Anda di halaman 1dari 21

KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS

BIDANG STUDI IPA

Ketrampilan Dasar Mengajar I, Ketrampilan Dasar Mengajar II, Ketrampilan


Dasar Mengajar III merupakan ketrampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru
dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang ber-
macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, ketrampilan mengajar untuk
bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan saat
ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan
perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.

A. Hakekat Pengajaran Sains


Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang
semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman
terhadap sains telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai produk produk
sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan bertindak (Science
as a way of thinking and acting), sains sebagai ketrampilan proses sains (Science is
process science skills), sains sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of
investigating). Perubahan pemahaman terhadap hakekat sains tersebut, secara konseptual,
pandangan orang terhadap pendidikan sains semakin mengarah pada makna yang hakiki
dari belajar dan pembelajaran sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains
adalah pendidikan sains lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik
melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competence-based learning)
daripada pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa
(knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan ketrampilan
proses sains dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia
menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya
ketrampilan proses sains pada diri siswa daripada pemberian bekal pengetahuan keilmuan
melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada akhir-akhir ini

60
61

para ahli pendidikan sains mengembangkan pendekatan-pendekatan baru (misalnya


pendekatan konstruktivisme dan pendekatan STS) maka mereka menganjurkan agar
dalam pendidikan sains para siswa lebih banyak diberi kesempatan belajar dalam
lingkungan yang memberdayakannya untuk membangun sendiri konsep-konsep sains
selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakang
kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Kalau memperhatikan kecenderungan para ahli pendidikan sains untuk
menganjurkan digunakannya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang mendorong
terbentuknya lingkungan belajar konstruktivisme, pembelajaran sains di sekolah
tampaknya perlu menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan lingkungan sekitar
dengan menggunakan ketrampilan proses sains. Metode-metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sains yang bersifat konstruktivisme terutama adalah
metode eksperimen, metode demonstrasi, metode karya wisata, dan metode proyek.
Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih efektif kalau disertai dengan metode-
metode yang lain, misalnya: metode diskusi, metode simulasi.
Perkembangan tersebut perlu diikuti dengan pembentukan atau peningkatan
ketrampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut di
atas. Ketrampilan dasar mengajar untuk pembelajaran dengan metode-metode khusus
bidang studi sains (ilmu pengetahuan alam) akan meningkatkan intensitas pembelajaran
kompetensi, mungkin bukan hanya kompetensi dibidang sains, melainkan juga
kompetensi di berbagai aspek kehidupan manusia.

B. Ketrampilan Mengajar Demonstrasi

1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi


Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakan dalam
pembelajaran sains. Demonstrasi digunakan untuk memperagakan:
1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan stetoskop.
2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja mesin pengolah tebu
menjadi gula.
62

3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaan untuk


menguji adanya karbohidrat dalam tepung.
4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains, misalnya:
fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang dipasang secara seri atau paralel.
5. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk
memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran sains, demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada siswa
untuk meningkatkan ketrampilan proses sains, dan mealkukan inkuari ilmiah, antara lain:
1. meningkatkan ketrampilan mengamati, dan rasa ingin tahu,
2. memberi inspirasi untuk meningkatkan ketrampilan memprediksi, inferensi, dan
komunikasi.
3. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah.
4. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis.
5. memberi inspirasi untuk merancang investigasi.

Demonstrasi meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak guru),


mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan bahan ajar lebih
konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyaksikan atau mengalami kejadian atau ketrampilan nyata sambil memperhatikan
penjelasan.
Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri
dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode
lain dalam suatu kombinasi multimetode. Penerapan demonstrasi sebagai metode yang
berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan mengikuti
prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam Louisell (1992). Ia membagi
prosedur demonstrasi menjadi lima tahap.
1. Pembukaan.
2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.
3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap
pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga hal:
a. Mempelajari dan menguasai konsep dan ketrampilan yang akan didemonstra-
sikan,
63

b. Memecah-mecah konsep atau ketrampilan menjadi komponen-komponen lebih


kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai,
c. Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini perlu
dibuat persiapan tertulis).
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman-
nya ke situasi yang kompleks.
Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti
dan penutup, tahap-tahap demonstrasi itu dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 5.1 Tahap-Tahap Demonstrasi (Joice and Well, dalam Louisell, 1992)
Tahap Tahap Demonstrasi Keterangan
pembelajaran
Awal Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepa-
da siswa.
Menyajikan pengetahuan prasyarat Menggali pengetahuan awal sis-
atau rasional. wa, bisa kemampuan prasyarat
atau pengetahuan awal tentang
konsep yang dipelajari.
Inti Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, penjelasan konsep.
Memberi kesempatan pada siswa Kegiatan latihan siswa untuk
untuk berlatih dalam kondisi terkon- merefleksikan materi yang telah
trol. didemonstrasikan: mencatat da-
ta, menganalisis data, dan pena-
rikan kesimpulan. Bila diperlu-
kan siswa diberi kesempatan
untuk mengulang demonstrasi.
Penutup Memberi kesempatan kepada siswa Kegiatan pemantapan: tugas ru-
untuk mentransfer pengetahuan dan mah, proyek, dll.
pengalamannya ke situasi yang
kompleks.

Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran sebagai kombinasi


metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada
awal, inti atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran, demonstrasi
dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta menggali pengetahuan awal siswa
tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada inti pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk
menunjukkan fakta, atau menjelaskan konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran
64

demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan
penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan
ketrampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa
diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak.

2. Ketrampilan Khusus Berdemonstrasi


Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk
meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat dilaksanakan
sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran, atau sebagai salah satu metode
dalam suatu perose pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di awal pelajaran, dengan
tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan memotivasi
belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai kecakapan dan ketrampilan berdemon-
strasi.

a. Prademonstrasi
1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan
khusus demonstrasi ada dua macam: (1) demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk
menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif, (2) demonstrasi pada
pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah,
(3) demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep.
2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan.
Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan fokus amatan oleh siswa ketika
demonstrasikan.
3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah
menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang
dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.
4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi. Lihat Tabel 5.1. Disamping
prosedur sebagaimana dikemukakan pada Tabel 5.1, hal yang perlu dirancang adalah
urut-urutan penyajian demonstrasi jika informasi yang akan ditampilkan merupakan
beberapa seri informasi. Urutan seri informasi perlu dirancang.

b. Pelaksanaan Demonstrasi
65

1) Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang


dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan.
2) Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang
diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Demonstrator dapat
melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenoman yang teramati.
Perhatikan contoh berikut ini.
Gambar 3.1 adalah gambar Neraca Carticius untuk
mendemonstrasikan benda tenggelam dan terapung. Botolnya
dalah botol plastik yang berisi air, tabung di dalamnya
adalah gelas tabung reaksi. Jika botol dipejet di bagian
sampingnya, tabung reaksi makin tenggelam, dan bila pejetan
dilepaskan tabung kembali terapung. Jika pada waktu
memejet botol sambil diangkat dari meja, siswa akan
Gambar 5.1 Neraca Carticius
melihatnya bahwa tabung reaksi tenggelam karena botol
diangkat.
Ketika pejetan dilepaskan pelan-pelan sambil menurunkan botol ke meja, akan tampak
seolah-olah turunnya tabung reaksi karena botol diturunkan. Pada hal, tabung reaksi
tenggelam ketika botol dipejet karena volume air yang masuk ke dalam tabung reaksi
bertambah, sebaliknya volume air di dalam tabung reaksi berkurang ketika pejetan
dilepaskan. Itulah yang disebut konflik kognitif. Atraksi seperti itu sangat menarik,
layaknya bermain sulap.
3) Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel pengamatan.
4) Mengatur posisi peralatan, sampai demonstrasi dapat diamati dengan jelas oleh
semua anggota kelas.

c. Pasca Demonstrasi
1) Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk
menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah
dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri
oleh guru.
2) Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa mengajak
siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.
66

C. Ketrampilan Mengajar Eksperimen

1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen


Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran sains, kerena
hal eksperimen itulah yang membedakan sains dengan mata pelajaran lain. Metode
eksperimen dapat digunakan untuk melatih siswa dalam melakukan studi alamiah yang
menggunakan langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi: observasi, penemuan
masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Karena
dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak ketrampilan proses yang perlu digunakan,
maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk membelajarkan ketrampilan
proses kepada siswa, terutama ketrampilan proses terintegrasi.
Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau generalisasi
hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sehubungan dengan
penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi eksperimen sederhana,
eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka (open-ended experimen)
(Thurber dan Collete, 1968). Dengan adanya pembagian ini, guru tidak perlu khawatir
bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas sains akan memakan waktu banyak,
pelaksanaannya rumit dana adanya kesulitan yang lain.

a. Eksperimen sederhana
Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana,
sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya.
Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pelaksanaan
percobaan untuk pengamatan, dan 3) pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen
sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang
tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau
memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.
Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung beras
mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan, yang dilakukan
dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras, kemudian mengamati
bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil kesimpulan, siswa cikup
67

diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk mengambil kesimpulan bahwa
tepung beras mengandung amilum berdasarkan perubahan warna yodium menjadi biru.

b. Eksperimen terkontrol
Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam fenomena-
fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya variabel lain yang
berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman pot
baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan
begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa
faktor lain juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat
diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini dibuat
eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang medium tanahnya
sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok
tanaman yang lain tidak diberi urea.
Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3) pengontrolan
variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan varibel terkontrol), 4)
pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7) pengambilan kesimpulan. Dalam
metode eksperimen terkontrol, kesimpulan yang dibuat bersifat tertutup, artinya
kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya,
atau tidak mengundang munculnya masalah baru).
Contohnya sebagai berikut:
Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih panjang dari
yang lain?
Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.”
Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk urea,
kelompok yang lain tidak dipupuk urea.
Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan medium
tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I
dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea.
Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun tanaman padi
selama waktu tertentu.
Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan, 2)
membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan kelompok II.
Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan antara urea
dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.
68

c. Eksperimen berujung-terbuka
Metode eksperimen berujung-terbuka mempunyai langkah-langkah yang sama
dengan metode eksperimen terkontrol. Hal yang berbeda adalah pada eksperimen
berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka untuk dipermasalahkan
lagi. Dengan kata lain jawaban dari masalah dapat menimbulkan masalah baru atau
hipotesis baru, sementara pada eksperimen berujung-tertutup kesimpulan yang dihasilkan
merupakan jawaban yang tidak perlu dipermasalahkan lagi kebenarannya. Lebih dari itu,
tingkat kesukaran dari metode eksperimen terbuka dapat dibuat lebih kompleks,
misalnya: variabel bebas yang dimanipulasi dapat lebih dari satu, analisis data dapat
dibuat lebih kompleks. Di samping itu, kalau pada metode eksperimen sederhana dan
metode eksperimen tertutup masalah, hipotesis dan rancangan eksperimen diresepkan
oleh guru, pada metode eksperimen terbuka siswa dapat diminta untuk menemukan
masalah, menyusun hipotesis dan membuat rancangan eksperimen sendiri.
Sebagai contoh, pada eksperimen pengaruh urea terhadap kesuburan tanaman padi
yang dicontohkan di atas, setelah ada kesimpulan bahwa urea menyebabkan daun menjadi
lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat, siswa diberi kesempatan untuk mengamati
gejala-gejala lain yang muncul pada tanaman padi dalam penggunaan urea; misalnya:
batang padi menjadi lemas dan roboh. Berdasarkan fakta tersebut, siswa diminta untuk
menemukan masalah baru: “Apakah urea menyebabkan batang padi menjadi lemas dan
mudah roboh? Seterusnya, masalah tersebut dibiarkan berada dalam benak siswa, sampai
mereka mempunyai minat untuk memecahkan sendiri. Artinya, untuk topik pelajaran
yang sedang dibahas, masalah baru itu tidak harus dijawab sekaligus.

2. Ketrampilan Menjalankan Metode Eksperimen


Sama dengan demonstrasi, eksperimen dapat dilaksanakan pada tahap awal
pelajaran, dan inti pelajaran. Bahkan, eksperimen dapat dilaksanakan pada akhir atau
penutupan pelajaran. Eksperimen pada awal pelajaran digunakan untuk menampilkan
fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan menarik motivasi belajar siswa.
Eksperimen pada inti pelajaran berfungsi untuk menjelaskan konsep, atau memberi
fasilitas kepada siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan.
Dengan kata lain, demosntrasi pada Inti Pelajaran digunakan untuk membantu siswa
menemukan konsep yang dipelajari.
69

Ada bebera ciri yang perlu diperhatikan pada pembelajaran dengan eksperimen:
(1) eksperimen mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat, (2)
kegiatan eksperimen dilakukan sendiri oleh siswa, (3) siswa dapat melakukan kegiatan
inkuari bebas. Hal ini berbeda dengan pembelajaran demomstrasi; demonstrasi biasanya
dilakukan oleh guru, inkuari yang dijalani oleh siswa adalah inkuari terbimbing.
Ketrampilan mengajar eksperimen dapat dipisah menjadi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, penutup.

a. Ketrampilan Menyiapkan Eksperimen.


1) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen.
2) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan diselidiki sesuai de-
ngan topik pelajaran.
3) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru
menerjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari menjadi informasi
dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen.
4) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan
pembelajaran dalam eksperimen, yang meliputi: kegiatan awal, inti, dan penutup.

b. Pelaksanaan Eksperimen
1) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk: menyajikan fenomena
dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awa siswa, dan
menarik memotivasi belajar siswa. Ketrampilan guru yang diperlukan adalah:
• Memandu siswa untuk menjalankan eksperimen. Ketrampilan ini diperlukan
karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa kelompok kecil.
• Memandu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang esensial,
khususnya yang menimbulkan konflik kognitif.
• Menggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi siswa. Kegiatan ini di dahului
dengan meminta siswa untuk menghentikan eksperimen. Selanjutnya, guru
mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik kognitf, dan mengevaluasi
jawaban siswa. Dengan begitu pengetahuan awal siswa dapat digali.
2) Pada kegiatan inti, guru:
70

• Membimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya-jawab pada


penggalian pengetahuan awal diteruskan ke tanya jawab untuk menemukan
masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang dipelajari, dan diteruskan
lagi sampai ditemukan hipotesis.
• Membimbing kerja kelompok. Setelah hipotesis dirumuskan, siswa dipandu
untuk melanjutkan eksperimen lanjutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan
kerja kelompok kecil atau perseorangan. Lihat Bab IV mengenai ketrampilan
membimbing kerja kelompok kecil dan pengajaran perseorangan.
• Membimbing diskusi kelompok kecil, untuk pencatatan data, analisis data, dan
penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan di kelompok kecil, atau
secara klasikal.

c. Mengakhiri eksperimen.
1) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir, guru memberi
pemantapan, dapat berupa pertanyaan aplikatif, atau memberi msalah baru untuk
dipecahkan melalui eksperimen di luar jan pertemuan.
2) Mengevaluasi perolehan belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara formal
(tanya-jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar melalui
pengalaman langsung (tes penampilan)
3) Membimbing siswa untuk mengemas, mengembalikan peralatan, dan
membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan
pengembangan sikap.

D. Ketrampilan Mengajar Bermain Peran (Simulasi)

1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Simulasi


Bermain peran atau simulasi adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa
mempelajari fakta, konsep atau prinsip tertentu melalui pengalaman yang terdramati-
sasikan. Dalam pembelajaran IPA yang menggunakan metode simulasi siswa-siswa di-
minta untuk bermain “drama”. Dalam permainan drama itu siswa-siswa yang terlibat
ditugaskan untuk memainkan peran dari orang, banda, kejadian atau situasi alam yang
71

menjadi bagian dari fakta, konsep atau prinsip. Misalnya, dalam pembelajaran konsep
perputaran (rotasi) dan peredaran (revolusi) bumi dan bulan dalam sistem tata surya,
siswa ditugaskan untuk berperan sebagai matahari, bumi dan bulan. Untuk mempelajari
bahwa bulan berotasi sekalil dan berevolusi terhadap bumi sekali selama 30 hari, siswa
yang berperan sebagai bulan diminta untuk berdiri menghadapkan wajahnya ke anak yang
berperan sebagai bumi, kemudian bergerak mengelilingi bumi dengan wajahnya tetap
menghadap ke bumi selama berkeliling.
Bila ditugasi untuk melakukan suatu permainan peran, para siswa akan belajar
sungguh-sungguh untuk melakukannya. Mereka melakukan permainan peran itu secara
sungguh-sungguh karena pekerjaan mengasyikkan dan karena mereka ingin
berpenampilan sebaik-baiknya dihadapan guru dan teman-temannya. Permainan peran
menyajikan suatu konteks pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk menggunakan
ketrampilan berpikit tingkat tinggi. Permainan peran membawa segmen-segmen
kurikulum lebih dekat kepada siswa, dan mengaktualisasikan situasi-situasi yang jauh
dari pengamatannya menjadi pengalaman yang dekat dengan dirinya. Permainan peran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau menghayati banyak
kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Permainan peran mempunyai
keunggulan lebih dari mengamati kejadian-kejadian melalui film atau video. Permainan
peran itu merupakan suatu pengalaman dimana siswa menampilkan interpretasinya
tentang realita.
Simulasi dapat mempunyai tingkat struktur yang bervariasi. Pada anak muda
peran-perannya dapat dirinci secara detil untuk menampilkan fakta-fakta dan
pengambilan kesimpulan yang bersifat tertutup. Pada siswa yang lebih tua atau lebih
berpengalaman peran-perannya dapat berujung-terbuka untuk membuat interpretasi
individual.
Selama simulasi peran, guru harus membuat perencanaan, membuat struktur,
merancang vasilitas, dan berdiskusi mengenai peran-peran yang dimainkan bersama atau
oleh siswa. Tahap-tahap pokok yang perlu diikuti oleh guru agar dapat mengimplemen-
tasikan suatu kegiatan simulasi adalah: (1) menjelaskan tugas, (2) mendeskripsikan peran-
peran yang dimainkan dan mengidentifikasi poermainan, (3) memberi kesempatan kepada
pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan membantu pemain jika diperlukan, (4)
72

memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan kegiatan bermain peran, (5)
memberi kesempatan berdiskusi tentang kegiatan, menggali implikasinya
Guru harus membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama
agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi. Jika siswa khawatir untuk berbuat
kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu mengekspresikan pandangan
dan perasaan secara bebas, maka mereka akan tidak kreatif dan tidak berpartisipasi aktif
dalam kegiatan bermain peran. Maka dari itu, guru perlu membangun iklim pada siswa
bahwa belajar bermain peran tidak mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah
dilaksanakan. Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para
siswa menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.

2. Ketrampilan Mengajar Simulasi


Pembelajaran dengan simulasi merupakan alternatif kedua untuk diterapkan
dalam pembelajaran sains, jika pembelajaran dengan eksperimen/demonstrasi. Pada
pengajaran eksperimen dan demonstrasi siswa memperoleh pengalaman langsung. Dalam
pembelajaran dengan simulasi pengalaman siswa juga bersifat langsung, tetapi tida dari
media realia, tetapi media yang disimulasikan. Bila digali dengan seksama ternyata
banyak konsep dan prinsip dalam sains (khususnya biologi) yang tidak dapat diajarkan
dengan eksperimen, demonstrasi atau melalui pengamatan laungsung lain dapat diajarkan
dengan simulasi. Pada akhir-akhir ini, permainan/simulasi banyak digunakan dalam
pembelajaran lingkungan hidup. Dengan kreativitas tinggi, pembelajaran tentang
tumbuhan, hewan dan manusia banyak yang dapat digali untuk diajrkan dengan
permainan/simulasi. Karena peranan pembelajaran dengan simulasi dalam pembelajaran
sains cukup penting, maka gur perlu memiliki ketrampilan khusus untuk mengajar dengan
simulasi.

a. Persiapan
Pada tahap persiapan guru harus memiliki kecakapan untuk:
1) membuat perencanaan simulasi, yang meliputi pemilihan topik pelajaran,
perumusan tujuan pengajaran, menganalisis konsep atau prinsip yang cocok
untuk dismulasikan, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi
pembelajaran.
73

2) membuat struktur, artinya: membuat rancangan jalannya permainan/simulasi


yang dituangkan dalam bentuk skenario,
3) merancang fasilitas, yaitu memilih, dan membuat peralatan yang diperlukan
untuk simulasi,
4) berdiskusi dengan siswa (atau membimbing siswa untuk mendiskusikan) untuk
menentukan peran-peran yang akan dimainkan, hal ini perlu dilakukan karena
banyak siswa enggan untuk ditugasi untuk memegang peran yang akan
dimainkan karena malu; dalam hal ini guru harus cakap untuk meyakinkan
bahwa permainan peran itu bukan pekerjaan yang memalukan melainkan
bermanfaat untuk kemajuan belajar.

b. Pelaksanaan Simulasi
Pekerjaan guru pada tahap pelaksanaan simulasi adalah:
1) menjelaskan tugas kepada pemain peran,
2) mendeskripsikan peran-peran yang dimainkan dan mengidentifikasi pemain,
3) memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan
membantunya jika diperlukan,
4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan permainan/simulasi,

c. Pasca Simulasi
Setalah permainan/simulasi selesai dikerjakan, guru memberi kesempatan
berdiskusi kepada siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan, dan menggali
implikasinya.
Ketrampilan khusus yang perlu dikuasai untuk mengefektifkan kegiatan simulasi
adalah:
• membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama, agar siswa
berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi,
• membangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak mengandung
resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan, terutama jika siswa khawatir
untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu
74

mengekspresikan pandangan dan perasaan secara bebas, sehingga mereka tidak


kreatif dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain peran. guru perlu.
• Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para siswa
menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.

E. Ketrampilan Mengajar di Luar Ruangan

1. Manfaat Pengajaran di Luar Ruangan


Mengajar di luar ruangan juga merupakan alternatif yang perlu mendapat
prioritas untuk pembelajaran sains dibandingkan dengan pengajaran yang bersifat
verbalistik. Sebenarnya banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di luar
ruangan, antara lain:
(1) fenomena-fenomena alam demikian banyak yang muncul dan saling terkait dengan
sangat rumit, sehingga sulit dipelajari hubungannya satu sama lain; dengan demikian
fakta yang dijumpai banyak tetapi konsep dan prinsip/generalisasinya sulit ditangkap,
(2) memerlukan waktu, dan dan tenaga lebih banyak dibandingkan dengan belajar di
dalam ruangan.
Meskipun demikian, kalau pengajaran di luar ruangan dikelola dengan baik
banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa.
(1) Fakta dan fenomena yang banyak dijumpai menjadi pengetahuan yang sulit dilupakan.
(2) Banyak kejadian-kejadian menakjubkan dapat dijumpai untuk membangkitkan rasa
ingin tahu dan memotivasi keinginan belajar,
(3) Banyak masalah diperoleh dari kejadian-kejadian yang menakjubkan, dan diantara
masalah-masalah yang dijumpai banyak terdapat masalah yang terkait dengan masalah
hidup yang sesungguhnya, misalnya: tanah longsor, gunung gundul.
(4) Banyak tantangan dijumpai siswa di lingkungan alam, dan parta siswa dapat
menghadapi dan mengatasi secara bersama atau dengan bekerja sama, sehingga siswa
dapat memperoleh pengetahuah dan kecakapan untuk menghadapi hidup dan kehidupan.
(5) Banyak manfaat rekreatif diperoleh anak, misalnya: pemandangan yang indah,
gerakan bebas yang menggembirakan (berlari-lari, meloncat-loncat, berteriak-teriak),
ayang tidak dapat dijumpai dan dilakukan di sekolah.
75

2. Ketrampilan Mengajar di Luar Ruangan


Jika pengajaran diluar ruangan dapat dan perlu dilaksanakan, guru perlu
menguasi ketrampilan untuk menjalankannya.

a. Persiapan
Kecakapan dan ketrampilan yang perlu dikuasai oleh guru untuk menjalankan
pengajaran di luar ruangan adalah:
1) menentukan tujuan dan topik pembelajaran,
2) menyusun organisasi (panitia) pelaksana untuk urusan-urusan teknis,
3) membimbing siswa (panitia) untuk mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan
belajar di luar ruangan: lokasi sasaran, surat-menyurat, peralatan, tranportasi,
akomodasi, dana, dan lain-lain.
4) mempersiapkan petunjuk kerja lapangan; petunjuk kerja lapangan harus disiapkan
dengan baik karena di lapangan yang luas guru sering tidak bisa selalu berada di
sekitar siswa, sehingga dengan petunjuk lapangan itu siswa dapat bekerja secara
mandiri,
5) mempersiapkan jadwal; jadawal perlu disusun secara bijaksana sehingga ada
keseimbangan antara tugas akademik dengan tugas yang bersifat rekreatif, dengan
alokasi waktu yang betul-betul dapat dipenuhi nantinya.

b. Pelaksanaan
Kecakapan dan ketrampilan guru untuk mengajar pada pelaksanaan belajar di
luar ruangan:
1) mengawasi, dan memonitor kegiatan, perilaku, dan kondisi siswa selama kegiatan;
pengawasan, monitoring kegiatan/perilaku/kondisi itu perlu dijalankan secara disiplin dan
tegas tetapi tidak menimbulkan tekanan perasaan dan fisik pada siswa,
2) mengawasi dan memonitor kerja siswa; pekerjaan ini tidak mudah dilaksanakan,
karena guru sering berada di tempat yang jauh dari individu atau kelompok siswa,
3) menjaga ketercapaian target perolehan belajar; tanpa ada kontrol perolehan belajar
mungkin lebih banyak rekreatifnya dari pada akademiknya.
4) menjaga dan membangun iklim hubungan kerja dan hubungan sosio-emosional antar
individu yang kondusif untuk terselesaikannya tugas-tugas belajar,
76

5) membangun keprcayaan siswa terhadap dirinya, agar dapat menjadi motivator yang
handal, khususnya dengan menunjukkan kecakapan mengatasi masalah dimana tidak ada
siswa yang dapat mengatasinya,
6) memberi bantuan, kalau diperlukan.

c. Pasca Kegiatan
Ketrampilan mengajar yang diperlukan pada tahap pasca kegiatan belajar di luar
ruangan adalah:
1) memberi arahan dan contoh untuk mengembalikan kebersihan dan ketertiban
lingkungan yang digunakan
2) mengawasi dan menjalankan kegiatan pengemasan dan perawatan peralatan yang
sudah digunakan,
3) memonitor, membimbing pembuatan laporan hasil kerja dan menagih hasilnya pada
waktu yang dutentukan.

F. Ketrampilan Membimbing Diskusi


Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanya terdiri
dari dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran, yang dapat
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukan suatu metode
pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran, melainkan merupakan
metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain.
Diskusi ada dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas.

1. Diskusi Terbimbing
Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa untuk
berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis,
sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang utama adalah
membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan konvergen, divergen dan
evaluatif.
77

Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997)

• Pertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus,
prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan
mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: “Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu
hadapi?”, “Apa bunyi hukum Archimides?”.
• Pertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan
jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk
merangsang timbulnya ketrampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing),
dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya
karbohidrat?”, (2) (Setelah mengamati bunga salak) “ Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang
efektif?”.
• Pertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang
berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif.
Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau
mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif
dalam memecahkan masalah, terbentuknya ketrampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis
dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu?”
• Pertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan.
Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan,
mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan “Mengapa?” biasanya perlu
disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya.
Ketrampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi,
pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit
cangkokan atau biji?”

Diskusi trbimbing dengan pertanyaan konvergen menekankan pada siswa untuk


berpikir konvergen, yaitu berpikir aplikatif dan analitik. Dalam hal ini guru harus berhati-
hati dalam membimbing siswa dengan pertanyaan aplikatif dan analisis sampai mereka
tiba pada pengetahuan dan pemahaman khusus. Diskusi dengan pertanyaan konvergen
termasuk pembelajaran berujung tertutup (close-ended activity), artinya kegiatan diskusi
diakhiri dengan satu kesimpulan yang benar.
Diskusi dengan pertanyaan divergen mengarahkan siswa untuk mampu berpikir
divergen dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sintesis dan evaluasi. Diskusi
denganmmenggunakan pertanyaan divergen ini termasuk kegiatan pembelajaran yang
berujung terbuka (open-ended activity), artinya diskusi diakhiri dengan masih adanya
masalah baru yang siswa ingin tahu jawabannya. Dengan demikian siswa pulang dengan
membawa rasa keingintahuan, dan terangsang untuk memikirkan dan memecahkan
sendiri keingintahuannya. Dalam diskusi yang menggunakan pertanyaan divergen guru
dansiswa mungkin sama-sama belum tahu jawabannya, dan mereka bersama-sama
mencarinya.
78

Diskusi terbimbing juga dapat menggunakan pertanyaan konvergen dan


divergen sekaligus. Dalam hal ini pertanyaan analisis diberikan lebih dulu, kemudian
diteruskan dengan pertanyaan sintesis dan evaluasi.
Diskusi terbimbing dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan klasikal atau
kelompok kecil. Langkah-langkah kegiatannya kurang lebih sebagai berikut.
1) Pendahuluan. Pada tahap ini guru membuka pelajaran dengan meriview pelajaran
sebelumnya, menyampaikan tujuan pengajaran, dan bentuk kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Pertanyaan Inti. Tahap ini meliputi dua hal:
a. Guru menyajikan pelajaran berupa konsep dan prinsip dasar dari topik yang
dibahas. Pada diskusi yang bersifat divergen materi yang perlu disampaikan tidak banyak.
b. Guru memimpin diskusi: (1) memberi pertanyaan, (2) memberi kesempatan kepada
siswa untuk menjawab atau bertanya, mengatur lalulintas diskusi. Dalam diskusi yang
bersifat konvergen guru mengambil kesimpulan satu jawaban benar dari setiap
pertanyaan, jika jawaban siswa bervariasi atau berbeda satu sama lain. Dalam diskusi
konvergen, guru merekomendasikan semua jawaban yang secara logika benar untuk
menarik kesimpulan. Berbagai kemungkina jawaban itu disampaikan kepada siswa
sebagai masalah yang perlu mereka pikirkan untuk mencari jawabannya melalui kegiatan
lain, misalnya: percobaan, dan eksperimen.
3 Penutup. Penutupan pelajaran dengan diskusi ada dua cara: (1) merangkum isi pelajaran
(untuk pertanyaan konvergen), atau menyajikan masalah baru untuk dipelajari pada waktu
dan dengan cara lain (pertanyaan divergen), (2) mengadakan evaluasi formatif.

Diskusi Bebas (Kelompok Kecil)


Diskusi bebas dilakukan oleh siswa tanpa dipandu oleh guru. Peran guru hanya
sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan evaluator. Diskusi bebas sebaiknya
dilaksanakandalam bentuk kegiatan kelompok kecil. Diskusi bebas dapat dilaksanakan
dengan panduan pertanyaan, atau tanpa panduan pertanyaan. Bila digunakan panduan
pertanyaan sebaiknya digunakan pertanyaan divergen. Jika tidak menggunakan panduan,
siswa bebas memilih atau menemukan masalah sendiri untuk dipecahkan. Pelaksanaan
diskusi bebas dapat menggunakan strategi belajar kooperatif.
79

Ketrampilan membimbing Diskusi


Diskusi siswa akan menjadi baik kalau mendapat bimbingan dari guru. Ketram-
pilan yang diperlukan untuk mebimbing diskusi antara lain sebagai berikut (Hasibuan,
dkk., 1988).

1) Memusatkan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan:


• Memberitahukan tujuan, mengenalkan topik dan mengajukan masalah umum yang
akan dipecahkan,
• Mengajukan masalah-masalah khusus yang disampaikan selama diskusi ber-
langsung.
• Mencatat pernyataan-pernytaan yang menyimpang dari masalah, dan mengem-
balikan pembicaraan ke masalah semula.
• Mencatat hsil diskusi pada periode-periode tertentu, sebelum diskusi berlanjut ke
masalah berikutnya.
2) Memperjelas masalah dan memberikan urunan, bila ada gagasan yang kurang jelas
penyampaiannya, agar semua anggota memperoleh persepsi yang sama.
3) Menganalisis pandangan siswa,.yang berbeda pendapatnya; analisi ini dapat
digunakan untuk membimbing siswa kerarah berpikir kritis dan kreatif, misalnya
dengan meminta siswa mengajukan argumen atas pendapatnya.
4) Meningkatkan urunan siswa, dengan:
• pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir
• memberi dukungan pada pendapat siswa, dengan mendengar dengan penuh
perhatian, memberi komentar yang positif, dan sikap akrab
• memberi waktu cukup untuk berpikir
5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi:
• memotivasi siswa yang enggan atau malu untuk memberikan pemndapat
• mencegah terjadinya pengeluaran pendapat yang serentak
• menghambat secara bijaksana siswa yang memonopoli diskusi
• mencari alternatif jika ada jalan buntu karena perbedaan pendapat yang sama
6) Menutup diskusi, dapat dilakukan dengan:
• membuat rangkuman
80

• memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi


• mengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi.

Anda mungkin juga menyukai