60
61
Tabel 5.1 Tahap-Tahap Demonstrasi (Joice and Well, dalam Louisell, 1992)
Tahap Tahap Demonstrasi Keterangan
pembelajaran
Awal Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepa-
da siswa.
Menyajikan pengetahuan prasyarat Menggali pengetahuan awal sis-
atau rasional. wa, bisa kemampuan prasyarat
atau pengetahuan awal tentang
konsep yang dipelajari.
Inti Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, penjelasan konsep.
Memberi kesempatan pada siswa Kegiatan latihan siswa untuk
untuk berlatih dalam kondisi terkon- merefleksikan materi yang telah
trol. didemonstrasikan: mencatat da-
ta, menganalisis data, dan pena-
rikan kesimpulan. Bila diperlu-
kan siswa diberi kesempatan
untuk mengulang demonstrasi.
Penutup Memberi kesempatan kepada siswa Kegiatan pemantapan: tugas ru-
untuk mentransfer pengetahuan dan mah, proyek, dll.
pengalamannya ke situasi yang
kompleks.
demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan
penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan
ketrampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa
diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak.
a. Prademonstrasi
1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan
khusus demonstrasi ada dua macam: (1) demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk
menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif, (2) demonstrasi pada
pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah,
(3) demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep.
2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan.
Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan fokus amatan oleh siswa ketika
demonstrasikan.
3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah
menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang
dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.
4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi. Lihat Tabel 5.1. Disamping
prosedur sebagaimana dikemukakan pada Tabel 5.1, hal yang perlu dirancang adalah
urut-urutan penyajian demonstrasi jika informasi yang akan ditampilkan merupakan
beberapa seri informasi. Urutan seri informasi perlu dirancang.
b. Pelaksanaan Demonstrasi
65
c. Pasca Demonstrasi
1) Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk
menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah
dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri
oleh guru.
2) Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa mengajak
siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.
66
a. Eksperimen sederhana
Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana,
sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya.
Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pelaksanaan
percobaan untuk pengamatan, dan 3) pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen
sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang
tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau
memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.
Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung beras
mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan, yang dilakukan
dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras, kemudian mengamati
bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil kesimpulan, siswa cikup
67
diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk mengambil kesimpulan bahwa
tepung beras mengandung amilum berdasarkan perubahan warna yodium menjadi biru.
b. Eksperimen terkontrol
Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam fenomena-
fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya variabel lain yang
berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman pot
baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan
begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa
faktor lain juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat
diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini dibuat
eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang medium tanahnya
sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok
tanaman yang lain tidak diberi urea.
Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3) pengontrolan
variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan varibel terkontrol), 4)
pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7) pengambilan kesimpulan. Dalam
metode eksperimen terkontrol, kesimpulan yang dibuat bersifat tertutup, artinya
kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya,
atau tidak mengundang munculnya masalah baru).
Contohnya sebagai berikut:
Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih panjang dari
yang lain?
Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.”
Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk urea,
kelompok yang lain tidak dipupuk urea.
Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan medium
tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I
dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea.
Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun tanaman padi
selama waktu tertentu.
Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan, 2)
membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan kelompok II.
Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan antara urea
dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.
68
c. Eksperimen berujung-terbuka
Metode eksperimen berujung-terbuka mempunyai langkah-langkah yang sama
dengan metode eksperimen terkontrol. Hal yang berbeda adalah pada eksperimen
berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka untuk dipermasalahkan
lagi. Dengan kata lain jawaban dari masalah dapat menimbulkan masalah baru atau
hipotesis baru, sementara pada eksperimen berujung-tertutup kesimpulan yang dihasilkan
merupakan jawaban yang tidak perlu dipermasalahkan lagi kebenarannya. Lebih dari itu,
tingkat kesukaran dari metode eksperimen terbuka dapat dibuat lebih kompleks,
misalnya: variabel bebas yang dimanipulasi dapat lebih dari satu, analisis data dapat
dibuat lebih kompleks. Di samping itu, kalau pada metode eksperimen sederhana dan
metode eksperimen tertutup masalah, hipotesis dan rancangan eksperimen diresepkan
oleh guru, pada metode eksperimen terbuka siswa dapat diminta untuk menemukan
masalah, menyusun hipotesis dan membuat rancangan eksperimen sendiri.
Sebagai contoh, pada eksperimen pengaruh urea terhadap kesuburan tanaman padi
yang dicontohkan di atas, setelah ada kesimpulan bahwa urea menyebabkan daun menjadi
lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat, siswa diberi kesempatan untuk mengamati
gejala-gejala lain yang muncul pada tanaman padi dalam penggunaan urea; misalnya:
batang padi menjadi lemas dan roboh. Berdasarkan fakta tersebut, siswa diminta untuk
menemukan masalah baru: “Apakah urea menyebabkan batang padi menjadi lemas dan
mudah roboh? Seterusnya, masalah tersebut dibiarkan berada dalam benak siswa, sampai
mereka mempunyai minat untuk memecahkan sendiri. Artinya, untuk topik pelajaran
yang sedang dibahas, masalah baru itu tidak harus dijawab sekaligus.
Ada bebera ciri yang perlu diperhatikan pada pembelajaran dengan eksperimen:
(1) eksperimen mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat, (2)
kegiatan eksperimen dilakukan sendiri oleh siswa, (3) siswa dapat melakukan kegiatan
inkuari bebas. Hal ini berbeda dengan pembelajaran demomstrasi; demonstrasi biasanya
dilakukan oleh guru, inkuari yang dijalani oleh siswa adalah inkuari terbimbing.
Ketrampilan mengajar eksperimen dapat dipisah menjadi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, penutup.
b. Pelaksanaan Eksperimen
1) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk: menyajikan fenomena
dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awa siswa, dan
menarik memotivasi belajar siswa. Ketrampilan guru yang diperlukan adalah:
• Memandu siswa untuk menjalankan eksperimen. Ketrampilan ini diperlukan
karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa kelompok kecil.
• Memandu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang esensial,
khususnya yang menimbulkan konflik kognitif.
• Menggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi siswa. Kegiatan ini di dahului
dengan meminta siswa untuk menghentikan eksperimen. Selanjutnya, guru
mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik kognitf, dan mengevaluasi
jawaban siswa. Dengan begitu pengetahuan awal siswa dapat digali.
2) Pada kegiatan inti, guru:
70
c. Mengakhiri eksperimen.
1) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir, guru memberi
pemantapan, dapat berupa pertanyaan aplikatif, atau memberi msalah baru untuk
dipecahkan melalui eksperimen di luar jan pertemuan.
2) Mengevaluasi perolehan belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara formal
(tanya-jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar melalui
pengalaman langsung (tes penampilan)
3) Membimbing siswa untuk mengemas, mengembalikan peralatan, dan
membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan
pengembangan sikap.
menjadi bagian dari fakta, konsep atau prinsip. Misalnya, dalam pembelajaran konsep
perputaran (rotasi) dan peredaran (revolusi) bumi dan bulan dalam sistem tata surya,
siswa ditugaskan untuk berperan sebagai matahari, bumi dan bulan. Untuk mempelajari
bahwa bulan berotasi sekalil dan berevolusi terhadap bumi sekali selama 30 hari, siswa
yang berperan sebagai bulan diminta untuk berdiri menghadapkan wajahnya ke anak yang
berperan sebagai bumi, kemudian bergerak mengelilingi bumi dengan wajahnya tetap
menghadap ke bumi selama berkeliling.
Bila ditugasi untuk melakukan suatu permainan peran, para siswa akan belajar
sungguh-sungguh untuk melakukannya. Mereka melakukan permainan peran itu secara
sungguh-sungguh karena pekerjaan mengasyikkan dan karena mereka ingin
berpenampilan sebaik-baiknya dihadapan guru dan teman-temannya. Permainan peran
menyajikan suatu konteks pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk menggunakan
ketrampilan berpikit tingkat tinggi. Permainan peran membawa segmen-segmen
kurikulum lebih dekat kepada siswa, dan mengaktualisasikan situasi-situasi yang jauh
dari pengamatannya menjadi pengalaman yang dekat dengan dirinya. Permainan peran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau menghayati banyak
kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Permainan peran mempunyai
keunggulan lebih dari mengamati kejadian-kejadian melalui film atau video. Permainan
peran itu merupakan suatu pengalaman dimana siswa menampilkan interpretasinya
tentang realita.
Simulasi dapat mempunyai tingkat struktur yang bervariasi. Pada anak muda
peran-perannya dapat dirinci secara detil untuk menampilkan fakta-fakta dan
pengambilan kesimpulan yang bersifat tertutup. Pada siswa yang lebih tua atau lebih
berpengalaman peran-perannya dapat berujung-terbuka untuk membuat interpretasi
individual.
Selama simulasi peran, guru harus membuat perencanaan, membuat struktur,
merancang vasilitas, dan berdiskusi mengenai peran-peran yang dimainkan bersama atau
oleh siswa. Tahap-tahap pokok yang perlu diikuti oleh guru agar dapat mengimplemen-
tasikan suatu kegiatan simulasi adalah: (1) menjelaskan tugas, (2) mendeskripsikan peran-
peran yang dimainkan dan mengidentifikasi poermainan, (3) memberi kesempatan kepada
pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan membantu pemain jika diperlukan, (4)
72
memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan kegiatan bermain peran, (5)
memberi kesempatan berdiskusi tentang kegiatan, menggali implikasinya
Guru harus membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama
agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi. Jika siswa khawatir untuk berbuat
kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu mengekspresikan pandangan
dan perasaan secara bebas, maka mereka akan tidak kreatif dan tidak berpartisipasi aktif
dalam kegiatan bermain peran. Maka dari itu, guru perlu membangun iklim pada siswa
bahwa belajar bermain peran tidak mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah
dilaksanakan. Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para
siswa menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.
a. Persiapan
Pada tahap persiapan guru harus memiliki kecakapan untuk:
1) membuat perencanaan simulasi, yang meliputi pemilihan topik pelajaran,
perumusan tujuan pengajaran, menganalisis konsep atau prinsip yang cocok
untuk dismulasikan, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi
pembelajaran.
73
b. Pelaksanaan Simulasi
Pekerjaan guru pada tahap pelaksanaan simulasi adalah:
1) menjelaskan tugas kepada pemain peran,
2) mendeskripsikan peran-peran yang dimainkan dan mengidentifikasi pemain,
3) memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan
membantunya jika diperlukan,
4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan permainan/simulasi,
c. Pasca Simulasi
Setalah permainan/simulasi selesai dikerjakan, guru memberi kesempatan
berdiskusi kepada siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan, dan menggali
implikasinya.
Ketrampilan khusus yang perlu dikuasai untuk mengefektifkan kegiatan simulasi
adalah:
• membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama, agar siswa
berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi,
• membangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak mengandung
resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan, terutama jika siswa khawatir
untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu
74
a. Persiapan
Kecakapan dan ketrampilan yang perlu dikuasai oleh guru untuk menjalankan
pengajaran di luar ruangan adalah:
1) menentukan tujuan dan topik pembelajaran,
2) menyusun organisasi (panitia) pelaksana untuk urusan-urusan teknis,
3) membimbing siswa (panitia) untuk mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan
belajar di luar ruangan: lokasi sasaran, surat-menyurat, peralatan, tranportasi,
akomodasi, dana, dan lain-lain.
4) mempersiapkan petunjuk kerja lapangan; petunjuk kerja lapangan harus disiapkan
dengan baik karena di lapangan yang luas guru sering tidak bisa selalu berada di
sekitar siswa, sehingga dengan petunjuk lapangan itu siswa dapat bekerja secara
mandiri,
5) mempersiapkan jadwal; jadawal perlu disusun secara bijaksana sehingga ada
keseimbangan antara tugas akademik dengan tugas yang bersifat rekreatif, dengan
alokasi waktu yang betul-betul dapat dipenuhi nantinya.
b. Pelaksanaan
Kecakapan dan ketrampilan guru untuk mengajar pada pelaksanaan belajar di
luar ruangan:
1) mengawasi, dan memonitor kegiatan, perilaku, dan kondisi siswa selama kegiatan;
pengawasan, monitoring kegiatan/perilaku/kondisi itu perlu dijalankan secara disiplin dan
tegas tetapi tidak menimbulkan tekanan perasaan dan fisik pada siswa,
2) mengawasi dan memonitor kerja siswa; pekerjaan ini tidak mudah dilaksanakan,
karena guru sering berada di tempat yang jauh dari individu atau kelompok siswa,
3) menjaga ketercapaian target perolehan belajar; tanpa ada kontrol perolehan belajar
mungkin lebih banyak rekreatifnya dari pada akademiknya.
4) menjaga dan membangun iklim hubungan kerja dan hubungan sosio-emosional antar
individu yang kondusif untuk terselesaikannya tugas-tugas belajar,
76
5) membangun keprcayaan siswa terhadap dirinya, agar dapat menjadi motivator yang
handal, khususnya dengan menunjukkan kecakapan mengatasi masalah dimana tidak ada
siswa yang dapat mengatasinya,
6) memberi bantuan, kalau diperlukan.
c. Pasca Kegiatan
Ketrampilan mengajar yang diperlukan pada tahap pasca kegiatan belajar di luar
ruangan adalah:
1) memberi arahan dan contoh untuk mengembalikan kebersihan dan ketertiban
lingkungan yang digunakan
2) mengawasi dan menjalankan kegiatan pengemasan dan perawatan peralatan yang
sudah digunakan,
3) memonitor, membimbing pembuatan laporan hasil kerja dan menagih hasilnya pada
waktu yang dutentukan.
1. Diskusi Terbimbing
Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa untuk
berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis,
sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang utama adalah
membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan konvergen, divergen dan
evaluatif.
77
Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997)
• Pertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus,
prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan
mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: “Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu
hadapi?”, “Apa bunyi hukum Archimides?”.
• Pertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan
jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk
merangsang timbulnya ketrampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing),
dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya
karbohidrat?”, (2) (Setelah mengamati bunga salak) “ Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang
efektif?”.
• Pertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang
berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif.
Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau
mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif
dalam memecahkan masalah, terbentuknya ketrampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis
dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu?”
• Pertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan.
Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan,
mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan “Mengapa?” biasanya perlu
disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya.
Ketrampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi,
pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit
cangkokan atau biji?”