Filsafat Pancasila 2009 Pak Noorsyam
Filsafat Pancasila 2009 Pak Noorsyam
Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai
filsafat yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai
filsafat sebagai jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran
( kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup,
(Weltanschauung); sekaligus memancarkan jiwa bangsa, jatidiri bangsa
(Volksgeist) dan martabat nasional !.
Integritas filsafat Pancasila terjabar sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila
dengan visi-misi sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45.
Menegakkan integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
adalah pembudayaan filsafat Pancasila dan ideologi nasional Indonesia Raya!
E R O P A
A S I A
AMERIKA
TIMUR TENGAH CINA
INDIA
PERADABAN &
MORAL T -- T JEPANG
INDONESIA
AFRIKA
AUSTRALIA
Ajaran dan nilai filsafat amat mempengaruhi pikiran, budaya dan peradaban
umat manusia. Semua sistem kenegaraan ditegakkan berdasarkan ajaran atau sistem
filsafat yang mereka anut (sebagai dasar negara, ideologi negara). Berbagai negara
modern menunjukkan keunggulan masing-masing, dan terus memperjuangkan
supremasi dan dominasi sistem kenegaraannya: liberalisme-kapitalisme,
marxisme-komunisme, zionisme, theokratisme; sosialisme, naziisme, fascisme,
fundamentalisme. Juga termasuk negara berdasarkan (nilai ajaran) agama: negara
Islam ….. termasuk sistem ideologi Pancasila (=sistem kenegaraan Pancasila
sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45). Bangsa Indonesia menegakkan
sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai aktualisasi filsafat hidup
(Weltsanschauung) yang diamanatkan oleh PPKI sebagai pendiri negara!.
Nilai Filsafat Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban Indonesia ---
terutama sebagai jiwa dan asas kerokhanian bangsa dalam perjuangan kemerdekaan
dari kolonialisme-imperialisme 1596-1945 ---. Nilai filsafat Pancasila baik sebagai
pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung) bangsa, sekaligus sebagai jiwa
bangsa (Volksgeist, jatidiri nasional) memberikan identitas dan integritas serta
martabat (kepribadian) bangsa dalam budaya dan peradaban dunia modern;
sekaligus sumber motivasi dan spirit perjuangan bangsa Indonesia!.
Nilai filsafat Pancasila secara filosofis-ideologis dan konstitusional
berkembang dalam sistem kenegaraan Indonesia ; yang dapat dinamakan : sebagai
Sistem Kenegaraan Pancasila yang terjabar dalam UUD Proklamasi 45. Jadi,
tegaknya bangsa dan NKRI sebagai bangsa merdeka, berdaulat, bersatu dan
bermartabat amat ditentukan oleh tegaknya integritas sistem kenegaraan
Pancasila dan UUD Proklamasi 45 !
Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan konstitusional, semua
komponen bangsa wajib setia dan bangga (imperatif : mengikat, memaksa) kepada
sistem kenegaraan Pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45;
termasuk kewajiban bela negara! .
Sebagai bangsa dan negara modern, kita mewarisi nilai-nilai fundamental
filosofis-ideologis sebagai pandangan hidup bangsa (filsafat hidup,
Weltanschauung) yang telah menjiwai dan sebagai identitas bangsa (jatidiri
nasional, Volksgeist) Indonesia. Nilai-nilai fundamental warisan sosio-budaya
Indonesia ditegakkan dan dikembangkan dalam sistem kenegaraan Pancasila,
sebagai pembudayaan dan pewarisan bagi generasi penerus.
Kehidupan nasional sebagai bangsa merdeka dan berdaulat ---sejak Proklamasi
17 Agustus 1945 berwujud NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45. Sistem NKRI
ditegakan oleh kelembagaan negara (suprastruktur) bersama semua komponen
bangsa (=infrastruktur) dan warganegara (subyek SDM pemilik, penegak dan
pewaris) berkewajiban menegakkan asas normatif filosofis-ideologis secara
konstitusional, yakni UUD Proklamasi 1945 seutuhnya sebagai wujud kesetiaan
dan kebanggaan nasional.
Nilai-nilai fundamental dimaksud terutama filsafat hidup (Weltanschauung)
bangsa (i.c. filsafat Pancasila) yang oleh pendiri negara (PPKI) dengan jiwa
Totalitas sistem filsafat dan sistem ideologi nasional memberikan integritas dan
martabat nasional; selanjutnya ditegakkan dalam integritas sistem kenegaraan --- yang
dinamakan dengan predikat berdasarkan sistem filsafat dan atau sistem ideologi yang
menjiwai dan melandasi sistem kenegaraan dimaksud.
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional sistem kenegaraan inilah yang
ditegakkan dalam wujud kemerdekaan dan kedaulatan serta kepribadian (martabat)
nasional bangsa-bangsa modern. Secara ontologis dan axiologis, sistem filsafat dan
atau sistem ideologi ini menjadi asas dan landasan budaya dan moral nasional--- yang
kompetitif antar bangsa dalam rangka merebut supremasi ideologi! ---.
Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral
Pancasila, yang dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya
Indonesia. Nilai mendasar ini ialah filsafat hidup (Weltanschauung, Volkgeist)
Indonesia Raya.
Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui nilai
filsafat Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan
budaya Indonesia Raya (Asas-asas Wawasan Nusantara).
Filsafat Pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas martabat
manusia, sebagai pancaran asas moral (sila I dan II); karenanya ajaran HAM
berdasarkan filsafat Pancasila yang bersumber asas normatif theisme-religious,
secara fundamental sbb:
1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II: hidup,
kemerdekaan dan hak milik/rezki); sekaligus amanat untuk dinikmati dan
disyukuri oleh umat manusia.
2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan
kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat)
manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.
3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:
a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan
Maha Pencipta (sila I).
b. Manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas
semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan
c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta
(Tuhan Yang Maha Esa), atas anugerah dan amanat yang dipercayakan
kepada (kepribadian). Manusia terikat dengan hukum alam dan hukum
moral !.
Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan
KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.
Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur
atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat
anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai
B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Sistem Ideologi
Nasional dalam Integritas UUD Proklamasi 45
TAP MPR
U U D 45
P A N C A S I L A
N-SISTEM NASIONAL
SISTEM HUKUM NASIONAL
FILSAFAT HUKUM
FILSAFAT NEGARA
SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP
NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA
Inilah fenomena dan bukti sebagian elite dalam NKRI tergoda dan terlanda
ideologi neo-liberalisme dan neo-komunisme!
TAP MPR
P A N C A S I L A
ERA – REFORMASI
POSTMODERNISME
GLOBALISASI – LIBERALISASI
7. UU No. 27 TAHUN 1999 TENTANG KEAMANAN NEGARA (YANG DIREVISI): TERUTAMA PASAL 107a
– 107f. SEBAGAI
6. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4
5. UUD Proklamasi 45 SEUTUHNYA ……. (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN )
4. NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA
3. DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA
2. FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG), JATIDIRI INDONESIA : PANCASILA
1. SOSIO – BUDAYA NUSANTARA INDONESIA
*) = UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi) : = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY) (MNS, 2007) skema: 5
16
MNS, Lab. Pancasila UM
sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan.
Sementara kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan
pengangguran yang tetap menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis
pemecahannya. Kondisi demikian dapat melahirkan konflik horisontal dan vertikal,
bahkan anarchisme sebagai fenomena sosio-ekonomi-psikologis rakyat dalam wujud
stress massal dan anarchisme!
6. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong
bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan
budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan
degradasi nasional telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi
Pancasila, integritas nasional dan integritas NKRI, dan integritas moral (komponen
pimpinan, manusia, bangsa!)
7. Momentum pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM,
dimanfaatkan partai terlarang PKI untuk bangkit. Mulai gerakan “pelurusan sejarah”
---terutama G.30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan
Papernas. Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila – UUD 45) dan
rambu-rambu (= asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama:
a. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat
dan ideologi theisme-religious. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan
moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila
berhadapan dengan separatisme ideologi: marxisme-komunisme-atheisme yang
diperjuangkan neoPKI / KGB dan antek-anteknya.
b. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai
Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.
c. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No.
I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4.
d. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan
e. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi,
terutama Pasal 107a—107f).
17
MNS, Lab. Pancasila UM
Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi
ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama
demokrasi dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan melanda
sehingga terjadi degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral sebagian
rakyat bahkan elite dalam era reformasi.
Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan
(=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai
individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam
krisis multi dimensional.
Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan dapat
diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 : “ ........
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... “ dapat terlaksana, dalam
makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia reformasi dengan
budaya demokrasi neo-liberal dalam praktek oligarchy, plutocracy dan
anarchy…….berwujud konflik horisontal…..degradasi wawasan nasional dan moral
(korupsi menggunung) dapat bermuara disintegrasi bangsa dan NKRI.
Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan
HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui
ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (UU
RI No: 9 tahun 2009 tentang BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat
rakyat miskin makin tidak mampu menjangkau.
Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun
2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak
sosial ekonomi bangsa !
Demokrasi liberal dengan biaya amat mahal beserta social cost yang cukup
memprihatinkan ---konflik horisontal, sampai anarkhisme yang bermuara disintegrasi bangsa ---
adalah tragedi penyimpangan elite reformasi dalam menegakkan sistem kenegaraan Pancasila!
----lebih-lebih pasca Amandemen UUD Proklamasi 45, menjadi : UUD 2002 !
18
MNS, Lab. Pancasila UM
Demi tegaknya integritas nilai filsafat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional ---dan tegaknya integritas Sistem Kenegaraan Pancasila--- negara berkewajiban
melaksanakan amanat Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi
Nasional.
Demi SDM warganegara NKRI sebagai generasi penerus, penegak dan bhayangkari negara
Pancasila wajarlah semua rakyat warga bangsa Indonesia Raya menghayati dan mengamalkan
filsafat Pancasila (sebagai filsafat hidup, dasar negara, ideologi negara!). Visi-Misi demikian
makin mendesak sebagai kesiapan Ketahanan Nasional menghadapi TANTANGAN
GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME sebagai terlukis dalam
skema 5.
Pembudayaan dilaksanakan mulai dan melalui keluarga, media komunikasi (cetak dan
elektronika) dengan program : Mimbar Nasional Filsafat Pancasila.
Program dimaksud sinergis dengan peningkatan program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah! Khusus untuk
Pendidikan Tinggi juga dikembangkan matakuliah : Filsafat Pancasila sebagai Ideologi
Nasional.
Amanat pendidikan dan pembudayaan Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Nasional sejiwa
dengan visi-misi yang diamanatkan Pembukaan UUD Proklamasi 45 : “......memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ........” yang dijabarkan sebagai : nation
and character building. Karenanya, menjadi kewajiban moral dan konstitusional (imperative)
untuk kita laksanakan.
Guna melaksanakan visi-misi ini secara memadai, tenaga pembina dan dosen perlu
dipersiapkan; termasuk : kurikulum dan kepustakaannya.
19
MNS, Lab. Pancasila UM
PENUTUP
Berdasarkan uraian ringkas makalah Sistem Filsafat Pancasila secara mendasar dapat
dirumuskan pokok-pokok pikiran berikut :
1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan
integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila yang
dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan dalam integritas
sistem kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45).
2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas
keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.
Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai
ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa.
Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan
melandasi cita budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-
filosofis-ideologis-konstitusional:
a. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara:
sila III), ditegakkan sebagai NKRI.
b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV).
c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang
adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan
sebagai budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia.
d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan
keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.
e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan
dan paham perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam
sistem ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan pemberdayaan rakyat sebagai
SDM subyek penegak integritas NKRI.
20
MNS, Lab. Pancasila UM
dalam NKRI yang “cucitangan” atas tanggung jawab G 30 S / PKI ---dengan dalih : pelurusan
sejarah---
4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental filsafat
Pancasila dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 --- yang telah diubah
menjadi UUD 2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi mempraktekkan budaya dan
moral demokrasi liberal, ekonomi liberal ......bahkan memuja kebebasan (=liberalisme),
demokrasi liberal (bukan demokrasi berdasarkan moral Pancasila); atas nama HAM (HAM yang
individualistik, yang dipropagandakan oleh USA sementara fenomena sosial politik global
mereka menindas HAM, dengan menjajah beberapa negara Timur Tengah : seperti Irak .... dan
Afghanistan ! ). Fenomena demikian menunjukkan HAM mereka hanyalah propaganda H A M
PA!
5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk era
reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana kita tidak
tegak-tegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami degradasi
nasional ...... bahkan degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi sekularisme;
bahkan materialisme-kapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena demikian bermuara
sebagai bencana nasional, tragedi moral dan peradaban bangsa-bangsa masa depan!
6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan global
crisis financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik supremasi neo-
imperialisme dari ideologi neo-liberalisme !
7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite reformasi
dan Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional, khususnya sebagai
audit reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia dan bangga dengan
sistem kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD Proklamasi 45; ataukah
kita telah tergoda dan terlanda oleh “kejayaan” negara liberalisme-kapitalisme --- sehingga kita
ikut membudayakan demokrasi liberal dan ekonomi liberal (mungkin juga mental dan moral
liberal).
Demikian sebagai bahan pertimbangan dan renungan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mengayomi dan memberkati bangsa Indonesia dalam
integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
21
MNS, Lab. Pancasila UM
Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH
(Guru Besar Emiritus UM)
Kepustakaan:
Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus (terjemahan
pustaka firdaus).
Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta, Penerbit Arga
Wijaya Persada.
_________________ 2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II),
Jakarta, Penerbit ArgaWijaya Persada.
Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government,
Calabasas, California, U.S Departement of Education.
Huston Smith, 1985: The Religions of Man, (Agama-Agama Manusia, terjemah oleh : Saafroedin
Bahar), Jakarta, PT. Midas Surya Grafindo.
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung,
Penerbit Alumni.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell &
Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai
Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang,
Laboratorium Pancasila.
Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,
Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.
22
MNS, Lab. Pancasila UM
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.
Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London,
George Allen and Unwind Ltd.
UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO
UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001,
2003) dan PP RI No. 6 tahun 2005.
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York,
Harvard College, University Press.
23
MNS, Lab. Pancasila UM
LAMPIRAN :
Untuk lebih memahami HAM berdasarkan ajaran Filsafat Pancasila, dilengkapi dengan studi
perbandingan dengan ajaran HAM berdasarkan Teori Natural Law (teori hukum alam) yang
dianut ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan dengan ajaran HAM berdasarkan Filsafat
Idealisme Murni (Hegel) yang dianut ideologi marxisme-komunisme-atheisme; perhatikan
skema terlampir;
Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) Kewajiban Asasi Manusia (KAM)
24
MNS, Lab. Pancasila UM
Asas HAM dan Substansi HAM di atas, HAM berdasarkan filsafat Pancasila
adalah pokok-pokok ajaran HAM (meliputi asas fundamental 1 - 7) dijiwai
berdasarkan teori Hukum Alam dan dilandasi asas keseimbangan HAM
(Natural theory) yang dianut negara dan KAM sebagai asas moral sistem
Barat (liberalisme-kapitalisme) filsafat Pancasila yang beridentitas
theisme-religious.
25
MNS, Lab. Pancasila UM
26
MNS, Lab. Pancasila UM
HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA
(DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW & TEORI HEGEL)
skema 7
Catatan:
Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai anugerah
“hanyalah” untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada hakikatnya
berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan ketakwaan)
inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas kemuliaan martabat manusia di
hadapan Maha Pencipta dan Maha Berdaulat Jadi, kategori keimanan adalah anugerah dan
amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana
dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56).
Sesungguhnya, hakekat HAM dalam asas keseimbangan dengan HAM ialah kemuliaan martabat
manusia jasmani-rohani, dan dunia-akhirat. Hakekat demikian menjamin martabat HAM
yang hidup dengan kerohaniannya dalam alam keabadian (akhirat), yang dipercaya umat
beragama (sekaligus sebagai pengamalan Dasar Negara Pancasila, sila I dan II).
27
MNS, Lab. Pancasila UM
28
MNS, Lab. Pancasila UM