Anda di halaman 1dari 8

Antonio Gramsci, Sang Pemikir dari Balik Jeruji:

Sebuah Perbincangan Singkat


Oleh
Adde Oriza Rio

To tell the truth was revolutionary…


Antonio Gramsci

Titik Berangkat Gramsci


Marx pernah memprediksikan dalam karyanya Manifesto Partai Komunis bahwa
revolusi dan kemenangan sosialisme adalah tak terhindarkan. Kaum marxis ortodok, yang
beranggapan bahwa marxisme adalah teori objektif ilmiah tentang perkembangan
masyarakat percaya bahwa marxisme tentu mampu memprediksi masa depan dengan
akurat. Inilah yang mereka maksud dengan istilah ‘ilmiah’. Prediksi itu kurang lebih
berisikan pandangan bahwa kapitalisme sebagai sebuah sistem dengan kontradiksi
internalnya sendiri tidak bisa lepas dari krisis bawaannya dan akhirnya akan
memiskinkan kaum buruh sehingga kaum buruh kemudian akan bangkit menjadi
kekuatan yang mampu menjalankan revolusi. Akan tetapi, fakta bicara berbeda ketika
terjadi krisis kapitalisme terjadi pada awal abad ke-20 sedangkan kaum buruh ketimbang
menjadi revolusioner malah berbelok menjadi fasis.
Antonio Gramsci, seorang tokoh komunis Italia, berdasarkan fakta sejarah itu
kemudian menyadari bahwa terdapat kesalahan dalam Marxisme. Selanjutnya, sejak itu
Gramsci mulai berpikir untuk menjelaskan di mana letak kesalahan marxisme dan
mengapa marxisme gagal mencapai tujuannya yaitu perubahan sosial di mana kapitalisme
runtuh dan sebuah masyarakat baru yang lebih baik terbentuk. Dari titik inilah perjalan
intelektual Gramsci dimulai. Namun, sebelum mengeksplorasi pemikiran Gramsci lebih
jauh, mari kita simak sekedar riwayat hidup Gramsci.
Riwayat Hidup Gramsi
Gramsci lahir pada 22 Januari 1891 di Ales, Cagliari. Cagliari adalah ibukota
pulau Sardinia di Italia. Gramsci adalah anak ke empat dari 7 bersaudara. Ayahnya,
Francesco Gramsci adalah seorang juru tulis pada sebuah kantor catatan sipil lokal.
Pada 1897, saat Gramsi berusia 6 tahun, ayahnya dihukum masuk penjara selama
5 tahun dengan tuduhan telah melakukan mal-administrasi. Saat dibebaskan, ayah
Gramsci tidak berhasil mendapatlkan perkerjaan dan keluarga Gramsci hidup dalam
kesulitan ekonomi yang luar biasa. Gramsci sendiri mengalami kurang gizi dan sakit-
sakitan yang berpengaruh pada bentuk tubuhnya: ia menjadi bongkok dan tingginya
hanya sekitar 150 cm. Kondisi ekonomi keluarganya yang buruk telah memaksa Gramsci
untuk berkerja sejak kecil dan tidak mungkin mencapai pendidikan tinggi. Akan tetapi,
pada 1911, Gramsci berhasil memperoleh beasiswa untuk belajar di Fakultas Sastra
Universitas Turin. Pada saat itulah Gramsci mulai berhubungan dengan Federasi Pemuda
Sosialis dan pada 1914, Gramsci menjadi anggota Partai Sosialis Italia (PSI). Namun,
pada 1915, Gramsci memutuskan untuk berhenti berkuliah.
Di Torino, Gramsci sanagat aktif menulis dalam mingguan Il Grido del Popolo
(Suara Rakyat) dan dalam majalah sosialis Avanti (Maju). Ia juga terlibat dalam usaha
pendidikan kaum buruh Italia. Terpengaruh oleh Revolusi Oktober Rusia, Gramsci dan
kawan-kawannya dalam PSI mendirikan koran bernama L’Ordine Nuovo (Orde Baru)
dan menjalankan suatu gerakan “dewan-dewan pabrik” yang mirip dengan soviet-soviet
yang ada di Petrograd. Hasilnya adalah sebuah pemogokan massal yang gagal pada 1920.
Pada Januari 1921, saat Kongres PSI di Livorno, Gramsi dan kawan-kawannya
melakukan walk out. Mereka kemudian mendirikan Partai Komunis Italia (PCI) di mana
Gramsci dipilih menjadi salah satu anggota komite sentral partai. Ia kemudian
menerbikan Ordine Nouvo sebagai harian resmi partai.
Sejak 1922 sampai 1924, Gramsci pindah ke Moskow dan Wiena karena ia
ditunjuk mewakili PCI dalam komite eksekutif komunis internasional. Di Moskow, pada
sebuah klinik kesehatan lokal, Gramsci bertemu dengan Giulia Schucht, yang kemudian
menjadi istrinya. Sementara Gramsci berada di Moskow dan Wiena, kekuatan kaum fasis
semakin mencengkram Italia. Pada 1924, Gramci terpilih menjadi ketua PCI dan terpilih
menjadi wakil PCI di parlemen. Tanpa perduli akan ancaman Fasisme, Gramsci segera
pulang ke Italia dan menetap di Roma. Pada 1926, PCI ditetapkan sebagai partai terlarang
oleh pemerintahan Fasis Mussolini. Saat itu, Gramsci ditangkap dan dijatuhi hukuman
menjadi tahanan politik selama 20 tahun. Saat masa persidangan, Mussolini berkomentar
tentang Gramsci: “kami harus menghindari kondisi di mana Gramsci terus mendapat
kesempatan untuk berpikir”. Akan tetapi, kita tahu bahwa Mussolini dan pengikutnya
gagal. Dalam sebuah surat yang ditulis Gramsci pada keluarganya, Gramsci mengatakan
bahwa Ia telah dijangkiti oleh ide untuk menjalankan satu rencana studi yang sistematis.
Pada 1929, Gramsci mendapatkan izin untuk menulis walaupun ia tidak diperbolehkan
membaca buku-buku berhaluan Marxis atau Komunis. Akan tetapi, daya ingatnya yang
luar biasa atas isi buku-buku Marxis atau Komunis yang pernah dibacanya
menyelamatkannya dari keterbatasan itu. Pada 8 Februari 1929, Gramsci pertama kali
memulai karya besarnya Quaderni di carcere atau Catatan-Catatan di Penjara.
Pada 1932, hukuman 20 tahun penjaranya dikurangi menjadi 12 tahun namun
karena tekanan internasional terhadap rezim Mussolini, Gramsci dibebaskan dua tahun
lebih cepat dari masa bebasnya. Akan tetapi, beberapa hari sesudah itu, tepatnya pada 27
April 1937, Gramsci meninggal dunia pada usia 46 tahun.

Kritik Terhadap Marxisme Saintifik


Seperti juga Lukacs dan Korsch, Gramsci menolak Marxisme yang dipengaruhi
oleh positivisme sehingga menjadi Marxsime yang saintifik atau vulgar. Gramsci di sini
dipengaruhi oleh filsuf besar Italia Benedetto Croce (1866-1952). Dari Croce Gramsci
belajar menghargai ilmu sejarah sebagai usaha intelektual yang mencakup moralitas,
politik, dan seni. Ia belajar melihat masyarakat dari perspektif perkembangannya. Croce
membuatnya sadar akan keterbatasan positivisme yang hanya mau mengakui “fakta
objektif”. Penolakan Gramsci atas Marxisme saintifik paling tampak dalam kritiknya
terhadap buku karangan Nikolai Bukharin, seorang anggota politbiro Uni Soviet berjudul
Teori Materialisme Historis: Buku Pegangan Sosiologi Populer. Buku itu dimaksudkan
sebagai sebuah buku teks tentang Marxisme-Leninisme untuk kader-kader partai. Buku
itu menjelaskan bahwa Marxisme adalah selain sebuah pandangan dunia menyeluruh
kaum proletariat, tetapi juga adalah sebuah teori sosiologi, dalam pengertian positivistik
yakni memiliki kepastian ilmiah, yang menjelaskan tentang perkembangan masyarakat.
Gramsci sangat berkeberatan dengan maksud buku ini yang menjelaskan
marxisme sebagai teori objektif ilmiah. Pertama, bagi Gramsci, mustahil ada teori yang
“objektif”. Teori adalah mencerminkan sesuatu terkait dengan posisi kelas sosial tertentu
dan ia dapat dikatakan benar sejauh ia mencerminkan apa yang sedang dialami kelas
sosial yang bersangkutan. Kedua, selaras dengan itu, teori objektif ilmiah adalah teori
yang mengaku netral (tanpa kepentingan) yang berlaku umum dan dapat digunakan untuk
memprediksikan masa depan sebagaimana kebanyakan teori ilmiah lainnya. Bagi
Gramsci, Marxisme tidak boleh netral melainkan merupakan salah satu unsur aktif dari
perjuangan proletariat itu sendiri. Ketiga, pembuatan prediksi atas masa depan yang
dimungkinkan karena adanya pengaruh positivisme dalam marxisme adalah tidak bisa
dibenarkan. Hal itu membuat marxisme menjadi fatalistik karena jalan sejarah bukan
sesuatu yang telah ditentukan berdasarkan “hukum besi ekonomi” atau terdeterminasi
secara ekonomis. Jalan sejarah ditentukan oleh perjuangan kaum buruh itu sendiri.
Konsep Blok Historis dan Hegemoni
Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, Gramsci bertujuan untuk menjelaskan di
mana letak kesalahan marxisme dan mengapa marxisme gagal mencapai tujuannya yaitu
perubahan sosial. Dalam usahanya itu, Gramsci menemukan bahwa masalah dalam
marxisme sebenarnya terletak pada: (1) marxisme dengan filsafat yang monolitik, yaitu
materialisme ontologis dan (2) konsep basis-suprastruktur yang merupakan konsekuensi
logis darinya yang membuat marxisme menjadi determinis atau fatalistis.
Filsafat dasar marxisme menurut Engels dan Lenin adalah materialisme.
Materialisme yang dimaksud adalah materialisme ontologis yaitu pandangan bahwa
hakikat seluruh realitas adalah bersifat kebendaan. Semua yang ada adalah benda atau
berasal dari benda. Bagi Gramsci, ini saja sudah bersifat positivistik atau naturalistik.
Kita tidak mungkin bicara tentang realitas pada dirinya sendiri. Yang kita miliki hanyalah
kepercayaan, seperti juga dalam agama. Jika marxisme mengatakan bahwa segala yang
ada datang dari benda, maka agama mengatakan segala yang ada berasal dari Tuhan. Pola
pikirnya jelas sama.
Pandangan materialisme ontologis ini berasal dari kesalahan tafsir Engels dan
Lenin atas ungkapan ”bukan kesadaran yang menentukan melainkan keadaan yang
menentukan kesadaran”. Bagi Engels dan Lenin yang dimaksud dengan ”keadaan” itu
adalah realitas dalam arti kebendaan, sedangkan ”keadaan” yang dimaksudkan oleh Marx
adalah ekonomi dalam arti mode produksi masyarakat. Akan tetapi, bahkan sejak Marx,
ketika pandangan ini diterapkan untuk memahami masyarakat memunculkan konsep
basis-suprastruktur di mana basis (ekonomi) menentukan suprastruktur (tatanan
institusional dan tatanan ideologis).
Inilah yang ingin ditolak oleh Gramsci bahwa perubahan ideologis dalam
suprastruktur selalu dipengaruhi oleh perubahan ekonomi atau basis. Gramsci ingin
menghapuskan determinisme ekonomis ini dari marxisme dan mengembangkan kekuatan
eksplanatori marxisme terkait dengan suprastruktur dan bukan hanya basis. Hal itu
karena, bagi Gramsci, revolusi sosialis berarti menumbangkan superioritas kelas borjuis
dan merubah kapitalisme sedangkan superioritas borjuis berdasar pada blok historis yaitu
kesatuan dialektis antara semua dimensi-dimensi kehidupan kelas-kelas sosial sehingga
saling mendukung satu sama lain dan secara terus menerus mempertahankan kekuasaan
borjuis.
Tanda adanya blok historis adalah kelesarasan dari 3 unsur: ekonomi, militer, dan
kesadaran. Dalam ekonomi, kaum borjuis berkuasa karena memiliki modal, oleh sebab
itu ia dapat menggunakan dominasi ekonomi untuk menekan kaum proletar. Misalnya
dengan ancaman pemecatan, atau pengurangan upah. Dimensi berikutnya adalah militer.
Gramsci menyadari kemampuan kaum borjuis untuk mengunakan aparat militer negara
untuk meredam perlawanan proletar dengan kekerasan. Yang terakhir terkait dengan
kesadaran yakni kaum borjuis bisa mengontrol kesadaran kaum buruh. Caranya,
intelektual kaum borjuis harus mampu membuat kelas proletar menerima dan
membenarkan ideologi borjuis (nilai-nilai moral, politik dan budayanya). Oleh sebab itu,
apa yang diinginkan dan diajarkan kelas borjuis adalah sebuah kebenaran tak
terbantahkan bagi kelas buruh. Inilah yang diistilahkan oleh Gramsci dengan hegemoni.
Secara singkat, bagi Gramsci mengapa kaum borjuis berkuasa adalah karena
kaum borjuis menguasai mode produksi masyarakat, menjamin kekuasaannya dengan
kekuatan militer dan membuat masyarakat menganggap bahwa kekuasaannya adalah hal
yang wajar. Pertanyaannya, bagaimana menjatuhkan kekuasaan kaum borjuis ini?
Perubahan sosial, kata Gramsci, tidak selalu ditentukan secara ekonomis
melainkan juga melibatkan ideologi. Sedangkan ideologi dipandang relatif otonom dan
krusial, tidak ditentukan oleh ekonomi sebagaimana diyakini oleh pandangan dikotomis
basis-struktur marxisme klasik. Oleh sebab itu, perjuangan kelas harus melibatkan ide-ide
dan ideologi. Harus ada perjuangan dalam bidang ide-ide dan ideologi. Dalam hal ini,
Gramsci menekankan bahwa peranan manusia sebagai agen perubahan historis adalah
mutlak. Krisis ekonomi saja, tidak dapat merubah keadaan sosial sebagaimana yang
diajarkan marxisme vulgar.
Berdasarkan itu, jawaban Gramsci lugas, kita harus melakukan counter hegemony
yang artinya menghancurkan hegemoni borjuasi dan membentuk hegemoni kaum proletar
sendiri. Dengan itu kaum proletar akan bangkit melawan dan membentuk kekuatan
militernya sendiri untuk bertempur dengan kekuatan militer borjuis sampai menang
kemudian mode produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat tanpa ada pembagian
kelas. Pertanyaannya sekarang: bagaimana caranya?
Gramsci menyebut dua jenis perang yaitu perang posisi (war of position) dan
perang gerak (war of maneuver). Marxisme klasik seakan-akan hanya melihat perang
gerak saja, yaitu benturan frontal antara kaum borjuis dan kaum proletar: revolusi.
Padahal, agar perang gerak dapat berhasil, maka ia harus didahului keberhasilan pada
perang posisi. Apa yang dimaksudkan dengan perang posisi itu? Perang posisi adalah
perang dalam tataran ideologis dan budaya di mana kaum proletar harus memiliki budaya
dan ideologinya sendiri yang berada di luar dan terbebas dari pengaruh ideologi dan
budaya kaum borjuis. Perjuangan dalam perang posisi adalah prang yang panjang yang
memakan banyak waktu. Membahas perang posisi, lebih jauh, adalah membahas peranan
kaum intelektual dalam masyarakat .

Peran Intelektual dalam Masyarakat


Kembali kepada buku Bukharin, Teori Materialisme Historis: Buku Pegangan
Sosiologi Populer, selain berkeberatan dengan isinya yang mengatakan bahwa marxisme
adalah sebuah teori objektif ilmiah, Gramsci juga sangat berkeberatan dengan tujuan dari
ditulisnya buku itu yakni sebagai buku teks tentang marxisme bagi kader-kader partai
komunis. Buku itu mau membentuk kesadaran komunis yang benar dalam proletariat.
Menurut Gramsci, tugas kaum intelektual bukanlah menyuntikkan kesadaran yang sudah
jadi dari atas ke bawah, dari para intelektual sebagai ‘faktor politis eksternal’ ke dalam
proletariat melainkan harus berangkat dari kesadaran proletariat itu sendiri yakni
kepercayaan-kepercayaan dan akal sehat proletariat sebagaimana terungkap dalam cerita-
cerita proletariat dan agama-agamanya. Dengan singkat, menggunakan bahasa proletariat
untuk menjelaskan marxisme itu kepada proletariat sendiri.
Gramsci mengatakan bahwa merumuskan pandangan dunia dan sistem nilai
alternatif adalah tugas kaum intelektual yang berasal dari kaum proletar sendiri. Gramsci,
sebenarnya mengatakan bahwa “setiap orang adalah intelektual sejauh memiliki pelbagai
tingkat kegiatan intelektual spesifik”. Maksudnya setiap orang, dengan berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat tentu memiliki konsepsi dunianya sendiri sesuai dengan
bahasanya sendiri. Namun, adalah tugas kaum intelektual “professional” untuk
merumuskannya dengan jalan yang sistematis.
Gramsci menjelaskan, setiap kelas sosial melahirkan lapisan kaum intelektualnya
sendiri. Namun, karena (misalnya pandangan positivisme bahwa peneliti harus objektif
dan netral sehingga menghasilkan pengetahuan yang bebas nilai) kekhasan kegiatan
intelektualnya, ada kaum intelektual yang memisahkan diri dari masyarakat dan
membentuk sebuah lapisan tersendiri yang mengambang di atas masyarakat. Itulah yang
disebut dengan kaum intelektual tradisional. Gramsci membedakan dari kaum intelektual
tradisional itu apa yang dia namakan kaum intelektual organik.
Apa itu kaum intelektual organik? Kaum intelektual organik adalah kaum
inteletual yang menyadari bahwa dirinya adalah secara organik terkait dengan kelas
sosial tertentu, menjadi bagian dari kelas sosial itu dan berpihak kepadanya. Peran
penting kaum intelektual organik bagi perjuangan menurut Gramsci adalah membongkar
adanya hegemoni dari kaum borjuis dan merumuskan ideologi serta budaya kaum
proletar sendiri sebagai sebuah counter hegemony.
DAFTAR PUSTAKA

Jones, Steve. 2006. Antonio Gramsci. New York: Routledge.


Stillo, Monica. Antonio Gramsci dalam http://www.theory.org.uk/ctr-gram.htm diakses
pada 1 November 2009.
Suseno, Franz Magnis. 2005. Dalam Bayang-Bayang Lenin: Enam Pemikir Marxisme
Dari Lenin Sampai Tan Malaka. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Woodfin, Rupert dan Oscar Zarate. 2008. Marxisme Untuk Pemula. Yogyakarta: Resist
Book.

Anda mungkin juga menyukai