RAMLAN DAMANIK
Fakultas Sastra
Jurusan Sastra Daerah
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Upacara perkawinan bagi masyarakat Melayu merupakan hal yang sangat
sakral. Begitu sakral upacara ini sehingga merupakan bagian yang paling utama
dalam ritus-ritus peralihan (rites of the passage). Hal ini seperti yang terlihat
pada uraian berikut ini.
Sambil memegang tepak sirih untuk dihadadapkan kepada tamu, kemuidian juru
bicara pihak perempuan (ahli bait) melanjutkan perkataannya.
Tepak sirih kami persembahkan
Sila nikmati dimakan
Ujud beriring serta kiasan
Setepak sirih sejuta pesan
Makna yang terdapat di dalam pantun pembuka kata tersebut adalah ucapan
selamat datang dari tuan rumah kepada tamu yang telah sampai dengan selamat,
tidak lupa mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta memanjatkan doa
agar pertemuan yang dilaksanakan diberkati-Nya. Menurut adat istiadat masyarakat
Melayu Deli tepak sirih diberikan sebagai tanda tuan rumah merasa bahagia dan
berharap tamu yang datang membawa kabar baik, serta mempersilahkan juru
bicara pihak laki-laki menyorongkan sebuah tepak pembuka kata yang telah dibuka,
Sambil menyorong tepak sirih dengan kedua belah tangan dan mempersilahkan juru
pihak perempuan untuk memakan sirih tersebut.
Makna yang terdapat di dalam pantun di atas untuk mengungkapkan fungsi
tepak sirih menurut adat istiadat masyarakat Melayu Deli, selain berfungsi sebagai
segel untuk mengesahkan suatu perjanjian, tepak sirih juga berfungsi sebagai alat
komunikasi baik dalam kata maupun perbuatan dan tepak sirih disorongkan oleh
pihak laki-laki sebagai tanda untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.
Usahalah tuan naik perahu
Usaha tuan hamba berlagak latah
Lambat laun orang pun tahu
Bukan karena kemudi patah
Patah galah dalam perdahu
Bukan kami berlagak latah
Kuasa Allah siapa yang tahu ?
Maka yang di dalam pantun di atas adalah juru bicara pihak laki-laki
memperkenalkan dirinya kepada ahli bait dan mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang utusan yang diutus oleh keluarga Abdul Djalil bin Sulaiman. Untuk
menyampaikan salam takzim beliau kepada ahli bait. Di samping itu ia juga
membawa pesan dan amanah yang harus disampaikan menurut adat istiadat
Maksud dan tujuan yang disampaikan oleh juru bicara pihak laki-laki
dijawab juru bicara pihak perempuan dengan suatu pantun nasehat suapaya pihak
laki-laki tidak menyanyakan anak gadis ahli bait yang sudah dipinang orang dan
tidak terjadi salah paham antara kedua belah pihak keluarga.
Seperti pantun berikut :
Birik-birik terbang berlima
Terbang tinggi berkawan-kawan
Tepak perisik belum kami terima
Awas jangan terusik bunga larangan
Tuan dan puan sekalian, kami mempunyai seekor kumbang si Pazly Anshari
bin Abdul Djahil nama gerangan
Kumbang kami telah dewasa
Lazim disebut muda remaja
Hasrat hatinya ingin terbang ke angkasa
Kami takut kelak bala menimpa
Lalu mufakatkan kami seluruh keluarga
Maksud hendak mencari penawar bisa
Tidak ubahnya :
Dentam dentum bunyi rabbana
Badan kurus jiwa merana
Berari sudah kena panah asmara
Makan tak kenyang tidur pun tak lena
Bunga mawar
Orang pintar, sukar berkelakar
Sangat disesalkan sudah ada yang melamar
Nun jauh dari Madaskar
Bunga melati
Orangnya rapi, pandai pula menggaji
Sifatnya penggeli
Tapi ianya nenek kami, hendak ?
Tujuan kami
Sebelum tepak meminang diterima dan dimakan oleh juru bicara pihak
perempuan terlebih dahulu ia meminta bintara sabda kanan dan kiranya untuk
membawa tepak yang diajukan juru bicara pihak laki-laki kepada orang tua atau wali
anak gadis yang dipinang untuk mengadakan musyawarah apakah pinangan
tersebut diterima atau tidak. Juru bicara pihak laki-laki diminta menunggu keputusan
musyawarah tersebut. Permintaan ini disampaikan dengan berpantun. Seperti
pantun berikut ini:
Telangkai datang kami terima
Sejak dahulu kami mufakat
Andai ada kata bersama
Sanak famili kaum kerabat
Baru pinangan kita buat.
Setelah bintara sabda yang diutus telah membawa kembali tepak meminang
dari juru bicara pihak laki-laki dan mengatakan bahwa pinangan diterima apabila
sanggup memenuhi syarat-syarat adat yang diajukan. Hal ini disampaikan kepada
juru bicara pihak laki-laki dengan berpantun.
Seperti pantun berikut ini :
Bulat kata dek pakat
Bulat air dek pembuluh
Sanak famili kaum kerabat
Seorangpun tak ada yang mengeluh
Makna pantun yang terdapat di dalam acara hempang batang di atas adalah
utusan pihak pengantin perempuan tidak bermaksud menghadang jalan rombongan
pengantin laki-laki. Acara hempang batang dilaksanakan sebagai salah satu acara
adat istiadat masyarkat Melayu dalam acara penyambutan pengantin. Penghadang
Makna pantun dalam acara silat berlaga di atas adalah acara silat berlaga
dilaksanakan untuk memeriahkan suasana penyambutan rombongan pengantin laki-
laki.
Setelah acara silat berlaga selesai dilaksanakan, selanjutnya dengan acara
tukar tepak di tengah halaman. Tukar tepak di tengah halaman dilaksanakan oelh
dua orang wanita utusan daru kedua belah pihak pengantin. Acara tukar tepak di
tengah halaman dilaksanakan di atas tikar yang telah dibentangkan di halaman
rumah pengantin perempuan. Kedua utusan pengantin laki-laki dan wanita duduk
berhadapan, lalu keduannya saling bersalaman dan menukar tepak sirih yang
dibawanya. Acara tukar tepak di tenagh halaman dimeriahkan dengan pantun yang
dikumandangkan oelh juru bicara pihak pengantin perempuan. Tujuan pantun yang
dikumandangkan supaya janagan terjadi perselisihan antara kedua belah pihak
pengantin. Seperti apa yang dikatakan juru bicara pihak pengantin perempuan
berikut ini :
Keris kedah kelang malaka
Bandar Serawak kotanya ramai
Habis sudah silang sengketa
Tukar tepak tanda berdamai
Makna pantun yang terdapat di dalam acara tukar tepak di atas adalah acara
tukar tepak dilaksanakan dalam acara penyambutan rombongan pengantin laki-laki
sebagai tanda perdamaian dan mempererat tali persaudaraan antara kedua belah
pihak keluarga pengantin.
Acara tukar tepak telah selesai dilaksanakan, acara penyambutan
rombongan pengantin laki-laki dilanjutkan dengan acara tukar payung antara kedua
belah pihak pengantin. Acara tukar payung dilaksanakan untuk menyambut
pengantin yang datang. Seperti kata pantun berikut ini :
Digulung benang digulung tali
Dirajut benang buat selendang
Payung datang payung menanti
Guna menyambut pengantin yang datang
Makna pantun yang terdapat dalam acara tukar payung di atsa adalah acara
menukar payung antara kedua belah pihak pengantin dilaksanakan untuk
menyambut rombongan pengantin laki-laki.
Sambil memberikan dua buah uncang kepada penjaga pintu. Juru bicara
penagntin laki-laki emminta agar pintu segera dibuka, tetapi dijawab oleh juru bicara
pihak pengantin perempua bahwa belum dapat dibuka karena ada satu syarat lagi
yang harus dipenuhi yakni jari tangan pengantin laki-laki harus terlihat berinai.
Seperti yang terdapat dalam pantun berikut ini :
Indah nian pulau kampai
Nelayan mudik di hari senja
Jari pengantin sudahlah berinai
Merupakan adat pustaka
Mendengarkan pantun yang diucapkan oleh juru bicara pihak pengantin perempuan,
juru bicara pihak pengantin laki-laki emnajwab pertanyaan tersebut dengan pantun :
Pasir putih pantainya landai
Disiram ombak selat Malaka
Jari pengantin sudahpun berinai
Kalau tak percaya silahkan Periksa
Makna pantun di atas adalah pengantin laki-laki yang melayani orang tua
pengantin perempuan sebagai tanda bahwa pengantin laki-laki sudah menjadi
bagian dari pihak keluarga pengantin perempuan permpuan dan menghormati orang
tua pengantin perempuan seperti orang tua kandungnya sendiri.
Sampai di depan pelaminan pengantin laki-laki belum boleh duduk di atas
pelaminan karena di depan pelaminan dijaga dua orang wanita yang berdiri
disebelah kanan dan kiri pelaminan. Masing-masing memegang ujung kain panjang
yang direntangkan. Acara ini disebut hempang kipas. Dalam acara ini para penjaga
pelamianan menuntut agar syarat adat hempang kipas diberikan. Dalam acara ini
terjadi tanya jawab (berbalas pantun antara jurubicara kedua belah pihak
pengantin). Bertindak sebagai juru bicara dalam acara hempang kipas ini adalah dua
orang ibu bidan (mak inang). Isinya tanya jawab antara juru bicara (mak inang )
kedua belah pihak pengantin tersebut seperti pantun-pantun berikut ini :
Nenek Maharani pandai menari
Pandai emnari serampang dua belas
Hempang pintu sudah kami lalui
Mengapa pula ada sihempang kipas
Situasi bangsa indonesia sekarang ini mengalami krisis ekonomi (moneter) dan krisi
kepercayaan, pantun di bawah ini disesuaikan dengan situasi bangsa Indonesia.
Hari ini masak genjer
Makna pantun yang terdapat di dalam acara hempang kipas tersebut adalaj
juru bicara (mak inang) pengatin lak-laki mengatakan bahwa setelah hempang pintu
dilalui oleh rombongan pengantin laki-laki, masih ada lagi hempang kipas. Pelamian
dapat di buka apabila pihak keluarga pengantin laki-laki memberikan kunci sebagai
syarat adat.
Selesai upacara hempang kipas pengantin laki-laki dipersialhkan duduk di
pelaminan. Pengantin laki-laki duduk disebelah kanan pengantin perempuan,
kemudian bertukar sirih genggam. Pelaksanaan tukar sirih genggam ini dipimpin oleh
bidan pengantin dan memeriahkan dengan pantun. Seperti yang diucapkan oleh
juru bicara (mak inang) pengantin perempuan berukut ini :
Sirih genggam bunga berkarang
Sungguh indah mata mememandang
Kalau dahulu terbayang-bayang
Tapi sekarang ini tidak ada lagi yang menjadi penghalang boleh dipegang-
pegang.
Makna pantun di atas sebagai suatu pernyataan bahwa sejak saat ini, sang
suami berkewajiban memberi nafkah lahir dan batin kepada istrinya. Dan sang istri
berkewajiabn melayani suaminya sebagai istri yang sah menurut ajaran agama
Islam.
Acara tukar sirih genggam selesai dilaksanakna, selanjutnya dilaksanakan
acara marhaban dan disertai doa Tujuan acara marhaban untuk memanjakan puji
syukur kehadirat Allah SWT dan mendoakan kedua pengantin hidup berbahagia
dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Acara marhaban dan disertai doa
merupakan salah satu tata cara adat istiadat masyarakat Melayu Deli yang
bersendikan ajran agama Islam.
Selesai marhaban dan doa dikumandangkan, selanjutnya dilaksanakan acara
tepung tawar. Acara tepung tawar dikenal sebagai salah satu tradisi adat istiadat
melayu terutama dalam adat istiadat Melayu Deli, acara tepung tawar dari sejak
zaman dahulu sampai sekarang masih tetap dipakai atau diselenggarakan dalam
acara perkawinan. Penampung tawaran dilaksanakan oleh kedua belah pihak
keluarga pengantin. Tahap pertama yang menampung tawari pengantin adalah pihak
keluarga pengantin perempuan kemudian dilanjutkan pihak kelurga pengantin laki-
laki. Dalam acara tepung tawar ini diucapkan pantun-pantun nasihat oleh juru bicara
pihak pengantin perempuan untuk mengatakan makna dan tujuan diadakan acara
tepung tawar suapaya tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Makna dan
Setelah selesai memanggil para penampung tawar, acara tepung tawar ini ditutup
dengan pantun seperti berikut ini :
Tepung tawar dirinjis-rinjis
Pada mempelai dua sejoli
Terima kasih kami kepada majelis
Memberi restu kami kepada majelis
Merak khayangan
Hanya pandai bersolek diri
Hilir mudik ekor dikembangkan
Mencari puji meminta puji
Akhirnya :
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1993. Sekitar Masalah Sastra. Minang : Yayasan Asih, Asah, Asuh
Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 2. Jakarta : Erlangga.
Ikram, Achdiati. 1989. Bunga Rampai Bahasa Sastra dan Budaya. Jakarta :
Intermasa.
Lubis, Mochar. 1997. Sastra dan Tekniknya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Subagyo, P. Joko. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Siregar, Ahmad Samin. 1994. Bunga Rampai Sastra Tradisi di Indonesia. Medan :
USU Press.