Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH

EKONOMI DAN TEKNO EKONOMI

ALOKASI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009


BIDANG PERTAHANAN dan KEAMANAN

Dosen Pengajar :
Ir. Subagyo, Ph.D.

Di susun oleh

Larasati Kusumaningrum
09/281685/TK/35126

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, pasal 2
menyatakan hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan pertahanan bersifat semesta
adalah keterlibatan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.

Pertahanan suatu negara merupakan faktor utama dalam menjamin kelangsungan


hidup bangsa dan negara. Suatu negara tidak akan bisa menjaga eksistensinya dari
ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri apabila belum mampu untuk
mempertahankan diri dari ancaman tersebut. Oleh karena eratnya kaitan pertahanan
negara dengan harkat dan martabat suatu bangsa. Sebagai negara kepulauan yang
memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan negara tetangga serta tingkat
ancaman yang relatif tinggi khususnya. Seperti sering masuknya kapal Malaysia ke
wilayah territorial Indonesia, terlacaknya pesawat – pesawat asing yang memasuki
wilayah Indonesia tanpa adanya izin terlebih dahulu dalam hal perbatasan. Kejadian di
atas bisa dikatakan bahwa angkatan bersenjata kita saat ini (TNI), masih diremehkan oleh
negara – negara lain.

Serangkaian kecelakaan pesawat milik TNI terjadi pada tahun 2009. Terhitung dari
periode April hingga September. Yang terakhir adalah jatuhnya pesawat Nomad TNI AL
di Kalimantan Timur 7 September Ini masih diselingi dengan pendaratan darurat pesawat
Hercules A-1302 di Wamena pada tanggal 11 Mei. Enam kejadian beruntun ini
menyibakkan sebuah masalah yang amat sangat serius yang saat ini sedang dihadapi oleh
TNI. Selain itu juga terdapat beberapa masalah lain seperti krisis Ambalat, pengamanan
perbatasan dan pulau-pulau terluar, semakin menguatkan opini bahwa angkatan perang
kita (TNI) saat ini memerlukan pengembangan kekuatan yang signifikan serta
mempertegas fakta bahwa terdapat sebuah kekurangan dalam pengelolaan alutsista TNI.

Persoalannya, pengembangan kekuatan sebuah angkatan bersenjata sebagian besar


ditentukan oleh proses modernisasi alutsista (weapon platforms), artinya sebuah negara
harus punya “daya beli” yang kuat untuk dapat memiliki angkatan perang yang berdaya
tangkal tinggi. Pada saat yang sama, bangsa Indonesia tengah dihadapkan pada fase sulit
dalam bidang ekonomi

Inilah faktor-faktor yang menjadi masalah serius bagi Indonesia. Harus diakui, sulit
bagi pemerintah manapun untuk menentukan prioritas dalam kondisi serba terbatas
seperti ini. Dengan anggaran pertahanan yang rata – rata berada pada kisaran 1 persen
dari PDB, daya beli Negara kita jelas sangat minim. Salah satunya pemerintah harus
memutuskan berapa anggaran yang dibutuhkan di bidang pertahanan dan keamanan.
2. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah alokasi anggaran yang disediakan tepat sasaran?


b. Apakah dengan anggaran yang telah disediakan tersebut memadai untuk
melaksanakan pertahanan dan keamanan yang layak?

3. HIPOTESIS
Berdasar pada latar belakang dan rumusan masalah diatas, hipotesis sementara saya
mengenai anggaran pertahanan dan keamanan Republik Indonesia tahun 2009 yaitu
pengalokasian anggaran yang telah disediakan belum sepenuhnya tepat sasaran dan belum
terlaksanakannya pertahanan dan keamanan yang layak dikarenakan anggaran yang
disediakan belum memadai
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kondisi Dana Pertahanan dan Keamanan Indonesia serta Alokasinya


Anggaran pertahanan berada di posisi ketiga dalam urutan prioritas APBN. Tahun
2009 pemerintah mengucurkan Rp 33,6 triliun. Penurunan alokasi anggaran pertahanan
pada Tahun Anggaran (TA) 2009 menjadi Rp35 triliun dari sebelumnya Rp36,39 triliun,
sangat berdampak pada tingkat kesiapan operasional TNI, baik sumber daya manusia dan
alat utama sistem senjata (Alutsista). Peristiwa kecelakaan di landasan helikopter Markas
Besar Komando Lanud Atang Sendjaja, Kabupaten Bogor, itu bisa menjadi bukti
buruknya sistem pertahanan dan keamanan di Indonesia.
Berbagai persoalan yang dihadapi di antaranya alokasi anggaran. Pemerintah melalui
Departemen Pertahanan terbilang minim dalam masalah alokasi anggaran. Anggaran
pertahanan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009 hanya 0,6
persen dari produk domestik bruto (PDB) atau setara dengan USD 3,3 miliar. Minimnya
anggaran tersebut berdampak kebiasaan untuk mendaur ulang alat-alat yang sudah tidak
lagi memiliki kemampuan operasional yang layak. Poin itu merupakan penyebab
signifikan dari terjadinya kecelakaan pesawat, sekaligus akibat langsung dari keterbatasan
anggaran.
Diketahui, pesawat Puma SA-330 yang jatuh 12 Juni, telah dinyatakan rusak
permanen (total loss) oleh TNI-AU. Artinya, pesawat itu sudah tidak bisa digunakan lagi.
Kecelakaan pesawat berhubungan erat dengan unsur perawatan yang memang penting
untuk menjaga operasional alat utama sistem pertahanan (alutsista).
kebutuhan minimal Departemen Pertahanan dan TNI sekitar Rp 100,53 triliun.
Namun, hanya terpenuhi kurang dari setengahnya (Rp 35,3 T). Pada tahun lalu, dari Rp
36,4 triliun, TNI Angkatan Darat secara nominal mendapat porsi anggaran terbesar
sekitar Rp 16,1 triliun. Tetapi, dana itu dialokasikan untuk 129 satuan kerja (satker).
Lalu, TNI Angkatan Laut dialokasikan Rp 5,5 triliun yang akan didistribusikan ke 47
satker. Dan, TNI Angkatan Udara menerima alokasi anggaran Rp 3,98 triliun yang
didistribusikan ke 58 satker.
Untuk Dephan, yang mendapat alokasi anggaran Rp 6,3 triliun, dana itu
didistribusikan hanya ke dua satker yang ada. Sementara itu, untuk Mabes TNI, dari total
alokasi anggaran yang diterima Rp 4,5 triliun, besaran itu didistribusikan untuk 11 satker.
Kebijakan pembangunan Indonesia selama ini lebih berorientasi pada bidang
ekonomi, pendidikan dan kesehatan, sedangkan bidang pertahanan belum mendapat
prioritas hal ini tercermin pada rendahnya alokasi anggaran di bidang pertahanan.
Anggaran Pertahanan Keamanan kita hanya berkisar 33 Triliun, padahal yang diajukan
berkisar 127 Triliun.
Kecilnya anggaran pertahanan yang ada selama ini di Indonesia karena anggaran
militer bukan dilihat sebagai public goods yang normal. Ia selalu dihadapkan dengan
anggaran ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya yang dianggap langsung
menyentuh kebutuhan publik. Padahal masalah pertahanan merupakan persoalan penting
dan seharusnya dimasukan dalam kategori public goods. Keterbatasan anggaran tersebut
akan dapat berpengaruh terhadap kekuatan TNI karena menyangkut masalah Alutsista,
material serta kekuatan personil khususnya tingkat kesejahteraan. Sehingga pada akhirnya
akan mempengaruhi TNI dalam menjalankan tugasnya dilapangan. Setelah kejadian yang
baru-baru ini yaitu jatu nya helicopter Bolkow -105 Milik TNI Angkatan Darat di desa
Situhiang Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Menhankam dan DPR
membahas akan menambah anggaran Pertahanan sebesar 7 sampai 10 T. Kalau di lihat
dari anggaran yang di butuhkan oleh TNI, penambahan ini masih relative sangat kurang.
Kebijakan pembangunan Indonesia selama ini lebih berorientasi pada bidang
ekonomi, pendidikan dan kesehatan, sedangkan bidang pertahanan belum mendapat
prioritas hal ini tercermin pada rendahnya alokasi anggaran di bidang pertahanan.
Anggaran Pertahanan Keamanan kita hanya berkisar 33 Triliun, padahal yang diajukan
berkisar 127 Triliun. Pentingnya prioritas alokasi anggaran sehingga diperlukan
manajemen anggaran yang benar-benar efektif dan efisien. Harus diakui, sulit bagi
pemerintah untuk menentukan prioritas dalam kondisi serba terbatas seperti ini.
jika prioritas dalam bidang pertahanan kecil hasilnya akan percuma. Selain skala
prioritas, harus ada perhitungan realistis apa dan berapa yang dibutuhkan dalam hal
pertahanan.

2. Perbandingan Negara lain


Anggaran militer Indonesia dikategorikan di kelompok yang paling kecil jika
dibandingkan negara-negara Asia lain. Indonesia hanya lebih baik daripada Myanmar,
Laos, serta Kamboja. Dibandingkan Singapura, Indonesia kalah sangat jauh. Mereka
punya dana USD 4,4 miliar. Padahal, luas negaranya hanya sekitar 700 km persegi.
Berikut tabel alokasi anggaran pertahanan Negara-negara

Sementara militer Indonesia harus menjaga keamanan negara dari Sabang sampai
Merauke. Dibandingkan dengan produk domestik bruto dan APBN anggaran, kita sangat
jauh dari ideal. Adanya pemotongan anggaran 15 persen, ini sangat berdampak pada
kebutuhan perawatan
3. Permasalahan Alokasi Dana Pertahanan dan Keamanan Indonesia

Kebocoran Anggaran

permasalahan alutsista bukan hanya karena terbatasnya anggaran melainkan


serapannya yang juga rendah. Anggaran yang telah ditetapkan dalam APBN ketika dicairkan
tidak tepat sasaran, atau mengalami kebocoran. Adanya sistem fee yang telah membudaya
sangat mempengaruhi kualitas proyek. Pada tahun 2005, kebocoran anggaran pertahanan
mencapai angka 225 miliar rupiah, dan tahun selanjutnya berhasil diminimalisir hingga 100
miliar rupiah. Kemudian untuk kasus korupsi, pada tahun 2006 lalu beredar berita tentang
korupsi dalam pengadaan helikopter Mi-17. Kerugian yang ditanggung oleh negara karena
korupsi ini sebesar 29 miliar rupiah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebocoran
anggaran selalu terjadi di tiap departemen, tak terkecuali Dephan. Masalah ini ada kalanya
berkaitan dengan kelemahan sistem birokrasi dalam menyerap dan memanfaatkan anggaran,
atau bisa pula karena korupsi.

Dua peristiwa di atas hanyalah contoh kecil dari masalah serius yang terkandung
dalam pengelolaan anggaran pertahanan. Contoh lainnya yang bisa disebut, misalnya,
penggunaan jasa calo atau broker dalam pengadaan alutsista. Banyaknya “tangan” yang
bermain dalam proses ini membuat harga alutsista menjadi lebih mahal. Belum lagi, masalah
percaloan yang melibatkan oknum politisi dan elit politik. Proses pengadaan alutsista pun
pada akhirnya tidak efisien dan hanya menghabiskan anggaran untuk hal tidak perlu (fee
untuk broker, dll).

Berkaca dari kasus-kasus di atas, timbul suatu pemikiran: bila di tengah keterbatasan
anggaran pertahanan seperti saat ini saja sudah terjadi kebocoran anggaran, korupsi, dll, maka
sebesar apakah penyimpangan yang terjadi bila kenaikan anggaran sungguh direalisasikan.
Pemikiran ini patut mendapat perhatian agar menjadi bahan introspeksi diri bagi Dephan dan
TNI yang selalu mengeluhkan kurangnya anggaran.

Prioritas Kebutuhan Anggaran

Terlalu menyederhanakan masalah ketika minimnya anggaran pertahanan dijadikan


faktor sentral dalam menelusuri penyebab tiap musibah yang melibatkan alutsista TNI. Ya,
memang ada masalah di anggaran pertahanan, yaitu tidak mencukupi kebutuhan postur
ketahanan nasional secara maksimal (terutama kebutuhan pengadaan alutsista baru),
inefisiensi belanja pegawai, kebocoran anggaran (korupsi), dll.

Besarnya kebutuhan anggaran pertahanan semestinya adalah outcome salah satu fase
dalam siklus hidup kemampuan pertahanan, dalam hal ini fase “kebutuhan”. Besarnya
anggaran adalah derivatif dari kumulasi kebutuhan pertahanan sebuah negara pada satu kurun
waktu tertentu. Itu artinya, kita harus terlebih dulu tahu apa yang sebenarnya kita butuhkan 5,
10 atau 30 tahun ke depan. Negara-negara maju seperti Australia memiliki rencana strategis
(renstra) 30 tahunan yang dipecah ke dalam 3 rencana 10 tahunan pengembangan
kemampuan pertahanan (defence capability plan). Perancis melalui badan independen yang
disebut Delegation Generale d’Armament (DGA) bahkan membuat renstra 50 tahun yang
dipecah ke dalam 5 rencana 10 tahunan. Jadi, bukan anggaran yang menentukan kebutuhan,
tapi kebutuhanlah yang menentukan jumlah anggaran.
Di sinilah justru kemampuan Dephan dan Mabes TNI untuk mengelola efektivitas
penggunaan anggaran itu diuji. Namun basisnya harus tetap kebutuhan yang menentukan
anggaran, bukan sebaliknya. Anggaran menjadi tidak efektif, dalam arti tidak “tepat sasaran”
bila dalam tiap fase siklus (pengembangan) kemampuan pertahanan kita tidak dapat
mendefinisikan kebutuhan atau prioritas kebutuhan kita.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasar fakta-fakta dan pembahasan diatas, alokasi dana pertahanan dan keamanan
di Indonesia masih belum memadai. Kecilnya anggaran pertahanan yang ada selama ini di
Indonesia menjadi salah satu faktor belum terlaksananya pertahanan dan keamanan yang
layak. Keterbatasan anggaran tersebut berpengaruh terhadap kekuatan TNI karena
menyangkut masalah Alutsista, material serta kekuatan personil khususnya tingkat
kesejahteraan.

Anggaran menjadi tidak efektif, dalam arti tidak “tepat sasaran” bila dalam tiap fase
siklus (pengembangan) kemampuan pertahanan tadi kita tidak dapat mendefinisikan
kebutuhan atau prioritas kebutuhan kita.

Dengan keterbatasan anggaran, maka langkah yang harus dilakukan adalah


mengefisiensikan anggaran agar mampu memenuhi kebutuhan pertahanan.
DAFTAR PUSTAKA

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=1&vnomor=17 (tanggal akses 10 Maret


2010 Pukul 07.35 WIB)

http://marjan.ngeblogs.com/2009/11/08/komputer-dan-pertahanan-nasional-2/ (tanggal akses


10 Maret 2010 Pukul 08.25 WIB))

http://www.tandef.net/anggaran-pertahanan-akuisisi-alutsista-dan-keselamatan-penerbangan
(tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 09.15 WIB)

http://nasirsiregar.com/download/13/tahun/2009/bulan/06/tanggal/21/id/100/ (tanggal akses 10


Maret 2010 Pukul 09.55 WIB)

http://securitystudiesupdate.wordpress.com/2009/06/30/tata-kelola-anggaran-pertahanan/
(tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 10.25 WIB)

http://www.hariansumutpos.com/2009/06/drama-kecelakaan-pesawat-tni.html (tanggal akses


10 Maret 2010 Pukul 11.45 WIB)

http://wninomor1.wordpress.com/2009/05/25/indonesia-kalah-oleh-singapura-porsi-
anggaran-militer-tersedot-untuk-gaji-prajurit/ (tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 12.15 WIB)

http://kendariekspres.com/content/view/5198/32/ (tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 17.05


WIB)

http://politik.vivanews.com/news/read/68056-
pengamat__baru_janji_dan_hanya_sekedar_angka (tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 18.20
WIB)

http://securitystudiesupdate.wordpress.com/2009/06/30/tata-kelola-anggaran-pertahanan/
(tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 19.00 WIB)

http://mharipin.wordpress.com/2009/06/13/menyoal-anggaran-pertahanan/ (tanggal akses 10


Maret 2010 Pukul 22.45 WIB)

http://muradi.wordpress.com/2007/01/06/anggaran-pertahanan-off-budget-apbd-dan-
profesionalisme-tni/ (tanggal akses 10 Maret 2010 Pukul 23.50 WIB)

http://www.tandef.net/mendobrak-kendala-alutsista (tanggal akses 11 Maret 2010 Pukul 16.30


WIB)

http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/3736-indonesia-kalah-oleh-singapura.html (tanggal
akses 11 Maret 2010 Pukul 17.00 WIB)

http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Utama&id=52075 (tanggal akses 11


Maret 2010 Pukul 17.15 WIB)

Anda mungkin juga menyukai