Anda di halaman 1dari 17

Haram, Haram...

- Oleh Leonardo Rimba


Catatan:
Ritual agama……..seberapa pentingkah? Kebanyakan orang mungkin menjawab : sangat
penting. Namun, inilah contoh jawaban yg ‘out of the box’ dari seorang manusia Bali.

Walaupun dengan contoh orang Bali atau Hindu, percakapan ini juga relevan bagi penganut
agama lainnya…………..Jika kita telah memahami esensi sebuah ritual dan kita tahu bahwa
menjalankan ritual tersebut very costly – menguras keuangan, pikiran dan waktu -, apakah
kita akan terus mengikutinya membabi buta? Tidakkah kita berfikir untuk
menyederhanakannya or even throw it away completely!

Thx to Leonardo Rimba, sorry kucomot tanpa ijin……☺

by Spiritual Indonesia on Wednesday, September 8, 2010 at 7:50am

T = Salam Bang Leo,

Saya orang Bali yg tinggal di lingkungan adat yg kuat. Sudah sekitar lima tahun saya tidak
sembahyang di pura ato "mrajan" karena bagi saya kebanyakan ritual-ritual Hindu Bali justru
membodohi dan menyusahkan umatnya. Tapi saya tetap berpegang kepada beberapa ajaran
Hindu yg masih relevan menurut saya.

J = Bukan hanya anda saja yg seperti itu. Saya juga sudah tidak pernah lagi ikut ritual
keagamaan yg menurut saya isinya pembodohan massal saja. Orang-orang di dunia Barat
banyak yg sudah meninggalkan ritual keagamaan, dan gedung-gedung gereja menjadi
kosong. Gedung-gedung gereja yg indah dan berusia ratusan tahun itu cuma menjadi tujuan
wisata bagi turis-turis dari Jepang, Taiwan, India, Cina, dll... , termasuk dari Indonesia. Kita
bisa menyaksikan bahwa gedung-gedung gereja menjadi saksi bisu bahwa pernah ada
manusia-manusia yg keracunan oleh pemikiran keagamaan dan menghasilkan berbagai karya
seni yg begitu indah.

Memang karya seni yg luar biasa, lukisan-lukisan frescoes di dinding dan langit-langit yg
memperlihatkan bagaimana Yesus dipuja-puji oleh para orang suci dan malaikat. Patung-
patung para orang suci yg terbuat dari marmer. Pelukis dan pemahatnya juga tidak main-
main. Leonardo da Vinci, Michael Angelo, dan banyak lagi artis kelas dunia lainnya. Ada
juga gedung yg usianya sudah ribuan tahun, pernah digunakan sebagai kuil Romawi, lalu
menjadi gereja Katolik, dan sekarang cukup menjadi atraksi pariwisata saja.

Eropa Barat merupakan bagian dunia yg paling maju, mereka merupakan bagian dari
Christendom atau Dunia Kristen. Penduduknya dibesarkan dengan tradisi Kristen, baik dari
aliran Katolik maupun Protestan. Tetapi kita lihat saja situasinya sekarang, setelah
masyarakat menjadi maju, kaya raya, berpendidikan. Bukannya masyarakat menjadi semakin
agamis, tetapi justru menjadi semakin sekuler. Semakin memisahkan dengan tegas antara
urusan sekuler dengan urusan agama. Urusan agama adalah urusan pribadi, dan negara tidak
mencampuri agama yg mau dianut ataupun tidak dianut oleh tiap orang. Tidak ada
pemaksaan, dan itu ciri dari masyarakat maju.

Tetapi di masyarakat terbelakang, termasuk di Indonesia saat ini, yg terjadi adalah


kebalikannya. Masyarakat akan memaksa para anggotanya untuk beragama. Biasanya
paksaan halus dan kasar itu akan diikuti oleh berbagai khotbah tentang ajaran agama, tentang
bagaimana kita akan memperoleh hadiah berupa Sorga dan hukuman berupa Neraka. Itu bagi
mereka yg pemikirannya masih terbelakang dan berlatar belakang agama-agama Timur
Tengah.

Gereja-gereja sudah kosong di Eropa Barat, tetapi di Indonesia justru sebaliknya. Setiap hari
Minggu, gereja-gereja di Indonesia akan penuh dengan umat yg mengharapkan untuk masuk
Surga. Semuanya bernyanyi dan berdoa memuja-muji Tuhan. Pedahal Tuhan yg dipuja-puji
itu cuma bisa terlihat di lukisan-lukisan karya seni yg luar biasa indahnya di museum-
museum di Eropa Barat. Gedung-gedung gereja di sana sudah menjadi semacam museum
juga, dikunjungi oleh turis di hari Minggu, untuk melihat karya-karya seni yg ada di dalam
gedung-gedung gereja itu, dan bukan untuk beribadah.

Agama cuma dipeluk oleh manusia yg masih memiliki sentimen primordial primiitif, masih
merasa perlu untuk berpegangan kepada simbol-simbol yg diciptakan oleh mereka yg di-
nabi-kan di masa lalu. Manusia yg sudah tercerahkan justru akan meninggalkan agama secara
total. Yg berada di tengah adalah hibrida antara manusia tercerahkan dan manusia primitif.
Kita di Indonesia memiliki manusia primitif dalam jumlah banyak sekali, ciri-cirinya sangart
jelas, yaitu mereka akan beribadah sesuai agamanya masing-masing. Mereka benar-benar
percaya bisa masuk Surga atau masuk Neraka.

Sebagian dari kita sudah menjadi hibrida antara manusia primitif dan manusia tercerahkan.
Hibrida ini biasanya suka pura-pura relijius, memuja-muji kehebatan agamanya, walaupun
sebenarnya dia itu sudah tidak percaya lagi. Tetapi karena diajarkan untuk memuji agamanya
setinggi langit, ya dipujilah. Kalau agamanya Islam, maka Islam akan dipujinya habis-
habisan. Kalau dia Kristen, maka Kristen akan disohorkannya. Yg ada di mulutnya adalah
agama yg secara resmi dianutnya, walaupun sebenarnya dia sudah tidak percaya lagi.

Sebagian kecil dari kita sudah masuk menjadi species tercerahkan dengan bilang terus terang
bahwa kita sudah tidak percaya lagi kepada agama. Agama itu diciptakan oleh manusia masa
lalu agar bisa menggerakkan manusia-manusia lainnnya. Agama Hindu di India diciptakan
agar para Brahmana dan Ksatria bisa mengatur masyarakat mereka menjadi tertib. Agama
Buddha di Srilanka, Tibet dan Indocina dipegang karena para raja dan bhikku bisa bersepakat
untuk menetapkan Buddhisme sebagai ideologi negara, dan itulah yg diajarkan kepada rakyat
kebanyakan yg oho oho saja...

Rakyat kebanyakan, apalagi di masa lalu, selalu oho oho saja apabila dijejalkan ajaran agama.
Mereka tidak memiliki alternatif. Tidak ada internet, tidak ada surat kabar, tidak ada TV. Yg
ada cuma para pemuka agama dan kasta ksatria yg juga tidak ragu-ragu untuk menggunakan
kekuatan fisik agar rakyat menurut. Eropa Barat juga seperti itu di masa lalu, tetapi
industrialisasi dan abad pencerahan membawa terjungkalnya dinasti para raja dan ambruknya
cengkeraman gereja-gereja. Walaupun Inggris masih memiliki gereja negara, tetapi sang
gereja negara statusnya is kambing congek atawa seremonial belaka. Denmark masih
memiliki gereja negara, dan nasibnya juga sama seperti Gereja Inggris which is none other
than seremonial.

Seremoni itu upacara formal, dan bukan ritual. Ritualnya sendiri bisa diikuti sesekali saja
seperti ketika ada orang yg ingin membaptis anaknya, atau ingin menikah di gereja, atau
ingin dimakamkan dengan upacara gereja. But no more than that. Selebihnya merupakan
urusan pribadi masing-masing. Mau percaya Yesus atau Buddha tidak akan menjadi masalah.
Tidak ada pemaksaan untuk menghadiri ritual gereja karena masyarakat telah berobah, telah
menjadi beradab, telah menjadi masyarakat industri maju, telah berpendidikan, telah teratur,
telah menghormati HAM (Hak Azasi Manusia).

Masyarakat di negara-negara maju mengerti bahwa agama cuma menjadi pegangan bagi
orang-orang yg masih terbelakang. Agama itu pegangan bagi mereka yg status sosial
ekonominya rendah. Di India banyak orang yg status sosial ekonominya rendah, miskin
sekali, dan mereka terjebak dalam ritual keagamaan yg penuh takhayul. Tetapi, India juga
memiliki kelas menengah terbesar di seluruh dunia. Kelas menengah di India bahkan
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan kelas menengah di Amerika Serikat. Kelas
menengah dalam hal pendidiikan dan penghasilan. Makanya tidak mengherankan bahwa kita
sering menemukan orang India yg sekuler. Sangat sekuler dan tidak perduli sama sekali
dengan ritual penuh takhayul yg dipraktekkan oleh banyak orang di India.

Orang India bisa saja memamerkan foto Sai Baba di rumah mereka, lengkap dikalungi
dengan bunga. Bisa saja mereka mengucapkan 'namaste', tetapi dalam kehidupan sehari-hari
sangatlah sekuler dan tidak memperdulikan ritual lagi. Sama seperti orang Inggris yg bisa
mengucapkan 'God bless you' tanpa merasa perlu berjejal di gereja di hari Minggu. Mereka
bisa menyanyikan 'God Save the Queen', lagu kebangsaan Inggris. Tapi apakah mereka benar
percaya kepada God itu ? Tentu saja tidak. God itu cuma istilah saja, tradisi saja, dan tidak
perlu disembah-sembah lagi dalam ritual yg menghabiskan waktu dan tenaga seperti yg
masih dilakoni oleh banyak orang di Indonesia.
Indonesia masih terpuruk dalam cengkeraman pembodohan agama, dan satu dunia
memakluminya. Indonesia masih terbelakang, kelas menengah masih relatif terbatas
jumlahnya, dan mayoritas masih kelas bawah. Kelas bawah selalu memaksakan pendapatnya,
selalu menciptakan huru hara karena mereka pikir langit akan runtuh kalau Allah Ta'alla tidak
disembah. Pedahal yg mereka percayai itu cuma fatamorgana saja. Fatamorgana kelas bawah.

T = Kemarin-kemarin saya bisa agak cuek akan gunjingan, cemooh, dsb dari masyarakat
sekitar akan ketidak-pernahnya saya ikut sembahyang, karena saya jarang di kampung dan
tinggal di Denpasar. Tapi sekarang saya harus tinggal di kampung.

J = Alangkah malangnya nasib anda. Oh malangnya nasibku, hu hu hu...

T = Bagaimana cara saya menghadapi masyarakat sekitar saya yg merasa "terganggu" dengan
kehadiran saya, hanya karena saya tidak sembahyang walau tanpa pernah mengganggu
mereka. Terutama saya bingung akan sanksi-sanksi adat yg dikaitkan dengan agama. Kalau
saya tidak pernah ke pura dan ikut gotong royong di pura saat odalan bsa dikenai sanksi adat.
Sedangkan saya tidak mau memaksakan diri sembahyang demi penghargaan masyarakat
sekitar. Saya minta pencerahan dari Bang Leo atas kendala di atas dan saya juga tidak ingin
mengecewakan orang tua dan keluarga saya karena mereka sangat tergantung dengan hukum
serta lembaga adat yg ada.

J = Bali has been changing. Telah banyak yg berubah di Bali sejak Belanda masuk ke Bali
Selatan seratus tahun yg lalu. Perubahannya boleh bilang cepat sekali, tetapi tidak cukup
cepat untuk mereka yg sudah bisa menangkap essensi dari pengajaran agama. Essensi dan
bukan ritual.

Jaman dulu Belanda bahkan melarang misionaris Kristen untuk masuk ke Bali karena dilihat
akan merusak tatanan adat yg begitu kaku di Bali. Tetapi gereja Katolik menyusup masuk,
dan diam-diam merekrut banyak orang Bali menjadi penganut Katolik. Kalau sudah menjadi
penganut Katolik akhirnya orang Bali akan bisa ke luar dari adat. Gereja menyediakan
fasilitas untuk ke luar dari segalanya yg dianggap menyesakkan itu. Itu salah satu pilihan yg
bisa diambil oleh orang Bali yg merasa adat banjar terlalu "tidak manusiawi" (dalam tanda
kutip).

Bali harus seperti itu karena dituntut oleh situasi di masa lalu. Banjar harus independen
mencukupi kebutuhan dirinya sendiri karena orang lain tidak bisa bantu. Bahkan raja-raja dan
para pedanda tidak bisa membantu banjar. Banjar harus ditopang oleh para anggotanya, yaitu
anda dan tetangga kiri kanan anda. Itu Bali masa lalu, dan kelihatan masih dipaksakan sampai
sekarang. Tentu saja banyak hal yg dipaksakan itu bukanlah agama melainkan adat. Sama
saja seperti di Kristen dan Islam, segala hal yg dipaksakan itu bukanlah kerohanian
melainkan tradisi dan kebiasaan kemasyarakatan belaka. Dengan kata lain, segala sanksi itu
sebenarnya berkaitan dengan tradisi gotong royong yg mutlak dilakukan di masa lalu tetapi
tidak lagi terlalu relevan di masa sekarang ketika kita bisa membayar gantinya dengan uang.

Di Bali, apabila anda tidak ikut gotong royong, maka anda bisa membayar denda berupa
uang. Setahu saya seperti itu. Karena anda hidup di lingkungan seperti itu, maka mau tidak
mau anda harus membayar. Bayar saja. Dan jelaskan juga bahwa anda memiliki "panggilan"
untuk tidak mengikuti segala ritual itu. Panggilan dalam tanda kutip itu adalah yg harus anda
jelaskan satu persatu kepada orang-orang yg akan datang kepada anda.

Setahu saya orang Bali itu sangat curious, dan kalau anda mulai terkenal sebagai orang yg
memiliki ilmu, maka mungkin anda tidak akan punya banyak waktu lagi untuk diri sendiri.
Orang-orang akan datang berganti-ganti ke tempat anda untuk konsultasi. Dari masalah
jodoh, santet, pelet, kesehatan, rejeki,... sampai ilmu kesaktian mandra guna akan ditanyakan
kepada anda. So, you could become a no nonsense consultant to the people. Kalau anda mau,
ambillah peran itu, yg sangat memungkinkan di Bali.

Di Jakarta dan tempat lain anda akan dianggap sebagai orang nyentrik, tetapi di tengah
kampung di Bali anda akan bisa menjadi orang sakti. Anda tidak mempan guna-guna bukan ?
Karena anda kebal, maka anda akan bisa membantu orang-orang yg histeris merasa dikirimi
guna-guna. Caranya terserah kepada anda sendiri, tetapi saya melihat peran semacam itu yg
bisa anda jalani di kampung anda, kalau mau.

Kalau anda dianggap sebagai orang "pintar", maka tidak akan ada yg berani mencemooh anda
lagi. But you have to stand up. Tunjukkan bahwa anda memiliki panggilan untuk tidak ikut
ritual, dan sebagai gantinya anda bisa memberikan pertolongan kepada banyak orang yg
datang kepada anda. Saya percaya anda bisa menangkap apa yg saya maksudkan di sini. If
you have that calling, just do it.

T = Apa benar makanan mempengaruhi aura seseorang ? Seperti contoh penari Bali yang
katanya pantang memakan daging sapi karena akan mempengaruhi taksu ketika menari. Atau
seorang pendeta alias orang suci pantang memakan daging karena akan mempengaruhi
taksunya juga. Dan kalau emang bener daging-daging tertentu bisa mempengaruhi kualitas
taksu, maka apa yang menyebabkannya ? Jenisnya binatangnya kah ? Wajahnya kah ? Atau
sifatnya kah ? Atau semua itu juga hanya simbol-simbol tertentu untuk mengeksklusifkan
dirinya (si manusianya) saja ?
J = Taksu merupakan istilah khas Bali, artinya bisa aura, kharisma, kesaktian, keampuhan,
dll... Kalau orangnya percaya bahwa taksu di dirinya menuntut pantangan makan daging sapi,
maka apa yg dipercayainya itu akan bekerja just like that. Ini permainan pikiran saja. Kalau
orangnya percaya, maka apa yg dipercayainya akan menjadi kenyataan.

Penari yg makan daging sapi akan seperti sapi sehingga tidak bisa bergerak dengan lincah,
pedahal kelincahan dan kelenturan itu sangat dibutuhkan, apalagi oleh seorang penari legong
keraton yg pantatnya harus goyang-goyang dengan frekwensi very fast. Penari Hawaian yg
juga goyang pantat belum tentu bisa menyamai goyangnya penari legong keraton. Dan
maybe, who knows, hal itu disebabkan karena penari Hawaian doyan makan beef steak. Steak
daging sapi.

Makan daging babi is haram buat orang yg suka mengaji Al Quran karena nanti suaranya
tidak bisa merdu lagi melainkan berbunyi ngrookkk ngrookkk..., kurang lebih seperti bunyi
seekor babi. Babi is halal untuk penari legong kraton di Bali, on the other hand, yg haram itu
sapi. Sapi itu haram karena penari Bali harus bergerak cepat pinggulnya. Suara tidak terlalu
penting, makanya babi tidak haram. Suara itu penting bagi mereka yg berasal dari Arabia
karena segalanya harus dikeluarkan melalui mulut, makanya babi di-haramkan. Suara babi is
ngrookkk ngroookkk... dan itu akan sangat mengganggu taksu orang yg gemar meneriakkan
assyaduana tiap subuh melalui corong mesjid.

Segalanya itu simbol-simbol saja, dan efektifitasnya tergantung apa yg dipercayai oleh
manusianya sendiri. Kalau percaya makan sapi akan mengurangi kadar kelenturan tubuhnya,
maka tidak usah dimakanlah sapi itu. Masih banyak hewan lain yg bisa dimakan. Ada penyu
laut, tetapi ini sudah dilindungi sekarang, termasuk satwa langka, pedahal enak sekali. Sang
penyu dilindungi karena diuber-uber banyak orang Bali buat dibikin sate penyu sebagai
kelengkapan upacara keagamaan.

Sebenarnya ini juga berlaku di dalam dunia astral. Astral artinya tidak terlihat atau cuma
berada di dalam alam pikiran kita saja. So, kalau anda memperoleh kesulitan dan percaya
bahwa penyebabnya adalah santet yg berasal dari Bali, maka penangkalnya itu daging sapi.
Suruh orang yg merasa dikirimi guna-guna itu untuk makan sapi sebanyak-banyaknya.
Sebaliknya, mereka yg merasa disantet oleh dukun Islam bisa makan babi sebanyak-
banyaknya. Itu penangkalnya, daging babi dan minyaknya. Sang minyak babi yg baunya
naudzubillah itu juga bisa disiramkan ke sekeliling rumah dari korban santet itu, dan walhasil
jin-jin Muslim yg dikirimkan untuk berbuat jahil akan lari terbirit-birit sambil berteriak:
haram, haram...
Haram, haram...

Comment · LikeUnlike · Share


• Leonardo Rimba and 56 others like this.

Andy 'Benefit' Nugraha .

Flag
Yesterday at 7:53am · LikeUnlike ·

Abbur Boedoet setuju ama Om Leo..

Flag
Yesterday at 7:56am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Spiritual Indonesia Sumber


http://www.facebook.com/notes.php?id=100001329572395&notes_tab=app_2
347471856#!/note.php?note_id=130271307014205
-

Flag
Yesterday at 7:57am · LikeUnlike ·

Johannes Nugroho Onggo Sanusi Bahaya laten semua organized religion!

Flag
Yesterday at 8:03am · LikeUnlike ·
o

Septia Ellen

pas bener...tadi gw bilang orang Hindhu gak kebakaran jenggot orang pindah
agama asal tetep ikut ritual adat...artinya: agama ya ritual dan tata cara/adat,
siapa yg ngerti isi otak kita ketika melakukan semua itu? sebelum gw keluar
dari rit...ual2 ke agamaan jauh sebelumnya udah gak ngerasa apa2 waktu ke
gereja misalnya, doa2 dsb...apalagi dengerin kotbah pendeta2 yg masih
muda2...dalem ati gw...ah loe2 pada cuma bisa ngemeng tok...

sekarang gw merasa lebih bebas...merdeka...dengan mengikuti semua ritual2


apalagi yg bersifat festive kayak lebaran, natal dsb...seneng aja ada
keriaan...kalu dimintain sumbangan ya nymbanglah mau yg ngumpulin
sumbangan itu mesjid kek, gereja kek apa kek, sepanjang untuk kebersamaan,
dinikmati bersama sekampung dimana kita tinggal ya gak pa apa tokh?See
More

Flag
Yesterday at 8:07am · LikeUnlike · 4 peopleLoading... ·

Denta Suryaning Bawono Hah.....haaaaaay.....

Flag
Yesterday at 8:10am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Sandy Prasetya

wah2 lagi-lagi mengungkapkan pemikiran yang berlndaskan"FRUSTASI-


ISME"!
okokokok!ttg makanan ae ya?perutku lapar!hahahahahahaha!!!makanan
sangat berpengaruh pada perilaku&kejiwaan!ex:jgankan pada jiwa pada tubuh
ae berpengaruh!ada yang alerg...i sama udang gak?!bodoh kalo alergi,udang
enak,yang alergi pada udang jangan bunuh aku ya!hahahahaha ex lagi:hewan
herbivora lebih pasif dari carnivora!
mas sekedar saran dari aku yang bodoh!jujur aku agak sentimentil dengan
tulisan anda.maka aku cari celah&kesalahan anda!aku fokus.lahirlah tulisan
ini.!!nah2 gak ada manfaatnya kan tulisan ini kan(karena berdasarkan
pembenaran egoku)?!
saran aku.mending dalam menulis bebaskan pikiran anda!netralkan jangan ada
unsur SENTIMENTIL atau TRAUMA "SESUATU"(saya melihat anda
mengalami trauma psikologi,dan mungkin anda menulis ini sambil mengingat
anda di usir dari kuil,hahahahahaha)
semoga aku keliru dgan tulisanku!mohon maaf lahir bathin See More

Flag
Yesterday at 8:14am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Tinx Christine Di indo jg ga ada tuh yg mengharuzkan pak lek meluk 1


agama.hahah.jd ga osah khawatir pak lek.klw males meluk 1 agama.paling jg
di blg org pak lek ni primitip.hihi iya.ky zaman batu.blm ada agama.jd
nyembah suka2nya aja.klw dlu nyembhnya pohon,patung.tp mungkin pak lek
krn uda pinter jd hamba uang x.atw hamba harta atw pekerjaan.jd kan sama
aja ky zaman batu.cuma bdanya rada canggih skrg gt.hahahah :-) piss

Flag
Yesterday at 8:17am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

-Adi Putra IWayan- easy going aj,..kata gus dur "gitu aj koq repot",...KITA
HIDUP DIDUNIA KAN NYARI KEBAHAGIAAN, KOQ HIDUP DIBUAT
REPOT N BERBELIT2....klo g senenng ya dijauhin klo seneng ya
dideketin,....so what gt loch,....

Flag
Yesterday at 8:25am · LikeUnlike · 1 personLoading... ·

Putu Suweca Anda ini sedang berlelucon atau apa? Di bali tdk mengenal
konsep halal atau haram, Daging sapi tdk dianjurkan (bkn dipaksakan tidak
boleh) utk dimakan, bukan karena haram Bung!! Tanya jawab ini cuma
karangan anda ato siapa? Taksu itu tdk ada hubungannya dgn makanan yg
dimakan, tp lbh kepada penghayatan, kelepasan jiwa dlm menjalankan sesuatu
yg akan menghasilkan sesuatu yg natural dan tanpa tekanan yg berbuah
keindahan. Adat itu sama dgn hukum yg mesti dijalankan, krn kesepakatan.
Thats my point of view..!

Yesterday at 8:33am via Facebook Mobile · LikeUnlike · 3 people3 people


Flag
like this. ·
o

'Jaka Berek' Ssk...

Flag
Yesterday at 8:33am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Putra Kosasih Daeng Mattawang

Konsep surga dan neraka justru yang membuat umat beragama menjadi ego-
centris. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala agar bisa masuk
surga. Yang terjadi akhirnya adalah exploitasi si miskin oleh si kaya, si lemah
oleh si kuat, etc.... Mereka berbuat kebaikan bukan demi untuk kebaikan itu
sendiri, tapi lebih kepada berharap untuk mendapatkan pahala agar bisa
menjadi warga surga di kemudian hari. Dan jika surga dan neraka itu ada,
maka mereka adalah mahluk Tuhan yg paling durhaka karena menyaingi
keabadian dari Sang Khalik yg diyakini memiliki sifat baqa (maha abadi).
Bagaimana mungkin sesosok mahluk bisa menandingi Khaliknya....???
Contoh sebuah konsep keyakinan yg saling bertentangan.....!! :-)See More

Flag
Yesterday at 8:47am · LikeUnlike · 2 peopleLoading... ·

Cokorda Ari Wiraguna Hi, saya sebagai org bali sangat marah sekali karna
koq ad ya seorang yg ktnya org bali, nth km beragama hindhu ato tidak
beragama,..berani-beraninya menghina ritual agama hindhu,..Jgn sekali-kali
kamu menjelekan ritual hindhu,..apalagi sampe bilang ritual hindhu
menyusahkan umatnya. Ini adalah forum untuk mencari jalan keluar, bukan
nya malah menjelekan salah satu agama,..kalau gk suka dg hindhu,..pindah
agama aj,.jgn malah memancing kemaran salah satu agama.

Flag
Yesterday at 9:05am · LikeUnlike ·

Hi Dayat Benar benar joss artikel ini

Flag
Yesterday at 9:07am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·
o

Jepri Maryaman

Mr L Rimba... Jawaban yg jenius n bijak!

@ beli...wayan?made?nyoman ato ketut?<yg konsultasi ama bung L Rimba>


sebagai orang bali sepatutnya anda bangga,bali yg bisa menjaga/melestarikan
budaya warisan leluhur bumi pertiwi ini selama lebih d...ari 7oo thun Bali ttp
konsisten dgn adat dan budayanya yg nyata2 bermanfaat bagi penduduknya yg
mana keunikan budaya bali yg tiada duanya di dunia telah mengundang
datangnya jutaan turis mancanegara setiap tahunnya untuk melihat secara
langsung keunikan budaya/ritual2 agama serta keindahan alamnya, yg mana
sudah jelas pendapatan yg tak terhingga jumlahnya untk kemakmuran
penduduk bali tersebut

saya sebagai orang jawa yg sudah sekitar 2o thun di bali sangat2 mengagumi
seni budaya bali yg unik ini sehingga saya yg dulu dilahirkan dlm kluarga
islam tanpa ragu lagi berpindah keyakinan menjadi penganut hindu
bali,IDENTITAS INDONESIA adalah BALI
kalo bukan kita2 generasi muda ini melestarikan budaya leluhur bumi pertiwi
ini....siapa lagi???

BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA


HANYA DI BALI YG MASIH TERSISA

mohon maaf bila ada salah2 kata


rahayu _/\_
See More

Yesterday at 9:08am via Facebook Mobile · LikeUnlike · 5 people5 people


Flag
like this. ·

Arby Yasa

Satu hal yg mngganjal, Mas Leo mengatakan orang beragama itu hanya
kumpulan masyarakat kelas bawah, primitif dan bodah ? Lalu grup spiritual
yang Mas Leo buat ini, Spiritual yg model bagaimana ? atau hanya
berdasarkan pola pikir pribadi sa...ja ?
(Penanya) Pendidikan yg tinggi, ekonomi yg mapan dan pengalaman yg luas,
biasanya merasa diri ekklusif dan tdk mau dianggap kampungan karnanya tdk
sudi berbaur dg masyarkat kelas bawah yg notabene bodoh, miskin dan
ketinggalan jaman ? tapi beragama.
"salam"See More
Flag
Yesterday at 9:25am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Arby Yasa Saran : jangan sekali-kali membahas Agama orang lain jika kita
tidak benar-benar mengetahuinya. karna isu SARA sangat sensitif.
"Salam damai untuk semua"

Flag
Yesterday at 9:35am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Spiritual Indonesia Arbi Yasa, SARA artinya diskriminasi, membedakan


perlakuan terhadap orang lain. Menteri Agama Suryadharma Ali bilang
Ahmadiyah "sesat" dan akan dibubarkan. Itulah SARA !!
-

Flag
Yesterday at 9:51am · LikeUnlike ·

Cokorda Ari Wiraguna Tp isu yg di angkat di forum ini jg bs di katagorikan


berbau sara, soalnya memuat penghinaan terhadap salah satu agama,..

Flag
Yesterday at 10:01am · LikeUnlike ·

Sandy Prasetya

hhahahahahha mulai senewen semuanya!gak usah mikir sara!mikir aja gimana


nasib bangsa ini kedepan!terlalu meributkan "candu" malah akan membuat
bangsa ini semakin termarginalkan d tatanan global dan
"mabuk",masyarakatnya hingga saling berbu...nuhan!biarkan bang leo
"mabuk"dalam masturbasinya!jika menyinggung "pondasi-hati" maka prinsip
ku bicara"MENGHINA KEYAKINAN SAUDARA-KU MAKA HARUS
"MATI"kita adalah sama walau"label"di jidat kita mungkin berbeda!
tapi jujur aku pingin tahu sejatinya dari bang leo ini apa!"jiwa yang
bersemayam di hatinya"&ato tuan mang benar2 FRUSTASI!maaf bang kami
butuh penjelasan "agama"tuan agar kami tidak terjebak dalam "sesuatu"
nah-nah aku ikut ngelantur kan?hahahahahahahaha
See More

Flag
Yesterday at 10:18am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Aurelia Sutana Nyoman Pak cok ini bukan masalah sara tapi Bli yg di
bicarakan mas Leo dalam diskusi adalah tukar pikiran bukan menghina agama
saya orang Bali juga setuju apa yg di tulis mas Leo tapi bukan salah mas Leo
di cuma membantu orang yang mintak bantuan salah kan orang yg mintak
pendapat atau Saran Dari mas Leo..say bukan ngebela siapa siapa
HAM....buka dada lah masih Ada peduli tentang adat istiadat Bali
..astungkaraaa

Flag
Yesterday at 10:25am · LikeUnlike ·

Evri Suprihatna @Leonardo rimba:


'JIWA' siapa yang bersemayam didalam raga Anda ?

Flag
Yesterday at 10:34am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Arby Yasa

Leonardo@ Maaf, menurut bahasa Indonesia SARA adalah akronim dari


Suku, Ras dan Agama. jadi tidak ada hubungannya dengan membeda-bedakan
atau diskriminasi. kata SARA tidak berkonotasi Negatif
jika kita membicarakan Suku, Ras, agama atau ad...at istiadat orang lain
berarti kita sudah membicarakan unsur SARA.
tergantung dari kita membicarakan SARA yg baik2 saja Atau menyerang
SARA orang lain.See More

Flag
Yesterday at 11:01am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

o
Komang Agus Satya Negara hnya orng yg tdk ngerti Bali yg membuat tanya
jawab spt ini

Flag
Yesterday at 11:08am · LikeUnlike ·

Dekti Sense

Apapun kata org saya bangga dg keBalian saya..bagi penanya klopun anda
tingal didps pd akhir minggu bukankah anda bs pulang kampung n ikut terjun
dlm kegiatan adat... Saya jg tinggl didps, tp didesa saya seberapapun tinggi
pangkat/jabatan d...ikantor, seringkli tampil di tv tp klo ud dlm kegiatan adat
ttp melebur bersatu dlm konsep ngayah, sisuami trampil ngulat
klakat(kelengkapan upacara) si istri ngak canggung ngambil semat tuk
mejejahitan,... Semeton q klo bukan kita yg ngajegang Bali,siapa lagi.....
Shanti tuk semua...Rahayu BALI q........ Tuk mas Leo still jempollllSee More

Flag
Yesterday at 11:16am via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

Jambu Dwipa ijin share mas leo.

Flag
Yesterday at 11:36am · LikeUnlike ·

Satria Pengging Saudara-saudara yang pandhita Hindu, mbok ya nggak usah


marah..he, he...keberadaan orang seperti Mas Leo yang seperti anti-agama ya
diterima saja dengan apa adanya...anggap saja dia semacam bandul
penyeimbang dari alam semesta..supaya orang masih mau merenung soal
agamanya....Kebenaran akan tetap kebenaran walau dianggap bukan
kebenaran..jadi nggak usah risau jika ada yang menghina kebenaran yang kita
hayati...

Flag
Yesterday at 12:16pm · LikeUnlike ·

o
Budiman Damanik skedar saran @ SI: sebaiknya jangan suka mengumbar
kata/kal. spt ini " mem.....i dan menyus.... umatnya..."; ntar banyak yg
tersinggng lhoh...

Flag
Yesterday at 12:17pm · LikeUnlike · 1 personLoading... ·

Goes Banjar' Jangan terbuai pujian ttg bali, banyak produk feodal yg masih
bercokol , yg mungkin dulu berguna & mungkin sekarang expired, sekarang
masing masing desa mempunyai hak penuh untuk mengatur diri sendiri, bali
utara agak beda dgn bali selatan,dari segi sosial, bali utara lebih fleksibel dari
segi aturan adatnya, jadi jangan bali dipukul rata .....

Yesterday at 12:25pm via Facebook Mobile · LikeUnlike · 1 personJublegan


Flag
Gembrong likes this. ·

De'ot Wiryda Klo ada orang yg mengaku Bali dan Menjelekan Bali Pasti
Orang Bali Palsu,dan orang ini biasanya tak nyenyak Tidur bila kata Hati sdh
KKN dng pikirannya sendiri,Suksme

Flag
Yesterday at 1:55pm · LikeUnlike ·

Henky Prasetyawan Hernanda sebelum menjelekan sesuatu mari kita lihat diri
kita apa sudah baik atau belum< tidak ada manusia yg sempurna, karena
kesempurnaan adalah milik allah swt

Flag
Yesterday at 5:47pm · LikeUnlike ·

June Hutauruk agama memang lahir dan bertumbuh dari zaman yg terbelakang
(dimana belum di kenal adanya HAM) namun bukan berarti di dunia yang
modren/maju agama di buang/ditinggalkan... tetapi di tuangkan ke dalam
peradapan/peraturan maka dikenallah adanya HAM dsb... jadi manusia yg
beradap dan menghargai kehidupan = manusia beragama (sekalipun ia
mengatakan dirinya Atheis) namun sepertinya tdk semua manusia beragama
beradap dan menghargai mahluk hidup diluar dirinya.

Flag
21 hours ago · LikeUnlike ·

Rofi Masriyanto sekali - kali kita wisata sendiri, berada sendiri di tengah
lautan di tengah kegelapan malam.
tanpa teman , tanpa alat komunikasi,

Flag
18 hours ago · LikeUnlike ·

Jiwa Negara Yanik

Betul di Bali itu ada adat2 yang sudah tidak relevan, dan saya rasa itu akan
berubah dan terus berevolusi mengikuti jaman.
Dengan perkembangan teknologi, sekarang masyarakat bali sudah mulai kenal
dengan essensi agama, karena ceramah2 agama ...gampang sekarang, bisa di
TV, FB, koran dll. Jadi sudah semakin banyak orang2 yang menganggap adat
hanyalah perayaan, keceriaan doang. Kalo kita lagi males gak mau gotong
royong, bayar aja denda. Adat dan ritual hanyalah perayaan saja.

Tapi bagaimanapun juga, di Bali perlu generasi2 penerus yang berani


mendobrak dan mereformasi adat2 yang sudah tidak relevan.
See More

Flag
16 hours ago · LikeUnlike ·

Deswar Minisira Semua hrs damai yah..

Merdeka!!

Flag
14 hours ago via Facebook Mobile · LikeUnlike ·

o
Surya Aditya @jiwa negara yanik....setuju bli,adat dan ritual itu dibuat oleh
manusia jaman dulu yg pastilah relevan pada jaman itu,seiring jaman adat n
ritual itu bisa diubah kalo ga relevan,ga ada yg ga bisa diubah tp tentu harus
pake forum musyawarah,seiring dg kemajuan jaman saya yakin para generasi
muda di bali bisa membuat perubahan mesti berhadapan dg orang2 tua yg
pikirannya udah terdogma dan mempertahankanya

Flag
13 hours ago via Facebook Mobile · LikeUnlike · 1 personLoading... ·

Anda mungkin juga menyukai