Anda di halaman 1dari 10

ilmu pengetahuan lingkungan - 11

bagian ke 11 dari 16 bagian

hasil penyusunan terjemahan petikan-petikan dari buku :


Environmental Science, Sustaining the Earth, G.Tyler Miller, Jr.,Wadsworth Publishing Company,
Belmont - California, 1993, fourth edition

Cheng Shan Noe -- Februari 2000


Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

5.2 Pollution.
WHAT IS POLLUTION ? Perubahan-perubahan dalam karakteristik udara , air , tanah
atau makanan yang dapat berdampak merugikan terhadap kesehatan , ketahanan hidup , atau
aktifitas manusia atau organisme-organisme hidup lainnya disebut sebagai pollution (polusi =
pencemaran). Kebanyakan pollutants (pencemar) adalah bahan-bahan kimia padat , cair
atau gas yang tidak diinginkan yang dihasilkan sebagai produk-produk ikutan (by products)
atau buangan pada saat resources di-ekstraksi , di-proses , dibuat menjadi suatu produk , atau
dipakai . Polusi dapat juga berbentuk sebagai energy emissions (emisi energi = pancaran
energi) yang tidak dikehendaki , seperti panas yang berlebihan , kebisingan atau radiasi
(2, p. 14).
Permasalahan utama adalah ada perbedaan pendapat tentang apa yang dipandang sebagai
tingkat polusi yang dapat diterima , khususnya bila dihadapkan pada pilihan antara biaya
pengendalian pencemaran polusi yang mahal dan kehilangan pekerjaan. Sebagaimana filsuf
Georg Hegel menyebutkan (2, p. 14) :
the nature of tragedy is not the conflict between right and wrong , but the conflict
between right and right
(sifat yang melekat dari suatu tragedi bukanlah pertentangan antara benar dan salah ,
namun pertentangan antara benar dan benar).
SOURCES OF POLLUTION . Pollutants (pencemar-pencemar) dapat masuk kedalam
lingkungan secara alami (sebagai contoh , dari letusan gunung berapi) atau melalui kegiatan-
kegiatan manusia (misalnya dari pembakaran batu bara). Kebanyakan dari polusi alami
tersebar di areal yang luas dan sering kali dicairkan atau diuraikan menjadi pada tingkat yang
tidak membahayakan oleh proses-proses alam (2, p. 14).
Kegiatan manusia sejauh ini telah dan masih terus membebani berlebihan (overloading)
serta merusak proses alami pencairan / pengenceran (dilution) , penguraian , dan daur ulang
(recycling) zat-zat kimia yang essential untuk kehidupan , dengan peningkatan yang semakin
tajam dalam lima puluh tahun terakhir ini. Polusi dari kegiatan manusia yang paling serius
terjadi di atau di dekat kawasan urban (urban = tempat dengan bangunan non permukiman
dan permukiman yang padat, biasanya dianggap = perkotaan) dan kawasan industri , dimana
jumlah-jumlah besar pollutants terkonsentrasi dalam volume (yang relatif kecil) udara , air ,
dan tanah. Industrialized agriculture (pertanian yang diindustrialisasi) merupakan sumber
pencemaran yang termasuk berperan banyak mencemari udara , air dan tanah (2, p. 14).
Beberapa pollutants mencemari areal dimana dia dihasilkan , namun ada beberapa lainnya
yang terbawa angin atau aliran air ke areal lain (2, p. 14).
Ada pollutants yang masuk kedalam lingkungan dari sumber-sumber tunggal yang dapat
teridentifikasi , seperti : cerobong asap pembangkit tenaga atau suatu pabrik , pipa pembuang
pabrik pengemasan daging , atau “knalpot” sebuah mobil. Sumber-sumber pencemar yang
demikian disebut sebagai point sources (2, p. 14).
Pollutant jenis lain masuk kedalam udara , air atau tanah dari sumber-sumber yang menyebar
dan sering kali sangat sulit untuk teridentifikasi, sumber pencemar yang demikian disebut
non-point sources. Sebagai contoh misalnya : luah fertilizers dan pesticides dari lahan-lahan
pertanian yang masuk ke saluran-saluran atau alur-alur aliran , danau dan situ-situ ; serta
juga pesticides yang disemprotkan kemudian terbawa angin entah kemana (2, p. 14).

hal. 93
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

Tiga faktor menentukan sejauh mana akan merugikannya dampak suatu pollutant. Faktor
ke 1 adalah : sifat kimia –nya , sejauh mana pollutant tersebut aktif dan berbahaya atau
merugikan tipe-tipe tertentu atau spesifik organisme-organisme hidup. Faktor ke 2 adalah :
konsentrasi –nya , jumlah per satuan volume udara , air , tanah atau berat tubuh. Salah satu
cara untuk menurunkan konsentrasi adalah dengan membuatnya lebih cair / encer (dilute)
dengan menambahkan sejumlah besar udara atau air. Sebelum kita mulai kewalahan dengan
berbagai masukan polusi , sampai tingkat tertentu dilution (pengenceran) masih dapat
menyelesaikan permasalahan polusi , namun apabila masukan polusi ini menjadi semakin
banyak , hanya sebagian dan mungkin saja hanya sebagian kecil yang dapat terselesaikan
permasalahannya (2, p. 14).
Faktor ke 3 adalah : pollutant’s persistence , seberapa lama pollutant tersebut berada di
udara , air , tanah , atau suatu tubuh. Degradable atau non-persistence pollutants diuraikan
sepenuhnya atau berkurang sampai pada tingkat-tingkat yang dapat diterima oleh proses-
proses fisis , kimiawi dan biologis alami. Pollutants yang dapat diuraikan oleh organisme-
organisme hidup (usually specialized bacteria) disebut sebagai biodegradable pollutants.
Tinja yang dibuang ke sungai atau ke dalam tanah dapat ter-biodegradasi cukup cepat oleh
bakteri sepanjang laju jumlah yang dibuang tersebut tidak lebih laju dari kecepatan yang
dibuang tersebut dapat ter-biodegradasi (2, p. 14).

hal. 94
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

Yang menjadi masalah besar adalah : bahan-bahan dan produk-produk yang dibuat dan
diperkenalkan memasuki lingkungan dalam jumlah yang besar sering kali sangat lama atau
sulit dapat di-degradasi. Contoh-contoh slowly degradable atau persistent pollutants adalah :
insektisida DDT , hampir semua jenis plastik , barang-barang terbuat dari aluminum , dan
chlorofluorocarbons (zat kimia yang banyak digunakan untuk pendingin dalam lemari es
atau A.C.) , serta foaming agents (bahan untuk membuat plastik seperti styrofoam) (2, p.
14).
Non-degradable pollutants tidak dapat diuraikan oleh proses-proses alami. Contohnya
adalah : elemen-elemen toxic (mengandung racun) timbal dan air raksa. Cara-cara terbaik
untuk berurusan dengan non-degradable pollutants adalah tidak melepaskannya ke
lingkungan, men-daur-ulang-nya , dan menghilangkannya dari udara , air , atau tanah yang
sudah terkontaminasi (suatu proses yang mahal) (2, p. 14).
Persoalan yang sangat serius adalah kita hanya tahu sedikit tentang potensi pengaruh
merugikan jangka pendek dan jangka panjang dari 80 % dari sejumlah 70 000 bahan-bahan
kimia sintetis yang diperdagangkan untuk dipergunakan oleh manusia dan species-species
lain. Walaupun pengetahuan kita tentang yang 20 % dari bahan-bahan kimia tersebut juga
terbatas , umumnya karena sangat sulit , memakan waktu dan pengumpulan datanya yang
biayanya mahal. Umat manusia kini dihadapkan pada kondisi dimana eksperimen-
eksperimen kimia dalam skala gigantic terus meningkat semakin pesat yang berkembang
secara eksponensial dengan pengetahuan tentang kemungkinan dampak-dampak jangka
panjangnya yang teramat terbatas (2, p. 14).

POLLUTION CLEANUP. Pollution cleanup , atau output pollution control berurusan


dengan pollutants setelah masuk kedalam lingkungan. Sejauh ini , sebagian besar
perbaikan-perbaikan (peningkatan-peningkatan) kualitas lingkungan di AMERIKA
SERIKAT dan MDC (more develop country) telah didasarkan pada penerapan pollution
cleanup (2, p. 15).
Terlalu mengandalkan pada pengendalian polusi menyebabkan beberapa permasalahan.
Salah satu diantaranya adalah : sepanjang populasi dan pemakaian sumberdaya terus
meningkat , pollution cleanup hanyalah akan merupakan pemecahan permasalahan yang
sifatnya sementara. Sebagai contoh : menambahkan catalytic converters pada mobil-mobil
telah membantu mengurangi polusi udara , namun kenyataan yang ada adalah jumlah mobil
terus meningkat , sehingga pendekatan cleanup ini menjadi kurang efektif (2, p. 15).
Permasalahan yang ke dua adalah : cleanup sering kali menghilangkan pollutant dari satu
bagian dalam lingkungan dan menyebabkan polusi di bagian lainnya. Kita dapat
mengumpulkan sampah , namun sampah tersebut harus ditindak lanjuti : dibakar (sangat
mungkin mengakibatkan tercemarnya udara dan meninggalkan abu toxic yang seharusnya
diletakkan di tempat lain) , dibuang ke sungai , danau atau laut (sangat mungkin
mengakibatkan tercemarnya air) ; ditimbun (sangat mungkin mengakibatkan tercemarnya
tanah dan air tanah bawah) , di-daur-ulang , atau dipakai ulang (2, p. 15).
Baik pollution prevention maupun pollution cleanup ke-dua-dua-nya perlu dilakukan , namun
para environmentalist bersikeras bahwa kita harus lebih mengutamakan dan menekankan
pollution prevention , karena yang ini disamping hasilnya lebih baik juga lebih murah
dibanding pollution cleanup (2, p. 15).

hal. 95
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

Pollution cleanup is better than doing nothing, but pollution prevention is


the best way to walk more gently on the earth (2, p. 15).

hal. 96
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

5.3 Relationship among Population , Resources Use , Technology ,


Environmental Degradation , and Pollution.

ONE MODEL OF ENVIRONMENTAL DEGRADATION AND POLLUTION .


Menurut one simple model , total degradasi lingkungan dan polusi (yang merupakan dampak
dari populasi) di suatu areal tertentu tergantung pada tiga faktor : jumlah jiwa , jumlah rata-
rata satuan sumberdaya yang dipakai oleh masing-masing jiwa , dan jumlah degradasi
lingkungan dan polusi yang dihasilkan manakala masing-masing satuan sumberdaya
dihasilkan dan dipakai (2, p. 15).
Overpopulation terjadi bila manusia melampaui carrying capacity suatu areal yaitu jumlah
jiwa yang dapat didukung oleh areal tersebut untuk keadaan landasan fisik sumberdaya dan
keadaan cara sumberdaya tersebut dipakai yang berlaku. Overpopulation merupakan suatu
hasil dari pertumbuhan jumlah jiwa , pertumbuhan pengaruhnya (konsumsi sumberdaya) atau
ke-dua-dua-nya (2, p. 15).
Dari studi terhadap species lain diketahui bahwa : bila populasi melewati carrying capacity
lingkungannya , maka species tersebut akan menderita dieback yang berakibat menjadi
berkurangnya populasi hingga ia kembali pada jumlah yang sustainable. Pertanyaan crucial
adalah : sampai kapankah umat manusia akan dapat tetap berlanjut dengan pertumbuhan
jumlah jiwa yang eksponensial , memakai sumberdaya diatas planet bumi yang ternyata ada
batasnya serta mengacaukan atau mengurangi species lain dimana umat manusia tersebut
“tergantung atau mengandalkannya” tanpa menderita dieback ? Agaknya tidak seorangpun
tahu jawabannya, namun apa yang disajikan dalam Table 1-1 merupakan suatu tanda
peringatan yang perlu mendapat perhatian serius (2, pp. 15-16).
Perbedaan dalam faktor-faktor kepentingan seperti yang diperlihatkan dalam Fig. 1-11
menjadikan ada dua tipe overpopulation : people overpopulation dan consumption
overpopulation (Fig. 1-12). People overpopulation terjadi dimana terdapat lebih banyak
jumlah manusia dibanding pasok-pasok makanan , air dan sumberdaya-sumberdaya penting
lainnya yang tersedia yang dapat mendukung pada tingkat minimal (Table 1-1) . Dalam tipe
overpopulation yang ini , ukuran populasi dan degradasi yang terjadi pada sumberdaya-
sumberdaya yang sebenarnya bersifat potensial renewable seperti :tanah , padang rumput ,
hutan dan kehidupan alam bebas cenderung menjadi faktor-faktor kunci yang menentukan
keseluruhan total dampak terhadap lingkungan. Di negara-negara yang masih kurang
berkembang yang termiskin di dunia , people overpopulation menyebabkan kematian dini
paling tidak 20 jiwa , dan mungkin juga 40 juta jiwa setiap tahunnya , serta 1.2 juta jiwa
berada pada tingkat kemiskinan absolut (2, p. 16).
Negara-negara industri mengalami tipe ke dua overpopulation yaitu consumption
overpopulation yang terjadi bila sejumlah kecil orang menggunakan sumberdaya-sumberdaya
pada tingkat yang demikian tinggi sehingga terjadi polusi , degradasi lingkungan dan semakin

hal. 97
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

berkurangnya sumberdaya-sumberdaya yang significant . Dalam tipe consumption


overpopulation yang merupakan faktor-faktor kunci dalam menentukan keseluruhan total
dampak terhadap lingkungan adalah : tingkat pemakaian sumberdaya per orang yang tinggi ,
serta tingkat polusi dan degradasi lingkungan per jiwa yang tinggi (Fig. 1-12) (2, p. 16).

Dengan mengendalikan paling tidak 80 % kekayaan dunia dan sumberdaya-sumberdaya


mineral , masyarakat di negara-negara lebih berkembang , dewasa ini , mereka menikmati
suatu rata-rata standar hidup paling tidak 18 kali dibanding masyarakat di negara-negara
kurang berkembang. Standar hidup yang tinggi yang dinikmati oleh 1 milyar masyarakat
yang over-consuming : pemakan daging , pemilik mobil , dan throwaway consumers adalah
penyebab utama terjadinya polusi ,degradasi lingkungan , dan kemiskinan (under-
consumption) (2, p. 16).
Mempergunakan model seperti yang diperlihatkan dalam Fig. 1-12 , seseorang dapat
menyimpulkan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang tingkat consumption
overpopulation –nya tertinggi di dunia. Dengan penduduk yang hanya 4.7. % dari penduduk
dunia , Amerika Serikat memproduksi kurang lebih 21 % dari seluruh barang dan jasa ,
mempergunakan kurang lebih satu per tiga sumberdaya-sumberdaya mineral yang diproses di
dunia ini, mempergunakan kurang lebih satu per empat energi nonrenewable yang ada di
dunia ini , serta menghasilkan paling tidak satu per tiga dari polusi dan sampah yang ada di
dunia (2, p. 16).
Menurut biologis Paul Ehrlich (2, p. 16) :
“A baby born in the United States will damage the planet 20 to 100 time more in a
lifetime than a baby born into a poor family ini an LDC . Each rich person in the
United States does 1 000 times more damage than a person in an LDC”

hal. 98
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

(“Satu bayi yang dilahirkan di Amerika Serikat akan merusak planet bumi 20 sampai
100 kali lebih banyak dalam hidupnya dibanding dengan satu bayi yang dilahirkan
pada keluarga miskin di negara kurang berkembang. Masing-masing orang kaya di
Amerika Serikat melakukan 1 000 kali lebih banyak kerusakan dibanding dengan
seorang miskin di negara kurang berkembang).

MULTIPLE –FACTOR MODEL. The three factors model (model faktor tiga) seperti
yang diperlihatkan Fig. 1-11 , walaupun berguna , terlalu sederhana. Penyebab-penyebab
utama permasalahan lingkungan , sumberdaya dan sosial yang dihadapi dewasa ini adalah
jauh lebih rumit dari yang digambarkan dalam model tersebut, diantaranya menyangkut hal-
hal sebagai berikut (2, pp. 16-17) :
Pertumbuhan populasi dan/atau tingkat konsumsinya yang tidak sustainable yang
mengakibatkan people overpopulation dan consumption overpopulation (Fig. 1-12).
Distribusi populasi , ledakan jumlah penduduk dan urban crisis.
Pola pemakaian sumberdaya yang over-consumption dan boros khususnya di negara-
negara industri , throwaway mentality , menghasilkan produk-produk yang tidak perlu
dan berbahaya , sangat sedikit melakukan recycling dan reuse terhadap sumberdaya-
sumberdaya vital , pertanian yang di-industrialisasi yang unsustainable , dan produksi
industri yang tidak sustainable.
Keyakinan bahwa teknologi akan memecahkan berbagai permasalahan umat manusia ,
kegagalan untuk melihat dengan jelas bentuk-bentuk produk teknologi yang mana yang
mengurangi atau mencegah terjadinya polusi dan pemborosan pemakaian sumberdaya
serta menjadikan sistem pendukungan dunia terhadap kehidupan menjadi lebih
sustainable, serta bentuk-bentuk teknologi yang tanpa kendali yang sepatutnya dapat
merusak sistem pendukungan dunia terhadap kehidupan.
Kemiskinan sebagai akibat kegagalan sistem ekonomi dan politik dunia menciptakan
distribusi lahan , pangan , papan , perawatan kesehatan , pendidikan , lapangan kerja ,
kekayaan , sumberdaya-sumberdaya energi dan mineral, serta kekuatan politik yang lebih
adil.
Penyederhanaan yang terlampau berlebihan pada sistem pendukungan kehidupan dunia
terhadap kehidupan , khususnya pengurangan yang berlebihan terhadap keragaman
hayati.
Krisis dalam management politik dan ekonomi yang menekankan terlampau berlebihan
pada segala bentuk pertumbuhan ekonomi tanpa banyak memikirkan sustainability-nya.
Harga-harga pasar yang hampir seluruhnya ditetapkan tanpa mempertimbangkan biaya
pemeliharaan , perbaikan atau kompensasi kerusakan atau semakin menipisnya
sumberdaya-sumberdaya lingkungan yang diakibatkannya.
Hal-hal yang diuraikan diatas dan faktor-faktor lainnya berinteraksi , dengan cara yang rumit
dan sebagian besar tidak diketahui , menghasilkan berbagai masalah lingkungan ,
sumberdaya dan sosial (Fig. 1-13). Krisis-krisis populasi manusia , energi , kemiskinan ,
polusi , urban (lahan yang dihuni dengan padat dan semakin padat) , perang dan pertikaian ,
serta degradasi lingkungan yang dihadapi dewasa ini adalah bagian-bagian yang saling terkait
dari keseluruhan krisis yang ada. Populasi manusia dunia hanya akan distabilkan bila
kemiskinan di seluruh dunia dapat banyak dikurangi. Sepanjang negara kurang berkembang
dibebani dengan utang yang banyak , negara-negara ini akan merasa terpaksa membayar
hal. 99
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

utang dan bunganya dengan cara yang banyak menipiskan dan semakin memperburuk
sumberdaya-sumberdaya alami yang mereka miliki , yang kebanyakan untuk di-ekspor ke
negara yang lebih berkembang (2, p. 17).
Permasalahan polusi tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan mengandalkan pada
tindakan pollution cleanup dan waste management , tapi juga harus dengan melaksanakan
pollution prevention dan waste prevention. Seluruh kehidupan dan kegiatan-kegiatan
ekonomi didukung oleh Earth’s natural capital. Bila bentuk-bentuk perkembangan ekonomi
masih didasarkan pada tindakan-tindakan yang menipiskan Earth’s natural capital maka
akan sampai saatnya bahwa dunia tidak akan dapat lagi mendukung kehidupan manusia serta
makhluk-makhluk hidup lainnya (2, p. 17).
Pemecahan masalah-masalah ini adalah sangat jelas yaitu : merumuskan dan melaksanakan
pendekatan-pendekatan interdisciplinary dan integrated untuk menyelesaikan segala
permasalahan yang dihadapi di tingkat lokal , nasional atau global (2, p. 17).

hal. 100
Cheng Shan Noe
Ilmu Pengetahuan Lingkungan - 11

hal. 101

Anda mungkin juga menyukai