Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kubur
Posted on FebruariUTCbMon, 12 Feb 2007 14:46:25 +0000000000pmMon, 12 Feb 2007
14:46:25 +000046 11, 2007 by Salafy
Kita kembali akan mengecek kebenaran klaim Ibnu Taimiyah dan kelompok
Wahaby yang mengaku sebagai orang-orang yang ingin menghidupkan
ajaran Salaf Saleh. Dalam masalah ziarah kubur ternyata para sahabat yang
termasuk jajaran utama Salaf Saleh telah melakukannya. Dalam kitab
Mustadrak alas shahihain karya al-Hakim an-Naisaburi jilid 1 halaman 532
hadis ke-1392 dinyatakan dari Ibnu Abi Malikah bahwa suatu hari ia pernah
mendapati ummul mukminin Aisyah memasuki tempat pemakaman…
—————————————
-Ziarah Kubur-
Kita kembali akan mengecek kebenaran klaim Ibnu Taimiyah dan kelompok
Wahaby yang mengaku sebagai orang-orang yang ingin menghidupkan
ajaran Salaf Saleh. Dalam masalah ziarah kubur ternyata para sahabat yang
termasuk jajaran utama Salaf Saleh telah melakukannya. Dalam kitab
Mustadrak alas shahihain karya al-Hakim an-Naisaburi jilid 1 halaman 532
hadis ke-1392 dinyatakan dari Ibnu Abi Malikah bahwa suatu hari ia pernah
mendapati ummul mukminin Aisyah memasuki tempat pemakaman, lantas
ia (Ibnu Abi Malikah) bertanya: “Kenapa engkau memasuki pekuburan?”
Ummul mukminin Aisyah menjawab: “Karena untuk menziarahi kubur
saudaraku, Abdurrahman”. Lantas kukatakan: “Bukankah Nabi pernah
melarang untuk menziarahi kubur?” Aisyah menjawab: “Ya, dahulu beliau
melarangnya namun setelah itu beliau memerintahkannya”. Bukan hanya al-
Hakim an-Naisaburi, ternyata Muhibbuddin at-Thabari pun dalam kitab-nya
yang berjudul ar-Riyadh an-Nadhirah jilid 2 halaman 330 menyebutkan
bahwa; suatu saat, ketika Umar bin Khatab (Khalifah kedua Ahlusunah)
bersama beberapa sahabatnya pergi untuk melaksanakan ibadah haji di
tengah jalan ia berjumpa dengan seorang tua yang meminta tolong
kepadanya. Sepulang dari haji kembali ia melewati tempat dimana orang tua
itu tinggal dan menanyakan keadaan orang tua tadi. Penduduk daerah itu
mengatakan: “Ia telah meninggal dunia”. Perawi berkata: “Kulihat Umar
bergegas menuju kuburan orang tua itu dan di sana ia melakukan shalat.
Kemudian dipeluknya kuburan itu sambil menangis”. Sekarang, beranikah
orang seperti Ibnu Taimiyah menvonis Umar bin Khatab yang shalat dan
menangis di depan kuburan orang tua itu sebagai seorang yang musyrik?
Beranikah Ibnu Taimiyah dan kelompok Wahaby mengatakan bahwa ummul
mukminin Aisyah dan Umar bin Khattab telah melakukan hal illegal yang
tanpa dasar (bid’ah)? Beranikah Ibnu Taimiyah dan antek-anteknya dari
kelompok Wahaby mengatakan bahwa shalat, berdoa dan tangisan Umar bin
Khatab di sisi kuburan orang tua tadi merupakan perbuatan Syirik?
Mungkinkah khalifah kedua dan ummul mukiminin Aisyah melakukan syirik,
perbuatan yang paling dibenci oleh Allah? Bukankah mereka berdua adalah
tokoh dari Salaf Saleh yang konon ajarannya akan dihidupkan kembali oleh
Ibnu Taimiyah, lantas kenapa Ibnu Taimiyah berfatwa tidak sesuai dengan
ajaran mereka berdua? Jika benar bahwa Ibnu Taimiyah dan kelompok
Wahaby memiliki misi untuk menghidupkan kembali ajaran Salaf Saleh maka
hendaknya mereka membolehkan berziarah kubur, melaksanakan shalat di
sisi kuburan dan atau menangis di samping kubur sebagaimana yang
dilakukan Umar bin Khatab (khalifah kedua)!
Tidak cukup dengan sabda Rasul dan prilaku Salaf Saleh (Sahabat Nabi), di
sini akan kita sebutkan beberapa fatwa para Imam mazhab fikih Ahlusunah
wal Jamaah yang membuktikan bahwa ziarah kubur diperbolehkan, sebagai
penguat dalil kita. Tentu mereka semua menfatwakan atas dasar al-Quran
dan al-Hadis, bukan atas dasar kecenderungan hawa nafsu mereka. Dalam
kitab Makrifatul as-Sunan wal Atsar jilid 3 halaman 203 bab ziarah kubur
disebutkan bahwa Imam Ibnu Idris as-Syafi’i telah mengatakan: “Ziarah
kubur hukumnya tidak apa-apa. Namun sewaktu menziarahi kubur
hendaknya tidak mengatakan hal-hal yang menyababkan murka Allah”. Al-
Hakim an-Naisaburi dalam kitab Mustadrak Ala as-Shahihain jilid 1 halaman
377 menyatakan: “Ziarah kubur merupakan sunah yang sangat ditekankan”.
Hal yang sama juga dapat kita jumpai dalam kitab-kitab para ulama dan
tokoh Ahlusunah seperti Ibnu Hazm dalam kitab al-Mahalli jilid 5 halaman
160, Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4
halaman 531, Abdurrahman al-Jaziri dalam kitab al-Fikh alal Madzahibil
Arba’ah jilid 1 halaman 540 (dalam penutupan kajian ziarah kubur), dan
banyak lagi ulama Ahlusunah lainnya. Atas dasar itulah Syeikh Manshur Ali
Nashif dalam kitab at-Tajul Jami’ lil Ushul jilid 1 halaman 381 menyatakan:
“Menurut mayoritas Ahlusunah dinyatakan bahwa ziarah kubur adalah
sunah”. Lantas masihkah orang seperti Ibnu Tamiyah, Muhammad bin Abdul
Wahhab, Ibnu Qayyim al-Jauzi, Aali as-Syeikh, Ibnu Baz dan gerombolan
Wahaby lain yang mengaku Salafy itu mengatasnamakan dirinya sebagai
penghidup ajaran Salaf Saleh dan pengikut Ahlusunah wal Jamaah padahal
pernyataan mereka sama sekali tidak sesuai dengan al-Quran, sunah Nabi,
prilaku Salaf Saleh dan ulama Ahlusunah wal Jamaah sendiri? Tidak malukah
mereka mengaku sebagai Salafy dan Ahlusunah? Semoga Allah swt
membuka aib-aib para kelompok Wahaby di dunia sebelum kehidupan di
akherat kelak, terkhusus jika praktik pengkafiran kelompok lain –selain
Wahaby- masih terus mereka lancarkan.
Wallahu a’lam
[Sastro H]
Sumber: http://salafyindonesia.wordpress.com/2007/02/12/ziarah-kubur/