Pembimbing :
dr. Muhammad Edrial, Sp.M
Penyusun :
Putri Yuliani
030.05.174
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. G
Usia : 70 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada mata kanan sejak 15 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan
4 hari SMRS, OS dibawa ke Batam oleh anaknya lalu berobat ke klinik, disana
disarankan untuk berobat ke dokter spesialis mata.
OS merupakan penderita hipertensi sejak > 10 tahun yang lalu. Pernah berobat ke
Puskesmas, namun kontrol tidak teratur.
C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 9 Juni 2010
Status Generalis
Kooperasi : kooperatif
Tanda vital :
Nadi : 76 kali/menit
Suhu : 36,8ºC
Thoraks
Abdomen
Inspeksi : datar
Status Oftalmologis
OD OS
Ascies Visus O 6/20f2
Campus Visus - Luas
Sensus Koloris - Tidak buta warna
Kedudukan Bola Mata Eksotrofi 15° Ortoforia
Gerak Bola Mata Parese (-) Parese (-)
Palpebra Superior Edema (+) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Palpebra Inderior Edema (+) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjunctiva
Tarsalis superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Tarsalis inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bulbi Injeksi siliar (+) Injeksi siliar (-)
Kornea Keruh Keruh
Sklera Sikatrik (-) Sikatrik (-)
COA Dangkal Dangkal
Iris Warna coklat Warna coklat
Sinekia anterior Sinekia anterior
Pupil Bulat, ø 5mm Bulat, sentral, ø 3mm
RCL (-), RCTL (-) RCL (+), RCTL (+)
Lensa Keruh Keruh
Korpus Vitroum - -
Refleks fundus - -
Tekanan IntraOkular 0/7.5 7/7.5
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Resume
F. Diagnosis Kerja
Glaukoma Absolut OD
G. Pemeriksaan Anjuran
Gonioskopi
Foto fundus
Kampus Visus dengan perimetri
Gula darah puasa dan 2 jam post prandial
H. Tatalaksana
Topikal :
o Brinzolamide 1% (Azopt®) 4 x 1 gtt ODS
o Timolol (Timol®) 2 x 1 gtt OD
o C. Xitrol® 3 x 1 gtt OD
Sistemik :
o Asetazolamide (Glaucon®) 3 x 2 tab
o KSR 1 X 1 tab
o Captopril 2 x 25 mg
I. Prognosis
Ad Vitam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Akueous humor diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di
stroma prosesis siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus ekskretorius epitel
siliaris. Setelah masuk ke kamrea posterior, akueous humor mengalir melalui pupil ke
kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini,
terjadi penukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.
Jalinan/jala trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang
dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori
semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui
insersinya ke dalamn jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut
sehingga kecepatan drainase akueous humor juga meningkat. Aliran akueous humor ke
dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di
lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12
vena akueous) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil akueous humor
keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).
Resistensi utama terhadap aliran keluar akueous humor dari kamera anterior adalah
lapisan endotel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan
dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar
minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana terjadi kerusakan saraf optik sehingga
menyebabkan terjadinya hilang penglihatan yang progresif dan ireversibel. Penyakit ini
biasanya—namun tidak selalu, disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular pada mata.
Terdapat banyak subtipe dari glaukoma tetapi kesemuanya itu dapat dipertimbangkan
dalam tipe neuropati optik.
Gambar 2. Glaukoma
Glaukoma, secara garis besar, dapat dibagi ke dalam dua kategori utama, “sudut
terbuka” dan “sudut tertutup”. Glaukoma sudut tertutup dapat muncul tiba-tiba dan
biasanya pasien mengeluhkan nyeri sedang sampai berat; gangguan penglihatan dapat
berkembang dengan cepat tetapi dengan adanya gejala yang membuat pasien merasa tidak
nyaman, hal ini akan membawa pasien untuk berobat sebelum terjadi kerusakan yang lebih
permanen. Glaukoma sudut terbuka biasanya berkembang secara perlahan, dan penderita
seringkali baru menyadari hilangnya penglihatan ketika penyakit tersebut sudah mengalami
progresi yang signifikan.
Penilaian Glaukoma secara Klinis
Tonometri
Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-24 mmHg. Hasil sekali pembacaan
tidak menyingkirkan kemungkinan glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka primer, banyak
pasien akan memperlihatkan tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa.
Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokular saja tidak selalu berarti pasien menderita
glaukoma sudut terbuka primer, karena untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti
lain berupa adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapang pandang. Apabila
tekanan intraokuler terus-menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan
pandang normal, pasien dapat diobservasi berkala sebagai tersangka glaukoma.
Gonioskopi
Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang
diantaranya terdapat jalinan trabekular. Konfigurasi sudut ini00yakni apakah lebar
(terbuka), sempit, atau tertutup—menimbulkan dampak penting pada aliran keluar humor
akueous. Lebar sudut kamera anterior dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik
kamera anterior dengan sebuah senter tangan atau dengan pengamatan kedalaman kamera
anterior perifer dengan slitlamp, tetapi sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Apabila seluruh jalinan
trabekular, taji sklera, dan prosesus iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila
hany garis Schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan trabekular yang dapat terlihat, sudut
dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut tertutup.
Faktor-faktor yang menentukan konfigurasi sudut kamera anterior adalah bentuk
kornea—mata miop besar memiliki sudut lebar dan mata hipermetropik kecil memiliki sudut
sempit. Pembesaran lensa seiring dengan usia cenderung mempersempit sudut ini. Hal ini
mungkin yang menyebabkan meningkatnya insiden glaukoma sudut tertutup. Ras juga
merupakan salah satu faktor. Sudut kamera anterior orang-orang Asia Tenggara jauh lebih
sempit dibandingkan pada orang ras Kaukasia.
“Rasio cekungan-diskus” adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus
optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran
cekungan dengan garis tengah diskus. Apabila terdapat peningkatan tekanan intraokular
yang signifikan, rasio cekungan-diskus yang lebih besar dari 0.5 atau adanya asimetri
bermakna antara kedua mata sangat mengisyaratkan adanya atrofi glaukomatosa.
Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapang pandang secara teratur penting untuk diagnosis dan tindak
lanjut glaukoma. Penurunan lapang-pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik,
karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua
penyakit saraf optikus; tetapi pola kelainan lapang pandang, sifat progresivitasnya, dan
hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini.
Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar
singgung, perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan perimeter otomatis.
A. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka
i. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka kronik,
glaukoma sederhana kronik)
ii. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
b. Glaukoma sudut tertutup
i. Akut
ii. Subakut
iii. Kronik
iv. Iris plateau
B. Glaukoma kongenital
a. Glaukoma kongenital primer
b. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
i. Sindrom pembelahan kamera anterior
1. Sindrom Axenfeld
2. Sindrom Rieger
3. Sindrom Peter
ii. Aniridia
c. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
i. Sindrom Sturge-Weber
ii. Sindrom Marfan
iii. Neurofibromatosis
iv. Sindrom Lowe
v. Rubela kongenital
C. Glaukoma sekunder
a. Glaukoma pigmentasi
b. Sindrom eksfoliasi
c. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
i. Dislokasi
ii. Intumesensi
iii. Fakolitik
d. Akibat kelainan traktus uvea
i. Uveitis
ii. Sinekia posterior
iii. Tumor
e. Sindrom iridokornea endotel (ICE)
f. Trauma
i. Hifema
ii. Kontusio/resesi sudut
iii. Sinekia anterior perifer
g. Pascaoperasi
i. Glaukoma sumbatan siliaris (glaukoma maligna)
ii. Sinekia anterior posterior
iii. Pertumbuhan epitel ke bawah
iv. Pascabedah tandur kornea
v. Pascabedah pelepasan kornea
h. Glaukoma neovaskular
i. Diabetes mellitus
ii. Sumbatan vena retina sentralis
iii. Tumor intraokular
i. Peningkatan tekanan vena episklera
i. Fistula karotis-kavernosa
ii. Sindrom Sturge-Weber
j. Akibat steroid
D. Glaukoma absolut : Hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol adalah mata
yang keras, tidak dapat melihat, dan (seringkali) nyeri.
Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran
akueous humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri
hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata
yang sudah mengalami penyempitan anatomik sudut kamera anterior (dijumpai terutama
pada hipermetrop). Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring dengan
pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma sudut
tertutup, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada
malam hari, saat tingkat pencahayaan berkurang. Hal tersebut juga dapat terjadi pada
dilatasi pupil untuk oftalmoskopi.
Presentasi Klinis
Diagnosis Banding
Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran diafragma
lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata. Hal ini dapat
dijumpai pada sumbatan vena retina sentralis, pada skleritis posterior, dan setelah tindakan-
tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi panretina, krioterapi retina, dan scleral buckling
untuk pelepasan retina. Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis.
Penyulit dan Sekuele
Apabila terapi tertunda, iris posterior dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior), sehingga menimbulkan sumbatan irreversibel sudut kamera anterior yang
memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan saraf optikus sering terjadi.
Terapi
Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan iridektomi perifer untuk
membentuk hubungan permanen antara kamera anterior dan posterior, sehingga
kekambuhan iris bombe dapat dicegah. Hal ini paling sering dilakukan dengan laser
neodinium, walaupun laser argon juga dapat digunakan. Iridektomi perifer secara bedah
baru dilakukan bila terapi laser tidak berhasil. Pada semua kasus, mata sebelah harus
menjalani iridotomi laser profilaktik.
REFERENSI
Noecker RJ. Glaucoma, Closed-Angle Acute. Emedicine. June 18, 2009. Cited on June 11,
2010. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1206956-overview
Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Penerbit Widya
Medika; 1996