Marx pernah memprediksikan dalam karyanya Manifesto Partai Komunis bahwa revolusi dan kemenangan sosialisme adalah tak terhindarkan. Kaum marxis ortodok, yang beranggapan bahwa marxisme adalah teori objektif ilmiah tentang perkembangan masyarakat percaya bahwa marxisme tentu mampu memprediksi masa depan dengan akurat. Inilah yang mereka maksud dengan istilah ‘ilmiah’. Prediksi itu kurang lebih berisikan pandangan bahwa kapitalisme sebagai sebuah sistem dengan kontradiksi internalnya sendiri tidak bisa lepas dari krisis bawaannya dan akhirnya akan memiskinkan kaum buruh sehingga kaum buruh kemudian akan bangkit menjadi kekuatan yang mampu menjalankan revolusi. Akan tetapi, fakta bicara berbeda ketika terjadi krisis kapitalisme terjadi pada awal abad ke-20 sedangkan kaum buruh ketimbang menjadi revolusioner malah berbelok menjadi fasis. Antonio Gramsci, seorang tokoh komunis Italia, berdasarkan fakta sejarah itu kemudian menyadari bahwa terdapat kesalahan dalam Marxisme. Selanjutnya, sejak itu Gramsci mulai berpikir untuk menjelaskan di mana letak kesalahan marxisme dan mengapa marxisme gagal mencapai tujuannya yaitu perubahan sosial di mana kapitalisme runtuh dan sebuah masyarakat baru yang lebih baik terbentuk. Dari titik inilah perjalan intelektual Gramsci dimulai. Namun, sebelum mengeksplorasi pemikiran Gramsci lebih jauh, mari kita simak sekedar riwayat hidup Gramsci. Riwayat Hidup Gramsi Gramsci lahir pada 22 Januari 1891 di Ales, Cagliari. Cagliari adalah ibukota pulau Sardinia di Italia. Gramsci adalah anak ke empat dari 7 bersaudara. Ayahnya, Francesco Gramsci adalah seorang juru tulis pada sebuah kantor catatan sipil lokal. Pada 1897, saat Gramsi berusia 6 tahun, ayahnya dihukum masuk penjara selama 5 tahun dengan tuduhan telah melakukan mal-administrasi. Saat dibebaskan, ayah Gramsci tidak berhasil mendapatlkan perkerjaan dan keluarga Gramsci hidup dalam kesulitan ekonomi yang luar biasa. Gramsci sendiri mengalami kurang gizi dan sakit- sakitan yang berpengaruh pada bentuk tubuhnya: ia menjadi bongkok dan tingginya hanya sekitar 150 cm. Kondisi ekonomi keluarganya yang buruk telah memaksa Gramsci untuk berkerja sejak kecil dan tidak mungkin mencapai pendidikan tinggi. Akan tetapi, pada 1911, Gramsci berhasil memperoleh beasiswa untuk belajar di Fakultas Sastra Universitas Turin. Pada saat itulah Gramsci mulai berhubungan dengan Federasi Pemuda Sosialis dan pada 1914, Gramsci menjadi anggota Partai Sosialis Italia (PSI). Namun, pada 1915, Gramsci memutuskan untuk berhenti berkuliah. Di Torino, Gramsci sanagat aktif menulis dalam mingguan Il Grido del Popolo (Suara Rakyat) dan dalam majalah sosialis Avanti (Maju). Ia juga terlibat dalam usaha pendidikan kaum buruh Italia. Terpengaruh oleh Revolusi Oktober Rusia, Gramsci dan kawan-kawannya dalam PSI mendirikan koran bernama L’Ordine Nuovo (Orde Baru) dan menjalankan suatu gerakan “dewan-dewan pabrik” yang mirip dengan soviet-soviet yang ada di Petrograd. Hasilnya adalah sebuah pemogokan massal yang gagal pada 1920. Pada Januari 1921, saat Kongres PSI di Livorno, Gramsi dan kawan-kawannya melakukan walk out. Mereka kemudian mendirikan Partai Komunis Italia (PCI) di mana Gramsci dipilih menjadi salah satu anggota komite sentral partai. Ia kemudian menerbikan Ordine Nouvo sebagai harian resmi partai. Sejak 1922 sampai 1924, Gramsci pindah ke Moskow dan Wiena karena ia ditunjuk mewakili PCI dalam komite eksekutif komunis internasional. Di Moskow, pada sebuah klinik kesehatan lokal, Gramsci bertemu dengan Giulia Schucht, yang kemudian menjadi istrinya. Sementara Gramsci berada di Moskow dan Wiena, kekuatan kaum fasis semakin mencengkram Italia. Pada 1924, Gramci terpilih menjadi ketua PCI dan terpilih menjadi wakil PCI di parlemen. Tanpa perduli akan ancaman Fasisme, Gramsci segera pulang ke Italia dan menetap di Roma. Pada 1926, PCI ditetapkan sebagai partai terlarang oleh pemerintahan Fasis Mussolini. Saat itu, Gramsci ditangkap dan dijatuhi hukuman menjadi tahanan politik selama 20 tahun. Saat masa persidangan, Mussolini berkomentar tentang Gramsci: “kami harus menghindari kondisi di mana Gramsci terus mendapat kesempatan untuk berpikir”. Akan tetapi, kita tahu bahwa Mussolini dan pengikutnya gagal. Dalam sebuah surat yang ditulis Gramsci pada keluarganya, Gramsci mengatakan bahwa Ia telah dijangkiti oleh ide untuk menjalankan satu rencana studi yang sistematis. Pada 1929, Gramsci mendapatkan izin untuk menulis walaupun ia tidak diperbolehkan membaca buku-buku berhaluan Marxis atau Komunis. Akan tetapi, daya ingatnya yang luar biasa atas isi buku-buku Marxis atau Komunis yang pernah dibacanya menyelamatkannya dari keterbatasan itu. Pada 8 Februari 1929, Gramsci pertama kali memulai karya besarnya Quaderni di carcere atau Catatan-Catatan di Penjara. Pada 1932, hukuman 20 tahun penjaranya dikurangi menjadi 12 tahun namun karena tekanan internasional terhadap rezim Mussolini, Gramsci dibebaskan dua tahun lebih cepat dari masa bebasnya. Akan tetapi, beberapa hari sesudah itu, tepatnya pada 27 April 1937, Gramsci meninggal dunia pada usia 46 tahun.
Kritik Terhadap Marxisme Saintifik
Seperti juga Lukacs dan Korsch, Gramsci menolak Marxisme yang dipengaruhi oleh positivisme sehingga menjadi Marxsime yang saintifik atau vulgar. Gramsci di sini dipengaruhi oleh filsuf besar Italia Benedetto Croce (1866-1952). Dari Croce Gramsci belajar menghargai ilmu sejarah sebagai usaha intelektual yang mencakup moralitas, politik, dan seni. Ia belajar melihat masyarakat dari perspektif perkembangannya. Croce membuatnya sadar akan keterbatasan positivisme yang hanya mau mengakui “fakta objektif”. Penolakan Gramsci atas Marxisme saintifik paling tampak dalam kritiknya terhadap buku karangan Nikolai Bukharin, seorang anggota politbiro Uni Soviet berjudul Teori Materialisme Historis: Buku Pegangan Sosiologi Populer. Buku itu dimaksudkan sebagai sebuah buku teks tentang Marxisme-Leninisme untuk kader-kader partai. Buku itu menjelaskan bahwa Marxisme adalah selain sebuah pandangan dunia menyeluruh kaum proletariat, tetapi juga adalah sebuah teori sosiologi, dalam pengertian positivistik yakni memiliki kepastian ilmiah, yang menjelaskan tentang perkembangan masyarakat. Gramsci sangat berkeberatan dengan maksud buku ini yang menjelaskan marxisme sebagai teori objektif ilmiah. Pertama, bagi Gramsci, mustahil ada teori yang “objektif”. Teori adalah mencerminkan sesuatu terkait dengan posisi kelas sosial tertentu dan ia dapat dikatakan benar sejauh ia mencerminkan apa yang sedang dialami kelas sosial yang bersangkutan. Kedua, selaras dengan itu, teori objektif ilmiah adalah teori yang mengaku netral (tanpa kepentingan) yang berlaku umum dan dapat digunakan untuk memprediksikan masa depan sebagaimana kebanyakan teori ilmiah lainnya. Bagi Gramsci, Marxisme tidak boleh netral melainkan merupakan salah satu unsur aktif dari perjuangan proletariat itu sendiri. Ketiga, pembuatan prediksi atas masa depan yang dimungkinkan karena adanya pengaruh positivisme dalam marxisme adalah tidak bisa dibenarkan. Hal itu membuat marxisme menjadi fatalistik karena jalan sejarah bukan sesuatu yang telah ditentukan berdasarkan “hukum besi ekonomi” atau terdeterminasi secara ekonomis. Jalan sejarah ditentukan oleh perjuangan kaum buruh itu sendiri. Konsep Blok Historis dan Hegemoni Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, Gramsci bertujuan untuk menjelaskan di mana letak kesalahan marxisme dan mengapa marxisme gagal mencapai tujuannya yaitu perubahan sosial. Dalam usahanya itu, Gramsci menemukan bahwa masalah dalam marxisme sebenarnya terletak pada: (1) marxisme dengan filsafat yang monolitik, yaitu materialisme ontologis dan (2) konsep basis-suprastruktur yang merupakan konsekuensi logis darinya yang membuat marxisme menjadi determinis atau fatalistis. Filsafat dasar marxisme menurut Engels dan Lenin adalah materialisme. Materialisme yang dimaksud adalah materialisme ontologis yaitu pandangan bahwa hakikat seluruh realitas adalah bersifat kebendaan. Semua yang ada adalah benda atau berasal dari benda. Bagi Gramsci, ini saja sudah bersifat positivistik atau naturalistik. Kita tidak mungkin bicara tentang realitas pada dirinya sendiri. Yang kita miliki hanyalah kepercayaan, seperti juga dalam agama. Jika marxisme mengatakan bahwa segala yang ada datang dari benda, maka agama mengatakan segala yang ada berasal dari Tuhan. Pola pikirnya jelas sama. Pandangan materialisme ontologis ini berasal dari kesalahan tafsir Engels dan Lenin atas ungkapan ”bukan kesadaran yang menentukan melainkan keadaan yang menentukan kesadaran”. Bagi Engels dan Lenin yang dimaksud dengan ”keadaan” itu adalah realitas dalam arti kebendaan, sedangkan ”keadaan” yang dimaksudkan oleh Marx adalah ekonomi dalam arti mode produksi masyarakat. Akan tetapi, bahkan sejak Marx, ketika pandangan ini diterapkan untuk memahami masyarakat memunculkan konsep basis-suprastruktur di mana basis (ekonomi) menentukan suprastruktur (tatanan institusional dan tatanan ideologis). Inilah yang ingin ditolak oleh Gramsci bahwa perubahan ideologis dalam suprastruktur selalu dipengaruhi oleh perubahan ekonomi atau basis. Gramsci ingin menghapuskan determinisme ekonomis ini dari marxisme dan mengembangkan kekuatan eksplanatori marxisme terkait dengan suprastruktur dan bukan hanya basis. Hal itu karena, bagi Gramsci, revolusi sosialis berarti menumbangkan superioritas kelas borjuis dan merubah kapitalisme sedangkan superioritas borjuis berdasar pada blok historis yaitu kesatuan dialektis antara semua dimensi-dimensi kehidupan kelas-kelas sosial sehingga saling mendukung satu sama lain dan secara terus menerus mempertahankan kekuasaan borjuis. Tanda adanya blok historis adalah kelesarasan dari 3 unsur: ekonomi, militer, dan kesadaran. Dalam ekonomi, kaum borjuis berkuasa karena memiliki modal, oleh sebab itu ia dapat menggunakan dominasi ekonomi untuk menekan kaum proletar. Misalnya dengan ancaman pemecatan, atau pengurangan upah. Dimensi berikutnya adalah militer. Gramsci menyadari kemampuan kaum borjuis untuk mengunakan aparat militer negara untuk meredam perlawanan proletar dengan kekerasan. Yang terakhir terkait dengan kesadaran yakni kaum borjuis bisa mengontrol kesadaran kaum buruh. Caranya, intelektual kaum borjuis harus mampu membuat kelas proletar menerima dan membenarkan ideologi borjuis (nilai-nilai moral, politik dan budayanya). Oleh sebab itu, apa yang diinginkan dan diajarkan kelas borjuis adalah sebuah kebenaran tak terbantahkan bagi kelas buruh. Inilah yang diistilahkan oleh Gramsci dengan hegemoni. Secara singkat, bagi Gramsci mengapa kaum borjuis berkuasa adalah karena kaum borjuis menguasai mode produksi masyarakat, menjamin kekuasaannya dengan kekuatan militer dan membuat masyarakat menganggap bahwa kekuasaannya adalah hal yang wajar. Pertanyaannya, bagaimana menjatuhkan kekuasaan kaum borjuis ini? Perubahan sosial, kata Gramsci, tidak selalu ditentukan secara ekonomis melainkan juga melibatkan ideologi. Sedangkan ideologi dipandang relatif otonom dan krusial, tidak ditentukan oleh ekonomi sebagaimana diyakini oleh pandangan dikotomis basis-struktur marxisme klasik. Oleh sebab itu, perjuangan kelas harus melibatkan ide-ide dan ideologi. Harus ada perjuangan dalam bidang ide-ide dan ideologi. Dalam hal ini, Gramsci menekankan bahwa peranan manusia sebagai agen perubahan historis adalah mutlak. Krisis ekonomi saja, tidak dapat merubah keadaan sosial sebagaimana yang diajarkan marxisme vulgar. Berdasarkan itu, jawaban Gramsci lugas, kita harus melakukan counter hegemony yang artinya menghancurkan hegemoni borjuasi dan membentuk hegemoni kaum proletar sendiri. Dengan itu kaum proletar akan bangkit melawan dan membentuk kekuatan militernya sendiri untuk bertempur dengan kekuatan militer borjuis sampai menang kemudian mode produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat tanpa ada pembagian kelas. Pertanyaannya sekarang: bagaimana caranya? Gramsci menyebut dua jenis perang yaitu perang posisi (war of position) dan perang gerak (war of maneuver). Marxisme klasik seakan-akan hanya melihat perang gerak saja, yaitu benturan frontal antara kaum borjuis dan kaum proletar: revolusi. Padahal, agar perang gerak dapat berhasil, maka ia harus didahului keberhasilan pada perang posisi. Apa yang dimaksudkan dengan perang posisi itu? Perang posisi adalah perang dalam tataran ideologis dan budaya di mana kaum proletar harus memiliki budaya dan ideologinya sendiri yang berada di luar dan terbebas dari pengaruh ideologi dan budaya kaum borjuis. Perjuangan dalam perang posisi adalah prang yang panjang yang memakan banyak waktu. Membahas perang posisi, lebih jauh, adalah membahas peranan kaum intelektual dalam masyarakat .
Peran Intelektual dalam Masyarakat
Kembali kepada buku Bukharin, Teori Materialisme Historis: Buku Pegangan Sosiologi Populer, selain berkeberatan dengan isinya yang mengatakan bahwa marxisme adalah sebuah teori objektif ilmiah, Gramsci juga sangat berkeberatan dengan tujuan dari ditulisnya buku itu yakni sebagai buku teks tentang marxisme bagi kader-kader partai komunis. Buku itu mau membentuk kesadaran komunis yang benar dalam proletariat. Menurut Gramsci, tugas kaum intelektual bukanlah menyuntikkan kesadaran yang sudah jadi dari atas ke bawah, dari para intelektual sebagai ‘faktor politis eksternal’ ke dalam proletariat melainkan harus berangkat dari kesadaran proletariat itu sendiri yakni kepercayaan-kepercayaan dan akal sehat proletariat sebagaimana terungkap dalam cerita- cerita proletariat dan agama-agamanya. Dengan singkat, menggunakan bahasa proletariat untuk menjelaskan marxisme itu kepada proletariat sendiri. Gramsci mengatakan bahwa merumuskan pandangan dunia dan sistem nilai alternatif adalah tugas kaum intelektual yang berasal dari kaum proletar sendiri. Gramsci, sebenarnya mengatakan bahwa “setiap orang adalah intelektual sejauh memiliki pelbagai tingkat kegiatan intelektual spesifik”. Maksudnya setiap orang, dengan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat tentu memiliki konsepsi dunianya sendiri sesuai dengan bahasanya sendiri. Namun, adalah tugas kaum intelektual “professional” untuk merumuskannya dengan jalan yang sistematis. Gramsci menjelaskan, setiap kelas sosial melahirkan lapisan kaum intelektualnya sendiri. Namun, karena (misalnya pandangan positivisme bahwa peneliti harus objektif dan netral sehingga menghasilkan pengetahuan yang bebas nilai) kekhasan kegiatan intelektualnya, ada kaum intelektual yang memisahkan diri dari masyarakat dan membentuk sebuah lapisan tersendiri yang mengambang di atas masyarakat. Itulah yang disebut dengan kaum intelektual tradisional. Gramsci membedakan dari kaum intelektual tradisional itu apa yang dia namakan kaum intelektual organik. Apa itu kaum intelektual organik? Kaum intelektual organik adalah kaum inteletual yang menyadari bahwa dirinya adalah secara organik terkait dengan kelas sosial tertentu, menjadi bagian dari kelas sosial itu dan berpihak kepadanya. Peran penting kaum intelektual organik bagi perjuangan menurut Gramsci adalah membongkar adanya hegemoni dari kaum borjuis dan merumuskan ideologi serta budaya kaum proletar sendiri sebagai sebuah counter hegemony. DAFTAR PUSTAKA
Jones, Steve. 2006. Antonio Gramsci. New York: Routledge.
Stillo, Monica. Antonio Gramsci dalam http://www.theory.org.uk/ctr-gram.htm diakses pada 1 November 2009. Suseno, Franz Magnis. 2005. Dalam Bayang-Bayang Lenin: Enam Pemikir Marxisme Dari Lenin Sampai Tan Malaka. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Woodfin, Rupert dan Oscar Zarate. 2008. Marxisme Untuk Pemula. Yogyakarta: Resist Book.
Semua kebetulan aneh dalam hidup Anda. Peristiwa aneh kecil. Firasat. Telepati. Apakah itu terjadi pada Anda juga? Fisika kuantum dan teori sinkronisitas menjelaskan fenomena ekstrasensor.