Setitik tinta tertoreh ke lembaran kertas. Kini berada di oangkuan kita. Kertas yang suci
ini memupuskan anganku. Hari demi hari terasa biasa-biasa saja. Namun, kini kurasakan
ada yang beda saat ini semenjak Aku duduk di bangku MTs kelas 1 (satu).
Ini perjalanan pertamaku dan baru pertama kali ini Aku merasa terketuk di jiwa dan ada
mau dalam dada hingga Aku mempunyai semangat yang tinggi dan ingin sekali mencapai
prestasi. Teman-teman heran, kenapa dan apa yang terjadi padAku. Dan itu memang ku
awali dari pandangan pertamAku pada seorang gadis di sekolahku.
Tak terasa bulan telah sirna. Waktu bergulir diantara masa. Tak terasa 1 smester telah
tiba. Sementara cintAku belum terungkap. Aku ingin kerumahnya tapi tidak bisa, karena
belum tahu tempat tinggalnya. Lalu kucari tau alamat rumahnya dan siapa orang tuanya.
Ternyata dia anak dari da’I terkenal di kota pekalongan, desa Balit City. Dan sekarang
Aku sadar kalau disamping itu Aku bukan anak pejabat, bukan pula anak konglomerat
apalagi anak priyayi, Aku hanya orang yang ingin dicintai.
Disamping itu, banyak anak yang mendekati dirinya. Sementara Aku belum berani juga.
Ternyata Aku ini berharap sesuatu yang tak pasti. Aku harus menyadari dirinya itu bukan
kelals ku. Aku hanyalah pengemis cinta. Aku orang yang tak berpunya, mungkin juga
saat ni aku tu masih dalam rangka momentum mencari jati diri "atas nama cinta
sesungguhnya"
Tapi mengapa Aku harus menyerah. Cinta perlu pengorbanan dan cinta tak memandang
keadaan. Semangatku yang tinggi untuk bisa menjadi hait yang akan menemani seorang
anak kyai., jarum jam trus melanjutkan pengembaraanya menuju menit silir berganti.
Tak terasa kenaikan kelas ku jumpai. Laporan Kenaikan Kelas milikku diambil oleh
ibuku dan tepat jam 8 pagi diberikan padAku dengan memarahiku.
Ibu : “ Kalo sudah begini gimana, siapa yang malu? Orang tuamu! Kamu itu nakal,
bodoh, apa yang kau banggakan nang? ”
Ayah : “ Masa jumlah siswa 35 kamu dapat ranking 21! Nanti minta surat pindahan! “
Aku : “ Apa? Pindah Yah? “
Ayah : “ Iya, sekolah tidak serius, sukanya berkelahi terus. “
Pada saat itu pula Ayah dan Ibu menyuruh aku untuk pindah sekolah , ya aku
nyadar cc ,mungkin itu yang ter baik untuk aku...??? tapi kan kenapa ko harus hari itu
juga kan enggak lucu kan???? di samping itu aku sadar akan watak ayah yang keras . aku
sadar juga kalau selama ni aku memang enggak pernah serius dalam belajar. Akhirnya
pada saat itu pula aku harus ke madrasah dimana aku belajar saat itu.
Lalu, sesampainya di Athfal, Mts ku, Aku meminta surat pindahan. Selepas itu Ayah ku
mohon untuk pulang terlebih dahulu.
Aku meminjam motor milik Capien, teman seperjuangan. Aku pergi ke Indomart untuk
membeli Al-Qur’an mini kemudian kubungkus kado. Lalu Aku pergi kerumah Al-Haq.
Aku ragu, Namun, dengan segala keberanian Aku beranikan diriku. Aku ragu karena Aku
belum kenal betul dengan Al-Haq. Ternyata Al-Haq tidak di rumah, begitu kata orang
tuanya.
Pukul 4 sore Aku berangkat ke Kendal untuk pergi mondok dan sekolah. Sepanjang
perjalanan yang ku ingat hanya Al-Haq. Sambil memegang Al-Qur’an tadi. Walau sakit
hati ini karena kehilangan. Aku sampai di Kendal, di Pondok Pesantren Modern. Aku
belajar menuntut ilmu. Ternyata begitu pahit kehidupanku, tanpa cinta dunia terasa
hampa. Aku taj tau apa yang terjkadi padaku.
Bayang wajah Al-Haq selalu ada di benakku. Saat makan, ingin tidur, sampai terbawa ke
dalam mimpi tiap malam. Apa ini yang namanya “Love In Firstsight” ? Aku segera
mencoba menghapus masalah itu.
Namun, Aku tak bisa. Bila di malam hari kurasakan kesunyian malam. Maka hatiku
menangis di dalam jiwa.
Artinya : “ Aku mencintaimu bukan karena menginginkan harta darimu, bukan pula
karena aku takut miskin Akan tetapi, hanya dirimulah yang kuharapkan “
Kasih ketulusan itu dalam. Mungkin kau di sana memikirkan ku disini. Aku tersiksa
menunggu. Masaku disini habis. Dan kuharap kau bisa tegar menungguku.
!يا ربي
Biarlah cahaya pagi hilang. Masih ada cahaya malam yang gemilang.
Ku akui ada sesal sejak awal untuk melupakan dan tak lagi mencintai Al-Haq. Namun
aku juga tak mampu membuat Pagar Penjaga Hati tuk tak lagi mencintai siapa pun.
Karena ada rasa yang harus kujaga untuk selamanya. Berkali-kali aku mencoba
menganggap dia sebagai dan itu pun tak lebih. Dia bernama Malasyi.
Hanya hidayah ilahi serta motifasi orang tualah yang mendorongku untuk mengali ilmu
di MAS Simbang Kulon tersayang ini. Tentunya dalam menggali ilmu tersebut butuh
waktu yang panjang dan mempraonkan liku-liku dunia, halangan yang melintang, dan
cobaan yang menghadang harus ku tempuh.
Namun motifasi orang tua juga tidak lah kokoh melawan hawa nafsu. Benteng
pertahanan pun roboh, diriku yang awalnya penuh semangat 45 kini “seperti jago yang
kehilangan jalunya”.
Sungguh tak lagi punya semangat belajar. Entah apa gejalanya diri ini tak tahu. Sana-sini
diriku sering curhat ma temen-temen, namun lagi jawabnya tak sesuai apa yang
kuharapkan.
“ Hanya kekasih hatilah yang akan mampu membangkitkan hidupmu yang dulu. Karena
kamu adalah ibarat seorang yang terdampar cinta yang kelabu. Namun apa jawabku?
Bola mata yang tak sanggup lagi ku jaga ternyata ku mencuri skala di sekitarnya …
Sejak itulah dirku punya tunas-tunas harapan pada pelajaran dan disandarkan pada gadis
dambaan. Semangat barupun kini sedikit tampak di pintu harapan …
Hatiku yang dulu terbeku kini mencair oleh pandangan pertama. Seperti sinar sang surya
menerobos ke dinding balok es yang kini cair.
وبداية الحب هو أن ننظر إلى بعضنا البعض، بداية المطر وكان مطر خفيف
Artinya : “Permulaan hujan adalah gerimis, dan permulaan cinta adalah saling
memandang “
Ternyata … dan tak ku duga, ia pun juga merasakan denyut dan perasaan yang sama.
Kami berkenalan dan menjalin keakraban. Ia biasa di panggil Malasyi, gadis
berkacamata. Ia mempunyai paras yang amat indah dan senyum yang manis hingga ku
tak lagi mampu mempertahankan kesucian lembaran tanganku.
Kami berjabat tangan penuh harapan. Ia adalah orang yang pertama mengambil daun
kasih sayangku hingga tumbuh merambat dan status bukan lagi sahabat.
Namun kekasih yang amat saling menagsihi sekian lama Ia berada di garansi hatiku,
memotifasi di hidupku …
Sejak itu baru aku berfikir “ memang benar cinta mampu memotivasi hidup ini”, sebelum
aku masuk ke alam cinta, aku harus tahu apa dan bagaimana wujud cinta itu. Diriku
sendiri belumlah tahu devinisi cinta itu apa. Akhirnya aku konsultasi sama ustadku di
Pon-Pes tentang apa sich cinta itu? Ia memberi gambaran, namun ku tak faham. Karena
bahasanya yang seakan puitis,” Emm … begini nang! Cinta menurut yang kutahu ialah
Suatu yang susah diartikan lebar di jelaskan
Dan cinta berbau kekuatan, yang mampu
Mengubah duri jadi mawar
Mengubah malang jadi untung
Mengubah sakit jadi sehat
Mengubah Penjara jadi Istana
Mengubah musibah jadi muhibah
Itu lah cinta
Di atas awan yang kecil
Berlayar di langit dan di air
Bagai dua buah burung camar dari arah yang berbeda
Di hadapan wajah lautan cinta
Yang luas dan tak berskala
Tak kusadari aku belum juga mampu melupakan al-haq dari hati dan fikiranku.
Ia adalah cinta pertama namun tak sampai di hidupku, hanya bisa kupandang dan tak bisa
kudapatkan.
Desiran air cukuplah indah. Hubunganku juga ku lalui dengan senyum untuk menjaga
kecintaan kami agar sampai nanti.
Bila malam tiba, diriku terasa dekat dengannya. Walau SMS lah yang jadi pak pos yang
melintang bolak-balik di angkasa mengirim salam seribu pesan satu per satu. Ia tetap
setia selama isi ponsel masih ada. Setiap malam Kami bangun dan saling membangunkan
lewat jaringan setia SMS masa kini.
Kami juga berlatih untuk tawakkal dan bertaaruf pada sang khalik dengan mujahadah
qiyamul lail.
Tak lama ini aku melihatnya, dengar dari teman-temannya Ia sering sakit-sakitan,
mungkin itu karena sering bangun malam yang sering Ia paksakan.
Kehadiran Malasyi sejak itu seakan menggeser posisi Al-Haq di hatiku. Senyum manis
dan sapa keramahannya saat pertama kali aku mengenalnya, seolah menarik kuat hati ini.
Berbagai kenangan Ia telah torehkan di lembaran kehidupanku.
Namun itu semua tak membuat aku lupa akan Al-Haq. Setiap kali aku keluar shoping
atau mencari hiburan atau apa pun hatiku terasa resah karena teringat Al-Haq. Sebejat
itukah Aku ???
Ya Robbi …
Ya Ilahi …
Ya Robbi …
Sepenuh hatinya
Aku terperangkap di antara dua hati Yang mencintaiku mencintaiku Ku bingung tak
menentu Siapa yang benar-benar Mencintaiku mencintaiku
Siapa yang pantas yang bisa ku andalkan Bukan rayuan bukan pujian Yang aku butuhkan
cinta apa adanya Aku pilih mana ?
Tuhan tolong aku Siapa yang benar-benar Aku cintai hidup dan mati
“ Semenjak aku mengenalmu dan bersamamu, kau kelihatan resah tak menentu ”, ujar
Malasyi seakan dapat membaca hati ini.
Setelah kujelaskan akan pengakuan palsuku, Malasyi dapat tenang. Karena sesungguhnya
aku tak mampu bila harus melukai hati malasyi yang tengah mempercayaiku sepenuh
hatimya!!
Namun kali ini??????, pada suatu hari itu “Al-Haq”, seorang yang pernah aku puja harus
kunodai cintanya yang telah lama tersimpan di lubuk hati yang suci. Malam yang menjadi
awal berseminya akan cintaku terhadap Malasyi. Malasyi sang kekasih khayal, yang
selalu terbayang dalam benakku selama ini. Malam itu ia menangis dihadapanku ketika ia
ajak aku keluar tuk mencari suasana baru. Ia ungkapkan satu masalah ke masalah-
masalahnya hingga tumpahan air mata pun membelah cantik wajahnya.
“ Saat aku dapat menemukan seorang yang cocok untuk menuntun jalan kehidupanku
menuju hari tua nanti.
Kini ia harus pergi ketika hubungan kami masih asik-asiknya, ia pergi meninggalkan
kota ini tuk selamanya. Ia harus ku tinggal di kota itu yang jauh di sana?
Seakan masa tak pernah memberi kesempatan tuk aku buktikan akan arti cinta ku yang
amat aku harap-harapkan hingga nanti.
Namun Tuhan berkehendak lain, tidak seperti apa yang kita inginkan.
Hingga perpisahan tak dapat lagi kami elak karena musibah yang harus kami alami.
Kini alhamdulillah aku dapatkan orang yang tak jauh sempurna seperti bintang ku yang
kini telah tertutup gelapnya malam. ”
Semenjak perkenalan itu, seakan dunia lebih setuju akan hubunganku dengan malasyi
ketimbang dengan al-haq yang seakan Ia itu buta, tak pernah melihat apa yang telah aku
korbankan.
Jerit payah hanya untuk merangkai 5 huruf yang berbunyi C.I.N.T.A. dan seakan tak
pernah mendengar puisi-puisi yang ku lantunkan dari setiap malamnya. Kini Malasyi
seorang yang benar-benar menyayangiku.
Puji-pujian itu terus saja Malasyi ucapkan dihadapanku hingga hati ini makin luluh tak
berdaya.
Namun cintaku bukan sekedar cinta belas kasihan, aku benar-benar mencintai malasyi.
Namun hubungan kami tak lama karena banyak masalah dan halangan yang menghalang,
dan kami putuskan untuk memutuskan hubungan kami. Mungkin dengan begitu
hubungan Malasyi dengan teman-temannya akan membaik.
Padahal cinta kita hampir sempurna layaknya bulan kini sudah tanggal 13 hampir tanggal
15 atau bulan purnama, bulan penuh lingkaran dan indah keanggunan .. Subhanallah..
Mungkin selama ini engkau telah kuberi yang terbaik dan yang paling baik dalam
hubungan Kami . Bicara hari pun kesepian setiap tanggal 17 aku sempatkan
mengunjungimu, apapun yang terjadi, karena ku tahu tanggal 17 itu tanggal penuh
keramat, di tanggal itu Allah menurunkan Al-Qur’an, di tanggal itu Negara kita merdeka,
di tanggal itu pula aku ingin mengahpus rinduku padamu.
Kini hatiku kecewa terus terlaksana, kisah it uterus terbayang di lensa jiwa. Hanyalah
syairan yang menemani langkah-langkah ku. Bagaikan majnun yang selalu biasa dengan
kidung-kidung indahnya. Lalu ku tuliskan syair untuk mengobati rindu ku ini.
الول الخاص بك هو جزءا ل يتجزأ من حياتي
وأنت سر قلبي
Malasyi lah yang mengajari berbagai pengalaman, Ia pula yang membagi pengertian, lalu
kusadari juga “bahwa sesuatu itu tiada yang abadi, karena satu-satunya sifat abadi adalah
sifat yang dimiliki ilahi robbi. “ Wahai bintang-bintang yang bersinar, berilah cahaya
cintamu yang indah agar derita hidup yang kualami yang amat pahit ini dapat berkurang
dan kudapat tegar dalam menapak langkah kehidupan. Lalu ku layangkan surat cintaku
yang terakhir.
To : Malasyi
Kini hari-hari ku terasa hampa. Hidupku tak lagi bermakna. Sungguh suatu musibah hati
yang pertama aku alami, namun sangat perih dan rasa tak percaya akan semua itu.
Mungkin jalan yang terbaik tuk mengurangi bebanku ini adalah dengan konsultasi
dengan Ustad Anas. Beliau ustad yang masih muda, lebih nyaman curhat padanya dan
Beliau juga masih darah muda, jadi lebih asik.
Salah satu saran Ustad Anas adalah “Bahwa manusia tanpa cinta bagaikan malam tanpa
bintang. Jadi malam itu memang asik, namun kurang sempurna. Dan cinta itu ada
batasnya, tidak hanya jalan-jalan ngalor-ngidul tok. Namun bimbinglah cinta ke jalan
yang sesungguhnya. Kalau masalah penderitaan karena cinta, sesungguhnya Allah tidak
akan membebani seseorang diluar kemampuannya. Maka cobalah untuk yakin bahwa
segalanya hanyalah milik Allah atau tidak merasa memiliki kecuali semuanya milik
Allah, itu adalah kunci luar biasa untuk ketenangan hidup. Orang yang sudah dapat
tenang begitu akan tenang terhadap musibah apapun yang dialaminya !!! “
Selesai sudah percakapan dengan Ustad Anas, kini aku merasa lebih tenang setelah
mendengarkan nasihat dari Ustad Anas.
Satu bulan setelah aku dengan Malasyi putus, tepatnya hari minggu Malasyi datang
menemuiku dan berkata,” Sesungguhnya cintamu adalah cinta yang suci. Namun kini
kuharus pergi tuk selama-lamanya karena aku tak dapat lagi menjaga cintamu. Satu kali
lagi mungkin hanya maaf yang dapat aku haturkan padamu, kekasih hayalku !!! Aku
yakin kamu masih mencintai Al-Haq. Walaupun kebencianku terhadap Al-Haq sangatlah
dalam, namun itu sudah hakmu untuk memilih orang sebagai penggantiku “
Aku terdiam sejenak, lalu berkata jujur tentang perasaanku pada Al-Haq. Dibalik
perasaanku pada Malasyi dan Al-Haq. Kulihat air matanya, luluh sanubari mendengarkan
ceritaku. Kulihat batinnya tersayat-sayat akibat cerita yang tak dapat lagi kusimpan. Ia
mendekap tubuhku tuk pertama dan terakhir kali. Karena selama kami pacaran, kami
cuma saling membantu, mengerti dan memahami. Jadi ya gitu deh ..
“ Omen, ini adalah hatimu yang kuberi, yang didalamnya ada cinta, saying dan
kesetiaan”, ucap Malasyi.
Itu adalah kata-kata terakhir malasyi. Namun saat itu aku hanya membisu dan tak ada
jawaban.
Detik berganti detik menuju menit, sebulan tlah berlalu, esok harinya aku dengar dari
Anis, teman Malasyi, bahwa Malasyi tadi siang melakukan akad nikah dan memutuskan
tidak menyelesaikan
pendidikannya di bangku SMA. Saat itu aku merasakan terpukul, hancur hati ini, namun
kucoba tegar Karena itu takdir Tuhan yang harus terjadi padanya. Setelah kabar tadi, kini
disusul kabar Al-Haq yang juga hari ini pergi ke tanah Ibu Kota, ia keluar dan pindah tuk
meneruskan studinya disana.
Seluruh tubuhku panas dingin tak teratur karena dua hati yang hilang dalamsatu
kesempatan. Kini hanya sisa masa lalu yang tercoret di dalam kalbu
By : Mukaromin Ma'ha