Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Seperti yang telah dibahas sedikit di dalam kata pengantar, Indonesia adalah
Negara yang kaya akan budaya. Mulai dari Sabang sampai Merauke tersebar
beraneka ragam jenisnya mulai dari tarian, upacara adat, rumah adat, lagu
tradisional dan lain sebagainya.
Budaya tersebut melambangkan peradaban manusia di Indonesia sejak
zaman dahulu. Banyak sekali nilai-nilai positif yang ada di dalamnya. Bahkan ada
yang mengatakan bahwa bangsa yang hebat adalah bangsa yang berbudaya.
Budaya merupakan suatu simbol identitas maju atau tidaknya suatu bangsa. Maka
menjadi kewajiban bagi bangsa Indonesia untuk melestarikan budaya yang telah
ada tersebut. Namun pada kenyataannya, banyak masyarakat Indonesia yang tidak
mengenal kebudayaannya sendiri, apalagi melestarikannya. Terutama para
generasi muda yang terlanjur mengkuti trend budaya bangsa asing. Tentunya jika
dibiarkan akan mengikis budaya Indonesia sehingga nantinya bangsa ini tidak lagi
memiliki budaya dan juga identitas.
Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk membuat makalah yang
dimaksudkan agar bangsa Indonesia minimal mengenal kebudayaannya sendiri.
Lebih lanjut, penulis berharap budaya ini dapat dilestarikan sehingga bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang berbudaya dan beridentitas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Budaya Indonesia?
2. Apa saja jenis kebudayaan Indonesia?
3. Bagaimana tentang budaya Indonesia yang
diperdebatkan?
4. Bagaimana upaya melestarkan budaya Indonesia
selanjutnya?

C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
batasan pembahasan dalam makalah ini seputar pelestarian kebudayaan Indonesia.

D. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui pengertian budaya Indonesia.
2. Menyebutkan jenis-jenis kebudayaan Indonesia.
3. Mengetahui Budaya Indonesia yang diperdebatkan.
4. Menjelaskan upaya melestarikan budaya bangsa
lebih lanjut.

1
BAB II
PENGERTIAN DAN DEFINISI KEBUDAYAAN
INDONESIA

A. DEFINISI BUDAYA
Untuk lebih memperdalam pembahasan mengenai budaya, sudah
sepantasnya jika memulainya dari definisi budaya itu sendiri.
1. Pengertian Budaya Secara Etimologi
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan
adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui
kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran
manusia dari suatu kelompok manusia.
2. Pengertian Budaya Menurut Pendapat Ahli
• Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
• M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial,
ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan
sosial.
• Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan relajar.
• Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah
bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun
kelompok.
• William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama
oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua
masyarakat.
• Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti

2
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
• Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat,
mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan,
keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan
warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
3. Pengertian Budaya Secara Umum
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
4. Unsur-unsur Budaya
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
• Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
1. alat-alat teknologi.
2. sistem ekonomi.
3. keluarga.
4. kekuasaan politik.
• Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
2. organisasi ekonomi.
3. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
4. organisasi kekuatan (politik).

B. KEBUDAYAAN INDONESIA
1. Definisi Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan
lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945.
Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-
suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.
2. Sejarah Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya
terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan
Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama
masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum
Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan
Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan

3
berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-
15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia
karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa
dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-
perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di
Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan
perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah
yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di
Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh
pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka
menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan
penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan
Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat
dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial,
berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya,
banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam
masyarakat.

4
BAB III
BEBERAPA JENIS KEBUDAYAAN INDONESIA

A. RUMAH ADAT
1. Rumah Betang
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di
berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya
menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur
transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas
kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak
biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktivitas perdagangan
(jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter
yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).
Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-
150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang
tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang
berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin, selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri
sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.
Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa di dalamnya, sudah dapat
dipastikan suasana yang ada di dalamnya. Betang dapat dikatakan sebagai rumah
suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi
penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang
terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.
Ruang pada rumah Betang suku Dayak Ngaju, dapat dikelompokan dalam
tiga bagian yang pertama ruang utama rumah, yang kedua ruang bunyi gong, dan
yang ketiga adalah ruang ragawi yang tidak kelihatan. Ruang utama adalah ruang
yang menghubungkan manusia dengan alam surgawi. Ruang kedua adalah ruang
yang menghubungkan manusia dengan penghuni alam surgawi, dan yang ketiga
adalah ruang surgawi yang juga adalah ruang ragawi. Sementara itu kematian
adalah hal terpenting dalam kehidupan masyarakat suku Dayak Ngaju, karena
melalui kematian maka roh seorang Dayak dapat diberangkatkan ke alam sorgawi,
melalui upacara Tiwah. dimana didalamnya terdapat ritual tabuh yang bermakna
penyucian.
Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah
Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya
Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari
orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah
tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal
atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan
ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai
kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas
dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki.
2. Rumah Honai

5
Honai adalah rumah khas Papua. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan
atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja
dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan
hawa dingin pegunungan Papua.
Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah
disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Honai
ditinggali oleh 5 hingga 10 orang dan rumah ini biasanya dibagi menjadi 3
bangunan terpisah. Satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur),
bangunan lainnya untuk tempat makan bersama dimana biasanya mereka makan
beramai-ramai, dan bangunan ketiga adalah untuk kandang ternak. Rumah Honai
terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita
(disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).

B. TARIAN
1. Tari Pakarena
Tari "Pakarena Gantarang", merupakan tarian khas Kabupaten Selayar,
Propinsi Sulawesi Selatan. Tarian ini berasal dari sebuah perkampungan unik
bernama Gantarang Lalang Bata, dimana dapat ditemukan Mesjid tua yang
dibangun pada tahun 1605.
Tidak diketahui pasti, kapan Tari "Pakarena Gantarang" ini diciptakan. Yang
disimpulkan sekarang, tarian ini pertama kali ditampilkan pada awal abad ke 17,
dimana kehadirannya dikaitkan dengan kemunculan Tumanurung. Tumanurung
dipercaya merupakan bidadari yang turun dari langit untuk memberikan petunjuk-
petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk dengan simbol-simbol berupa
gerakan kemudian dikenal sebagai Tari "Pakarena Gantarang". Kisah ini kembali
ke zaman sebelum Islam masuk ke Kabupaten Selayar.Tari "Pakarena Gantarang"
mulai populer di Gantarang pada tahun 1603, ketika ditampilkan pada saat
penobatan Raja Pangali Patta Raja. Penari Tari Pakarena Gantarang terdiri dari
wanita yang umumnya 4 orang. Gerakannya menyiratkan simbol dengan nilai
artistik tinggi, yang antara lain mengungkapkan undangan / panggilan, serta
penolakan atau penerimaan Raja terhadap aspirasi rakyatnya.Alat musik pengiring
dari Tari Pakarena Gantarang adalah, gendang, kannong-kannong, gong, kancing
dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang (tenunan
tangan), lipa' sa'be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-perhiasan
khas Kabupaten Selayar.
2. Tari Tor-tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak. Gerakan tarian ini seirama
dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat
musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan
dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu
(merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak
seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan
kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
• Jenis-Jenis Tari Tor Tor
1. Tari tor tor Pangurason (tari pembersihan)

6
Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai,
tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan
menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
2. Tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan)
Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga
berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak
gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung
(Pisau tujuh sarung).
3. Tari tor tor Tunggal Panaluan
Merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa
dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk
mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab
tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu
yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau
anggota keluarganya meninggal dunia. Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan
untuk menyambut turis.

C. ALAT MUSIK
1. Sasando
Alat musik yang mirip harpa itu sekarang dikenal sebagai sasando. Secara
harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang
artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan
masyarakat Rote sejak abad ke-7.
Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar,
biola dan kecapi. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa
terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi
ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di
tabung, dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada
yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh
dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat
seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
Dalam khazanah bunyi di Nusantara, sasando termasuk unik. Instrumen
dengan sistem tangga nada heksatobik atau enam nada ini mempunyai gaya
melodi yang terdengar lain dibandingkan dengan musik lain di Indonesia.
2. Kulintang
Kolintang atau kulintangadalah alat musik khas daerah Minahasa, Sulawesi
Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur,
bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber
paralel.
Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi)
dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG
TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya
berubah menjadi kata kolintang.
Beberapa group terkenal seperti Kadoodan, Tamporok, Mawenang yang
sudah eksis lebih dari 35 tahun.Pembuat kolintang tersebar di Minahasa dan di
pulau Jawa,salah satu pembuat kolintang yang terkenal Petrus Kaseke.

7
D. PATUNG
1. Patung asmat
Sejak tahun 1700-an, suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan
keterampilan mengukirnya. Kesenian mengukir di asmat merupakan aktualisasi
dari kepercayaan terhadap arwah nenek moyang yang disimbolkan dalam bentuk
patung serta ukiran. Namun dalam perkembangannya, ukiran-ukiran, salah
satunya patung khas Asmat digemari di luar negeri.
Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian
daerah, sebuah upacara menghendaki adanya pemotongan kepala manusia dan
kanibalisme guna menenangkan arwah nenek moyang. Untuk menghormati arwah
nenek moyang, mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek
moyang tersebut, khususnya yang datang dalam mimpi. Lambat laun, kepercayaan
ini menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu.
Pada mulanya, patung-patung dibuat secara kasar dan setelah digunakan
dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini sebagai wujud
para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon palem yang
merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat.
Namun demikian, kejayaan ukiran Asmat yang asli dari buah tangan putra
asli secara perlahan mulai pudar bersamaan dengan munculnya pemalsuan ukiran
Asmat di sejumlah wilayah di Indonesia. Lihat saja di Bali, Yogyakarta, Jepara,
dan di daerah-daerah lain, di mana ukiran-ukiran khas Asmat dengan mudah dapat
ditemukan di daerah-daerah tersebut.

E. PAKAIAN
1. Ulos
Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas
Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak,
Sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa
dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun
bukan mesin.
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh
ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam
bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau
upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir,
sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang
mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk
melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.
Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos
Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai
pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

8
BAB IV
BUDAYA INDONESIA YANG DIPERDEBATKAN

A. TARI PENDET
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak
diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata
ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan jaman, para seniman Bali
mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung
anasir yang sakral-religius. Pendet merupakan pernyataan dari sebuah
persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian
pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh
semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Tarian ini
diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-
banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior
yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik. Tari
putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang
dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang
di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan
mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi,
cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.
Tari Pendet mulai diperdebatkan saat tarian ini dimuat dalam Discovery
Channel sebagai kebudayaan milik Malaysia. Hingga kini permasalahan tentang
pendet belum menemui titik terang meski pihak Malaysia telah mengkonfirmasi
bahwa bukan Malaysia yang mengklaim, tetapi Discovery Channel dari Singapura
yang melakukannya.

B. BATIK
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-
perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa
pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin
seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah
pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga
tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga
keraton Yogyakarta dan Surakarta.

9
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai
saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh
Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Hal ini tentu saja
melegakan masyarakat Indonesia mengingat banyak kebudayaannya yang sering
diklaim pihak asing terutama Malaysia.

C. ANGKLUNG
Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung
gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400
tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan
dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat
tumbuh subur.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya
sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai
pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu
sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan
angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan
hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero
Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi
kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung,
lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Ada dugaan bahwa Malaysia akan segera mematenkan alat musik ini.
Namun yang melegakan ialah pengukuhan angklung ke PBB mulai berjalan dan
sekarang telah memasuki tahap verifikasi.

10
BAB V
CARA MELESTARIKAN BUDAYA INDONESIA

Banyak sekali yang bisa dilakukan untuk melestarikan budaya bangsa.


Namun yang paling penting ialah semua elemen bangsa Indonesia ikut andil
dalam pelestarian tersebut. Hal yang bisa dilakukan oleh masing masing elemen
seperti :

A. PEMERINTAH
Hal yang dapat dilakukan pemerintah ialah dengan melakukan verifikasi dan
mematenkan budaya kepada instansi yang terkait yaitu PBB (UNESCO). Sejauh
ini upaya yang dilakukan pemerintah masih belum cukup maksimal sehingga
banyak kebudayaan Indonesia yang nyaris kecolongan.
Penyediaan anggaran yang lebih di bidang kebudayaan seperti untuk
program wisata budaya juga ditingkatkan asal tidak disalahgunakan untuk
kepentingan pejabat saja.
Dalam bidang kependidikan sudah sepantasnya pembahasan tentang
kebudayaan lebih diperdalam agar masyarakat Indonesia dapat lebih mengenal
kebudayannya secara lebih mendalam.

B. MASYARAKAT INDONESIA
Usaha pemerintah tidak akan berarti tanpa dukungan dari rajyat Indonesia.
Yang bisa dilakukan oleh rakyat Indonesia di antaranya :
1. Belajar Mengenal Budaya Indonesia
Banyak sekali media yang dapat digunakan untuk belajar mengenal budaya
Indonesia. Mulai dari televisi, koran, majalah, buku-buku tentang
kebudayaan juga banyak diterbitkan. Keinginan masyarakat untuk mengenal
kebudayaan Indonesia akan membantu pelestarian budaya bangsa ini.
Jangan sampai pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kebudayaannya
sendiri kalah oleh orang asing yang banyak melakukan penelitian.
2. Melakukan Kegiatan yang Mengandung Unsur Kebudayaan
Kegiatan yang dimaksud bisa berupa perlombaan, pagelaran, pentas seni,
dan lain sebagainya. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, masyarakat akan
lebih mengenal lebih dalam budaya Indonesia. Saat ini sudah banyak
pagelaran dan pentas seni yang diadakan. Namun masyarakat yang hadir
pada umumnya masih terbatas para penggemar seni saja.
3. Menghargai Budaya Bangsa Sendiri
Negara kita dari Sabang sampai Merauke memiliki budaya, adat dan
kebiasaan yang berbeda. Tapi dengan adanya perbedaan tersebut masyarakat

11
Indonesia harus lebih memahami bahwa budaya masyarakat Indonesia itu
berbeda. Namun dari perbedaan tersebut jangan dijadikan perpecahan.
Karena sesungguhnya perbedaan itu indah. Sesuai dengan semboyan bangsa
Indonesia, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.

BAB VI
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki aneka budaya, seni, adat dan
istiadat yang beragam. Sejak zaman dahulu kala, budaya bangsa dijadikan
kebanggaan sebagai identitas diri bahwa masyarakat Indonesia memiliki nilai seni
yang tinggi. Hal itu harus dijaga sampai akhir waktu.
Seiring berkembangnya teknologi, informasi dan kebudayaan-kebudayaan
baru, sebagian besar masyarakat Indonesia hampir melupakan dari mana ia
berasal, karena adanya pengaruh budaya asing. Yang patut dipertanyakan
mengapa, justru orang-orang barat pada umumnya yang mempelajari budaya
bangsa Indonesia. Sedangkan sebagian dari masyarakat lebih terbuai oleh
kemajuan IPTEK dan melupakan budayanya sendiri.
Maka dari itu, sudah sepatutnya masyarakat Indonesia sebagai pemilik
kebudayaan, seni dan adat istiadat Indonesia untuk lebih mengenal, mempelajari,
melestarikan dan mewariskan budaya kepada generasi seterusnya. Sehingga ciri
khas budaya masyarakat Indonesia tetap terjaga.

B. PENUTUP
Demikian pembahasan tentang budaya Indonesia dan cara melsetarikannya.
Karena banyaknya ragam budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke, maka
tidak memungkinkan untuk membahasnya secara rinci dalam makalah ini. Namun
diharapkan makalahini dapat menjadikan koreksi/intropeksi masyarakat Indonesia
agar lebih mengenal dan melestarikan budayanya sendiri.

12
BAB VII
LAMPIRAN-LAMPIRAN

GAMBAR BEBERAPA BUDAYA INDONESIA

Rumah Adat Honai dari Papua Rumah Adat Betang Kalimantan

Tari Pakarena Sulawesi Selatan Tari Tor tor suku Batak

13
Sasando Rote Kulintang dari Sulawesi Utara

Patung Suku Asmat Tari Pendet Bali

Batik Jawa Ulos Batak

14
Angklung Sunda

DAFTAR PUSTAKA

1. http://gebe.blogdetik.com/mengembalikan-jati-diri-bangsa-dengan-
mempertahankan-budaya/
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
3. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-
manfaat-penerapannya-pada-lingkungan-sekitar
4. http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/
5. http://fazz.wordpress.com/2007/05/18/rumah-betang-rumah-adat-dan-
budaya-dayak-yang-hampir-tersingkirkan/
6. http://repository.gunadarma.ac.id:8000/132/
7. http://betang.com/artikel/seni-budaya/rumah-adat-betang.html
8. http://www.selayaronline.com/?
m=bWVudT1jb250ZW50JmdpZD0xMTk4OTM2ODEwJmFpZD0xMTk1NT
U4OTc0JnBhZ2U9MQ==
9. http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Propinsi/Sumatera-
Utara/Seni-Budaya/Tari-Tor-Tor
10. http://bambu-nusantaratalent.blogspot.com/2007/07/sasando.html
11. http://id.wikipedia.org/wiki/Kulintang
12. http://kisipapua.blogspot.com/2007/12/patung-asmat-budaya-
menghormati-leluhur.html
13. http://silokabudaya.com/?p=55

15

Anda mungkin juga menyukai