1
6) membimbing siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan data,
7) membimbing siswa untuk mentransfer pengetahuan atau konsep ke masalah
baru atau ke penerapan dalam pemecaham masalah,
Mengingat demikian pentingnya peranan pertanyaan dalam proses
pembelajaran, guru sangat diharapkan menguasai keterampilan bertanya. Penulis
berpendapat bahwa keterampilan yang mula-mula perlu dikuasai oleh guru adalah
membuat pertanyaan. Meskipun semua guru mampu membuat pertanyaan,
kemampuannya pada umumnya terbentuk secara alami; sehingga pertanyaan yang
dibuat tidak didasarkan pada kaidah-kaidah pembuatan pertanyaan. Misalnya,
mereka bisa bertanya: Apa/Siapa …..?, Di mana ……?, Kapan …..?, Bagaimana
……?, dan Mengapa …..?, atau bertanya dengan kalimat perintah, misalnya:
Sebutkan ….., Jelaskan …….. Namun, mereka banyak yang tidak memahami
makna dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan untuk apa pertanyaan tersebut
dibuat. Keterampilan berikutnya yang perlu dikuasai adalah: (1) memilih tipe
pertanyaan dan memilih tingkat kesulitan pertanyaan, (2) memfrasakan pertanyaan,
dan mengajukan pertanyaan, (3) memberi waktu kepada siswa untuk berpikir, (4)
memilih siswa yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, (5) mendengarkan
jawaban siswa, dan memberikan umpan balik (Louisel dan Descamps, 1992).
2
Amerika; pada pertanyaan “Mengapa banyak tumbuhan bersemi pada musim
penghujan?; ada kegiatan pengamatan terhadap tumbuhan-tumbuhan yang bersemi
pada musim penghujan; pada pertanyaan “Bagaimana cara merangkai alat untuk
membuat rangkaian listrik paralel?” ada alat-alat listrik di hadapan orang yang
ditanya. Hal yang menjadi acuan dari suatu pertanyaan dapat terjadi lama sebelum
pertanyaan diajukan (biasanya pertanyaan untuk tes hasil belajar), atau pada saat
pertanyaan diajukan.
Hal-hal yang dijadikan acuan untuk suatu pertanyaan disebut
“introductory material” (Gronlund, 1977), atau dapat disebut bahan acuan. Maka
dari itu, pertanyaan sebenarnya mempunyai struktur yang terdiri dari: (1) acuan, dan
(2) pertanyaan. Bahan acuan merupakan bagian dari pertanyaan yang menjadi
sumber permasalahan, sementara pertanyaan-nya merupakan masalah yang
dimunculkan terhadap sumber permasalahan. Dalam pembelajaran sains, bahan
acuan dapat berbentuk: cerita, gambar (sketsa, lukisan, foto, foto bergerak), angka-
angka data, table, grafik, Yang sangat khas dalam pembelajaran sains, bahan acuan
berupa benda atau kejadian yang teramati secara langsung di alam, atau kegiatan
percobaan yang disajikan melalui kegiatan demonstrasi, eksperimen, atau simulasi.
Contoh-contohnya sebagai berikut (Tabel 2.1).
Gronlund (1977) menegaskan bahwa pertanyaan yang acuannya tidak
disertakan dalam pertanyaan merupakan pertanyaan sederhana, dan pertanyaan itu
mengukur pengetahuan (ingatan), yaitu pengetahuan tentang fakta, pengetahuan
tentang konsep, pengetahuan tentang prinsip (teori, hukum, dalil, rumus), dan
pengetahuan tentang prosedur. Jika suatu pertanyaan dikehendaki mengukur
kemampuan berpikir yang lebih tinggi (pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi), pertanyaan itu dianjurkan untuk dilengkapi dengan bahan acuan.
3
Tabel 2.1 Contoh-Contoh Pertanyaan yang Menggunakan Bahan Acuan
Bentuk acuan Pertanyaan
1.Cerita Pada musim penghujan, di kota-kota besar yang pemukimannya
padat sering dilanda banjir. Banjir itu biasanya berupa air
menggenang yang alirannya sangat lambat, dan bisa terjadi berhari-
hari karena surutnya juga sangat lambat. Apa yang menyebabkan
aliran banjir di kota itu lambat?
2. Gambar A
125 cm
100 cm
75 cm
5 10 15 20 th
6.
Benda/kejadian
asli
4
Selanjutnya, untuk pembuatan soal yang menggunakan bahan acuan
diberikan rambu-rambu sebagai berikut: (a) jawaban dari pertanyaan tidak tampak
langsung ada pada acuan; jawaban ditemukan dari acuan dengan proses berpikir
yang lebih tingi dari ingatan, kalau jawaban tampak langsung ada pada acuan,
pertanyaannya menjadi pertanyaan ingatan, (b) jawaban tidak dapat ditemukan di
luar acuan, artinya jangan membuat pertanyaan yang jawaban dapat dicari tanpa
menggunakan acuannya.
b. Tingkat Berpikir dan Keterampilan Proses pada Pertanyaan
.Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk
mengembangkan atau mengukur tercapainya tingkat kognitif tertentu, atau
keterampilan proses sains tertentu. Berdasarkan tingkat kognitif dan keterampilan
proses sains yang terkandung dalam pertanyaan, pertanyaan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam.
1) Pertanyaan Pengetahuan (Ingatan) dan Pertanyaan Observasi
Pertanyaan pengetahuan menuntut siswa untuk mengingat atau
mengungkap kembali fakta-fakta yang penting untuk membangun konsep atau
prinsip. Pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat kembali konsep (difinisi)
atau prinsip (misalnya: rumus) juga termasuk kategori pertanyaan pengetahuan..
Pertanyaan pengetahuan pada umumnya hanya mempunyai satu jawaban benar dan
merujuk pada informasi-informasi yang sudah disajikan kepada siswa, atau
menyangkut pelajaran yang lalu (Louisel dan Descamps, 1992), Lihat contoh.
Contoh:
(a) Pak Paliman menanam padi pada 5 pot, dan masing-masing
dipupuk urea dengan jumlah berbeda. Hasil pengamatan setelah
padi berumur 60 hari memperoleh data sebagai berikut:
Pot : A B C D E
Pupuk Urea : 2gr 3gr 4gr 5gr 6gr
Tinggi tanaman: 30cm 40cm 47cm 50cm 51gr
Pada pemupukan padi yang dilakukan oleh Pak Paliman di atas,
berapakah tinggi batang pada pot B ketika berumur 60 hari.
(b) Apakah ciri-ciri dari lingkungan hidup yang stabil?
© Apa perbedaan antara rangkaian listrik seri dan parallel?
5
pertanyaan seperti itu acuannya adalah informasi yang sudah diterima oleh siswa
dalam buku teks atau sudah dibahas dalam pelajaran yang lalu, sehingga jawaban
yang dikemukakan merupakan hafalan dari informasi yang sudah diterima tersebut.
Pertanyaan (c) pada umumnya dapat dikategorikan dalam pertanyaan pemahaman,
tetapi pertanyaan seperti pada umumnya menggunakan acuan yang berupa bacaan
atau pelajaran pada sebelumnya; jika demikian maka pertanyaan tersebut
sebenarnya merupakan pertanyaan ingatan karena siswa hanya menyebutkan ulang
perbedaan rangkaian listrik seri dan parallel yang sudah pernah dibaca atau diterima
pada pelajaran sebelumnya.
Pertanyaan pengetahuan dalam pembelajaran IPA setara dengan
keterampilan proses observasi. Namun, jika suatu pertanyaan digunakan untuk
mengembangkan atau mengukur keterampilan proses perlu menggunakan acuan
berupa benda atau kejadian yang dapat diamati langsung oleh siswa. Pada contoh
pertanyaan berikut, keterampilan proses yang dikembangkan atau yang dituntut
adalah keterampilan proses mengorbservasi keluarnya gelembung-gelembung dari
tumbuhan yang ada di dalam tabung percobaan..
Contoh:
Dihadapanmu ada percobaan Ingenhauz untuk
menunjukkan adanya proses fotosintesis yang
rangkaian alat dan prosesnya seperti gambar
disamping. Tampakkah olehmu gelembung-
gelembung naik di dalam air? Dari manakah
gelembung-gelembung itu muncul?
6
informasi yang sudah pernah diterima, belum sampai menjangkau informasi, ide
atau konsep baru. Dalam hal tingkat kognitif, pertanyaan pemahaman dibedakan
pertanyaan terjemahan, interpretasi dan prediksi. Pertanyaan pemahaman juga
dapat digunakan mengembangkan atau mengukur keterampilan proses sains
interpretasi data, prediksi berdsasarkan data dan inferensi (menarik kesimpulan
berdasarkan data). Pertanyaannya memerlukan acuan. Acuannya dapat berupa
informasi-informasi berupa gambar, table, grafik, percobaan percobaan atau
benda/kejadian asli.
Contoh:
7
dibahas atau tidak tampak dalam pelajaran yang sedang dibahas untuk memecahkan
msalah yang dihadapi. Perhatikan contoh di bawah ini.
Pada contoh tersebut, siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman
mengenai konsep konsentrasi larutan, yang dalam kasus yang dipertanyakan
konsentrasi sirup dalam campuran tersebut adalah 2/5 dan 3/7 (Pertanyaan (a)).
Pertanyaan berikutnya (pertanyaan (b)) adalah pertanyaan aplikasi yang menuntut
siswa untuk menggunakan konsep konsentrasi larutan untuk membuat larutan lain
dengan konsentrasi yang ditentukan, dan mencari contoh dari konsep konsentrasi
larutan (pertanyaan (c)).
Contoh:
Di mejamu disediakan dua kelompok gelas. Kelompok A terdiri dari
lima gelas, yang 2 gelas berisi sirup dan yang 3 gelas berisi air tawar.
Kelompok B terdiri dari 7 gelas, yang 3 gelas berisi sirup dan yang 4
gelas berisi air tawar. Pada kelompok A air dan sirupnya dicampur
menjadi satu di bejana A; pada kelompok B sirup dan air juga dicampur
menjadi satu di bejana B. Lihat susunan gelas pada gambar di bawah ini.
8
4) Pertanyaan Analisis, dan Keterampilan Proses Merancang dan Melaksanakan
Eksperimen
Contoh:
(a). Gambar di samping menunjukkan sebuah
tanaman pot disudut ruang tamu. Daun-daun
tanaman tersebut menghadap ke arah lain dari
tembok. Faktor apa yang menyebabkan daun-
daun tersebut menghadap ke arah lain dari
tembok? (Identifikasi variabel)
5) Pertanyaan Sintesis
Louisell dan Descamps (1992) menyatakan bahwa pertanyaan sintesis
merupakan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan mampu
melakukan tindakan problem solving. Gronlund (1977) juga berpendapat bahwa
pertanyaan sintesis juga meminta siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif,
misalnya: menulis puisi, novel, membuat usulan. Dalam pembelajaran sains, siswa
dapat dituntut untuk: (a) membuat usulan rencana penelitian, (b) menulis laporan
ilmiah mengenai hasil penelitiannya, (c) menciptakan alat percobaan, dengan
pertanyaan sintesis.
Contoh:
(a) Pikirkan, bagaimana cara menggeser almari es ini setengah meter ke
sebelah kiri, agar ada tempat untuk meletakkan rak di sebelah kananya.
(b) Rancanglah percobaan untuk menyelidiki bahwa, kadar vitamin C pada
buah-buahan berbeda-beda.
9
(c) Ciptakanlah alat untuk menyelidiki kedalaman air di sungai.
6) Pertanyaan Evaluasi
Pertanyaan evaluasi menuntut siswa untuk memberikan pandangan, dan
mengambil keputusan tentang baik atau buruknya suatu benda atau kejadian.
Pertanyaan evaluasi juga merangsang siswa untuk berpikir kritis, tetapi pada situasi
yang lebih luas dan lebih dialamatkan pada dimensi nilai praktis dari pada
pertanyaan analisis. Gronlund (1977) membagi kemampuan evaluasi menjadi dua
macam. Pertama evaluasi dengan kriteria eksternal, yaitu evaluasi yang didasarkan
pada kriteria yang dibuat oleh orang atau pihak lain, biasanya pihak atau orang yang
lebih tinggi otoritasnya. Kedua, evaluasi yang didasarkan kriteria internal, artinya
evaluasi didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan.
Contoh:
(a) Setujukah kamu terhadap penggunaan tenaga nuklir untuk
pembangkit tenaga listrik? Berikan alasan atas pendapatmu.
(b) Apa pendapatmu atas diterapkannya peraturan tentang larangan
penggunaan tepian sungai sebagai tempat pemukiman?
10
b. menyusun kalimat yang sederhana tetapi mengarah pada titik permasalahan
yang ditanyakan,
c. menyampaikan pertanyaan dengan artikulasi yang jelas, dan
d. menyampaikan pertanyaan dengan tonasi suara yang dapat didengar secara jelas
oleh siswa yang duduk di bagian belakang kelas.
4. Memberi Waktu Kepada Siswa Untuk Berpikir
Guru sering kali tidak memberikan waktu cukup kepada siswa untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Waktu tersebut dikenal dengan
nama “waktu-tunggu”. Waktu-tunggu diperlukan untuk memahami maksud dari
pertanyaan dan untuk memikirkan jawabannya. Pertanyaan ingatan mungkin
memerlukan waktu-tunggu tidak lebih dari tiga detik, sementara pertanyaan analisis
dan sitensis memerlukan waktu-tunggu tidak kurang dari 15 detik (Louisell dan
Descamps, 1992).
5. Memilih Siswa yang Ditunjuk untuk Menjawab Pertanyaan
Dalam memilih siswa yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, hal-hal
berikut perlu diperhatikan:
a. Pertanyaan perlu disebarkan ke semua siswa dalam kelas, sehingga tidak ada
siswa yang merasa terabaikan dari tantangan intelektual yang ada pada
pertanyaan yang disajikan.
b. Keragaman siswa (kecepatan berpikir) perlu dikenal, sehingga yang ditunjuk
untuk menjawab pertanyaan tidak selalu yang mengangkat tangan untuk
mengambil kesempatan untuk menjawab. Namun, kadang-kadang perlu
menunjuk siswa yang dengan sukarela untuk menjawab, agar suasana kelas
menjadi santai atau tidak tegang.
c. Pertanyaan yang mudah perlu didistribusikan kepada siswa yang mempunyai
kemampuan akademik rendah, dan pertanyaan yang lebih sukar diberikan
kepada siswa yang berkemampuan akademik lebih tinggi. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi belajar anak yang berakademik rendah, dan
meningkatkan tantangan bagi siswa yang berkemampuan tinggi.
d. Guru perlu berpikir bahwa keaktifan belajar siswa perlu ditingkatkan, dan
pertanyaan mempunyai makna untuk meningkatkan perilaku kognitif dan sikap
bagi semua siswa.
11
6. Mendengarkan Jawaban Siswa dan Memberikan Umpan Balik
“Keterampilan mendengarkan” perlu dimiliki oleh guru ketika siswa
mengajukan suatu jawaban dari suatu pertanyaan. Keterampilan mendengarkan itu
diperlukan untuk: mendengarkan dengan cermat ungkapan dari jawaban, sehingga
makna dari jawaban dapat diterima dengan benar oleh guru. Guru perlu mengambil
waktu-tunggu untuk mendengarkan dan memaknakan secara benar jawaban siswa.
Jawaban siswa atas pertanyaan dapat dibedakan menjadi empat kategori:
(1) benar, (2) kurang lengkap, (3) kurang benar, dan (4) tidak ada jawaban. Apapun
jawaban siswa, guru perlu memberikan umpan balik.
Jika jawaban siswa benar, umpan balik yang bisa diberikan adalah:
pemberian hadiah, memperkuat jawaban, memberikan pertanyaan lain yang tingkat
kesukaran atau tuntutan kognitifnya lebih tinggi. Umpan balik itu perlu disesuaikan
dengan karakter dari beberapa siswa tertentu: ada siswa yang senang dipuji, ada
siswa yang memerlukan penegasan atas kebenaran dari jawabannya, dan ada siswa
yang senang untuk mendapat tantangan baru.
Jika jawaban siswa kurang lengkap, guru perlu memberi tahu kepada
siswa yang bersangkutan bahwa jawabannya kurang lengkap, dan memberikan
tuntunan agar siswa tersebut dapat sampai pada jawaban yang benar. Memindahkan
pertanyaan kepada siswa lain tidak banyak gunanya (Louisell dan Descamps, 1992).
Jika jawaban siswa kurang benar, guru perlu memutuskan apakah siswa
yang memberikan jawaban dapat sampai pada jawaban yang benar jika diberi
tuntunan, ataukah siswa yang bersangkutan perlu langsung diberitahu jawaban yang
benar. Memindahkan pertanyaan kepada siswa lain juga tidak banyak gunanya
(Louisell dan Descamps, 1992).
7. Mengubah dan Mengurutkan Tingkat Kognitif Pertanyaan
“Pertanyaan-pertanyaan di dalam kelas yang diajukan secara acak tidak
dapat merangsang dan mendorong terjadinya peningkatan kemampuan kognitif dan
tidak mengembangkan ide siswa. Dalam kenyataan pertanyaan yang disajikan
secara acak malah dapat membingungkan siswa dan menjadikan siswa kesulitan
untuk mencapai tujuan pengajaran” (Louisell dan Descamps, 1992). Pertanyaan-
pertanyaan dalam kelas sebaiknya tidak dilontarkan secara acak, tetapi disampaikan
dalam suatu urutan yang logis, sehingga efek komulatif dari suatu pembelajaran
12
dapat terjadi, dan siswa dapat mengikuti urutan belajar dari tingkat atomistik dan
simplistik ke tingkat yang lebih holistic dan kompleks. Dalam pembelajaran sains
yang berbasis konstruktivisme, alur pembelajaran bergerak dari: (1) dikenal ke tidak
dikenal, (2) dekat ke jauh, (3) sederhana ke rumit, (4) konkret ke abstrak, (5) benda
nyata ke representasi, (6) pengalaman pribadi ke prinsip sains, (7) konsep yang ada
ke konsep baru, (8) prinsip ilmiah ke penerapan (teknis dan praktis), (9) pertanyaan
ke jawaban, (10) contoh ke umum (telah dibahas di Bab I). Berdasarkan prinsip-
prinsip tersebut, penyajian pertanyaan dapat diatur sebagai berikut.
a. Meningkatkan Tuntutan Kognitif
Sehubungan dengan prinsip tersebut diatas, guru sains dapat mengikuti
petunjuk dari Barba (1995) khususnya untuk pengajaran dengan menggunakan buku
teks. Barba mengajukan tiga teknik pembelajaran, yaitu: Membaca Reflektif, Quest,
dan ITM. Pada teknik Membaca Reflektif siswa ditugasi membaca suatu teks, siswa
diberi pertanyaan-pertanyaan, dari: pertanyaan literal – pertanyaan interpretative –
pertanyaan aplikatf. Pada teknik Quest (Questions that Stimulate Thinking), setelah
siswa membaca buku teks pertanyaan-pertanyaan diajukan dengan urutan:
pertanyaan literal – pertanyaan interpretatif dan inferensial – pertanyaan untuk
generalisasi, aplikatf dan evaluatif. Pada teknik ITM (Inductive Thinking Methode),
dari bacaan guru menanyakan serangkaian pertanyaan yang urutannya diatur dari
pertanyaan untuk berpikir konkret tentang fakta ke berpikir abstrak tentang prinsip.
Pada teknik ITM itu dikenal sembilan tahap berpikir.
Tabel 2. 2 Tahap berpikir dan pertanyaan pada Teknik ITM
Tahap Berpikir Pertanyaan
1. Menyebutkan dan mendaftar Apa yang telah kamu amati?
2. Mengelompokkan Mana yang termasuk ………?
3. Memberi nama dan mengkategorikan Nama apa yang tepat untuk kelompok ini?
4. Menidentifikasi Apa yang kamu amati?
5. Menjelaskan informasi yang teriden- Mengapa hal itu terjadi?
tifikasi
6. Inferensi Apa yang dimaksud dengan ……..?
7. Prediksi akibat dan menyusun hipo-tesis Apa yang akan terjadi jika?
8. Menjelaskan/mendukung prediksi Mengapa kamu berpikir bahwa hal itu akan
terjadi?
9. Verifikasi prediksi Apakah kamu dapat menunjukkan bahwa
prediksimu benar?
13
Pada pembelajaran sains berbasis konstruktivisme dianjurkan untuk
menggunakan model (diskoveri, inkuari, dan problem solving) (Martin, dkk., 1997).
Dengan model pembelajaran tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
disajikan dengan urutan yang sesuai dengan keterampilan proses sains yang dicapai
atau dikuasai pada setiap tahap belajar, yang mencerminkan tahap-tahap metode
ilmiah. Berikut diberikan contoh untuk pembelajaran sains.
14
DAFTAR RUJUKAN
Barba, R.H. 1995. Science in the Multicultural Classroom. Boston: Allyn and
Bacon
Gronlund, N.E. 1977. Constructing Achievement Tests.
Hasibuan, J.J dkk. 1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran
Mikro. Bandung: Penerbit Remaja Karya CV.
Louisel, R.D and Descamps, J. 1992. Developing a Teaching Style: Models for
Elementary School Teachers. …………..: Harper Collins Publishers.
15