Anda di halaman 1dari 21

A.

Pengertian dan Tujuan Konstruktivisme

            Konstruksi berarti bersifat membagun, dalam konteks filsafat pendidikan, kostruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidu yang berbudaya modern.

            Menurut Tran Vui, kostruktivime adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas
anggapan bahwa dengan merfleksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Konstruktivime
mempunyai beberapa tujuan, diantaranya dalah sebagai berikut:

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggungjawab siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaanya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara
lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan sisiwa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
e. Lebih menekankan pada proses belajar bagai mana belajar itu.

B. Prinsip-prinsip Konstruktivisme

            Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sara dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mencari dan menilai pendapat sisiwa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
9. menilai belajar siswa dalam konteks pengajaran.

C. Hubungan Konstruktivisme dengan Teori Belajar Lainnya.

Selama 20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak mempengaruhi pendidikan


Sains dan Matematika di banyak negara Amerika, Eropa, dan Australia. Inti teori ini berkaitan
dengan beberapa teori belajar seperti teori Perubahan Konsep, Teori Belajar Bermakna dan
Ausuble, dan Teori Skema.
1. Teori Belajar Konsep

            Dalam banya pnelitian diungkapkan bahwa teori petubahan konsep ini dipengaruhi atau
didasari oleh filsafat kostruktivisme. Konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan
dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep yang menjelaskan bahwa
siswa mengalami perubahan konsep terus menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengapa
seorang siswa bisa salah mengerti dalam

menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana
siswa membentuk pengetahuan yang tidak tepat. Dengan demikian, seorang pendidik dibantu
untuk mengarahkan sisiwa dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori
perubahan konsep sangat membantu karena mendorong pendidik agar menciptakan suasana dan
keadaan yang memungkinkan  perubahan konsep yang kuat pada murid sehingga pemahaman
mereka lebih sesuai dengan ilmuan. Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan
pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda tersebut bukanlah
akhir pengembangan karena setiap kali mereka masih dapat mengubah pengertiannya sehingga
lebih sesuai dengan pengertian ilmuan. “Salah pengrtian” dalam memahami sesuatu, menurut
Teori Konstruktivisme dan teori Perubahan Konsep, bukanlah akhir dari segala-
galanyamelainkan justru menjadi awal untuk pengembangan yang lebih baik.

2.Teoti Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel, seseorang belajar denga mengasosiasikan fenomena baru ke dalam


sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan sekema
yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia
pelajari sendiri.

Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru
kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya
mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.

3. Teori Skema.

            Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau sekema yang
terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita
itu tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar, kita dapat
menambah skema yang ada sihingga dapa t menjadi lebih luas dan berkembang.

4. Konstrtivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme

            Konstruktivisme berbeda dengan Behavorisme dan Maturasionisme. Bila Behaviorisme


menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran, konstruktivime lebih menekankan
pengembangan konsep dan pengertian yang mendalam. Bila Maturasionisme lebih menekankan
pengetahuan yang berkembang sesuai dengan langkah –langkah perkembangan kedewasaan.
Konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif sibelajar. Dalam
pengertian Maturasionisme, bila seseorang mengikuti perkembangan pengetahuan yang ada,
dengan sendirinya ia akan menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut Konstruktivisme,
bla seseorang tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua
akan tetap tidakakan berkembang pengetahuannya.

            Dalam teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri
sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis
menganalisis sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan meniru saja.

            Kadang –kadang orang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan Teori
Pencarian Sendiri (Inguiry Approach) dalam belajar. Sebenarnya kalau kita lihat secara teliti,
kedua teori ini tidak sama. Dalam banyak hal mereka punya kesamaan,seperti penekanan
keaktifan siswa untuk memenuhi suatu hal. Dapat terjadi bahwa metode

pencarian sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak semua semua
konstruktivis dengan metode pencarian sendiri. Dalam konstruktivisme terlibih yang personal
sosial, justru dikembangkan belajar bersama dalam kelompok. Hal ini yang tidak ada dalam
metode mencari sendiri. Bahkan, dalam praktek metode pencarian sendiri tidak memungkinkan
siswa mengkonstruk pengetahuan sendiri, karena langkah-langkah pencarian dan bagaimana
pencarian dilaporkan dan dirumuskan sudah dituliskan sebelumnya.

D. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran.

a.       Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-
jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat
mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun  seluruh atau sebagian siswanya
tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti
dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa
sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.

b.      Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam
kerangka kognitifnya.

c.       Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang
dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.

d.      Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing
konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan
situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi
mental yang diperlukan

e.       Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan


pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.

f.        Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

g.       Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi
kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.

        Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar

1.      Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu
berubah dan tidak menentu.

2.      Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif
dan refleksi dan interpretasi.

3.      Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung
pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya.
Teori

Jean Piaget memulakan kerjayanya sebagai ahli biologi - khususnya, malacologist sebuah! Tapi minatnya
pada ilmu pengetahuan dan sejarah ilmu pengetahuan akan menyusul minat dalam siput dan kerang.
Saat ia menggali lebih dalam proses pemikiran-melakukan ilmu pengetahuan, ia menjadi tertarik pada
sifat fikiran itu sendiri, khususnya dalam pembangunan pemikiran. Cari relatif sedikit kerja yang
dilakukan di daerah itu, ia memiliki kesempatan untuk memberikan label. Dia menyebutnya
epistemologi genetik, yang bermaksud kajian tentang perkembangan pengetahuan.

Dia menyedari, contohnya, bahawa bayi mempunyai kemahiran tertentu yang berkaitan dengan objek di
persekitaran mereka. Kemahiran ini yang pasti mudah, sensori-motor kemahiran, tetapi mereka
diarahkan cara bayi menjelajah persekitaran nya dan bagaimana mereka memperoleh pengetahuan
lebih tentang dunia dan lebih canggih kemahiran eksplorasi. Kemahiran ini ia disebut skema.

Sebagai contoh, bayi tahu bagaimana untuk mendapatkan nya bergetar kegemaran dan
memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia punya bahawa skim pat bawah. Ketika ia datang di beberapa
objek lain - menonton mahal ayah berkata, ia dengan mudah belajar untuk memindahkan "turun dan
tolak" skim terhadap objek baru. Ini disebut Piaget asimilasi, khususnya asimilasi benda baru ke dalam
skim yang lama.

Ketika bayi kami datang di tempat yang lain lagi - mengatakan bola pantai - dia akan cuba skim lamanya
turun dan tolak. Hal ini tentu saja bekerja buruk dengan objek baru. Jadi skema akan menyesuaikan diri
dengan objek baru: Mungkin, dalam contoh ini, "memerah dan air liur" akan menjadi tajuk yang tepat
untuk skim baru. Hal ini disebut penginapan, khususnya mengakomodasi skim lama ke tempat baru.

Asimilasi dan penginapan adalah dua sisi adaptasi, Piaget istilah apa yang paling kita akan menelefon
belajar. Piaget melihat adaptasi, Namun, sebagai perjanjian yang baik yang lebih luas daripada jenis
pembelajaran yang Behavioris di AS bicarakan. Ia melihatnya sebagai satu proses fundamental biologi.
Bahkan pegangan seseorang harus mengakomodasi batu, sementara tanah liat berasimilasi pegangan
kami. Semua makhluk hidup menyesuaikan diri, bahkan tanpa sistem saraf atau otak.

Asimilasi dan bekerja penginapan seperti ayunan pendulum pada memajukan pemahaman kita tentang
dunia dan kompetensi kita di dalamnya. Menurut Piaget, mereka diarahkan pada keseimbangan antara
struktur fikiran dan persekitaran, pada kesebangunan tertentu antara kedua-dua, yang akan
menunjukkan bahawa anda mempunyai yang baik (atau setidaknya baik-cukup) model alam semesta.
Keadaan ideal yang dia sebut ekuilibrium.

Ketika ia meneruskan penyelidikan tentang anak-anak, ia mencatatkan bahawa ada tempoh di mana
didominasi asimilasi, penginapan didominasi tempoh mana, dan tempoh keseimbangan relatif, dan
bahawa tempoh yang sama di antara semua anak-anak ia melihat di alam mereka dan masa mereka.
Dan jadi dia mengembangkan idea tentang tahap perkembangan kognitif. Ini merupakan suatu
sumbangan yang langgeng untuk psikologi.
Tahap sensorimotor

Tahap pertama, yang telah kita sebut, adalah tahap sensorimotor. Hal ini berlangsung dari lahir sampai
sekitar dua tahun. Seperti namanya, bayi menggunakan indera dan kemampuan motor untuk
memahami dunia, bermula dengan refleks dan diakhiri dengan kombinasi kompleks kemahiran
sensorimotor.

Antara satu dan empat bulan, anak bekerja pada reaksi sirkular primer - hanya sebuah tindakan sendiri
yang berfungsi sebagai stimulus yang akan meresponnya dengan tindakan yang sama, dan di sekitar dan
di sekitar kita pergi. Contohnya, bayi boleh menghisap ibu jarinya. Yang terasa baik, sehingga dia
menghisap lagi ... Atau ia mungkin meniup gelembung. Itu menarik, jadi saya akan melakukannya lagi ....

Antara empat dan 12 bulan, bayi ternyata reaksi sirkuler sekunder, yang melibatkan tindakan yang
meluas ke lingkungan: Dia mungkin meramas duckie getah. It goes "dukun" Itu bagus., Jadi
melakukannya lagi, dan lagi, dan lagi. Dia belajar "prosedur yang membuat hal-hal menarik terkini."

Pada titik ini, hal-hal lain yang mula muncul juga. Contohnya, bayi mudah geli, walaupun mereka harus
sedar bahawa ada orang lain yang menggelitik mereka atau tidak akan berfungsi. Dan mereka mula
mengembangkan objek kekal. Ini adalah kemampuan untuk mengakui bahawa, hanya kerana anda tidak
boleh melihat sesuatu tidak bererti it's gone! Muda bayi tampaknya fungsi oleh keluar "terlihat, dari
fikiran" skema. bayi yang lebih tua ingat, dan bahkan cuba untuk mencari hal-hal mereka tidak dapat lagi
melihat.

Antara 12 bulan dan 24 bulan, anak bekerja pada reaksi sirkuler tersier. Mereka terdiri daripada "hal
yang sama menarik membuat terkini" kitaran, kecuali dengan variasi konstan. Aku tabuh dengan tongkat
- deram-tat. Aku memukul blok dengan tongkat - berdebar-berdebar. Saya memukul meja dengan kayu -
bunyi-bunyi. Aku memukul ayah dengan tongkat - aduh-aduh. Jenis percubaan aktif adalah terbaik
dilihat selama makan waktu, ketika menemukan cara-cara baru dan menarik dari anda membaling sudu,
pinggan, dan makanan.

Sekitar satu setengah, anak jelas mengembangkan perwakilan mental, iaitu keupayaan untuk memiliki
imej dalam fikiran mereka untuk jangka waktu di luar pengalaman langsung. Contohnya, mereka boleh
melakukan imitasi ditangguhkan, seperti membuat ulah setelah melihat satu jam yang lalu. Mereka
boleh menggunakan kombinasi mental untuk menyelesaikan masalah yang sederhana, seperti
meletakkan mainan untuk membuka pintu. Dan mereka mendapatkan baik berpura-pura. Alih-alih
menggunakan kerek pengangkut barang pada dasarnya sebagai sesuatu untuk duduk di, menghisap,
atau membuang, sekarang anak akan bernyanyi untuk itu, menyelipkan itu ke tempat tidur, dan
sebagainya.

Praoperasional tahap
Tahap praoperasional berlangsung dari sekitar dua sampai sekitar tujuh tahun. Sekarang bahawa anak
mempunyai perwakilan mental dan mampu berpura-pura, ini adalah langkah pendek dengan
penggunaan simbol-simbol.

simbol adalah hal yang merupakan sesuatu yang lain. Sebuah gambar, sebuah kata yang ditulis, atau
kata yang diucapkan datang harus difahami sebagai mewakili anjing nyata. Penggunaan bahasa, tentu
saja, contohnya prima, tapi contoh lain baik menggunakan simbol adalah bermain kreatif, di mana chess
cookies, kertas adalah piring, tempat adalah meja, dan sebagainya. Dengan memanipulasi simbol,
dasarnya kita berfikir, dengan cara bayi tidak boleh: tanpa adanya objek yang sebenarnya terlibat!

Seiring dengan simbolisasi, ada pemahaman yang jelas tentang masa lalu dan masa depan. contohnya,
jika seorang anak menangis untuk ibunya, dan anda berkata "Mommy akan pulang," sekarang akan
cenderung untuk berhenti menangis. Atau jika anda bertanya kepadanya, "Ingat ketika anda jatuh?" Dia
akan bertindak balas dengan membuat wajah sedih.

Di sisi lain, anak sangat egosentris pada tahap ini, iaitu, ia melihat hal-hal yang cukup banyak dari satu
sudut pandang: sendiri! Dia mungkin memegang gambar sehingga hanya dia boleh melihat dan
mengharapkan anda untuk melihat juga. Atau ia mungkin menjelaskan bahawa rumput tumbuh jadi dia
tidak akan terluka ketika dia jatuh.

Piaget membuat kajian untuk menyiasat fenomena ini disebut kajian pergunungan. Dia akan
menempatkan anak-anak di depan pergunungan plester mudah dan duduk sendiri ke samping, lalu
minta mereka untuk memilih daripada empat gambar pandangan bahawa dia, Piaget, akan melihat.
Anak-anak muda akan memilih gambar melihat mereka sendiri melihat, anak-anak yang lebih tua
memilih dengan betul.

Begitu juga, anak-anak muda pusat pada satu aspek dari setiap masalah atau komunikasi pada suatu
masa. contohnya, mereka tidak dapat memahami anda apabila anda memberitahu mereka "Ayahmu
adalah suami saya" Atau. mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti "Saya tidak tinggal di USA, saya
tinggal di Pennsylvania!" Atau, jika anda menunjukkan kepada mereka lima hitam dan tiga kelereng
putih dan meminta mereka "Apakah ada yang lebih atau kelereng kelereng hitam lebih" mereka akan
menjawab "yang lebih hitam?!"

Mungkin contoh yang paling terkenal dari sentrisme praoperasional anak adalah Piaget apa yang mereka
sebut sebagai ketidakmampuan untuk menjimatkan kelantangan cecair. Jika saya memberikan tiga
tahun susu coklat dalam balang tinggi kurus, dan aku memberi diriku jauh lebih dalam gelas gemuk
pendek, dia akan cenderung hanya fokus pada salah satu dimensi dari gelas. Kerana susu dalam gelas
tinggi kurus naik jauh lebih tinggi, dia cenderung menganggap bahawa ada lebih banyak susu yang satu
daripada di kaca lemak pendek, walaupun ada jauh lebih dalam kedua-dua. Ini adalah pembangunan
kemampuan anak untuk decenter yang menandakan dia sebagai havingmoved ke tahap seterusnya.

Tahap operasi konkrit


Tahap operasi konkrit berlangsung dari sekitar tujuh menjadi sekitar 11. Operasi Perkataan merujuk
pada operasi logik atau prinsip-prinsip yang kita gunakan saat menyelesaikan masalah. Pada tahap ini,
anak tersebut tidak hanya menggunakan simbol representationally, tetapi dapat memanipulasi simbol-
simbol logik. Cukup prestasi! Namun, pada titik ini, mereka masih harus melakukan operasi ini dalam
konteks situasi konkrit.

Panggung bermula dengan Decentering progresif. Dengan enam atau tujuh, kebanyakan anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk menjimatkan jumlah, panjang, dan kelantangan cecair.
Pemuliharaan merujuk pada idea bahawa suatu kuantiti tetap sama walaupun perubahan dalam
penampilan. Jika anda menunjukkan seorang anak empat kelereng berturut-turut, kemudian menyebar
mereka, anak praoperasional akan fokus pada menyebarkan, dan cenderung percaya bahawa sekarang
ada kelereng lebih dari sebelumnya.

Atau jika anda mempunyai dua lima inci kayu diletakkan sejajar antara satu sama lain, kemudian
memindahkan salah satu dari mereka sedikit, ia akan percaya bahawa kayu pindah sekarang lebih lama
dari yang lain.

Anak operasi konkrit, di sisi lain, akan tahu bahawa masih ada empat kelereng, dan bahawa kayu tidak
mengubah panjang walaupun sekarang melampaui yang lain. Dan dia akan tahu bahawa anda harus
melihat lebih dari ketinggian hanya dari susu dalam gelas: Jika anda tuangkan ringan dari kaca, lemak
pendek ke tinggi kurus kaca, dia akan memberitahu anda bahawa ada jumlah yang sama susu seperti
sebelumnya, walaupun peningkatan dramatik dalam peringkat ringan!

Dengan tujuh atau lapan tahun, anak-anak mengembangkan pemuliharaan bahan: Jika saya mengambil
bola dari tanah liat dan gulung ke dalam batang tipis panjang, atau bahkan split menjadi potongan-
potongan kecil sepuluh, anak tahu bahawa masih terdapat jumlah yang sama dari tanah liat . Dan dia
akan tahu bahawa, jika anda memainkan semua kembali ke bola tunggal, akan terlihat hanya sama
dengan itu - sebuah ciri yang dikenali sebagai reversibilitas.

Dengan sembilan atau sepuluh, yang terakhir ujian pemuliharaan adalah menguasai: pemuliharaan
kawasan. Jika anda mengambil potongan persegi empat inci satu-merasa, dan meletakkan mereka pada
kain enam-by-enam bersama di tengah, anak yang memelihara akan mengetahui bahawa mereka
mengambil lebih banyak ruang sama seperti tempat yang sama tersebar di sudut, atau, dalam hal ini, di
mana sahaja dalam setiap.

Jika semua hal ini terdengar terlalu mudah untuk menjadi masalah besar, uji kawan-kawan anda di
keabadian jisim: Mana yang lebih berat: satu juta tan timah, atau satu juta tan daripada bulu?

Selain itu, anak belajar klasifikasi dan seriation selama tahap ini. Klasifikasi merujuk kembali kepada
soalan apakah ada kelereng yang lebih atau kelereng hitam lebih? Sekarang anak mulai mendapatkan
idea bahawa satu set boleh merangkumi yang lain. Seriation adalah meletakkan hal-hal dalam rangka.
Anak muda boleh mula memasukkan hal-hal dalam rangka, katakanlah ukuran, tapi dengan cepat akan
kehilangan jejak. Sekarang anak tidak mempunyai masalah dengan tugas seperti itu. Sejak geometri
pada dasarnya tidak lebih dari klasifikasi dan seriation, anak sekarang sedia untuk beberapa pendidikan
formal!

Tahap operasi formal

Tapi anak operasi konkrit mempunyai masa sukar melaksanakan nya baru-dijumpai kemampuan logik
untuk non-konkrit - abstrak iaitu - peristiwa. Jika si ibu berkata kepada junior "Anda tidak boleh
mengolok-olok bahawa hidung kanak-kanak itu. Bagaimana perasaan anda jika seseorang melakukan itu
kepada anda "ini? Dia akan menjawab" Saya tidak punya hidung besar "Bahkan pelajaran sederhana ini
juga mungkin terlalu abstrak, terlalu hipotetis!, Untuk jenis fikirannya.

Jangan mengadar anak operasi konkrit terlalu keras, walaupun. Bahkan orang dewasa sering diambil-
kaget ketika kami hadir dengan sesuatu yang hipotetis: "Jika Edith mempunyai kulit lebih ringan dari
Susan, dan Edith lebih gelap dari Lily, yang adalah paling gelap" Kebanyakan orang perlu beberapa saat?.

Dari sekitar 12 di atas, kita memasuki tahap operasi formal. Di sini kita menjadi semakin kompeten
dalam gaya berfikir orang dewasa. Hal ini melibatkan menggunakan operasi logik, dan menggunakan
mereka dalam abstrak, bukan konkrit. Kita sering menyebutnya berfikir hipotetis.

Berikut adalah contoh mudah tentang tugas yang seorang anak operasi konkrit tidak dapat
melakukannya, tapi yang operasi formal remaja atau dewasa boleh - dengan sedikit masa dan usaha.
Pertimbangkan Peraturan tentang satu set kad yang mempunyai surat-surat di satu sisi dan nombor di
sisi lain: "Jika kad mempunyai vokal di satu sisi, maka mempunyai nombor bahkan di sisi lain" Lihatlah
kad di bawah ini. dan katakan padaku, yang kad saya perlu menyerahkan kepada mengatakan apakah
Peraturan ini benar-benar benar? Anda akan menemui jawapannya di akhir bab ini.

Itu adalah tahap operasi formal yang membolehkan seseorang untuk menyiasat masalah secara hati-hati
dan sistematik. 16 tahun tua untuk memberitahu anda Peraturan-Peraturan untuk membuat pendulum
ayunan cepat atau lambat Tanyakan, dan ia boleh meneruskan seperti ini:

    Sebuah string panjang dengan berat ringan - mari kita lihat bagaimana cepat ayunan.
    Sebuah string panjang dengan beban berat - mari kita coba itu.
    Sekarang, string pendek dengan ringan.
    Dan akhirnya, string pendek dengan beban berat.

percubaan-Nya - dan ini adalah percubaan - akan menceritakan bahawa suatu string pendek mengarah
ke ayunan cepat, dan sebuah string panjang menjadi ayunan lambat, dan bahawa berat pendulum
berarti apa-apa!
remaja telah belajar untuk kemungkinan kumpulan dalam empat cara yang berbeza:

    Dengan bersama: "Kedua-dua A dan B membuat perbezaan di antara" (misalnya panjang string kedua
dan berat bandul itu).

    Dengan disjungsi: "Itu baik ini atau itu" (contohnya bisa jadi panjang atau berat).

    Dengan implikasi: "Jika ini, maka yang akan terjadi" (pembentukan hipotesis).

    Dengan Ketidakcocokan: "Bila ini berlaku, yang tidak" (penghapusan hipotesis).

Selain itu, ia dapat beroperasi pada operasi - peringkat lebih tinggi dari pengelompokan. Jika anda
mempunyai proposisi, seperti "itu boleh string atau berat," Anda boleh melakukan empat perkara
dengan itu:

    Identity: Biarkan saja. "Itu boleh menjadi string atau berat."

    Negasi: meniadakan komponen dan menukar atau dengan dan's (dan sebaliknya). "Ini mungkin bukan
string dan tidak berat, baik."

    Timbal balik: meniadakan komponen tetapi menjaga dan dan atau sebagai mereka. "Apakah itu tidak
berat atau tidak string."

    Correlativity: Jauhkan seperti mereka, tetapi menukar atau dengan dan itu, dll "Ini berat dan string."

Seseorang yang telah membangunkan operasi formal-nya akan memahami bahawa berkaitan dari timbal
balik adalah sebuah negasi, bahawa timbal balik dari negasi adalah berkorelasi, bahawa negasi dari
berkorelasi adalah sebuah timbal-balik, dan bahawa negasi dari sebuah timbal balik dari berkorelasi
merupakan sebuah identiti (Fiuh !!!).

Mungkin telah berlaku pada anda: Ini tidak kelihatan bahawa tahap operasi formal adalah setiap orang
sesuatu yang benar-benar sampai ke. Bahkan orang-orang dari kita yang tidak beroperasi di dalamnya
setiap saat. Bahkan beberapa kebudayaan, tampaknya, tidak mengembangkan atau nilai yang seperti
kita tidak. Abstrak penalaran hanya tidak universal.
F.      KONSTRUKTIVISME

Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi


guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan
pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalamn, pengetahuan, dan
pengertiannya dan apakah mereka siap untuk tahu dari pembentukan pengertian baru ini. Pada
bagian ini, kita melihat permulaan aliran konstruktivisme , peranan pengalaman siswa dalam
belajar dan bagaiman dapat mengasimilasi pengertiannya.

Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi
dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ni ditemukan pada abad ke-5
sebelum masehi. Ketika Socrates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode
perkembangan sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan logika.
Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan
masalah aliran konstruktivisme.

Penyelidikan atau pengalaman fisik, pengalaman pendidikan adalah kunci metode


konstruktivisme. Selama abad ke-18 dan ke-17, filosof Inggris ” Frances Bacon” memberikan
ilmu metode untuk menyelidiki lingkungan. 

Pendukung konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan


mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian sebelumnya,
membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing pelajar harus
mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses membantu
pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan
tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan
merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.

Para konstruktivisme menekankan peranan motivasi guru untuk membantu siswa belajar
mencintai pelajaran. Tidak seprti behaviorist, yang menggunakan sangsi berupa reward,
sedangkan konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran
lebih kuat daripada reward eksternal.

Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 yang bekerja sebagai ahli
Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky, yang sangat tertarik pada efek interaksi siswa dengan
teman sekelas pada pelajaran. Jaramillo (1996) menjelaskan, Vygotsky mencatat bahwa interaksi
individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subyek
yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu
mempunyai metode pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk
mendesign kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI

( JEAN  PIAGET )

A.                 PENGERTIAN
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah  pengertian, mengerti. Pengertian
yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan
( Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan.

Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

B.                 TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927
sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa
cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah
pengetahuan , tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-
tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan
belajar individu.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu
kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang
secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan
demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap
dibandingkan ketika ia masih kecil.

Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah
pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :

-         Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.

-         Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola tingkah
laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati

Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang
dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium),
namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada,
anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi yang tidak menyenangkan.

Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak yang baru
pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki konsep
cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam skemanya dan ketika ia
melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep cecaklah yang paling dekat dengan stimulus.
Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya
perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui.
Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang
itu jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan kuda
ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang hampir
sama.

Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan


lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.
Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat intelegensi anak
itu.

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,

1.                  Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas

2.                  Isi ; disebut  juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu
menghadapi sesuatu masalah.

3.                  Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektul.

Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi.

-         Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis
dalam bentuk system-sistem yang koheren.

-         Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.   

Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan
dengan dua cara, yaitu :

1.      Asimilasi

Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah
terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah
dalam lingkungannya.

2.      Akomodasi

Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dengan
akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya
adalah perubahan dari keseimbangan  yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.

Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan intelektual.

Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium –
disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat mencapai
tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.

C.                 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN

Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak,
yaitu :

1.                  kematangan

2.                  pengalaman fisik / lingkungan

3.                  transmisi social

4.                  equilibrium

Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap


individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis
terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan


kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :

a.                  tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;


b.                  tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;

c.                   tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;

d.                  tahap Operasi Formal : 11 keatas.

Sebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula terdapat
perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang
satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri
Swiss pada tahun 1950-an.

a.                  Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota
tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra)

Pada mulanya pengalaman itu  bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila
ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat.
Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek
dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia  mulai mampu untuk melambungkan
objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan,
suara binatang,  dll.

Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan
digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini,
anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal
yang ditangkap dengan indranya.

b.                  Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)

Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang
digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan
tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika
ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada
tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan
(conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri
anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan.

Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih
terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.

c.                   Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)

Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada
umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda
konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk
mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda
secara objek

Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa
objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.

Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut
yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi
boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih
terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap
operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan
menggunakan lambang-lambang.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis,
tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).

d.                  Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)

Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. Anak
pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan
menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu
bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran
terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-
ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan
operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep
promosi.

Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :

Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian klip (penjepit
kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam
bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih  lanjut
dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang
sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam batang korek api.

Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip?  Dalam memecahkan masalah diatas,
anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.

Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan
penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan
mengujinya (child, 1977 : 127)

Kesimpulan pada tahap ini adalah :

Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak
dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal).
Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa,
yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis,
operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman
untuk masalah-masalah filosofis.

D.                IMPLIKASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN DI KELAS

Pengaplikasiannya di dalam belajar : perkembangan kognitif bergantung pada


akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar,
karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan
diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini individu akan mengadakan usaha untuk dapat
mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.

Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan di kelas :

1.                  Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding dengan orang
dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang
beradaptasi dengan guru.

2.                  Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini adalah agar
pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan
anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk
membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.

3.                  Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-
anak mencoba  memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada
jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk
jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban
yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
4.                  Guru  dapat  menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran materi
pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.   

Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung
tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan,
struktur dan konten intelektualnya berubah / berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun
sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan ; masing-masing . mempunyai struktur
psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi
adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.

E.                 KRITIK TERHADAP TEORI PIAGET

Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa


pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika
anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang
meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.

-         Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak
sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada
usia yang diyakini oleh Piaget.

-         Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai
pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De
Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan 
berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk
pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional
formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon
dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak
kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
-         dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak
mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.

-         Inilah yang menjadi pertentangan dan kritikan  diantara para ahli psikologi.

Anda mungkin juga menyukai