Anda di halaman 1dari 68

MOTIVASI PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DALAM

MENGIKUTI KEGIATAN OLAHRAGA PADA ANGGOTA

PERSATUAN DIABETES INDONESIA (PERSADIA)

CABANG PEKALONGAN

SKRIPSI
Disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Disusun oleh:
Nama : Yulia Fitrianti
NIM : 6250401036
Jurusan : Ilmu Keolahragaan
Fakultas : Ilmu keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005
SARI

Yulia Fitrianti. 2005. Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam


Mengikuti Kegiatan Olahraga pada Anggota PERSADIA (Persatuan
Diabetes Indonesia) Cabang Pekalongan. Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan.
FIK UNNES.
Tujuan penelitian ini: 1) Untuk mengetahui seberapa besar motivasi
intrinsik penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga.
2) Untuk mengetahui seberapa besar motivasi ekstrinsik penderita Diabetes
Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei, jenis penelitian ini
adalah Deskriptif Eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anggota PERSADIA Pekalongan yaitu penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang
berjumlah 198 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih penderita
Diabetes mellitus Tipe II yang mengikuti kegiatan olahraga sebanyak 50 orang.
Variabel dalam penelitian ini adalah : 1) motivasi intrinsik, 2) motivasi ekstrinsik
dalam melakukan kegiatan olahraga pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket, pedoman dokumentasi,
pedoman observasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Deskriptif
Persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat motivasi instrinsik
dalam mendorong penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan
olahraga mencapai 74,00% yang termasuk dalam kategori tinggi. Adapun
beberapa alasan penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kgiatan
olahraga ditinjau dari motivasi intrinsik tersebut antara lain untuk : 1)
menurunkan kadar glukosa dalam darah, 2) menurunkan berat badan, 3) menjaga
tubuh bugar, 4) menjaga kondisi tubuh agar normal, 5) mencapai kondisi fisik
yang lebih baik, 6) menstabilkan berat badan, 7) menyalurkan kesenangan, 8)
menghilangkan kejenuhan, 9) karena menyukai olahraga tersebut, 10) karena hobi
olahraga, 11) untuk memenuhi kebutuhan, 12) karena kurangnya melakukan
aktivitas fisik, 13) berolahraga hanya sejak terkena Diabetes Mellitus, 14) agar
terlihat menonjol dalam kelompok, 15) untuk mendalami olahraga yang
dilakukan, 16) hanya bertujuan untuk sembuh, 17) untuk mendapatkan perhatian,
karena merasa mampu melakukan olahraga yang disukai, 18) untuk mendapatkan
perhatian. Rata-rata tingkat motivasi ekstrinsik yang mendorong penderita
Diabetes mellitus Tipe II dalam melakukan kegiatan olahraga mencapai 74,38%
yang termasuk dalam kategori tinggi. Adapun beberapa alasan ekstrinsik yang
memotivasi penderita Diabetes Mellitus dalam mengikuti kegiatan olahraga,
antara lain: 1) karena adanya dorongan dari keluarga, 2) karena banyak teman
yang juga mengikuti kegiatan olahraga, 3) menambah pertemanan, 4) memupuk
tali persaudaraan, 5) menjalin kerjasama antar penderita, 6) memperoleh simpati,
7) adanya dorongan dari dokter, 8) karena keluarga juga menyukai olahraga, 9)
agar keluarga tidak khawatir dengan kesehatan penderita, 10) karena tuntutan
pekerjaan yang membutuhkan kondisi fisik yang baik, 11) untuk kebutuhan
pekerjaan, 12) untuk meningkatkan kuantitas waktu dalam bekerja, 13) untuk
menambah pengalaman, 14) untuk menambah wawasan, 15) dapat mengunjungi
tempat baru, 16) karena olahraga yang dilakukan menyenangkan, 17) karena
mudah dilakukan, 18) karena instruktur olahraga yang baik, 19) karena pembina
olahraga yang baik, 20) karena akrab dengan pembina olahraga, 21) untuk
mendapatkan rasa aman selama melakukan olahraga, 22) untuk mendapatkan
keteraturan dalam melakukan olahraga.
Beberapa saran berkaitan dengan hasil penelitian ini antara lain : 1)
mempertahankan motivasi yang sudah tinggi, dan memberikan motivasi bagi
penderita Diabetes Mellitus tipe II yang belum aktif dapat berupa penambahan
pengetahuan tentang pentingnya kegiatan olahraga bagi penderita Diabetes
Mellitus, sehingga dengan inisiatif sendiri mau melakukan kegiatan olahraga
secara berkelanjutan baik dilakukan bersama kelompok sesama penderita maupun
individu, 2) Untuk suatu organisasi atau perkumpulan yang bergerak dibidang
kesehatan pada umumnya dan bagi PERSADIA pada khususnya hendaknya
mampu memberikan modifikasi dalam hal pemberian metode yang berhubungan
dengan kegiatan olahraga, baik dalam hal jenis olahraga, tempat dan lain
sebagainya untuk mengantisipasi timbulnya kebosanan penderita dalam
melakukan olahraga.
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan panitia penguji skripsi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

DR. Setya Rahayu, M.S Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes


NIP. 131571555 NIP. 132050000

Mengetahui,
an. Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan
Sekretaris Jurusan

Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes


NIP. 132050000
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Senin


Tanggal : 15 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris

Drs. Sutardji, MS Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes


NIP. 130523506 NIP. 132050000

Dewan Penguji

1. Drs. Eri Pratiknyo DK, M.Kes (Ketua)


NIP. 131571558

2. DR. Setya Rahayu, MS (Anggota)


NIP. 131571555

3. Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes (Anggota)


NIP. 132050000
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

• Sempurnakan niat dan ikhtiar, namun siapkan hati menerima apapun

yang terbaik menurut Allah Swt. (Abdullah Gymnastiar)

• Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan sesudah

kesulitan itu pasti ada kemudahan. (Al Insyiroh (94) : 5-6)

• Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat

kesudahan itu. (QS. Ar-Ra`d : 24)

• Hiduplah seolah kau akan mati besok. Belajarlah seolah kau akan hidup

selamanya. (Mahatma Gandhi)

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Ayah dan Ibuku tercinta

2. Velly dan Ranggi tersayang

3. Mas Apta atas Supportnya

4. Sahabat-sahabatku di Pekalongan

5. Teman-teman seperjuangan IKOR 2001

6. Almamaterku FIK UNNES

7. Warga Full House ”Semangat!”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Motivasi

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada Anggota Persatuan Diabetes Indonesia

(PERSADIA) dalam mengikuti kegiatan olahraga.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari bantuan, arahan,

dan bimbingan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. DR A.T Soegito, SH.MM, Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Drs. Sutardji, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan

ijin penelitian.

3. Drs. Djanu Ismanto,M.S., Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan atas persetujuan

dan arahan dalam penulisan skripsi.

4. Dr. Setya Rahayu, M.S, Dosen pembimbing utama yang telah memberi

motivasi, petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes, Dosen pembimbing pendamping yang telah

memberi motivasi, petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Kartono Toposubroto, Sp.PD dan Pengurus PERSADIA Cabang

Pekalongan yang telah memberikan ijin dan bantuannya kepada penulis dalam

melaksanakan penelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang yang telah mendorong dan membantu penulis.

8. Bapak dan Ibu beserta saudara-saudaraku yang selalu mendorong dan

membantu penulis.

9. Anggota PERSADIA Cabang Pekalongan yang telah membantu penulis dalam

pengisian angket.

10. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah Swt melimpahkan berkah dan hidayahnya atas kebaikan

semua pihak yang telah membantu penulis. Akhirnya, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Semarang, Agustus 2005

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

SARI...........................................................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................vi

KATA PENGANTAR ...............................................................................................vii

DAFTAR ISI..............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL......................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul.........................................................................1

1.2 Permasalahan.........................................................................................6

1.3 Penegasan Istilah ...................................................................................6

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................9

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Motivasi ...............................................................................................11


2.1.1 Pengertian Motivasi .......................................................................11

2.1.2 Macam-macam Motivasi................................................................16

2.1.3 Hierarki Motivasi ...........................................................................18

2.1.4 Karakteristik Motivasi....................................................................19

2.1.5 Fungsi Motivasi..............................................................................21

2.1.6 Motivasi orang melakukan olahraga ..............................................22

2.2 Diabetes Mellitus ..................................................................................22

2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus .........................................................23

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus .........................................................26

2.3 Kegiatan olahraga bagi Penderita Diabetes Mellitus...........................28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .....................................................................................31

3.2 Populasi .................................................................................................31

3.3 Sampel...................................................................................................31

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................32

3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................32

3.6 Instrumen Penelitian..............................................................................32

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................34

3.7.1 Uji Validitas ...................................................................................35

3.7.2 Uji Reliabilitas ...............................................................................36

3.8 Analisis Data.........................................................................................37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian....................................................................................39


4.2 Pembahasan .........................................................................................42

4.2.1 Tingkat Motivasi Intrinsik .............................................................42

4.2.2 Tingkat Motivasi Ekstrinsik...........................................................45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...............................................................................................49

5.2 Saran .....................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................51

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria tingkat motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam

mengikuti kegiatan olahraga ..........................................................................38

2. Distribusi motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam

mengikuti kegiatan olahraga ..........................................................................39

3. Distribusi motivasi intrinsik penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam

mengikuti kegiatan olahraga ..........................................................................40

4. Distribusi motivasi ekstrinsik penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam

mengikuti kegiatan olahraga ..........................................................................40

5. Distribusi alasan mengikuti kegiatan olahraga ditinjau dari motivasi

instrinsik.........................................................................................................42

6. Distribusi alasan mengikuti kegiatan olahraga ditinjau dari motivasi

ekstrinsik ........................................................................................................45
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Histogram distribusi frekuensi motivasi penderita Diabetes Mellitus dalam

mengikuti kegiatan olahraga ................................................................................ 41

2. Gambar pada saat wawancara dengan Ketua PERSADIA Dr. Kartono

Toposubroto, Sp.PD. .............................................................................................88

3. Gambar para anggota PERSADIA yang mengikuti kegiatan olahraga.................88

4. Gambar pada saat proses pemberian Instruksi pada saat pengisian angket... ...... 89

5. Gambar proses pengisian angket oleh anggota PERSADIA.................................89

6. Gambar pada saat peneliti memberikan pengarahan kepada anggota

PERSADIA ...........................................................................................................90

7. Gambar suasana pelaksanaan pengisian angket berakhir......................................90


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Soal Uji Coba .................................................................................53

2. Angket Uji Coba penelitian............................................................................58

3. Data Hasil Uji Coba .......................................................................................62

4. Perhitungan Validitas Angket Uji Coba.........................................................63

5. Perhitungan Reliabilitas Angket Uji Coba.....................................................64

6. Angket Penelitian ...........................................................................................65

7. Data Hasil Penelitian......................................................................................69

8. Penentuan Kategori .......................................................................................71

9. Analisis Deskriptif Persentase ......................................................................72

10. Perhitungan Nilai Mean .................................................................................73

11. Surat Keterangan Ijin penelitian.....................................................................74

12. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ......................................................75

13. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi.................................................76

14. Susunan Pengurus PERSADIA......................................................................77

15. Data Anggota PERSADIA.............................................................................78

16. Presensi Olahraga Anggota PERSADIA .......................................................83

17. Data Kadar Glukosa Anggota PERSADIA (Sampel) ....................................85

18. Contoh Surat Keterangan Kadar Glukosa ......................................................87


19. Gambar-gambar Pelaksanaan Penelitian........................................................88
Perhitungan Nilai Mean dari Tiap-tiap Aspek Motivasi

ΣΧi
Rumus Mean : Me =
n

Keterangan :

Me : Mean (rata-rata)

Σ Xi : Jumlah Skor X ke i sampai ke n

( Σ Xi = jumlah % dari 1-50 responden)

n : Jumlah Individu

(Sugiyono, 2002:43)

1. Nilai mean dari aspek motivasi instrinsik


Diket : Σ Xi = 3700,2
n = 50
3700,2
Me =
50
Me = 74,00
= 74,00 %

2. Nilai mean dari aspek motivasi ekstrinsik


Diket : Σ Xi = 3719
n = 50
3719
Me =
50
Me = 74,38
= 74,38 %
ΣΧi
Me =
n

Keterangan :

Me : Mean (rata-rata)

ΣΧi : Jumlah Skor X ke i sampai ke n

n : Jumlah Individu

(Sugiyono, 2002:43)
Gambar 2. wawancara dengan Ketua PERSADIA dalam PERSADIA Dr Kartono
Toposubroto, Sp.PD.
Gambar 3.Kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh anggota PERSADIA
Gambar 4. Proses pemberian Instruksi pada saat pengisian angket
Gambar 5. Proses pengisian angket oleh anggota PERSADIA
Gambar 6. Peneliti memberikan pengarahan kepada anggota PERSADIA
Gambar 7. Suasana pelaksanaan pengisian angket berakhir

1. a
2. d
3. h
4. h
5. h
6. j
7. j
8. h
9. h
10. j
11. j
12. g
13. n
14. j
15. j
16. h
17. j
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pengembangan dan pembinaan olahraga merupakan salah satu bagian dari

upaya peningkatan kualitas manusia. Untuk pencapaian sasaran itu, perlu adanya

kegiatan olahraga yang diarahkan guna terbentuknya jasmani yang sehat dan

mental yang baik, agar dapat dihasilkan manusia yang produktif. Dan adanya

slogan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat dalam setiap

kegiatan yang bersifat fisik dengan berlandaskan kesehatan merupakan salah satu

upaya alternatif dalam menggerakan atau memotivasi masyarakat untuk lebih

turut serta dalam pembinaan manusia yang berkualitas.

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju berbagai cara telah

dilakukan orang untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi pada setiap

harinya, sehingga terbentuk berbagai macam peralatan yang canggih. Hal tersebut

untuk mengurangi beban kerja dan persoalan yang mereka hadapi dalam

kehidupannya. Namun demikian harapan tersebut tidak keseluruhannya terpenuhi,

hanya sebagian saja yang bisa terpenuhi. Hal ini dikarenakan keinginan manusia

yang setiap saat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, orang cenderung

bermalas-malasan dalam bekerja yang banyak mengeluarkan energi, terutama bagi

mereka yang terbiasa bekerja ringan. Dapat dipastikan gerak mereka kurang

karena pekerjaannya telah didukung oleh peralatan serba cepat dan mudah tanpa
mengeluarkan energi, keadaan seperti itu mempunyai resiko yang tinggi untuk

terkena suatu penyakit bila dibandingkan dengan orang yang terbiasa bekerja

dengan banyak melakukan gerak.

Supaya badan tetap sehat terkadang orang berusaha melakukan olahraga.

Jenis dan berat ringannya tergantung mereka yang melakukan. Olahraga

memberikan kesempatan yang sangat ideal untuk menyalurkan tenaga dengan

tujuan menuju kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang untuk mencapai

kebahagiaan hidup yang sehat. Olahraga adalah unsur penting dalam

meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan manusia, melalui olahraga

diharapkan akan mencapai tingkat jasmani dan rohani yang lebih baik. Harapan

pemerintah bahwa pembinaan olahraga merupakan bagian upaya peningkatan

jasmani dan rohani masyarakat indonesia. Jadi lebih jelasnya olahraga adalah

salah satu sarana untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan

membina kekuatan jasmani dan rohani bagi mereka yang melakukan.

Pada kegiatan olahraga tidak hanya didominasi oleh orang sehat saja dengan

tujuan pencapaian kondisi fisik yang diinginkan, akan tetapi seperti kita ketahui

semakin banyak olahraga yang diperlukan untuk pencegahan suatu penyakit atau

bahkan penyembuhan suatu penyakit. Dan kegiatan fisik yang berhubungan

dengan suatu penyakit pada umumnya diharuskan dalam pantauan dokter yang

menangani penyakit tersebut karena, tidak semua kegiatan fisik yang dilakukan

dapat diterima oleh tubuh yang menderita penyakit khususnya penyakit dalam.

Dengan beraneka ragam macam penyakit yang dapat diderita saat ini, maka

semakin banyak pula usaha manusia untuk melakukan pengobatan dari yang
bersifat kimiawi, tradisional, alternatif maupun dengan terapi. Tidak terkecuali

dengan salah satu penyakit yang semakin banyak dibicarakan yaitu Diabetes

Mellitus.

Penyakit kencing manis atau Diabetes Mellitus dapat menyerang segala

lapisan umum dan sosial ekonomi. Dari berbagai penelitian epidemilogis di

Indonesia didapatkan angka kejangkitan penyakit Diabetes Mellitus sebesar 1,5%

- 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Melihat pola pertambahan

penduduk seperti ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178

juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi angka kejangkitan

Diabetes Mellitus sebesar 2% akan didapatkan 3,56 juta pasien Diabetes Mellitus

(Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia).

Sebelumnya kita perlu mengetahui Diabetes Mellitus itu sendiri, Diabetes

Mellitus adalah kelainan metabolisme yang kronis khususnya metabolisme

karbohidrat (Phapros 2005:03). Karbohidrat merupakan sumber energi utama

dalam melakukan aktivitas fisik. Walaupun karbohidrat bukanlah satu-satunya

sumber energi (glukosa, lemak dll) akan tetapi sumber energi terbesar adalah

karbohidrat. Dapat disimpulkan bahwa jika seseorang mengalami kelainan

metabolisme karbohidrat atau yang biasa disebut Diabetes Mellitus, cenderung

selalu merasakan kekurangan energi.

Dalam pengertian lain Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai

dengan ketidakmampuan tubuh memproduksi atau menggunakan hormon insulin

secara tepat (Sukartono Toposubroto, 2005), sedangkan menurut Edward dalam

Suhardi (1995:02) Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh


akibat kegagalan tubuh untuk mengendalikan jumlah kadar gula dalam darah.

Mengingat penyakit Diabetes Mellitus saat ini merupakan suatu penyakit yang

cukup berbahaya dan tidak dapat disembuhkan, maka untuk menghindarinya bisa

dengan jalan melakukan olahraga ringan secara teratur dan penataan jumlah

karbohidrat yang dikomsumsi dan diet bagi penderita penyakit Diabetes Mellitus

secara teratur. Seorang penderita penyakit Diabetes mellitus sangat dianjurkan

untuk memeriksakan diri dan berobat ke dokter secara teratur.

Ada tiga tipe Diabetes Mellitus , yaitu:

1. Tipe I atau yang biasa disebut “tergantung Insulin (Insulin Dependent)”.

2. Tipe II atau yang biasa disebut “tidak tergantung Insulin (Non-Dependent

Insulin)”, Angka kejadiannya, sekitar 90-95% penderita Diabetes Mellitus

terkena tipe ini.

3. Tipe III atau Diabetes Gestational, yakni Diabetes yang terjadi pada saat

kehamilan. Sekitar 4% wanita hamil menderita tipe ini.

Dengan melihat dari angka kejadiannya sekitar 90-95% penderita Diabetes

Mellitus terkena tipe II, maka peneliti tertarik untuk menjadikan sampel dalam

penelitian ini.

Para penderita Diabetes Mellitus di Kota Pekalongan khususnya dapat

bergabung dalam suatu wadah organisasi yang dinamakan Persatuan Diabetes

Indonesia (PERSADIA). Organisasi ini menampung khusus para penderita

Diabetes Mellitus, dimana dalam organisasi ini para anggota dapat berkonsultasi

kepada para ahli kesehatan mengenai masalah-masalah Diabetes Mellitus yang

dihadapi. Di dalam organisasi ini diberikan kegiatan-kegiatan yang bersifat


memberikan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus melalui seminar-seminar,

tidak terkecuali kegiatan fisik. Olahraga sangat penting bagi pengidap Diabetes

Mellitus, karena tidak hanya menurunkan berat badan atau mencegah kegemukan,

tetapi juga menurunkan kadar glukosa darah serta mengurangi kemungkinan

terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah (Kompas

2003: 01).

Setelah peneliti melakukan penelitian awal ternyata dari anggota yang

berjumlah 198 orang, hanya terdapat sekitar 25% anggota yang aktif mengikuti

kegiatan olahraga. Dengan melihat kejadian di atas anggota yang aktif melakukan

kegiatan olahraga masih sangat kurang, maka perlu adanya motivasi yang

mendorong para anggota yang belum aktif untuk melakukan kegiatan olahraga.

Pengertian motivasi yaitu suatu keadaan yang merupakan daya penggerak dalam

diri seorang individu, untuk mendorong yang bersangkutan melakukan kegiatan-

kegiatan atau aktivitas-aktivitas tertentu untuk tujuan tertentu pula, menurut

kebanyakan definisi motivasi mengandung 3 komponen pokok yaitu

menggerakan, mengarahkan, dan mnopang tingkah laku manusia (Ngalim

Purwanto, 1990:72). Bagi penderita Diabetes Mellitus mungkin perlu adanya

motivasi ekstra mengingat hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisik yang tidak

menentu sehingga dapat melalaikan kegiatan olahraga dan dapat juga dikarenakan

telah banyak diproduksinya insulin injeksi dan tablet-tablet yang dapat

menurunkan kadar glukosa secara instan, oleh karena itu penulis tertarik

melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar motivasi yang mendorong

para anggota yang aktif megikuti kegiatan olahraga agar dapat juga meningkatkan
motivasi para anggota yang belum aktif dalam melakukan kegiatan olahraga di

PERSADIA.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan mengambil judul “motivasi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II

dalam Mengikuti Kegiatan Olahraga pada Anggota Persatuan Diabetes Indonesia

(PERSADIA) Cabang Pekalongan”

1.2 Permasalahan

1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi intrinsik yang mendorong penderita


Diabetes Mellitus tipe II anggota PERSADIA cabang Pekalongan dalam
mengikuti kegiatan olahraga.
2. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi ekstrinsik yang mendorong

penderita Diabetes Mellitus tipe II anggota PERSADIA cabang Pekalongan

dalam mengikuti olahraga.

1.3 Penegasan Istilah

Untuk mengikuti penafsiran-penafsiran yang menyimpang dari isi skripsi dan

judul di atas, maka penulis memberikan batasan-batasan istilah yang digunakan,

meliputi :

1.3.1 Motivasi

Menurut J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain (1995 : 666) motivasi

berarti : Dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan menurut M.C

Donald dalam Sardiman AM (1990 : 73), motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan atau tujuan. Menurut Hengky E. Rogi dalam bukunya Singgih D.

Gunarsa (1989: 93) yang menyatakan bahwa motivasi berolahraga adalah

keseluruhan daya penggerak (motif-motif) didalam diri individu yang

menimbulkan kegiatan olahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi

arah pada kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi yang

dimaksud adalah motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada anggota

PERSADIA Cabang Pekalongan, yang meliputi :

a. Motivasi intrinsik

Yaitu dorongan yang berasal dari dalam yang menyebabkan berpartisipasi

dalam berolahraga.

b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu dorongan yang berasal dari luar individu yang menyebabkan individu berpartisipasi dalam berolahraga.

1.3.2 Penderita Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

ketidakmampuan tubuh memproduksi atau menggunakan hormon insulin secara

tepat. Dalam keadaan sehat, glukosa didalam tubuh diolah menjadi kalori oleh

pengaruh hormon insulin yang merupakan zat penting yang dibentuk di pankreas.

Pada penyakit Diabetes Mellitus glukosa yang ada didalam darah tidak

termanfaatkan secara memadai, karena itu kadar glukosa didalam darah

meningkat dan apabila sangat berlebihan akan ditemukan di urin (air seni).

Diabetes Mellitus Tipe II yang biasa disebut “tidak tergantung Insulin (Non-

Independent Insulin)”, biasanya dikarenakan tubuh tidak bisa memproduksi

insulin secara memadai atau mempergunakannya secara tepat. Pada umumnya


pankreas masih memproduksi insulin, hanya saja insulin yang dihasilkan tidak

mencukupi jumlahnya atau kurang efektif kerjanya. Dalam hal ini pengobatan

diberikan dengan tablet. Tipe ini terutama terjadi pada usia lebih dari 40 tahun,

dan kebanyakan penderita tipe ini bertubuh gemuk (obesitas).

1.3.3 Kegiatan Olahraga

Olahraga adalah latihan gerak badan dengan gerakan-gerakan tertentu atau

dengan macam-macam permainan yang bertujuan untuk menyehatkan tubuh (J.S

Badudu dan Sutan Mohammad Zain, 1995 : 246). Kegiatan olahraga disini akan

mengarah pada kesegaran jasmani penderita Diabetes mellitus Tipe II. Semua

penderita Diabetes Mellitus, tidak bergantung pada usianya harus memiliki

kesegaran jasmani yang baik. Untuk itu ia harus melakukan latihan-latihan yang

bertujuan memperbaiki kesegaran kardiovaskuler, yaitu jantung, pembuluh-

pembuluh darah, pernapasan, dan sirkulasi darah, selain itu harus pula melibatkan

latihan-latihan untuk komponen-komponen lainnya yaitu kekuatan, kelenturan,

kelincahan, dan sebagainya. Kegiatan olahraga yang dilakukan dalam PERSADIA

yaitu senam kesegaran jasmani.

1.3.4 Anggota PERSADIA Cabang Pekalongan

PERSADIA merupakan perkumpulan orang-orang penderita Diabetes

Mellitus. Terbentuk sejak tahun 2003, di bawah lindungan Walikota dan Bupati

Pekalongan diketuai oleh dr. Kartono Toposubroto, Sp.PD, sekaligus sebagai

dokter yang menangani para penderita Diabetes Mellitus di dalam PERSADIA.

Jumlah anggota Di PERSADIA sebanyak 198 orang dari seluruh kota

Pekalongan. Jumlah anggota wanita sebanyak 124 orang, sedangkan jumlah


anggota pria sebanyak 74 orang. Rata-rata usia dari anggota PERSADIA yaitu 40

– 60 tahun, dengan klasifikasi seluruhnya merupakan penderita Diabetes Mellitus

dengan tipe II.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi intrinsik penderita Diabetes

Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga.

2. Untuk mengetahui seberapa besar motivasi ekstrinsik penderita Diabetes

Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini secara garis besar dapat diambil manfaat

sebagai berikut :

1. Memberi wacana pengetahuan arti pentingnya motivasi penderita Diabetes

Mellitus dalam melakukan kegiatan jasmani, karena motivasi memiliki

peranan penting dan merupakan dasar untuk menggerakan perbuatan atau

perilaku seseorang dalam melakukan kegiatan jasmani.

2. Memberikan masukan bagi suatu organisasi yang bergerak dibidang kesehatan

dengan tidak hanya bertujuan untuk kesembuhan, akan tetapi kebutuhan rasa

aman bagi anggotanya, dan dapat menikmati kehidupan seperti layaknya

orang tanpa menderita suatu penyakit dengan batasan yang dianjurkan oleh

dokter. Dimana kesehatan dipandang sangat dibutuhkan oleh setiap orang

dalam menjalankan hidupnya.


3. Menyediakan referensi bagi mahasiswa umum dan khususnya bagi mahasiswa

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

4. Bagi penulis, penelitian ini akan menambah wawasan karena penulis dapat

mengkaji secara teoritis dan empiris mengenai Motivasi Penderita Diabetes

Mellitus Tipe II dalam melakukan kegiatan olahraga.

5. Sebagai pegangan bagi pembina suatu organisasi kesehatan yang khususnya

pembina di PERSADIA dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan

rangsangan dan motivasi agar anggota di PERSADIA menyadari pentingnya

melakukan kegiatan olahraga.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Motivasi

2.1.2 Pengertian Motivasi

Dalam penggunaan istilah, sering terdapat penggunaan motif dan motivasi

untuk menyatakan hal yang sama. Mempersamakan kedua istilah itu memang

tidak menimbulkan kerugian, akan tetapi kedua istilah tersebut tidak persis

sama ( Max Darsono, 2001:61 )

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang didorong
seseorang untuk melakukan tindakan. Pada dasarnya setiap perilaku dari individu
didorong oleh sesuatu kekuatan, baik yang terdapat dalam diri maupun yang
terdapat diluar orang yang bersangkutan. Dorongan yang menggerakkan perilaku
individu dikenal dengan istilah motif. Seperti yang dijelaskan Sudibyo Setyobroto
(1989:19) dijelaskan sebagai berikut: motif dimaksud segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut menunjukkan bahwa motif merupakan sumber kekuatan atau dorongan
yang selamanya tidak terlepas dari setiap kehidupan individu dalam bertingkah
laku dan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa motif merupakan
sumber kekuatan atau dorongan yang selamanya tidak terlepas dari setiap
kehidupan individu dalam bertingkah laku dan daya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu.
Menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain (1995:119) motif adalah
suatu yang mendasari perbuatan atau tindakan seseorang. Winkel dalam Max
Darsono (2001:61) motif adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun menurut Sri Mulyani dan Max Darsono (2001:62) motif adalah suatu
disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu.
Tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi, atau penguasaan. Dari pengertian diatas
dapat ditarik pengertian, bahwa motif adalah daya penggerak seseorang di dalam
melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi dapat disimpulkan, karena
tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuatan dari
dalam diri orang itu, maka kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif, ini
sesuai dengan pendapat (Sardiman A.M, 1990:71) yang menyatakan bahwa
pengertian motif itu adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Jadi motif itu merupakan suatu kondisi internal dalam bahasa yang lebih
sederhana, motif itu adalah “kesiap siagaan” dalam diri seseorang. Motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat
melakukan suatu perbuatan, sedangkan motif sudah ada dalam diri seseorang jauh
sebelum orang tersebut melakukan suatu perbuatan.
Pada dasarnya dalam melakukan kegiatan atau tingkah laku selalu didasari
oleh motivasi. Motivasi adalah suatu keadaan yang merupakan daya penggerak
dalam diri seorang individu untuk mendorong yang bersangkutan melakukan
kegiatan-kegiatan atau aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.
Daya penggerak ini akan menjadi aktif pada saat tertentu jika tujuan yang ingin
dicapai sangat dirasakan atau dihayati. Motivasi juga merupakan serangkaian
usaha tertentu untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga orang atau
individu mau dan ingin melakukan sesuatu dan apabila tidak suka maka akan
berusaha menghindarinya.
Motivasi dapat menimbulkan suatu perubahan energi dalam diri individu,
dan pada akhirnya akan berhubungan dengan kejiwaan, perasaan dan emosi untuk
bertindak dan melakukan sesuatu untuk pencapaian tujuan, kebutuhan dan
keinginan tertentu. Supaya kegiatan itu terlaksana, harus ada kekuatan pendorong
baik dari dalam maupun dari luar diri manusia.
Adapun definisi-definisi mengenai motivasi itu sendiri banyak dikemukakan
oleh ahli psikologi antara lain:
Menurut Singer menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan untuk
mencapai tujuan atau dorongan dari dalam terhadap aktivitas yang berpengaruh
terhadap keinginan dan tujuan yang menjadi pendorong untuk bertingkah laku
(Singgih D. Gunarso, 1989:92). Sedangkan menurut Soemargo (1989:48)
motivasi adalah daya yang timbul dalam diri seseorang yang dapat mendorong
seseorang itu dapat berbuat sesuatu dalam usaha memenuhi keinginan untuk
mencapai tujuan atau kebutuhan.
Heckhusen dalam Sudibyo Setyobroto (1989:20) menyatakan bahwa
motivasi adalah proses aktualisasi dari sumber penggerak dan pendorong tersebut.
Motivasi adalah niat, dorongan, dasar untuk berbuat sesuatu untuk mencapai hasil
yang baik ( J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, 1995:203)
Dari berbagai definisi tersebut diatas, walaupun dinyatakan dengan kalimat
yang berbeda dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang muncul dari
diri seseorang yang dapat berakibat adanya dorongan untuk melakukan sesuatu,
hal tersebut karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan. Motivasi juga bisa
dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan suatu kondisi tertentu
sehingga orang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka akan
berusaha untuk mengelak perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi tidak lain tumbuh
dari dalam diri seseorang itu sendiri.
Bimo Walgito (1992:169) mendefinisikan motivasi adalah keadaan dalam
diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Adapun
mengenai penjelasan diatas motivasi mempunyai tiga aspek yaitu: a) keadaan
terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan
jasmani, keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental, b) perilaku yang
timbul dan terarah karena keadaan, c) tujuan yang dicapai oleh perilaku tersebut.
Menurut definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok yitu
menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia (Ngalim
Purwanto, 1990:72). Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu,
memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalkan kekuatan
dalam hal ingatan, respon-respon efektif dan cenderung mendapat kesenagan.
Motivasi juga mengarahkan dan menyalurkan tingkah laku, dengan demikian
ia menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu terhadap sesuatu
untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
intensitas dan arah dorongan-dorongan dari kekuatan individu. Sehingga dapat
dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatau yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan.
Dijelaskan lebih jauh oleh Harsono (1988:250), motivasi adalah wujud yang
tidak nampak pada seseorangdan tidak bisa diamati secara langsung.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan dua pengertian pokok
motivasi, yaitu:
1. Motivasi berhubungan dengan kehidupan batin seseorang yang menyangkut
fungsi psikis atau berkaitan dengan soal kejiwaan yang abstrak sifatnya.
Karena bersifat abstrak, maka sulit dilihat bagaimana wujud yang sebenarnya,
tetapi motivasi itu memang tidak ada walaupun keberadaannya hanya bisa
dirasakan secara pasti oleh orang yang bersangkutan.
2. Motivasi juga berkaitan erat dengan tingkah laku seseorang, maksudnya
sebelum seseorang melakukan suatu perbuatan di dalam dirinya telah ada
motivasi yang menjadi pendorong serta penggerak pertamanya.
Motivasi mengandung pengertian yang lebih umum dan memungkinkan
kepada seluruh proses gerak termasuk situasi yang mendorong, berupa dorongan
yang timbul serta tingkah laku yang ditumbuhkan. Proses gerakan pada dasarnya
akan berorientasi pada satu tujuan.
Pengertian motif dan motivasi telah diuraikan diatas tampaknya tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Karena motif merupakan suatu tenaga. Dengan
demikian motif merupakan dorongan untuk berbuat, sedangkan motivasi
merupakan usaha atau langkah mengefektifkan dorongan dalam usaha mencapai
tujuan. Dengan kata lain, tingkah laku yang berorientasi kepada suatu tujuan
tertentu disebut tingkah laku yang bermotivasi, karena tingkah laku itu dilatar
belakangi oleh motif.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting karena motivasi
merupakan dasar untuk menggerakkan perbuatan seseorang dalam berolahraga.
Olahraga yang dilakukan oleh setiap individu merupakan hal yang positif, yaitu
untuk meningkatkan kesegaran jasmani, bersosialisasi, pengalaman baru,
meningkatkan pengalaman diri dan sebagainya.
2.1.2. Macam-macam Motivasi
Seseorang dalam melakukan kegiatan didasari adanya motivasi. Menurut
Soemargo (1989:48) motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan-dorongan yang berasal
dari dalam diri sendiri. Menurut Singgih D. Gunarso (1989:53), menyatakan
bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi
akan tetapi tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam setiap individu sudah
memiliki dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi.
Sedangkan menurut Harsono ( 1988:251) motivasi intrinsik adalah dorongan yang
berasal dari dalam diri individu sendiri.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, individu
bertingkah laku karena mendapat dorongan dari dalam tanpa adanya pengaruh
dari luar.
Motivasi intrinsik sering disebut competence motivation, karena orang
dengan motivasi intrinsik biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan
kompetensi dalam usaha untuk mencapai kesempurnaan. (Harsono, 1988:252)
Aktivitas dengan dorongan motivasi intrinsik cenderung dapat bertahan lama
dibandingkan dengan kegiatan yang didorong oleh motivasi ekstrinsik. Oleh
karena itu motivasi intrinsiklah yang harus ditumbuhkan dalam setiap aktivitas.
Menurut A. Kamiso (1991:135), biasanya orang yang mempunyai motivasi
intrinsik menunjukkan sikap berikut : 1) tekun dalam usaha memperdalam ilmu,
2) menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam usaha berlatih, 3) tidak
menggantungkan diri pada orang lain, 4) mempunyai kepribadian yang matang
dan mantap, 5) percaya pada diri sendiri, 6) memiliki kedisiplinan dalam latihan.
Sedangkan motivasi ekstrinsik terjadi karena dorongan tumbuh karena
adanya rangsangan dari luar dirinya. Misalkan : seseorang mau melakukan
kegiatan olahraga karena banyak teman ynag juga mengikuti kegiatan olahraga.
Menurut Max Darsono (2000:63) motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul dalam diri seseorang karena pengaruh dari rangsangan luar. Tujuan yang
diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak
diluar tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Irwanto (1994:217) motivasi
ekstrisik adalah dorongan yang berasal dari luar individu. Soemargo (1989:50)
mendefinisikan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang tumbuh karena adanya
rangsangan dari luar dirinya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang menyebabkan individu bertingkah laku karena adanya
dorongan atau rangsangan dari luar.
Dalam dunia olahraga motivasi ekstrinsik sering pula disebut competitive
motivation, oleh karena itu dorongan untuk bersaing dan memang memegang
peranan yang lebih besar daripada rasa kepuasan karena telah berprestasi dengan
baik, karena lebih dari yang lain maka sering timbul perasaan superior, hal ini
disebabkan karena adanya motivasi kompetitif. Perasaan ini mudah berkembang
menjadi sifat egosentrik, karena itu orang tersebut biasanya kurang peka terhadap
keadaan atau pendapat orang lain ( Harsono, 1988:51)
Manusia hidup dan bertingkah laku terhadap lingkungan tidak terlepas dari
kehidupan manusia. Dalam kegiatan olahraga peserta juga dipengaruhi oleh
masing-masing individu tidak sama kecenderungannya, ada yang lebih dominan
motivasi intrinsik dan ada pula yang lebih dominan motivasi ekstrinsik.
2.1.3 Hierarki Motivasi

Untuk lebih memahami konsep motivasi harus mengetahui hierarki

motivasi. Motivasi manusia sebagai suatu hierarki terdiri dari lima tingkat.

Tingkat-tingkat ini menunjukkan urutan kebutuhan yang mempengaruhi kegiatan


olahraga dalam suatu waktu-waktu tertentu. Kelima tingkat motivasi menurut

Abraham H. Maslow dalam Sugiyanto (1997:387) yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan badan manusia dalam bentuk makanan

yang sehat, air, istirahat, dan kesehatan fisik.

2. Kebutuhan rasa aman, setiap manusia membutuhkan rasa aman akan

keselamatan diri, baik secara fisik maupun psikis.

3. Kebutuhan akan status sosial, manusia pada dasarnya mahluk sosial yang

ingin diterima menjadi anggota kelompok masyarakat tertentu dan ingin ikut

aktif dalam berbagai kegiatan olahraga yang disenangi.

4. Kebutuhan akan harga diri, setiap manusia mempunyai rasa harga diri yang

terwujud dalam berbagai bentuk diantaranya prestise. Kebutuhan untuk

berhasil dan dihormati.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini nampak pada keinginan untuk

mengembangkan kapasitas fisik. Kapasitas mental melalui latihan yang giat

akan berbuat sebaik-baiknya dalam melakukan berolahraga.

2.1.4 Karakteristik Motivasi

Karakteristik umum motivasi menurut Thornburgh (Elida Prayitno, 1989)


dalam Satiyo Widodo (2001,...) ada lima yaitu:
a. Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakan, pendorongnya mungkin

kebutuhan dasar dan mungkin kebutuhan yang dipelajari.

b. Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah, apabila seseprang memilih

sumber yang dapat menimbulkan motivasi, maka berarti sedang mencapai

tujuan yang diharapkan memuaskan.


c. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak, apabila seseorang hebat dibidang

akademik, maka akan termotivasi untuk membuktikannya.

d. Motivasi itu efektif, karena tingkah laku mempunyai arti dan terarah pada

tujuan, maka seseorang memilih tingkah laku yang tepat untuk tujuannya.

e. Motivasi merupakan kunci untuk pemuas kebutuhan dengan merasa adanya

kekurangan pada diri seseorang, maka akan termotivasi untuk memenuhi

kebutuhan itu.

2.1.5 Fungsi Motivasi


Adapun fungsi-fungsi motivasi dalam hubungannya dengan perilaku dijelaskan oleh M.Ngalim Purwanto (1990:70)
adalah sebagai berikut :

1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.

2. Penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada

seseorang untuk melakukan suatu tugas.

3. Menentukan arah perbuatan, motivasi ini menuju ke arah perwujudan suatu

tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus

ditempuh untuk mencapai tujuan itu.

4. Menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.


Sedangkan menurut Sardiman A.M (1990:83) ada tiga fungsi motivasi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepas pergi.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan yang

hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan

2.1.6 Motivasi Orang Melakukan Olahraga

Motivasi memiliki peranan yang sangat penting sebab motivasi merupakan

dasar untuk menggerakkan perbuatan seseorang dalam melakukan kegiatan

olahraga. Olahraga yang dilakukan oleh setiap individu merupakan hal yang

positif, yaitu untuk meningkatkan kesegaran jasmani, bersosialisasi,

pengalaman baru, meningkatkan pengalaman diri dan lain sebagainya.

Menurut Heclausan dalam Sugiyanto (1997:12). Motivasi dalam berolahraga

itu bervariasi antara individu satu dengan individu yang lain, karena kebutuhan

dan kepentingan yang berbeda disebabkan antara lain : 1) untuk bersenang-

senang dan untuk mendapatkan kegembiraan, 2) untuk melepaskan ketegangan

psikis, 3) untuk mendapatkan hubungan dengan orang lain, 5) untuk kebanggan

kelompok, 6) untuk memelihara kesehatan, 7) untuk kebutuhan pekerjaan, 8)

untuk mengisi waktu luang.

Sedangkan menurut Kamlesh (1983) dalam Singgih D. Gunarsa (1989:104),

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi orang melakukan olahraga adalah :

a. Sehat fisik dan mental merupakan kesatuan organis yang memungkinkan

motivasi berkembang.

b. Lingkungan yang sehat dan menyenangkan merupakan lingkungan yang dapat

mendorong motivasi.
c. Olahraga yang disesuaikan dengan naluri dan kebutuhan, olahraga yang tepat

disesuaikan dengan unsur-unsur naluri dan kebutuhan akan perkembangan

motivasi seseorang secara baik.

d. Fasilitas lapangna dan alat yang baik untuk latihan, lapangan yang rata dan

menarik, peralatan yang memadai akan memperkuat motivasi.

e. Program kegiatan jasmani yang menuntut aktivitas, diperlukan tempat-tempat

ynag baru dalam melakukan kegiatan jasmani disertai permainan-permainan

ringan yang menarik yang dapat meningkatkan motivasi.

f. Menggunakan audio-visual aid, untuk latihan yang melibatkan perasaan,

penglihatan dan pendengaran seperti tv, kartu, gambar akan meningkatkan

motivasi agar lebih rajin.

g. Metode pembinaan olahraga, pemilihan metode yang menarik dalam

memberikan materi yang berhubungan dengan pembinaan olahraga akan

membantu dalam pelaksanaan pembinaan olahraga.

2.2 Diabetes Mellitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan

penyakit gula atau kencing manis. Diabetes Mellitus disebut penyakit kencing

manis karena dalam urine (kencing) penderita akan ditemukan zat gula yang mana

seharusnya tidak ditemukan. Dalam keadaan sehat zat gula di dalam tubuh diubah

menjadi kalori oleh pengaruh hormon insulin yang merupakan zat penting yang

dibentuk di pankreas, pada penyakit Diabetes Mellitus glukosa yang ada di dalam
darah tidak termanfaatkan secara memadai, karena itu kadar glukosa dalam darah

meningkat dan apabila sangat berlebihan akan ditemukan di urin (air seni)

(Phapros, 2005:04). Zat gula diperlukan oleh tubuh untuk diubah menjadi energi

atau tenaga. Zat gula dalam tubuh diperoleh melalui makanan utama yang

mengandung karbohidrat dan gula. Hampir semua makanan yang kita makan

dapat diubah menjadi zat gula. Setelah masuk kedalam tubuh, zat gula aka

diedarkan keseluruh tubuh melalui aliran darah. Kelebihan zat gula karena

kurangnya aktivitas, akan disimpan oleh tubuh. Bagi mereka yang kurang

melakukan aktivitas seperti olahraga, kelebihan zat gula tersebut akan disimpan

dalam bentuk lemak, sedangkan orang yang sering melakukan olahraga akan

tersimpan dalam bentuk otot.

Proses pengubahan zat gula yang ada dalam darah menjadi lemak atau otot

terjadi dengan bantuan hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.

Jadi hormon insulin bertugas untuk mendeteksi, apabila kadar gula darah tinggi

sedangkan tubuh belum membutuhkan, maka akan diturunkan dengan cara

mengubahnya menjadi otot atau lemak. Sebaliknya apabila zat gula yang

dibutuhkan oleh tubuh karena melakukan suatu aktifitas dan sementara belum ada

masukan zat gula lewat makanan, maka hormon glukagon akan merombak lemak

tubuh atau otot menjadi zat gula yang selanjutnya bisa digunakan untuk

menghasilkan tenaga. Begitulah mekanisme pengaturan keseimbangan kadar gula

didalam tubuh yang normal, sedangkan dalam tubuh penderita Diabetes Mellitus

hormon insulin yang seharusnya mengontrol kadar gula dalam darah “terlena”

sehingga kadar gula tetap tinggi dan terbuang lewat urin (kencing). Hal ini yang
menyebabkan penyakit ini disebut penyakit kencing manis. Perlu diketahui bahwa

glukosa tidak akan muncul dalam urin jika kadar glukosa di dalam darah melebihi

batas tertentu (160-180 mg/dl), batas ini disebut ambang ginjal. Oleh karena itu,

jika glukosa sudah ditemukan di urin, berarti kadar glukosa dalam darah sudah

mencapai batas patologik (melebihi batas normal) (Phapros, 2005:26).

Adapun definisi Diabetes Mellitus oleh beberapa ahli antara lain menurut

Sukartono Toposubroto (berdasarkan hasil wawancara), penyakit Diabetes

Mellitus adalah penyakit yang merupakan kelainan metabolik. Dalam keadaan

sehat, glukosa didalam tubuh diubah menjadi kalori oleh pengaruh hormon

insulin yang merupakan zat penting yang dibentuk dipankreas. Pada penyakit

Diabetes Mellitus glukosa yang ada didalam darah tidak termanfaatkan secara

memadai, karena itu kadar glukosa dalam darah meningkat dan apabila sangat

berlebihan akan ditemukan di urin (air seni).

Diabetes Mellitus menurut Irsan Hasan dalam Kartini (2004:154) adalah

penyakit yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh memproduksi atau

menggunakan hormon insulin secara tepat. Dengan gejala antara lain haus, sering

minum, sering kencing, banyak makan, berat badan menurun, gatal-gatal,

merupakan gejala-gejala yang mungkin telah membawa anda pergi kedokter,

walaupun tidak ada rasa sakit. Diabetes Mellitus memang penyakit yang tidak

disertai rasa nyeri atau sakit. Itulah sebabnya orang menganggapnya enteng.

Pradana Suwondo (1994:03) menyatakan bahwa Diabetes Mellitus adalah

suatu penyakit kronik yang tidak dapat sembuh, tetapi kadar glukosa dalam darah

dapat terkendali, sehingga diharapkan dapat terhindar dari komplikasi akut. Pasien
Diabetes Mellitus selalu kita dorong untuk tidak mengambil sikap berbeda dengan

orang-orang sekitar dan lingkungannya. Ia dapat melakukan yang sama seperti

orang tanpa Diabetes. Tentu dengan keterbatasan, misalnya : keteraturan makan,

jenis pekerjaan yang mungkin membahayakan dirinya atau nyawa orang lain, dan

jenis olahraga.

Penyakit Diabetes Mellitus menurut Edward (1984:85) dalam Suhardi

(1995:02) merupakan penyakit yang disebabkan oleh akibat kegagalan tubuh

untuk mengendalikan jumlah kadar gula dalam darah. Mengingat penyakit

Diabetes Mellitus saat ini merupakan suatu penyakit yang cukup berbahaya dan

masih sulit disembuhkan, maka untuk menghindarinya bisa dengan jalan

melakukan olahraga ringan (misal : jogging) secara teratur dan penataan jumlah

karbohidrat yang dikonsumsi dan diet bagi penderita penyakit Diabetes Mellitus

secara teratur. Seorang penderita penyakit Diabetes Mellitus sangat dianjurkan

untuk memeriksakan diri dan berobat ke dokter secara teratur.

Kadar gula darah biasanya diukur dalam keadaan puasa (8-10 jam tidak

makan/minum manis, hanya dibenarkan minum air putih saja) yaitu sekitar 70-

120 mg/dl. Bila kadar gula darah lebih tinggi dari itu maka ada kemungkinan

orang tersebut menderita Diabet. Bila kadar gula darah puasa sekitar 120-150

mg/dl biasanya dikategorikan ringan, 160-200 mg/dl sedang, 200-300 mg/dl agak

berat dan seterusnya, pembagian ini sifatnya “arbitrary” atau tidak mutlak. Kadar

gula dalam darah 2 jam setelah makan bagi bukan penderita diharapkan dibawah

140 mg/dl karena itu bila kadar gula darah “sewaktu” sekitar 140 mg/dl sebaiknya

dilakukan pemeriksaan ulang sewaktu puasa (Infokes.htm, 2004).


Sekarang kita dapat mendeteksi Diabetes Mellitus ini agar dapat tertangani

sejak dini dan belum mencapai tahap komplikasi, yaitu dengan mencermati

adanya perubahan kondisi fisik yang tidak seperti biasanya atau gejalanya antara

lain sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar atau banyak makan

(polifagia), banyak minum (polidipsia), badan terasa lemas dan berat badan

cenderung turun, kesemutan, mata kabur. Untuk pemeriksaan kadar gula darah

sendiri dapat menggunakan tes strip yaitu dengan alat Accutrend, dan pada saatini

banyak diperjual belikan secara bebas tanpa harus dengan resep dokter, akan

tetapi lebih baik jika dilakukan oleh ahlinya.

Penderita sebelumnya tidak merasakan gangguan pada pankreas

maupunproduksi hormon insulinnya. Dengan berjalannya waktu, pengeluaran

hormon insulinnya mengalami gangguan. Gawatnya penderita Diabetes Mellitus

tipe II sering kali tidak terdiagnosis pada awalnya dan terdeteksi setelah penyakit

ini mulai menunjukkan komplikasi berupa kerusakan pada organ tubuh seperti :

jantung koroner, gagal ginjal, kebutaan, stroke, dan lain-lain. Komplikasi tersebut

dapat bisa dicegah kalau Diabetes dalam keadaan terkontrol (Laboratorium Klinik

Prodia, 2002). Saat ini belum ada obat yang menyembuhkan kencing manis, baik

yang modern maupun yang tradisional. Akan tetapi untuk mengendalikan kadar

insulin dapat dengan cara menginjeksikan (suntikan) atau dengan oral berupa

obat-obatan. Namun demikian seorang penderita Diabetes Mellitus dapat hidup

produktif dan usia harapan hidupnya hampir serupa dengan bukan penderita

Diabetes, jika dia berhasil mengendalikan gula darahnya (Kartono Toposubroto,

2005).
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Saat ini didalam dunia kedokteran dikenal dua jenis Diabetes Mellitus yaitu :

a. Diabetes Mellitus tipe I

Disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), dimana penderita

mengalami gangguan pada produksi hormon insulin oleh suatu bagian dari limpa.

Hormon insulin ini membantu masuknya gula darah kedalam sel. Akibatnya dari

kurangnya hormon insulin yang beredar dalam darah adalah :

1. Gula darah tidak masuk ke dalam sel sehingga sel kekurangan gula. Zat gula

dibutuhkan untuk dipecah menjadi energi/tenaga. Akibatnya penderita merasa

lemas karena tenaga yang harus dihasilkan kurang dari yang dibutuhkan.

2. Kadar gula darah tinggi karena gula darah tidak masuk/terserap ke dalam sel.

3. Waktu darah melalui ginjal, sebagian gula darah akan “bocor” ke air

kencing/urine sehingga kadar gula dalam air kencing tinggi.

Penderita Diabetes Mellitus tipe I terkena pada waktu kanak-kanak.


Penderita tipe ini “harus” di bawah pengawasan dokter dan menggunakan
insulin (disuntikkan) untuk membantu tubuh mengatur zat gula. Penyebab dari
Diabetes Mellitus tipe I belum diketahui secara pasti, pada penderita tipe I
pankreasnya sejak lahir tidak menghasilkan hormon insulin. Akibatnya dari
kecil sampai tua penderita tergantung dengan hormon insulin buatan yang
harus disuntikan pada saat-saat tertentu. Diabetes Mellitus tipe I ini biasanya
diturunkan oleh orang tuanya.
b. Diabetes Mellitus tipe II

Disebut juga Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), di mana


penderita tidak kekurangan inulin, tetapi ada resistensi dari sel otot maupun sel
jaringan lemak untuk dimasuki gula darah.
Dengan demikian kadar gula darah juga cukup tinggi, akibat dari :
1. Gula darah yang masuk ke dalam sel kurang dari yang seharusnya

sehingga sel kekurangan zat gula yang merupakan sumber energi utama.

2. Kadar gula darahtinggi karena gula darah kurang terserap ke dalam sel.
3. Kadar gula dalam urine tinggi lebih dari normal karena sebagian zat gula

“bocor” ke dalam urine.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tipe I sekitar 10-20% sedangkan tipe


II sekitar 80-90% seluruh penderita Diabetes Mellitus. Sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa Diabet Tipe II ini tidak disebabkan kekurangan insulin tetapi
resistensi sel untuk dimasuki gula darah. Ciri-cirinya antara lain : 1) Mulai
menderita pada usia > 40 tahun, 2) Berat badan biasanya lebih tinggi dari normal
(tidak selalu demikian), 3) Gula darah dapat dikendalikan dengan diet dan
olahraga.
c. Diabetes Mellitus Tipe III atau Diabetes Gestational

Yakni Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan. Sekitar 4% wanita hamil
menderita tipe ini.

2.3 Kegiatan Olahraga bagi Penderita Diabetes Mellitus

Sebelum insulin ditemukan, pengobatan Diabetes hanya berupa diet dan

latihan-latihan olahraga saja. Jadi selain pengaturan makanan, dengan pemberian

daftar makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan, para penderita diabetes

dianjurkan untuk melakukan banyak latihan olahraga. Pada waktu itu belum jelas

batasan macam dan takaran atau dosis olahraga yang mesti dilakukan. Tetapi

latihan olahraga kemudian terlupakan setelah ditemukan insulin. Bagi mereka

yang lebih mementingkan manfaat medis oleh aktifitas fisik yang teratur, perlu

diketahui bahwa kebanyakan penelitian menunjukkan mereka yang secara fisik

aktif, lebih kecil kemungkinannya untuk menderita penyakit kencing manis,

terutama karena berkurangnya obesitas (kegemukan) dan pengaturan gula darah

yang baik (Sadoso Sumardjuno, 1986:175).

Dari penelitian, ternyata selama melakukan olahraga, kebutuhan-kebutuhan

akan insulin akan berkurang. Nampaknya dengan adanya aktivitas otot maka

transpor glukosa ke dalam sel-sel otot bertambah, meski tanpa insulin sekalipun.
Dari pengalamanpun ternyata jika aktivitas fisik para penderita berkurang,

kebutuhan akan insulin jadi bertambah, kemudian akan menurun jika orang tadi

menjadi aktif lagi. Apakah setelah melakukan olahraga, obat-obatan dapat

dihentikan? Jawabnya tidak. Tetapi, setelah melakukan latihan olahraga secara

bertahap dan teratur, dalam beberapa minggu atau beberapa bulan biasanya dosis

obat dapat diturunkan, dan mungkin sekali diet akan menjadi lebih longgar

(Sadoso Sumardjuno, 1986:176).

Olahraga membantu penderita Diabetes Melitus tipe II mengontrol berat

badan, berat badan merupakan indikator penunjuk pada penderita Diabetes

Mellitus. Penderita Diabetes memiliki terlalu banyak glukosa dalam darah akibat

kekurangan insulin, hormon ynag membantu sel menyerap glukosa. Olahraga

dapat membantu melarutkan pembekuan darah lebih mudah. Tingginya tingkat

insulin dalam darah memungkinkan terjadi pembekuan darah lebih mudah karena

itu mengapa diabetes erat kaitannya dengan penyakit Kardiovaskular

(Infokes.htm, 2004).

Olahraga juga dapat menyebabkan Hypoglycemia atau rendahnya gula darah

ynag berbahaya dalam melakukan olahraga terlalu berat (Infokes.htm, 2004).

Gejala-gejala dini hypoglycemia yaitu berkeringat, gemetar, lemas, gelisah,

berdebar-debar, sakit kepala, rasa kesemutan di jari-jari tangan dan bibir (Phapros,

2005:20). Sebaliknya jika kebanyakan gula bisa menimbulkan hyperglycemia dan

ini bisa membuat keracunan. Tapi ini efeknya lama, yang cepat pengaruhnya dan

bisa menimbulkan kematian justru hypoglycemia. Penderita tipe ini yang

menggunakan insulin atau pil sebaiknya memperhatikan tingkat gula darah


mereka. Lebih penting olahraga teratur bersama diet yang sehat dapat membantu

penderita Diabetes Mellitus tipe II menurunkan berat badan dimana dikarenakan

faktor obesitas kegemukan (Infokes.htm, 2004).

Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam

tenis lapangan atau sepak bola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi glukosa

(makanan atau minuman manis). Dengan cara itu kadar gula darahnya bisa dijaga

agar tidak terlalu turun. Yang perlu diperhatikan pula saat berolahraga adalah

cuaca. Pada saat cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali. Berarti

gula darah lebih terserap lagi, dan juga melakukan olahraga dengan

memperhatikan risiko cedera baik dalam penggunakan pakaian maupun sepatu,

untuk memilih sepatu sebaiknya sepatu yang bertali dan empuk untuk

menghindari resiko terjadi luka, “Intinya, kurangilah risiko yag menyebabkan

luka dan kelelahan”. Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan

serta mengontrol kadar gula secara teratur, komplikasi akibat Diabetes Mellitus

dapat terhindari.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan, maka metode yang digunakan


yaitu metode survei yang bersifat deskriptif eksploratif yang jawabannya masih
sukar ditebak dan bertujuan menggambarkan keadaan suatu status atau fenomena,
sehingga penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis (Suharsimi Arikunto
2002:71).

3.2 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,


2002:108). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh anggota PERSADIA
Pekalongan yaitu penderita Diabetes Mellitus tipe II yang berjumlah 198 orang.

3.3 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2002:109). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Purposive sampel (sampel bertujuan) dengan memilih mereka yang aktif

mengikuti kegiatan olahraga berdasarkan presensi yang dibuat di PERSADIA

yaitu berjumlah 50 orang. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan,

karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga sehingga peneliti hanya mengambil

obyek pada anggota yang melakukan kegiatan olahraga di PERSADIA.

Berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 112) yang mengatakan

bahwa untuk sekedar ancer-ancer apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih

baik diambil semua.


3.4 Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:96) variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam melakukan
kegiatan olahraga. Motivasi yang dipilih sebagai indikator adalah sebagai berikut :

a. Motivasi olahraga yang berasal dari dalam individu (intrinsik)

b. Motivasi olahraga yang berasal dari luar individu (ekstrinsik)

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Angket


Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Dipandang dari cara menjawab,
angket yang digunakan peneliti yaitu angket tertutup, dimana angket sudah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih. Adapun alternatif jawaban yang digunakan adalah responden hanya diminta untuk memilih jawaban “ya”
dan “tidak”.
Dipandang dari bentuknya, angket yang digunakan termasuk dalam angket pilihan ganda. Dipilihnya angket tipe
pilihan ini karena, angket tipe ini lebih menarik sehingga responden segera terdorong untuk mengisi angket tersebut, lebih
mudah dalam memberikan jawaban dan waktu yang digunakan untuk menjawab singkat jika dibandingkan dengan angket
tipe lain. Jika dipandang dari jawaban yang diberikan angket yang digunakan peneliti termasuk dalam angket langsung,
dimana responden menjawab tentang dirinya.
Metode ini mempunyai kedudukan utama dalam penelitian sehingga analisa data ini diperoleh dari hasil angket.
Metode ini digunakan untuk mengambil data mengenai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik penderita Diabetes
Mellitus Tipe II.

3.5.2 Metode Dokumentasi


Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang bersumber pada benda tertulis, bacaan, dan gambar.
Metode ini digunakan dengan alasan :

a. Dokumentasi telah tersusun secara sistematis serta kebenarannya dapat

dipertanggung jawabkan.

b. Dari dokumentasi dapat diperoleh data yang cepat dan tepat.


Metode ini digunakan untuk mengetahui struktur organisasi, jumlah anggota dan presensi kedatangan dalam
mengikuti kegiatan olahraga.

3.5.3 Metode Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui

pengamatan dan pencatatan terhadap kejadian yang diteliti. Peneliti melakukan

observasi dengan mengamati kegiatan olahraga yang dilakukan di PERSADIA.

3.6 Instrumen Penelitian


Keberhasilan suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan,

sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian diperoleh

melalui instrumen. Dimana instrumen sebagai alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002:136).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu :

3.6.1 Angket

Dipandang dari cara menjawab, angket yang digunakan peneliti yaitu angket

tertutup, dimana angket sudah disediakan jawabannya yaitu “ya” dan “tidak”.

Dipandang dari bentuknya, angket yang digunakan termasuk dalam angket pilihan

ganda. Jika dipandang dari jawaban yang diberikan angket yang digunakan

peneliti termasuk dalam angket langsung, dimana responden menjawab tentang

dirinya.

Dalam penyusunan instrumen angket digunakan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menetapkan indikator-indikator dalam bentuk kisi-kisi untuk menyusun

instrumen.

b. Dari kisi-kisi kemudian dijabarkan menjadi butir-butir instrumen penelitian.

c. Instrumen kemudian dikonsultasikan kepada ahli atau dosen pembimbing

guna memperoleh masukan demi kesempurnaan instrumen.

d. Mengadakan perbaikan instrumen sesuai saran dan masukan dosen

pembimbing atau ahli.


e. mengujicobakan terlebih dahulu kepada responden yang sama untuk

perbandingan hasil yang akan dicapai.

f. Menguji validitas dan reliabilitas butir-butir

g. Membukukan instrumen dengan cara menghilangkan butir-butir yang tidak

memenuhi syarat (Sutrisno Hadi, 1985: 09)

3.6.2 Pedoman Dokumentasi

Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan pedoman dokumentasi

berupa buku-buku dan dokumen tertulis dari sumber yang diteliti.

3.6.3 Pedoman Observasi

Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan blanko pengamatan yaitu

melakukan pengamatan pada kegiatan olahraga yang dilakukan di PERSADIA

dan pengamatan pada responden yang aktif dalam melakukan kegiatan olahraga.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang relevan dan akurat, maka diperlukan alat

pengukur data yang dapat dipertanggung jawabkan yaitu alat ukur yang valid dan

reliabel, karena instrumen yang baik harus memenuhi syarat penting yaitu valid

dan reliabel (Arikunto 2002:144).

3.7.1 Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah angket yang kita susun tersebut mampu mengukur

apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai)

tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total angket tersebut. Bila semua

pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna atau validitas konstruk


(construct validity), berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam angket itu

mengukur konsep yang kita ukur. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik

korelasi “Product Moment” dengan angka kasar yang rumusnya sebagai berikut :

NΣXY - (ΣX ) (ΣY )


rxy =
{NΣ 2 - (ΣX 2 )}{NΣY 2 - (ΣY 2 )}
Keterangan :

rxy = product moment/Koefisien Korelasi antara X dan Y

N = Jumlah Subyek Uji Coba

X = Jumlah Skor Variabel X

Y = Jumlah Skor Variabel Y

X2 = Jumlah skor kuadrat X

Y2 = Jumlah skor kuadrat Y

XY = Jumlah Perkalian Variabel X dan Y

(Suharsimi Arikunto, 2002:146)

Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba instrumen angket diketahui dari

41 pertanyaan dinyatakan valid seluruhnya. Kriteria valid yang digunakan adalah

apabila rxy > rtabel pada taraf signifikansi 5% dengan N = 20 diperoleh rtabel = 0,444

(Suharsimi Arikunto, 2002:328). Karena rxy lebih besar dari bilangan batas taraf

rtabel maka dapat dikatakan butir soal tersebut valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

k Σσ 2b
yaitu r11 = ( ) (1 )
k 1 σ 2t

Dengan keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen


K = Banyaknya butir pertanyaan/soal

b2 = Jumlah varian butir

t2 = Varian total

(Suharsimi Arikunto, 2002:173)

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen dengan

menggunakan rumus Alpha, dimana N = 20 pada taraf signifikansi 5% diperoleh

harga r11 = 0,945, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel sebesar 0,444. dengan

demikian rhitung > rtabel sehingga semua butir soal yang ada pada instrumen

dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.8 Analisis Data

Untuk menentukan metode analisis data harus melihat alat pengambil data

yang akan diteliti. Penelitian ini berbentuk riset deskriptif persentase yang bersifat

eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena.

Data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka hasil perhitungan atau

pengukuran diproses dengan cara dijumlahkan (Suharsimi Arikunto, 2002 :216).

Data penelitian ini digambarkan dengan kalimat menurut kategori atau pertahapan

untuk memperoleh kesimpulan hasil akhir dengan harapan diperoleh presentase.

Adapun perhitungan penentuan kriteria persentase dalam masing-masing

aspek yaitu :

Maximal persentase = 100 %

Σ Kelas Interval = 4

100
Panjang Kelas Interval = = 25 = 25%
4
Dari hasil perhitungan panjang kelas interval di dapatkan tabel interval kelas

(%) sebagai berikut :

Tabel 1

Jumlah Interval Kriteria


Kelas Interval
I 0 – 25 % Rendah
II 25 – 50 % Cukup Tinggi
III 50 – 75 % Tinggi
IV 75 – 100 % Sangat Tinggi

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif persentase dengan perhitungan mengunakan rumus :

ΣΧi
Me =
n

Keterangan :

Me : Mean (Rata-rata)

Σ Xi : Jumlah Skor X ke i sampai ke n

( Σ Xi : Jumlah % dari 1-50 responden)

n : Jumlah Individu

(Sugiyono, 2002: 43)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan perhitungan nilai mean untuk menentukan persentase masing-

masing aspek yang mempengaruhi motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe

II dalam mengikuti kegiatan olahraga, didapatkan hasil persentase motivasi

intrinsik sebesar 74,00% yang termasuk dalam kategori tinggi dan motivasi

ekstrinsik sebesar 74,38% juga termasuk kategori tinggi dengan sedikit selisih

0,38% (Lampiran,hal:73). Dari data tersebut menunjukkan bahwa motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik sama mempengaruhi penderita Diabetes

Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga, akan tetapi dilihat dari

hasil persentase faktor motivasi ekstrinsik sedikit lebih banyak mempengaruhi

daripada faktor motivasi intrinsik.

Untuk mengetahui hasil analisis deskriptif persentase untuk motivasi penderita

Diabetes Mellitus Tipe I I dalam mengikuti kegiatan olahraga dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2

Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan


olahraga
Kriteria Interval % Frekuensi %

Rendah 0 – 25 0 0%
Cukup Tinggi 25 – 50 2 4%

Tinggi 50 – 75 21 42%

Sangat Tinggi 75 – 100 27 54%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data Penelitian, 2005

Sedangkan untuk mengetahui hasil analisis deskriptif persentase masing-

masing aspek yang mempengaruhi motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe

II dalam mengikuti kegiatan olahraga dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Distribusi motivasi intrinsik penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti


kegiatan olahraga
Kriteria Interval % Frekuensi %

Rendah 0 – 25 0 0%

Cukup Tinggi 25 – 50 2 4%

Tinggi 50 – 75 21 42%

Sangat Tinggi 75 – 100 27 54%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data Penelitian, 2005

Tabel 4

Distribusi motivasi ekstrinsik penderita Diabetes Mellitus tipe II dalam mengikuti


kegiatan olahraga
Kriteria Interval % Frekuensi %

Rendah 0 – 25 1 2%

Cukup Tinggi 25 – 50 4 8%
Tinggi 50 – 75 15 30%

Sangat Tinggi 75 – 100 30 60%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data Penelitian, 2005

Data Distribusi diatas diubah dalam grafik histogram sebagai berikut:

70%
60%
60% 54%
50%
42% M. Instrinsik
40% Series1
M. Ekstrinsik
30%
30% Series2

20%
8%
10% 4%
0% 2%
0%
75 – 100 50 – 75 25 – 50 0 – 25

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah

Gambar 1

Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi penderita Diabetes Mellitus Tipe II


dalam mengikuti kegiatan olahraga

Berdasarkan data distribusi dan histogram tersebut menunjukkan bahwa

motivasi ekstrinsik sedikit lebih tinggi daripada motivasi intrinsik. Dari 50

penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga dilihat dari

motivasi ekstrinsik, terdapat 60% yang mempunyai kriteria sangat tinggi, 30%
mempunyai kriteria tinggi, 8% mempunyai kriteria cukup tinggi, dan 2% dalam

kriteria rendah. Sedangkan dilihat dari motivasi intrinsik terdapat 54% yang

mempunyai kriteria sangat tinggi, 42% mempunyai kriteria tinggi, 4% memiliki

kriteria cukup tinggi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Motivasi Intrinsik

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa motivasi intrinsik yang

mendorong penderita Diabetes Mellitus Tipe II untuk mengikuti kegiatan olahraga

di PERSATUAN DIABETES INDONESIA (PERSADIA) Cabang Pekalongan

sebesar 74,00% termasuk dalam kategori tinggi. Ada beberapa alasan penderita

Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga, ditinjau dari

motivasi instrinsik antara lain terlihat pada tabel berikut ini

Tabel 5

Distribusi alasan mengikuti kegiatan olahraga ditinjau dari motivasi instrinsik


No Alasan mengikuti kegiatan olahraga F %
1 Menurunkan kadar glukosa darah 41 82%
2 Menurunkan berat badan 32 64%
3 Menjaga tubuh bugar 37 74%
4 Menjaga kondisi tubuh normal 40 80%
5 Mencapai kondisi tubuh yang lebih baik 35 70%
6 Menstabilkan berat badan 40 80%
7 Menyalurkan kesenangan 33 66%
8 Menghilangkan kejenuhan 33 66%
9 Karena menyukai olahraga tersebut 34 68%
10 Karena hobi berolahraga 34 68%
11 Memenuhi kebutuhan 34 68%
12 Kurangnya melakukan aktivitas fisik 44 88%
13 Hanya sejak terkena Diabetes Mellitus 26 52%
14 Agar terlihat menonjol dalam kelompok 18 36%
15 Mendalami olahraga tersebut 31 62%
16 Hanya bertujuan untuk sembuh 30 60%
17 Mendapatkan perhatian 30 60%
18 Merasa mampu melakukan olahraga 28 56%
19 Mendapatkan pujian 28 56%
Sumber : Data Penelitian, 2005
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga dengan alasan utama

yaitu kurangnya penderita dalam mengikuti aktivitas fisik untuk kegiatan sehari-

hari (88%). Alasan ini sesuai dengan faktor umur dan kondisi fisik yang semakin

melemah, sehingga dengan megikuti kegiatan olahraga bersama setidaknya

menambah aktivitas fisik yang sangat penting untuk tubuh penderita. Alasan

selanjutnya yang mencapai persentase (82%) yaitu untuk menurunkan kadar

glukosa, alasan ini dapat membuktikan mengapa olahraga dibutuhkan bagi

penderita Diabetes Mellitus karena dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Alasan untuk menstabilkan berat badan mendapatkan hasil persentase

sebesar 80%, mengingat kebanyakan penderita Diabetes Mellitus Tipe II berawal

dari obesitas (kegemukan) dan alasan yang juga mendapatkan hasil persentase

yang sama yaitu sebesar 80% adalah menjaga kondisi tubuh normal disaat

melakukan kegiatan sehari-hari, karena penderita masih banyak yang aktif dalam

melakukan pekerjaannya sehari-hari. Sedangkan untuk menjaga kondisi tubuh

selalu bugar dalam melakukan aktivitas untuk hasil persentasenya mencapai

(74%).

Alasan untuk mencapai kondisi fisik yang lebih baik mencapai hasil

persentase sebesar (70%). Selanjutnya hasil persentase sebesar (68%) dengan

alasan karena hobi berolahraga, karena olahraga merupakan suatu kebutuhan, dan

karena menyukai olahraga yang dilakukan penderita. Kemudian mereka yang


mengungkapkan alasan untuk menghilangkan kejenuhan dan untuk menyalurkan

kesenangan sebanyak (66%).

Alasan untuk menurunkan berat badan mencapai (64%), karena mendalami

olahraga yang dilakukan agar lebih mengetahui fungsi dari olahraga yang

dilakukan, mengingat Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis

yang tidak semua olahraga boleh dilakukan, maka ada baiknya mengetahui fungsi

dari olahraga yang dilakukan dan yang berhubungan dengan penyakit yang

diderita.

Untuk hasil persentase sebanyak (60%) terdapat 2 alasan yaitu alasan

pertama ingin mendapatkan perhatian, mendapatkan perhatian yang dimaksud

yaitu dengan melihat faktor usia dengan rata-rata diatas 40 tahun, dimana merasa

membutuhkan perhatian yang lebih. Dan alasan yang kedua yaitu hanya brtujuan

untuk sembuh, alasan ini dapat diartikan bahwa para penderita dalam melakukan

kegiatan olahraga tidak hanya bertujuan untuk sembuh, melainkan ada aspek-

aspek lain yang dapat memotivasinya selain untuk kesembuhan.

Dengan merasa mampu melakukan kegiatan yang disukai dan ingin

mendapatkan pujian sebagai penderita yang paling rajin dalam mengikuti kegiatan

olahraga mendapat hasil persentase sebesar (56%). Sedangkan persentase sebesar

(52%) diperoleh dari alasan mengikuti olahraga hanya sejak terkena Diabetes

Mellitus, ini berarti mayoritas penderita melakukan kegiatan olahraga sebelum

terkena penyakit Diabetes Mellitus. Dan alasan terakhir yang mencapai hasil

persentase hanya sebanyak (36%) yaitu agar terlihat menonjol dalam kelompok

olahraga.
Berdasarkan hasil persentase dari indikator-indikator motivasi intrinsik

tersebut, secara umum menunjukkan bahwa penderita Diabetes Mellitus Tipe II

dalam mengikuti kegiatan olahraga dengan alasan utama yaitu karena penderita

merasa kurang dalam melakukan aktivitas fisik untuk sehari-hari. Sedangkan pada

dasarnya dalam kehidupan sehari-hari kurang gerak atau bahkan tidak pernah

berolahraga, apalagi pada masa mudanya bekerja yang ringan dan kurang aktif

dalam berolahraga, sehingga masa tuanya mereka sulit untuk menjaga kebugaran

tubuhnya melalui olahraga. Dengan alasan tidak mau atau malas berolahraga,

dapat berakibat mereka mudah terserang suatu penyakit, salah satunya penyakit

Diabetes Mellitus Tipe II yang dapat diderita mereka pada usia lanjut.

4.2.2 Tingkat Motivasi Ekstrinsik

Sedangkan untuk motivasi ekstrinsik dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat rata-rata motivasi ekstrinsik penderita Diabetes Mellitus Tipe II

dalam mengikuti kegiatan olahraga di Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA)

Cabang Pekalongan mencapai 74,38% dalam kategori baik. Ada beberapa alasan

penderita Diabetes Mellitus Tipe II dalam mengikuti kegiatan olahraga ditinjau

dari motivasi ekstrinsik, seperti pada tabel berikut:

Tabel 6

Distribusi alasan mengikuti kegiatan olahraga ditinjau dari motivasi ekstrinsik


No Alasan Mengikuti Kegiatan Olahraga F %
1 Dorongan dari keluarga 32 64%
2 Banyak teman yang juga mengikuti olahraga 26 52%
3 Menambah pertemanan 22 44%
4 Memupuk tali persaudaraan 29 58%
5 Menjalin kerjasama antar penderita 39 78%
6 Memperoleh simpati 37 74%
7 Dorongan dari dokter 37 74%
8 Karena keluarga juga menyukai olahraga 28 56%
9 Agar keluarga tidak khawatir 30 60%
10 Tuntutan pekerjaan dengan aktivitas tinggi 37 74%
11 Kebutuhan pekerjaan 35 70%
12 Meningkatkan kuantitas waktu dalam bekerja 37 74%
13 Menambah pengalaman 34 68%
14 Untuk menambah wawasan 38 76%
15 Dapat mengunjungi tempat baru 40 80%
16 Karena kegiatan yang menyenangkan 36 72%
17 Karena mudah dilakukan 41 82%
18 Karena instruktur yang baik 40 80%
19 Karena pembina olahraga yang baik 34 68%
20 Karena akrab dengan pembina olahraga 37 74%
21 Mendapatkan rasa aman 41 82%
22 Mendapatkan keteraturan 41 82%
Sumber : Data Penelitian, 2005

Berdasarkan hasil perhitungan dari perbandingan frekuensi jawaban

responden dengan jumlah rasponden (Tabel 6), menunjukkan bahwa motivasi

ekstrinsik yang berpengaruh besar dalam mendorong penderita Diabetes Mellitus

dalam mengikuti kegiatan olahraga dengan hasil persentase sebesar (82%)

terdapat 3 alasan, alasan pertama yaitu karena mudah dilakukan, yang dimaksud

dengan mudah dilakukan adalah untuk gerakan-gerakan olahraga yang harus

diikuti penderita mudah diikuti oleh penderita. Alasan kedua yaitu untuk

mendapatkan rasa aman. Untuk mendapatkan rasa aman yang dimaksud yaitu

dalam melakukan kegiatan olahraga dapat terkontrol karena berdasarkan penyakit

yang diderita tidak semua jenis olahraga boleh dilakukan, sedangkan kegiatan

olahraga yang dilakukan di PERSADIA selalu terkontrol oleh para ahli, baik

dalam hal pemilihan jenis olahraganya maupun pemilihan jenis gerakan yang

dilakukan. Alasan yang ketiga yaitu mendapatkan keteraturan dalam mencapai

kondisi fisik yang diinginkan penderita melalui intensitas dalam hal waktu

maupun jenis olahraga yang dilakukan, ketiga alasan tersebut sangat berhubungan
erat yaitu disamping mudah dilakukan, terdapat juga rasa aman karena terkontrol,

dan juga adanya keteraturan dalam melakukan kegiatan olahraga yang

diselenggarakan di PERSADIA.

Alasan yang mencapai hasil persentase sebesar (80%) yaitu penderita dapat

mengunjungi tempat baru, dapat mengunjungi tempat baru yang dimaksud yaitu

didalam melakukan kegiatan olahraga, setiap satu bulan sekali PERSADIA selalu

mencari tempat baru untuk melakukan kegiatan olahraga disini PERSADIA

mengantisipasi agar tidak terjadinya kebosanan pada penderita yang dapat

mengakibatkan berkurangnya motivasi para penderita untuk mengikuti kegiatan

olahraga. Alasan yang juga mendapat hasil persentase sebesar (80%) yaitu karena

instuktur olahraga yang baik.

Alasan untuk menjalin kerjasama antar penderita baik didalam organisasi

maupun diluar organisasi mencapai hasil persentase sebesar (78%). Sedangkan

alasan untuk menambah wawasan sebesar (76%). Dan terdapat lima alasan yang

mendapat hasil persentase yang sama yaitu sebesar (74%) antara lain untuk

memperoleh simpati, adanya dorongan dari dokter, karena tuntutan pekerjaan

yang harus dilakukan dalam keadaan kondisi fisik yang baik, dan juga alasan

dapat meningkatkan kuantitas dalam hal waktu pada saat bekerja dikarenakan

mayoritas para penderita masih aktif dalam aktivitas pekerjaannya masing-

masing, dan dengan alasan akrab dengan pembina olahraga.

Alasan yang mendapat hasil persentase sebesar (72%) yaitu karena olahraga

yang dilakukan dirasa para penderita sangat menyenangkan mereka. Dan untuk

kebutuhan pekerjaan misalnya menambah koneksi, karena mengingat mayoritas


para penderita masih aktif dalam pekerjaannya. Dan terdapat dua alasan yang

mendapat hasil persentase sebesar (68%) yaitu ingin menambah pengalaman dan

karena pembina olahraga yang baik dimata para penderita.

Adanya dorongan dari keluarga agar penderita mengikuti kegiatan olahraga

mencapai hasil persentase sebesar (64%), sedangkan agar keluarga tidak khawatir

dengan kesehatan penderita mengingat olahraga yang sangat penting untuk para

penderita Diabetes Mellitus mencapai hasil persentase sebesar (60%). Untuk

memupuk tali persaudaraan baik dengan sesama penderita maupun dengan

pembina olahraga dan pengurus organisasi mencapai hasil persentase sebesar

(58%), sedangkan untuk hasil persentase alasan yang mencapai (56%) yaitu

karena keluarga yang juga menyukai kegiatan olahraga dan secara tidak langsung

dapat mempengaruhi juga penderita untuk melakukan olahraga.

Untuk alasan yang mendapat hasil persentase sebesar (52%) yaitu penderita

mengikuti kegiatan olahraga karena banyak teman sesama penderita yang juga

mengikuti kegiatan olahraga, dengan melihat banyak teman yang mengikuti

kegiatan olahraga maka penderita tertarik untuk mengikuti kegiatn olahraga

bersama. Alasan berikutnya yang mencapai hasil persentase sebanyak (44%) yaitu

untuk menambah pertemanan dimana banyak juga yang mengikuti kegiatan

olahraga sehingga memungkinkan untuk menambah pertemanan bagi sesama

penderita maupun dengan pembina di PERSADIA.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa

simpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata tingkat motivasi intrinsik dalam mendorong penderita Diabetes

Mellitus Tipe II anggota PERSADIA dalam melakukan kegiatan olahraga

mencapai 74,00% yang termasuk dalam kategori tinggi.

2. Rata-rata tingkat motivasi ekstrinsik yang mendorong penderita Diabetes

Mellitus Tipe II anggota PERSADIA dalam melakukan kegiatan olahraga

mencapai 74,38% yang termasuk dalam kategori tinggi.

5.2 Saran

1. Mempertahankan motivasi yang sudah tinggi, dan memberikan motivasi bagi

penderita Diabetes Mellitus tipe II yang belum aktif dapat berupa penambahan

pengetahuan tentang pentingnya kegiatan olahraga bagi penderita Diabetes

Mellitus, sehingga dengan inisiatif sendiri mau melakukan kegiatan olahraga

secara berkelanjutan baik dilakukan bersama kelompok sesama penderita

maupun individu.

2. Untuk suatu organisasi atau perkumpulan yang bergerak dibidang

kesehatan pada umumnya dan bagi PERSADIA pada khususnya hendaknya

mampu memberikan modifikasi dalam hal pemberian metode yang


berhubungan dengan kegiatan olahraga, baik dalam hal jenis olahraga, tempat

dan lain sebagainya untuk mengantisipasi timbulnya kebosanan penderita

dalam melakukan olahraga.


DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito.1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta.: Andi


Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta
: Tambak Kusuma
http:// www. CNI. Co.id/Infokes. Htm, Diabetes Mellitus (Kencing Manis)
Irwanto. 1994. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain. 1995. Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Kartini Nomor 2117. 2004. Info Kesehatan Diabetes Mellitus.
Kamiso.A. 1991. Ilmu Kepelatihan Dasar. Semarang : Fakultas Pendidikan
olahraga dan kesehatan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Kompas Cyber Media. 2003. Agar Tetap Sehat, Kuncinya Pengaturan Pola
Makan dan Olahraga
Laboratorium klinik Prodia. 2002. Diabetes Mellitus Bagaimana Mengelola
dan Mengendalikannya. Jakarta :Informasi Terkini
Max Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang
Ngalim Purwanto, M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Musru Singarimbun dan Sofian Efendi. 1987. Metode Penelitian Survey.
Jakarta : LP3ES
Phapros. 2005. Kehidupan untuk Tahun-tahun Mendatang , Nasehat bagi
Diabetisi. Pekalongan
Pradana Soewondo. 1994. Berpuasa Bersama Diabetisi. Makalah Ceramah
Awam. Pusat Diabetisi dan Lipid FKUI/RSCM, Jakarta
_______________. 2003. Kiat Puasa Ramadhan Bagi Pasien Diabetes
Mellitus. FK UI Jakarta
Sadoso Sumardjuno. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga
Sardiman A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Singgih D Gunarsa. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Setyobroto, Sudibyo, 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta : PT. Anem Kosong
Anem
Soekidjo Notoadmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Soemargo. 1989. Ilmu Jiwa Olahraga. Semarang : FPOK IKIP
Sudibyo Setyobroto. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta : PT. Anem Kosong
Anem
Sugiyanto. 1997. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta
Suhardi. 1995. Manfaat olahraga aerobik bagi Penderita Penyakit Diabetes
Mellitus. Makalah Disajikan dalam Seminar Regional Dosen Kopertis di
UNIKAL Pekalongan. Pekalongan, 15 Juli
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
Sutrisno Hadi. 1985. Metodologi Research. Fakultas Psikologi UGM.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Doc
    Doc
    Dokumen71 halaman
    Doc
    Septian Fals Mania
    Belum ada peringkat
  • 96
    96
    Dokumen66 halaman
    96
    jhon
    Belum ada peringkat
  • Skripsi: Universitas Negeri Semarang 2005
    Skripsi: Universitas Negeri Semarang 2005
    Dokumen76 halaman
    Skripsi: Universitas Negeri Semarang 2005
    rizevi
    Belum ada peringkat
  • 89
    89
    Dokumen54 halaman
    89
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 91
    91
    Dokumen91 halaman
    91
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 93
    93
    Dokumen72 halaman
    93
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 92
    92
    Dokumen92 halaman
    92
    jhon
    0% (1)
  • 90
    90
    Dokumen87 halaman
    90
    Reza Safrullah
    Belum ada peringkat
  • Pengaruh Latihan Awalan 9 Dan 11 Langkah Terhadap
    Pengaruh Latihan Awalan 9 Dan 11 Langkah Terhadap
    Dokumen93 halaman
    Pengaruh Latihan Awalan 9 Dan 11 Langkah Terhadap
    Irpan Riyanto
    0% (1)
  • 85
    85
    Dokumen65 halaman
    85
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 87
    87
    Dokumen65 halaman
    87
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 82
    82
    Dokumen87 halaman
    82
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 84
    84
    Dokumen58 halaman
    84
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 88
    88
    Dokumen63 halaman
    88
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 81
    81
    Dokumen62 halaman
    81
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 80
    80
    Dokumen66 halaman
    80
    jhon
    100% (2)
  • 72
    72
    Dokumen58 halaman
    72
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 71
    71
    Dokumen74 halaman
    71
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 77
    77
    Dokumen111 halaman
    77
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 76
    76
    Dokumen76 halaman
    76
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 736
    736
    Dokumen103 halaman
    736
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 75
    75
    Dokumen55 halaman
    75
    jhon
    Belum ada peringkat
  • Sikap Duduk Kerja
    Sikap Duduk Kerja
    Dokumen61 halaman
    Sikap Duduk Kerja
    Nur Hasanah
    50% (2)
  • 79
    79
    Dokumen99 halaman
    79
    jhon
    Belum ada peringkat
  • 73
    73
    Dokumen64 halaman
    73
    jhon
    Belum ada peringkat