayakan dimana orang tersebut mempertaruhkan
nyawanya atau dapat dikatakan keadaan seseorang yang mengkondisikan dirinya
harus memilih antara hidup dan mati. Dalam hal ini benda yang diharamkan tentu
merupakan benda yang membawa pengaruh buruk atau benda yang lebih banyak
membawa dampak buruk daripada manfaatnya.
Kaidah pengharaman rokok seharusnya adalah seperti kaidah pengharaman
Khamar (minuman yang memabukkan), yaitu meskipun minuman tersebut membawa
manfaat bagi tubuh berupa rasa hangat dan menjaga suhu tubuh dari pengaruh cuaca
dingin, tetapi karena pengaruhnya dapat menghilangkan kesadaran peminumnya,
maka hukum minuman tersebut bersifat haram terutama bagi umat Islam. Jika suatu
11

benda dikatakan haram maka itu berlaku bagi semua orang Islam. Jadi Majelis Ulama
Indonesia (MUI) seharusnya dapat lebih tegas tentang hukum pengharaman rokok.
Menurut Tulus Abadi, anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI), "Fatwa MUI masih terlalu ringan, sebab hanya mengharamkan untuk anak-
anak, ibu hamil dan merokok di tempat umum. Namun sebagai upaya kompromistis,
pengharaman rokok secara parsial oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa
dipahami." Fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut tidak
efektif untuk mengurangi jumlah perokok. Hal ini disebabkan fatwa tersebut bersifat
tidak mengikat. "Selain fatwa tidak bersifat mengikat, masalah merokok saat ini tidak
ada dukungan aturan dan kebijakan yang memadai dan bersifat komprehensif”.
(http://detik.com).

B. Solusi Berhenti Merokok Bagi Pecandu Rokok


Proses pengharaman suatu benda ataupun makanan juga berlangsung
secara bertahap, karena dalam proses tersebut akan menyangkut kebiasaan suatu
masyarakat. Dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersikap secara
langsung memberikan fatwa haram merokok. Selain itu, keberlakuannya hanya
kepada beberapa golongan tertentu seperti disebutkan dalam latar belakang.
Proses pengharaman rokok perlu diimbangi dengan pengetahuan tentang
dampak rokok terhadap tubuh perokok. Nikotin sebagai salah satu zat yang
berperan aktif menyebabkan efek ketagihan merokok seharusnya juga
diperhatikan. Karena efek zat ini tidak mudah dilawan tubuh bila seseorang
hendak meninggalkan kebiasaan merokok, sehingga akan terjadi perasaan tidak
nyaman untuk meninggalkan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, solusi yang
dapat ditawarkan, seharusnya disajikan pula tentang cara penanganan pecandu
rokok (terutama yang termasuk dalam fatwa). Misalnya, dari sisi medis perlu
diberikan semacam zat yang dapat mensubstitusi kedudukan nikotin dalam otak.
Penelitian membuktikan mengisap rokok 1,5 bungkus sehari membuat
tubuh kekurangan vitamin C, sehingga proses penuaan pada perokok lebih cepat
terjadi. Hal itu disebabkan berbagai racun pada rokok memboroskan kadar
12

vitamin C yang diserap tubuh sampai 30 persen. Padahal tubuh memerlukan 60


mg vitamin C. (Ali Khomsan, 2008).
Menurut Larry Lipschultz, M.D., dosen urologi di Baylor College of
Medicine di Houston dalam www.modelayu.com, 2008, dari beberapa studi telah
menunjukkan bahwa suplemen vitamin C setiap hari ternyata meningkatkan
kesuburan di kalangan pria perokok.
Selain jeruk nipis, dalam "Medicinal Uses of Bananas" menyebutkan
pisang dapat membantu perokok untuk menghilangkan pengaruh nikotin, buah
pisang terbukti dapat mengobati kecanduan perokok terhadap merokok (Huda,
2006). Oleh karena itu, sebaiknya MUI memberikan alternatif solusi yang
dicantumkan dalam fatwanya untuk membantu pecandu rokok dalam
menghentikan kebiasaannya merokok yakni dengan mengkonsumsi buah-buahan
yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, pisang, dan tomat.

C. Penyikapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap Industri Rokok


Menyerap Banyak Tenaga Kerja dan Penyumbang Bea Cukai Terbesar di
Indonesia
Semua orang sepakat tentang industri rokok yang menyerap banyak tenaga
kerja. Jika fatwa haram tersebut disahkan, bukankah ini akan menciptakan
pengangguran? Bukankah pabrik rokok dan petani tembakau di wilayah Jawa
cukup banyak jumlahnya? Di Kabupaten Bojonegoro, dalam beberapa tahun
silam, hampir seluruh petaninya adalah petani tembakau. Namun, seiring dengan
harga tembakau yang tidak stabil ditambah dengan peluang keuntungan yang
lebih menjanjikan dari komoditas yang lain, maka sekarang petani yang masih
fanatik menanam tembakau tinggal pada daerah tertentu saja.
Simpulan yang dapat ditarik yaitu andai tembakau benar–benar "dilarang
untuk ditanam," maka para petani dan pedagang tembakau akan beralih mencari
alternatif pekerjaan yang lain. Kalau hanya memikirkan dampaknya terhadap
pengangguran saja dalam masalah ini, maka kita terkesan hanya bertumpu pada
satu kaki, berat sebelah. Kita membela kepentingan para pengusaha, pabrik,
13

pekerja dan petani tembakau, tetapi kita menafikan akibat dan pengaruh dari
bahaya rokok pada penikmat rokok, keluarga dan lingkungannya, baik dari sisi
ekonomi maupun kesehatan (Rozi, 2009).
Setara dengan pekerjaan, Indonesia menerima cukai terbesar dari rokok.
Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Biaya tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan


penyakit yang disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas
dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin
lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok.
Biaya besar lainnya yang tidak mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya
kualitas hidup para perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif. Selain itu
penderitaan juga bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya
karena merokok. Semua ini merupakan biaya tinggi yang harus ditanggung (
Republika Newsroom, 2009).
14

BAB V
SIMPULAN dan SARAN

A. Simpulan
1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia ( MUI) tentang pengharaman
merokok kurang tegas karena mengharamkan untuk empat kategori
saja, antara lain perokok dibawah umum, ibu hamil, merokok di
tempat umum dan anggota MUI.
2. Langkah yang dapat diambil MUI untuk mengatasi kekontroversian
pengharaman merokok adalah sosialisasi kepada masyarakat,
mempertegas pengharaman rokok bagi semua kalangan.
3. Alternatif solusi untuk membantu pecandu rokok supaya dapat
menaati fatwa tersebut adalah mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C, seperti jeruk nipis, pisang, apel dan lain
sebagainya.
B. Saran
1. MUI hendaknya memfatwakan merokok dilarang bagi semua orang
2. Hendaknya MUI mensoalisasikan latar belakang pengharaman rokok
berdasarkan dasar hukum dalam agama Islam dan bahayanya bagi
kesehatan.
3. Alternatif solusi untuk membantu pecandu rokok supaya dapat
menaati fatwa tersebut adalah mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin Cuntuk membantu berhenti merokok hendaknya
dimasukkan dalam fatwa MUI.
4. Pemerintah sebaiknya mencontoh negara-negara maju yang larangan
merokok sudah masuk dalam kebijakan (artinya bukan hanya
himbauan aja). Pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan
hendaknya menindaklanjuti fatwa MUI dengan membuat kebijakan
tentang pelarangan merokok dengan hukuman bagi pelanggarnya.
15

5. Pemerintah membentuk tim khusus yang bekerja rutin untuk


melakukan operasi terhadap perokok di tempat umum, sebagai
implikasi dari kebijakan.
6. Pemerintah dalam hal ini dinas periklanan membuat kebijakan
pembatasan iklan rokok di televisi atau media manapun dengan
menyertakan panjelasan melalui gambar seram bahaya merokok pada
iklan rokok. Jadi tidak hanya bahaya merokok secara tulisan saja dan
iklan tidak memperlihatkan unsur kejantanan bagi perokok.
7. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) setempat
menindaklanjuti fatwa MUI mengenai haram merokok bagi anak-anak
di lingkungan sekolah. Misalnya dilingkungan pendidikan utamanya
Sekolah Menengah Pertama (SMP ) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) harus menempelkan tulisan atau larangan merokok kepada
anak didiknya.
8. Pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan menghimbau kepada guru-
guru di Indonesia agar disela-sela pelajaran selalu mengingatkan anak
didiknya tentang bahaya merokok.
9. Pemerintah lebih gencar membuat propaganda bahwa merokok itu
sangat lah berbahaya, sangat merusak kesehatan, melalui selebaran-
selebaran dan gambar yang menyeramkan tentang bahaya merokok
agar lebih banyak dipasang di tempat-tempat umum, bukan cuma di
rumah sakait, puskesmas atau sekolah-sekolah saja. Iklan bahaya
merokok di pasang di tempat umum, seperti di jalan, di pusat
perbelanjaan, sekolah dan lain-lain.
10. Pemerintah mencontoh negara maju seperti di Belgia, perusahaan
rokok dilarang men-sponsor-i event olahraga.
Daftar Pustaka

Al Quran Digital versi 2.1. 2004. http://www.alquran-digital.com


Guide, Parents. 2006. Merokok, Sengsara di Balik Nikmat. www. MediaSehat.com: 30
Juni 2006.
Kompas. 2008. Survei: 99 Persen Setuju Larangan Merokok di Tempat Umum. Senin, 7
Juli 2008 | 14:26 WIB. Jakarta : www.kompas.com.
Mursito, Bambang. 1999. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Republika Newsroom. 2009. Rokok vs Ekonomi: Mitos dan Fakta. www.bebasrokok.com
Rabu, 28 Januari 2009 pukul 15:42:00.
Sitopoe, Mangku. 1999. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasrana Indonesia.”http/id.wikipedia.org/wiki/Nikotin” 11:34, 22 April 2007.
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. 2007. Nikotin.
http:/id.wikipedia.org/wiki/Nikotin, 11:34, 22 April 2007.
Santoso, Djoko. 2007. Tanya Jawab Tentang Rokok. Pusat Jantung Nasional - Harapan
Kita: http://www.shoutmix.com/ Selasa, 20 Februari 2007.
Kontroversi Masalah Rokok. www.astaqauliyah.com. 29 Januari 2009
Vitamin jenis, pentingnya vitamin, vitamin yang.... http://www.Health Care Tips.com. 2
Februari 2009
YLKI: Fatwa Rokok Haram MUI Terlalu Ringan . http //www.detik.com, diakses 30
Januari 2009
Siswono. 2003. Suara pembaharuan. edisi 31 Mei 2003
Nikotin. http:/id.wikipedia.org/wiki/Nikotin, 11:34, 22 April 2007.
Anonim. . Buah Pisang Buah Ajaib. www. Idionline. com.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Tim
Nama Lengkap : Tendika Sukmaningtyas
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 13 Desember 1988
Prodi/ Fak/ Angkatan : Kimia/ FMIPA/ 2006
Alamat rumah : Sumobito, Sumobito Jombang
Telepon : 03170208346/ 085648657670
E-mail :-
Karya ilmiah yang pernah dibuat :-

2. Anggota Tim
Nama Lengkap : Fithri Amaliyah
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 10 November 1987
Prodi/ Fak/ Angkatan : Kimia/ FMIPA/ 2006
Alamat rumah : Jalan Dr. Wahidin 120 Sidoarjo 61215
Telepon : 085231681180/ 0318051745
E-mail : fi3_amaliyah@yahoo.co.id
Karya ilmiah yang pernah dibuat :
1. Mengatasi Kelemahan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Untuk
Menghindari Kemungkinan Penyelewengan Dana Dan Meningkatkan
Efesiensi Bantuan Agar Lebih Tepat Sasaran
2. Konsep Entrepreneurship Pada Birokrasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dalam Mengatasi Pengangguran Penduduk Jawa Timur
3. Penilaian Asesor dan Siswa dalam Kualitas Mengajar Guru di Kelas Sebagai
Solusi Tepat Mengatasi Permasalahan Sertifikasi Guru
4. Pembinaan Usaha Pengelolaan Limbah Blotong (Filtercake) Pabrik Gula
Candi Sidoarjo Bagi Masyarakat Ekonomi Lemah Korban Lumpur Lapindo
5. Alternatif Solusi Mengatasi Kekontroversian Masyarakat Indonesia Dalam
Menanggapi Fatwa Mui (Majelis Ulama Indonesia) Tentang Pengharaman
Rokok
Penghargaan yang Pernah diraih :
1. Juara III LKTM 2007 bidang pendidikan di Tingkat Jurusan Kimia FMIPA
UNESA
2. Juara I LKTM 2007 bidang pendidikan di tingkat Fakultas MIPA UNESA
3. Finalis KPKM Tingkat Nasional Tahun 2008
4. Finalis LKTIM Pemprov Jatim Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai