Skripsi
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I
Untuk Mencapai Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Nama : Lusi Suko Handayani
Nim : 2454990022
Program : SENDRATASIK – S1
Jurusan : Sendratasik (Seni Tari)
MOTTO :
“ Turutilah Nasehat orang tua yang telah membimbing dalam keberhasilan kita
dan tetaplah bersyukur kepada-Nya karena Dialah yang membuat kita sebagai
penerus bagi Bangsa Indonesia” (Lusi).
“ Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku dan
aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa”. (KITAB INJIL).
iii
SARI
Segala puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kudus atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Fungsi Pertunjukan Wayang Kulit Ruwatan pada Tradisi Upacara Bersih
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
1. Bapak Rektor UNNES yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
2. Bapak Dekan FBS UNNES yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
5. Dra. Siluh Made Astini, M. Hum selaku pembimbing II yang telah memberikan
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik spiritual maupun material selama
penyusunan skripsi.
7. Kepala Desa dan Masyarakat Growong Lor yang telah memberikan kesempatan
mahasiswa Sendratasik dan bagi para pembaca pada umumnya. Selain itu penulis juga
Penulis
vii
DAFTAR ISI
SARI .................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
E. Sistematika Skripsi................................................................. 6
vii
B. Lokasi Penelitian dan Sasaran Penelitian .............................. 22
A. Gambaran Umum................................................................... 33
2. Kependudukan ................................................................. 34
3. Mata Pencaharian............................................................. 35
5. Kehidupan Beragama....................................................... 37
1. Judul Lakon...................................................................... 47
2. Dalang .............................................................................. 48
viii
3. Sesaji ................................................................................ 49
4. Gamelan ........................................................................... 54
5. Dana ................................................................................. 54
6. Durasi............................................................................... 55
7. Penonton .......................................................................... 56
c. Pembacaan Doa.......................................................... 61
2. Fungsi Hiburan................................................................. 64
3. Ritual................................................................................ 68
4. Tradisi .............................................................................. 70
ix
BAB V PENUTUP.................................................................................... 73
A. Kesimpulan ............................................................................ 73
B. Saran ...................................................................................... 77
LAMPIRAN......................................................................................................... 79
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
3. Gambar 3 Waktu dan tempat diadakan Berkatan pada siang hari di Pelataran
4. Gambar 4 Pakeliran
Mbah Dengklik.
10. Gambar 10 Tiga Pesinden, 14 Penabuh atau pengrawit dan penotnon dari
berbagai Desa.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Observasi
2. Pedoman Wawancara
3. Pedoman Dokumentasi
5. Biodata Penulis
xiii
PEDOMAN OBSERVASI
I. TUJUAN
Observasi penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui fungsi pertunjukan
wayang kulit ruwatan di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
dalam gungsinya pada tradisi upacara bersih desa atau Sedekah Bumi.
I. Tujuan
Wawancara dilakukan pada saat mengamati, mengetahui dan
mengungkapkan tentang fungsi wayang kulit dalam meruwat desa “Wayang Kulit
Ruwatan” pada tradisi upacara Bersih Desa di Desa Growong Lor Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati.
II. Pembatasan
Dalam melaksanakan wawancara, peneliti membatasi materi pada :
a. Latar belakang diselenggarakan wayang kulit ruwatan pada tradisi bersih desa.
b. Pertunjukan wayang kulit pada tradisi upacara bersih desa di Desa Growong Lor
yang meliputi :
1. Judul Lakon
2. Dalang dan Boneka Wayang ruwatan
3. Sesaji
4. Gamelan
5. Berkatan
6. Dana
7. Durasi
8. Penonton
9. Waktu Pelaksanaan
10. Pelaksanaan Pertunjukan
III. Informan
Dalam penelitian ini narasumber dan informan wawancara dibatasi pada :
a. Kepala Desa
− Bagaimana kondisi geografis dan keadaan penduduk desa Growong Lor
− Dari mana dana yang digunakan untuk menyelenggarakan wayang kulit pada
tradisi bersih desa
− Siapa saja yang bisa dijadikan informan yang dapat memberikan data
penelitian.
− Bagaimana latar belakang diselenggarakan wayang kulit untuk meruwat desa
dalam tradisi bersih desa, ditinjau dari aspek manfaat, aspek pelestarian dan
aspek hiburan ?
− Apa tujuan diadakan wayang kulit ruwatan sebagai tradisi upacara bersih
desa atau sedekah Bumi ?
b. Bapak…………… selaku dalang yang digunakan pada tradisi bersih desa tahun
ini yang dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2004.
− Adakah doa atau mantra khusus yang dibacakan dalam meruwat bumi atau
desa ?
− Adakah kemasan khusus yang dibuat untuk menarik minat para penonton.
− Adakah lakon-lakon khusus yang disuguhkan dalam tradisi bersih desa ?
c. Warga Masyarakat
− Apa saja yang menarik dari pertunjukan wayang kulit ruwatan pada tradisi
upacara bersih desa ?
− Fungsi apa saja yang dapat diambil dari pertunjukan wayang kulit ruwatan
pada tradisi upacara bersih desa ?
d. Tokoh masyarakat dan sesepuh desa
Bagaimana latar belakang diselenggarakannya pertunjukan wayang kulit
ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di desa Growong Lor.
e. Kyai atau Pemimpin acara berkatan “Slametan”
Bagaimana persiapan pelaksanaan acara berkatan “slametan” mulai dari nasi
berkat dan penetep. Doa yang dibacakan sampai dengan acara rebutan berkatan
dari warga satu dengan warga yang lain.
f. Dalang
Persiapan apa saja yang diperlukan untuk acara bersih desa khususnya dalam
meruwat bumi.
I. Tujuan
Penelitian dimaksudkan untuk menambah kelengkapan data yang berkaitan
dengan fungsi wayang kulit ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di Desa
Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
II. Pembatasan
Dokumentasi bersumber pada data penelitian yang mencakup catatan harian
penduduk desa setempat dan buku. Dalam penelitian ini dokumen yang
dipergunakan dibatasi pada pertunjukan wayang kulit ruwatan dan acara berkatan
yang meliputi :
1. Pakeliran
2. Masyarakat melakukan sekaran atau nyekar
3. Cara berkatan dipelataran Punden Mbah Dengklik
4. Dalang dan wayangnya
5. Sesaji
6. Suasana pentas secaara keseluruhan.
Semua dokumentasi data diambil dengan menggunakan kameraa foto.
DAFTAR NARASUMBER DAN INFORMAN
Pati,
WALUYO, S.Sos
SURAT KETERANGAN
Pati,
SUTIYO
SURAT KETERANGAN
Pati,
GUNARTO
SURAT KETERANGAN
Pati,
DARSONO
SURAT KETERANGAN
Pati,
Pati,
WIBOWO
Semarang, ……. Februari 2005
Adapun judul skripsi yang telah disusun dengan penyusunan skripsi dengan
selesai yaitu :
“Wayang Kulit Ruwatan Dalam Tradisi Upacara Bersih Desa di Desa Growong Lor
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati”
Atas perhatiannya sebelum dan sesudahnya penulis haturkan banyak terima
kasih.
Mengetahui
Ketua Jurusan PSDTM Pemohon
Mengetahui
Ketua Jurusan PSDTM Pemohon
LATAR BELAKANG
Seni merupakan ungkapan yang muncul dari manusia yang mengaguminya dari
sisi lain dalam kamus Bahasa Indonesia seni merupakan sesuatu yang menggerakan
kalbu dan hati manusia.
Pertunjukan wayang kulit ruwatan ini sebagai tindak lanjut dari acara bersih
desa, yang dilaksanakan di halaman punden sebagai makam leluhur bagi masyarakat
setempat yang dinamakan punden embah Ronggo atau punden Embah Dengkel.
Kata lain Dengklek yaitu sewaktu embah Ronggo selalu setiap duduk pasti pakai
Dengklek yang berbentuk pendek dan terbuat dari papan atau kayu.
Dalam upacara bersih desa atau selametan bagi masyarakat Desa Growong Lor
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati wajib dilaksanakan dalam setiap tahunnya, pada
bulan Jawa umat Islam dengan maksud untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan seperti gagal panen yang dapat menurunkan pendapatan
masyarakat karena sebagian besar penduduk desa setempat adalah petani.
Dalam acarta selametan bumi diperlukan “Berkatan” yang dibawa oleh setiap
keluarga diletakkan di dalam besek atau kardus yang kemudian dibawa di pelataran
punden dan dibacakan do’doa selametan.
A. Fungsi Kebudayaan dan Kesenian
Menurut Koentjoroningrat (1984:52), fungsi adalah suatu pembuatan yang
bermanfaat dan berguna bagi suatu kehidupan masyarakat, keberadaan sesuatu itu
mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial masyarakat.
Kata fungsi selalu menunjukkan kepada pengaruh terhadap sesuatu yang lain,
dan itu tidak berdiri sendiri tetapi justru dalam suatu hubungan tertentu memperoleh
arti dan maknanya.
Misalnya : 1. pertumbuhan penduduk
2. bencana alam
3. kontak dengan bangsa yang berkebudayaan lain
4. migrasi besar-besaran
5. perubahan atau berkurangnya sumber daya yang ada dalam
lingkungan (baik jenis/macamnya, kualitas/kuantitasnya).
Ada 9 fungsi : - sebagai sarana upacara
- fungsi hiburan
- fungsi alat komunikasi
- fungsi persembahan simbolik
- sebagai respon fisik
- untuk menjaga keberanian norma-norma masyarakat
- sebagai pengukuh instansi sosial dan upacara keagamaan
- sebagai sarana kelangsungan dan stabilitas kebudayaaan
- untuk integritas kemasyarakatan
Kesenian juga memiliki 2 fungsi yang digunakan dalam kegiatan masyarakat, yang
meliputi :
1. Sakral
2. Sekuler
Ada juga fungsi muncul dalam seni antara lain :
- untuk perdagangan
- untuk penerangan
- untuk komunikasi
- untuk pendidikan
2. Aspek Manfaat
Dengan adanya tradisi ini memberikan manfaat atau pesan yang besar bagi
masyarakat yang ada yaittu :
a. Mengibur masyarakat yang haus akan hiburan
b. Mendidik anak-anak remaja, pemuda untuk tetap menghargai dan
menghormati orang tua
c. Sebagai komunitas kecil warga desa tetap menjaga kerukunan dan selalu
menomorsatukan sikap kegotongroyongan
d. Kondisi desa jauh dari pusat keramaian, ada ketenttraman dan kedamaian
e. Dampak yang sangat menonjol bagi masyarakat orang tua.
3. Aspek Hiburan
Dengan adanya pertunjukan wayang kulit untuk meruwat dalam tradisi
upacara bersih desa dapat menghibur dan dapat membawa masyarakat lebih
maju dan damai.
Pelaksanaan wayang kulit ruwatan dalam tradisi Bersih Desa di Desa
Growong Lor ditinjau dari :
1) Judul Lakon
2) Dalang
3) Sesaji
a. Tumpeng Punar
b. cok bakal
c. Gedang Stundun
d. Kembang telon satu nampan
e. Jajan pasar satu nampan
f. Air satu kendi
4) Gamelan
5) Dana
6) Durasi
7) Penontpn
8) Waktu Pelaksanaan
- Nasi berkatan dan Penetep
- Waktu dan tempat pelaksanaan berkatan
- Pembacaan doa
- Tukar menukar berkatan
Fungsi Pertunjukan Wayang Kulit Ruwatan dalam Tradisi Upacara Bersih
Desa di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
Konsep fungsi kebudayaan merupakan segala aktivitas budaya yang
sebenarnya bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah
kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan.
Pertunjukan wayang kulit ruwatan memiliki 6 fungsi, yaitu :
1. Fungsi Sosial upacara Rruwatan dalam Tradisi Upacara Bersih Desa
− Suatu keadaan dimana semua bagian di dalam sistem sosial itu bekerja
dalam keadaan yang cukup harmonis atau mempunyai sistem
kebersamaan, yakni tanpa menimbulkan sengketa untuk menuju sebuah
perdamaian dalam kehidupan.
− Misalnya : Hubungan dengan dunia roh (dhanyang)
2. Fungsi Hiburan
o Pertunjukan yang mempunyai makna di dalam meruwat desa sebagai
upacara ritual dan sebagai hiburan.
o Misalnya : cerita, suara gamelan, humor dan dagelan
3. Ritual
Roh orang yang sudah meninggal itu juga dipandang sebagai pelindung kuat,
artinya mampu memberikan perlindungan dan pertolongan kepada
kehidupan anak cucuknya. Atas dasar keyakinan bahwa roh nenek moyang
tersebutt dapat diundang untuk datang di tengah-tengah kehidupan lebih
dikenal dengan sebutan shaman atau dalang.
4. Tradisi
Adat tradisi sering dikaitkan dengan pengertian kuno ataupun sesuatu yang
bersifat luhur sebagai warisan nenek moyang.
5. Kepatuhan terhadap orang tua
6. Pertanggungjawaban terhadap para leluhur atau generasi penerus /
pendahulu.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengaguminya, dari sisi lain dalam seni juga merupakan sesuatu yang
menggerakkan kalbu dan hati manusia. Dalam tingkat tertentu, seni dapat
menjelma sebagai pengembara abadi dalam ruang metafisir menjadi suatu alat
suatu hiburan pertunjukkan seni, dan seni itu sendiri dalam konteks keimanan
dalam wahyu kitab suci, serta konsensus-konsensus yang lahir dari penafsiran
2000:15-16).
Muslim, misalnya praktek-praktek musikal, menyanyi dan menari, drama tari atau
opera, pertunjukan wayang kulit yang sengaja dipertontonkan atau dapat dilihat
mempunyai nilai khusus bagi bangsa Indonesia dan masyarakat Jawa pada
1
2
karya seni rupa yang mempunyai makna atau merupakan lambang, simbol bagi
dikaji secara langsung seperti pusaka, jimat, patung atau wayang dari kulit, sastra,
doa-doa dan mantra-mantra yang diucapkan oleh dalang yang berupa simbol yang
dianggap mempunyai kekuatan magis adalah satu bukti tak terbantahkan bahwa
seni pertunjukan wayang kulit dengan agama Islam maupun seni pertunjukan
wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa, (Waluyo, 2004).
Pertunjukan wayang kulit ruwatan ini sebagai tindak lanjut dari acara
Dalam upacara bersih desa atau slametan bagi masyarakat Desa Growong
tahunnya, pada bulan Jawa umat Islam dengan maksud untuk menghindari
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti gagal panen yang
setempat adalah petani. Dalam acara Bersih Desa, setiap keluarga atau setiap
menjadi satu dengan berkatan yang lain dipelataran punden yang sudah menjadi
tempat ritual dan dibacakan doa-doa slametan dan setelah diadakan slametan,
3
Kabupaten Pati wajib dilaksanakan dalam setiap tahunnya pada bulan Jawa
yang tidak diinginkan seperti gagal panen yang dapat menurunkan pendapatan
masyarakat karena sebagian besar penduduk desa setempat adalah petani. Dalam
acara slametan bumi diperlukan “Berkatan” yang dibawa oleh setiap keluarga
diletakkan di dalam besek atau kardus yang kemudian dibawa di pelataran punden
wayang ruwatan juga dapat untuk mengatasi sesuatu kesulitan batin, sarana
saling terkait antara satu dengan lainnya, sebagai suatu sistem yang bulat.
dapat memberikan ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan. Oleh karena itu,
bagi masyarakat setempat untuk mengadakan suatu upacara yang mana upacara
itu dilakukan yang dianggap dapat menentramkan jiwanya karena upacara itu
4
wayang kulit ruwatan tercermin dalam sajian wayang kulit Purwa beserta
tradisi upacara bersih desa, seorang dalang selalu mengucapkan mantra, sebagai
penolak bahaya atau penolak malapetaka, melalui peralatan yakni semua perabot
atau sesaji atau “sajen” merupakan sarana untuk menyampaikan sesuatu, agar
Pertunjukan wayang kulit ini sebagai tindak lanjut dari acara selametan
dalam tradisi upacara bersih desa, maka dipandang perlu untuk mengetahui lebih
lanjut apa fungsi pertunjukan wayang kulit ruwatan sebagai tradisi upacara bersih
desa dan manfaat penting bagi masyarakat Juwana Kabupaten Pati khususnya di
B. Perumusan Masalah
tradisi upacara bersih desa sebagai bentuk seni tradisional di Desa Growong
2. Apa fungsi pertunjukan wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara Bersih
Pati ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
masih mempunyai nilai kesakralan atau tradisi, hasil penelitian ini dapat
pertunjukan wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa di Desa
E. Sistematika Skripsi
persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
daftar lampiran.
BAB II. Landasan Teori berisi Pengertian Fungsi dalam Kebudayaan dan
Kulit Ruwatan.
Analisis Data.
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi Gambaran Umum, Latar
3. Bagian akhir berisi daftar pustaka, peta lokasi, data kependudukan, daftar
keterangan penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
itu mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Kata fungsi selalu
menunjukkan kepada pengaruh terhadap sesuatu yang lain, dan itu tidak berdiri
sendiri tetapi justru dalam suatu hubungan tertentu memperoleh arti dan maknanya.
Kebudayaan adalah sesuatu yang khas insani artinya hanya terdapat pada
makhluk manusia saja, maka kedudukan manusia di situ adalah sentral, tidak ada
kebudayaan tanpa manusia (Bakker, 1984:139). Dalam hal ini kebudayaan terdiri
daya yang ada dalam lingkungan, baik jenis atau macamnya, maupun kualitas atau
menyeluruh dan operasional serta dapat diterima sebagai hal yang bernilai. Dengan
fungsinya dalam kehidupan manusia yaitu sebagai pedoman hidup bagi masyarakat
perangkat model kognisi, sistem simbolik atau pemberian makna yang terjalin
Kesenian adalah ungkapan dari salah satu bentuk kreatifitas itu sendiri (Kayam,
1981 : 38).
sistem dari kebudayaan maka dengan jelas dapat dilihat fungsinya dalam
kehidupan manusia.
suatu kesenian yang mempunyai peranan penting di dalam masyarakat. Dalam hal
ada sembilan fungsi diantaranya yaitu 1) sebagai sarana upacara; 2) fungsi hiburan;
10
dalam tingkatan masyarakat. Kesenian merupakan salah satu unsur universal dari
menyertai dimanapun dan kapanpun manusia itu berada. Kesenian memiliki arti
satu fungsi edukatif dari seni terdapat dalam pendidikan dan pengajaran seni di
sekolah dasar dan menengah yaitu untuk membina kreatifitas dan daya kreasi anak.
Kesenian juga memiliki fungsi yang lain yang digunakan dalam kegiatan
masyarakat yang meliputi fungsi sakral dan fungsi sekuler. Kesenian dikatakan
ketegangan manusia karena kesibukan atau banyak pikiran dapat dikurangi melalui
masyarakat yang meliputi funsgi sakral dan fungsi sekuler. Fungsi sakral yaitu
keagamaan atau kepercayaan sebagai suatu bentuk iringan pada acara ritual
sebagai ungkapan rasa syukur. Fungsi sekuler yaitu kesenian berfungsi untuk
11
bahwa kesenian hanya digunakan sebagai tontonan saja tanpa mengandung unsur
Oleh karena itu muncullah berbagai fungsi seni antara lain : (1) seni untuk
perdagangan, yaitu seni yang digunakan sebagai alat untuk promosi perdagangan,
(2) seni untuk penerangan, yaitu seni yang dipergunakan sebagai alat penerangan
atau penyuluhan. Jenis seni yang baik untuk alat penerangan adalah seni
pertunjukan seperti pertunjukan wayang kulit, (3) seni untuk komunikasi, yaitu
seni yang dipergunakan sebagai alat perhubungan baik oleh pribadi maupun
pendidikan, yaitu seni yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan umum.
sudah mendarah daging dan telah menyatu dengan alam sekelilingnya, atau telah
menjadi adat atau aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat sehingga telah
kejadian dijagat raya. Misalnya ada orang yang diyakini di dalam hidupnya
terkena bencana, kena sengsara dan selalu membawa malapetaka bagi dirinya
harus diruwat.
seni pertunjukkan selain harus mengarah kepada selera penonton juga kualitasnya
perlu diperhatikan.(Jazuli,2001:164).
12
lingkungannya, serta menjadi salah satu ciri khas identitas dan kepribadian suatu
wilayah. Di dalam tradisi ada satu ciri khusus yaitu berkiblat pada masa lalu. Seni
sejak jaman nenek moyang mereka atau leluhur mereka yang hanya dapat
gagasan dan simbol, seni dapat digunakan sebagai sarana untuk bnerkomunikasi.
pengganggu.
a. Sarana kesenian
d. sarana integrative
f. sarana pendidikan
Seni tradisional akan hidup terus menerus selama tidak ada perubahan
jika masyarakat terlanda budaya baru dari luar yang kuat atau karena adanya
bencana alam yang dahsyat yang menimpa seluruh warga masyarakat setempat,
jika hal itu terjadi maka akan menggeser nilai-nilai atau muncul nilai-nilai baru
dalam masyarakat.
yang bersangkutan. Dalam kenyataan empirik, kesenian dapat dilihat sebagai cara
hidup yang bertalian dengan keindahan, dari para warga masyarakat. Dengan
Ada tiga hal yang perlu dikemukakan dalam pendahuluan ini. Pertama,
memahami kesenian tradisional sebagai salah satu sistem yang menyeluruh, yaitu
mengenai manusia (perilaku dan nilai-nilai) serta sumber daya lingkungan alam
fisik dan sosial budayanya, suatu sistem eko budayanya, kedua, upaya revitalisasi
persatuan dan kesatuan yang selama ini telah ditelikung oleh keseragaman cara
dan kekerasan; ia menjadi sarana apresiasi dan toleransi perbedaan. Sebagai satuan
ini disebabkan oleh fungsi kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan para
warga masyarakat juga akan berubah setiap saat; dan, jika itu terjadi akibatnya
berubah-ubah.
menegaskan bahwa berbagai jenis kesenian, masih tetap hidup pada kelompok-
pendukungnya; atau jika tetap hidup mendapat polesan kosmetika baru. Jenis-jenis
dan hidup atau diusung oleh masyarakat lokal. Seperti halnya seni pertunjukan
wayang kulit ruwatan yang termasuk sebuah seni yang sangat melekat pada diri
orang yang mempercayainya dengan diadakan acara ritual sebagai hiburan dalam
acara bersih desa yang dilakukan di daerah Juwana Kabupaten Pati di Desa
Growong Lor.
15
layar bayangan dari para dewa dan pahlawan mistis yang menerangi musuh-
musuh raksasa mereka, mungkin dahulu serupa dengan sebuah doa bagi roh-roh
cerita-cerita yang khusus dari siklus “prasejarah” dari wayang purwa yang
dianggap sangat manjur untuk penyucian ritual guna mencegah kejahatan yaitu
dirasakan kuat bukan saja oleh dalang yang berfungsi pula sebagai dukun, tetapi
salah satu cabang kesenian yang sangat populer dan dalang menduduki peranan
utama. Daya tarik wayang sebagai salah satu bentuk teater, bahwa wayang kulit
yang bersifat estetis, etis, psikologis, religius, filosofis, dan inetelektual, 2) dalam
selama ini wayang merupakan tontonan hiburan yang lebih banyak memberi
kesempatan kepada penonton untuk mencari dan menafsirkan sendiri makna yang
Kini titik orientasi pertunjukan wayang kulit mulai bermuara dari kondisi
lebih kas, yaitu secara temperal dan spasial berada pada lintas masyarakat dan
lintas bangsa-bangsa.
kehidupan orang Jawa lain dari orang yang hidup di luar daerah Jawa. Hal ini
tampak jelas terlihat pada simbol-simbol yang dipakai sebagai media oleh orang
teori fungsi itu, bila dikaji secara historis, fungsi seni pertunjukan dalam
fungsi itu, upacara dalam sejumlah fungsi itu dalam sejarah, fungsi yang tertera
seni sebagai hiburan pribadi atau massal yang dapat menyegarkan kehidupan
menjadi cermin kehidupan bila sudah melibatkan jalinan lakon yang digubah dan
berpartisipasi dan masyarakat penonton lainnya. Fungsi hiburan ini dapat pula
dipahami, karena pertunjukan wayang adalah salah satu bentuk kesenian yang
adiluhung. Senada dengan konsep ini, menyatakan bahwa wayang sebagai salah
satu kebudayaan nasional dengan berbagai corak yang khas dan bermutu tinggi.
yang biasanya berlaku satu sampai dua jam selesai, dalam perkembangannya bisa
penonton dapat menangkap dan mengerti maksud dan tujuan yang tersembunyi
Biasanya untuk ruwatan dengan salah satu maksudnya adalah untuk meminta satu
bentuk upacara keagamaan yang dilakukan, adat untuk mengunjungi makam nenek
moyang (nyekar) adalah suatu tindakan yang penting dalam bahasa Jawa.
(Waluyo, 2000:x)
wayang tidak lagi difokuskan pada upacara-upacara ritual dan keagamaan namun
telah beralih kehiburan yang mengutamakan inti cerita dan berbagai macam
bagi kehidupan manusia seperti upacara ritual, sarana komunikasi dan sarana
pendidikan. Namun dalam persepsi masyarakat umum fungsi wayang kulit ruwatan
sebagai hiburan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
berdimensi ganda, (2) lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan subjek penelitian, (3) memiliki kepekaan dan daya penyesaian
diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.
kualitatif, yaitu dengan cara memandang objek kajian dengan sebuah konteks.
Dengan kata lain pendekatan penelitian kualitatif adalh suatu cara, rumusan cara
kerja yang mutlak dari manusia untuk menelaah semua fenomena sehingga dapat
kurang akurat. Namun peneliti terjun langsung untuk mengambil gambar yang
19
20
wayang kulit purwa dalam tradisi upacara bersih desa di Juwana Desa Growong
Dengan demikian sifat kualitatif penelitian ini mengarah pada sumber data
berasal dari para informan atau subjek penelitian melalui wawancara atau
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Pati Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi tersebut karena seni
ritual, sakral yang digelarkan dalam upacara bersih desa yang dilakukan di
pelataran punden, di mana tempat itu mempunyai cerita tradisi yang masih
kolot.
yang digunakan dalam tradisi itu yaitu wayang kulit purwa semalam suntuk,
purwa semalam suntuk bila ditinjau dari budaya para pendukungnya, yaitu
sumber data. Namun demikian perlu dijelaskan di sini, bahwa ruang lingkup
2. Sasaran Penelitian
b. Fungsi Seni pertunjukan wayang ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa
di Juwana.
menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan
data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat dan
Teknik yang dipakai dalam rangka mencari dan mengumpulkan data yang
ada hubungannya baik itu mengenal kebudayaan (budaya Jawa), simbol, wayang
dan simbol yang terdapat di dalam pergelaran wayang kulit purwa semalam suntuk
dalam kaitannya dengan wayang ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa atau
1. Teknik Observasi
(Supardi, 2000:8).
22
tentang berbagai situasi bentuk simbol dalam tradisi upacara bersih desa
monografi atau data kependudukan di kantor kepala desa yang meliputi jumlah
menanyakan kepada kepala desa siapa saja yang dapat dijadikan informan yang
bisa memberikan informasi yang akurat. Disebutkan oleh kepala desa bahwa
Bapak Waluyo (60 th) adalah sesepuh desa, beliau bisa memberikan
keterangan mengenai keberadaan wayang kulit pada tradisi bersih desa atau
sedekah bumi.
temurun diwariskan dalam rangka selamatan Bersih Desa terutama dalam hal
pertanian, dengan tujuan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan
dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk diberi kenikmatan yang lebih
desa atau sedekah bumi hari senin tanggal 2 Februari 2004, dilaksanakan pukul
dimulai. Hal-hal yang diobservasi pada saat acara bersih desa yaitu :
a. Nasi ambeng yang diletakkan di atas cething bambu yang isinya berupa
nasi putih dilengkapi dengan lauk kemudian diatasnya ditutup dengan daun
pisang.
c. Pembacaan doa yang dipimpin oleh sesepuh yang dianggap orang tua
berupa gambar yang berkenaan dengan obyek penelitian yaitu foto pelaksanaan
acarta “Slametan” dan saat pertunjukan wayang kulit meliputi foto dalang, dan
keseluruhan.
Dalam keterangan yang diperoleh dari bapak Kepala Desa sebagai seorang
informan yang selalu mengikuti jalan cerita setiap kali ada pertunjukan
wayang kulit baik itu pada saat legenanan atau bersih desa maupun pada
pertunjukan wayang kulit bahwa lakon menpunyai makna dan nilai yang
b. Sesaji
Sesaji yaitu segala sesuatu yang digunakan pada acara tradisi bersih desa
tumpeng punar, segala macam hasil bumi yang ada di desa Growong Lor
seperti gedang setulen, jagung, padi yang digantung di atas kelir, jajan
pasar satu nampan, bubur abang putih, dan air satu kendi. Sesaji-sesaji
tersebut diletakkan di depan dalang dibalik kelir. Untuk secara rinci akan
d. Penonton
adalah masyarakat setempat baik yang orang tua, remaja dan anak-anak.
e. Gamelan
laras slendro yang terdiri dari ricikan gender, kendang, rebab, gender
f. Durasi
Pertunjukan wayang kulit, pada siang hari mulai pukul 13.00 setelah acara
bersih desa selesai berakhir pukul 17.00 dan pertunjukan malam hari
2. Teknik Wawancara
wawancara yang digunakan pada peneliti ini adalah wawancara terarah yang
berarti pedoman wawancara ini disusun secara terperinci dan wawancara tak
terarah yang berarti pedoman wawancara yang hanya memuat garis-garis besar
b. Informasi apa yang harus diperoleh yang mengarah pada temuan data
dimaksud
c. Siapa kontak person dan siapa sumber data yang bisa dipercaya.
proses ini wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan
mendapatkan keterangan secara umum yaitu keterangan yang tidak terduga dan
mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh
peneliti.
wayang kulit dan acara bersih desa di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana
Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dan beberapa informan yang
a. Wawancara pertama dilakukan kepada kepala desa, yaitu pada setiap materi
Desa Growong Lor, (2) Dana yang digunakan dalam pertunjukan wayang
kulit pada tradisi upacara bersih Desa atau sedekah bumi, (3) selain itu
dalam penelitian.
3. Teknik Dokumentasi
data dengan cara menelaah atau mencari sumber informasi selain manusia.
data sekunder untuk melengkapi data primer dari hasil wawancara dan
pengamatan.
ditarik dari bermacam-macam data yang telah dikumpulkan. Data yang telah
28
masalah yang sangat erat hubungannya dengan pokok uraian yang akan dijelaskan,
persoalan.
data berarti menggolongkan data kedalam pola, tema dan kategori. (S. Nasution,
1998 : 128).
Tujuan utama dari kegiatan analisis data adalah menemukan teori atau
penjelasan mengenai pola hubungan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian
peristiwa yang diteliti, yaitu untuk mengetahui seberapa jauh tentang fungsi seni
pertunjukan wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa di desa
ruwatan dalam tradisi bersih desa. Peneliti melakukan proses pengumpulan data
dengan cara mengurangi atau membuang yang tidak perlu, karena peneliti
menganggap bahwa data tersebut tidak berguna dalam penelitian tentang fungsi
kulit ruwatan hanya sebagai pemikat para penonton supaya lebih tertarik menonton
1. Reduksi Data
muncul dari catatan lapangan, proses ini dilakukan penelitian dengan cara
menyeleksi data-data yang didapat dari hasil wawancara dengan informan, hasil
ruwatan pada tradisi bersih desa Desa Growong Lor Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati.
2. Penyajian Data
dalam bentuk uraian kalimat yang didukung dengan adanya dokumentasi berupa
foto untuk menjadi validitas, semua informasi yang tersaji. Peneliti menyajikan
data yang sesuai dengan apa yang telah diteliti, maksudnya peneliti membatasi
penelitian tentang wayang kulit ruwatan dalam tradisi bersih desa dan mengkaji
sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu bagaimanakah fungsi wayang kulit
ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa di Desa Growong Lor Kecamatan
3. Penarikan Kesimpulan
dari data-data yang sudah terkumpul untuk dijadikan bahan pembahasan yaitu
fungsi pertunjukan wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa di
wayang kulit ruwatan dan fungsinya dalam tradisi bersih desa/sedekah bumi.
Proses analisis data sekaligus menyeleksi data, dalam hal ini dilakukan
penyederhanaan keterangan yang ada mengenai wayang kulit ruwatan dan dari
dalam tradisi upacara bersih desa di Desa Growong Lor. Untuk menarik
dalam hal ini peneliti membatasi penelitian tentang wayang kulit ruwatan dalam
tradisi upacara bersih desa dan menguraikan sajian sesuai dengan permasalahan
yang ada yaitu bagaimana fungsi wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara
bersih desa di Desa Growong Lor. Data wayang kulit ruwatan berupa kalimat-
fungsi seni pertunjukan wayang kulit ruwatan dalam tradisi upacara bersih desa
A. Gambaran Umum
Kabupaten Pati
Pati adalah salah satu kota di jalur Pantura Jawa, luasnya 14 km persegi
yang terbagi dalam 21 Kecamatan dengan 405 kelurahan dan 12 desa. Kini
bidang pertanian dan perindustrian. Karena itu Pati dikenal sebagai kota
Pertanian dengan slogan “Pati Bumi Minaa Tani” dan Kota Kuningan” Produk
kuningan dan sudah tersebar di seluruh wilayah nusantara dan tidak sedikit pula
yang diekspor ke luar negeri. Selain slogan itu kabupaten Pati menyandang
predikat sebagai “Kota Tani” dan “Kota Kuningan” karena mayoritas penduduk
Pati terdiri dari empat wilayah yaitu wilayah Pati bagian barat, bagian
utara, Pati bagian timur dan Pati bagian selatan. Kecamatan Juwana sebagai
salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Pati bagian timur, wilayah
31
32
Desa Growong Lor letaknya kurang lebih kearah utara dari Kecamatan
Juwana yang berada 12 km dari Kabupaten Pati, dengan luas wilayah 159,5 Ha.
Desa Growong Lor merupakan daerah tropis yang termasuk dataran rendah.
Untuk sampai ke Desa Growong Lor dengan menggunakan roda dua atau
kendaraan roda empat memakan waktu 30 menit, karena dari daerah Juwana
untuk menuju ke Desa Growong Lor masuk kampung. Untuk menuju Desa
Growong Lor dari terminal Kota Pati naik bus Jurusan Pati – Lasem turun di
terminal atau di alun-alun Juwana naik becak atau jalan kaki ke arah utara sejauh
RT dan 3 RW.
masyarakat setempat sudah maju walaupun masyarakat hanya lulus SD, SMP
atau sudah menjadi Pegawai Negeri, di samping itu masyarakat yang hanya
lulusan SD, SMP atau SMA atau yang tidak mampu, tapi mereka punya
tahun 2004 kepemimpinan desa masih dipegang oleh Bapak Waluyo (Kepala
2. Kependudukan
Pati dipimpin oleh Bapak Waluyo. Jumlah penduduk desa Growong Lor
33
seluruhnya sebanyak 6484 jiwa yang terdiri dari 6484 Kepala Keluarga secara
Tabel 1. Data Penduduk Desa Growong Lor menurut Usia dan Jenis
Kelamin
36 – 40 41 198 239
61 – 65 61 17 78
65 – Ke atas 22 74 96
Kabupaten Pati sebagai pegawai negeri, petani sendiri, buruh tani, pensiunan,
34
pedagang dan buruh bangunan. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel 2
berikut ini.
tahun ke atas
2 Petani 1894
3 Pengusaha 135
4 Pensiunan 56
5 Pedagang 678
6 Buruh Bangunan 35
8 Lain-lain 33
JUMLAH 5287
4. Tingkat Pendidikan
Juwana Kabupaten Pati masih dalam taraf yang sudah cukup daripada jaman
dulu masyarakat Growong Lor rata-rata penduduknya adalah tamatan SD, tapi
seperti mereka untuk mengikuti jaman yang modern sudah bisa maju ada yang
4 Tamat SD 2430
JUMLAH 6484
Sumber : Monografi Desa Growong Lor, Januari 2004
5. Kehidupan Beragama
Kabupaten Pati menganut dua agama yaitu Islam dan agama Kristen. Namun
Kartu Tanda Penduduk (KTP). Hal ini terbukti dengan sedikitnya jamaah Shalat
yang sering dijumlah di Musholla bahkan di Masjid Desa dan bagi umat
Kristiani ke gereja induk maupun per tiap rumah jemaat yang dijadikan untuk
Menurut penuturan Mbah Moden (80 tahun) adalah sesepuh desa yang
paling tua di desa Growong Lor, walaupun demikian ia masih sehat dan sangat
mempercayai bahwa adat semacam ini sering dilakukan yaitu setiap satu tahun
sejak jaman pra sejarah, yaitu waktu nenek moyang suku bangsa Jawa
kekuatan, roh, dalam bentuk pemakaman leluhur. Dengan kata lain, di samping
kekuatan yang jauh lebih hebat yang ada di luar tubuh manusia. Kekuatan itu
atau buruk. Dengan anggapan yang demikian itu, mereka membayangkan bahwa
di samping segala roh yang ada tentu ada roh yang paling berkuasa dan lebih
kuat.
yang bersifat baik mereka minta berkah agar melindungi keluarga, dan yang
bersifat jahat mereka minta berkah dan agar jangan mengganggu kehidupannya.
mengenal sistem upacara. Bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang adalah
salah satu bentuk upacara keagamaan yang dilakukan. Adat untuk mengunjungi
makam keluarga dan makam nenek moyang (nyekar) adalah suatu tindakan yang
penting dalam agama Jawa. Dan segala bentuk upacara atau slametan yang
dilakukan selalu menggunakan berbagai jenis sesaji (sesajen, sajen). Hal ini
pola yang isinya berupa pengetahuan, kepercayaan dan nilai-nilai atau norma-
sejak zaman pra sejarah, yaitu waktu nenek moyang suku bangsa Jawa
kekuatan roh, atau bersenyawa. Dengan kata lain, di samping kekuatan yang ada
dalam tubuh manusia, masih ada kekuatan yang jauh lebih hebat yang ada di
terkait dengan kehadiran seorang dalang, karena dalang sampai saat ini masih
mendukuki tempat yang sangat penting, bukan saja sebagai orang yang mampu
akan tetapi kedudukan seorang dalang juga dipandang sebagai orang bijak yang
unsur-unsurnya saling terkait antara satu dengan lainnya, sebagai suatu sistem
yang bulat.
Di dalam hal ini, seperti yang dijelaskan oleh mbah moden bahwa dalam
yang semula mempercayai adanya roh nenek moyang yang menempati suatu
tempat sehingga tempat itu dianggap angker, sangat berubah atau bertambah
dalam alam pikirannya. Mereka yakin adanya Allah, yakin bahwa Muhammad
adalah utusan Allah, yakin adanya nabi-nabi lain, yakin adanya tokoh-tokoh
Islam yang keramat, namun mereka juga yakin adanya dewa-dewa tertentu yang
halus penjelmaan nenek moyang atau orang yang sudah meninggal, yakin
adanya roh-roh penjaga tempat tertentu, kegiatan keagamaan orang Jawa yang
terhadap roh nenek moyang adalah salah satu bentuk upacara keagamaan yang
suatu tindakan yang penting dalam agama Jawa. Dan segala bentuk upacara atau
(sesajen, sajen). Hal ini juga sangat menonjol dalam beberapa upacara
“sedekah bumi” sekarang tinggal meneruskan tradisi yang sudah ada. Di katakan
pula oleh Bapak Waluyo (46 tahun) bahwa tujuannya diadakan pertunjukan
wayang kulit ruwatan pada tradisi bersih desa terutama untuk mensyukuri
nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan dan memohon kepada-Nya supaya
nikmat yang lebih baik dilimpahkan di tahun depan, selain itu dimaksudkan
baik kehidupan masyarakat penduduk Desa Growong Lor terutama dalam hal
pertanian dan perusahaan. Oleh karena itu, dalam kepercayaan dengan adat
secara tradisional, masyarakat Jawa juga mengenal roh yang yang menitis
inkarnasi atau nurun. Kepercayaan ini agaknya hanya orang tua saja atau
mereka yang dianggap berpikiran kuno saja yang hingga kini mempercayainya.
Dipercayai bahwa roh nenek moyang yang sudah meninggal dapat menitis atau
yang tidak diinginkan, karena tradisi ini sudah mendarah daging dengan
40
kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu rasa tanggung jawab yang
besar sebagai generasi penerus akan terus menuntun dalam melestarikan dan
2. Aspek Manfaat
Dari sudut pandang kepala Desa yaitu Bapak Waluyo (46 tahun) dalam
wawancara dengan peneliti pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2004 bahwa
pertunjukan wayang kulit ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di Desa
Tuhan, hubungan antara warga yang satu dengan yang lainnya dalam satu desa,
hubungan antara warga dengan perangkat desa serta hubungan warga dengan
pemerintah.
Dengan adanyta tradisi ini memberikan manfaat atau pesan yang besar
bagi masyarakat yang ada, yaitu (a) menghibur masyarakat yang haus akan
hiburan, (b) mendidik anak-anak dan remaja, pemuda untuk tetap menghormati
dan menghargai orang tua, (c) sebagai komunitas kecil warga desa tetap
oleh manusia lain, (d) kondisi desa jauh dari pusat keramaian, ada ketentraman
sebagainya, dengan adanya wayang kulit ruwatan pada tradisi upacara bersih
sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan diri dari kualitas hidup yang
sebelumnya, (e) dampak yang sangat menonjol bagi masyarakat orang tua,
41
sebagai orang Jawa yang erat dengan budaya Jawa dan tradisi Jawa sampai
sekarang, mereka masih bisa mengenal falsafah kuno yang banyak mengandung
ajaran hidup yang terdapat dalam cerita pewayangan sehingga menuntun kita
kulit yang biasa diselenggarakan sebagai hiburan saja, tetapi dalam pertunjukan
wayang kulit ruwatan untuk meruwat desa meruwat semua masyarakat desa
Growong Lor dan juga bisa dikatakan sebagai hiburan dalam bentuk memberi
makna yang khusus bagi masyarakat setempat. Khususnya bagi masyarakat itu
sendiri baik dikalangan orang tua dan para anak-anak, remaja tidak ada lagi
satu dengan yang lain yang akhirnya mengakibatkan pembunuhan dan balas
dendam, adanya korupsi antara buruh pabrik dengan majikan. Untuk itu setiap
kali diadakan acara meruwat desa mereka bisa sembuh dari tingkah laku, sikap
dan saling tetap menjaga nama baik desa Growong Lor sendiri dengan itu akan
3. Aspek Hiburan
Kepala Desa itu sudah cukup jelas dari kedua narasumber yang memberikan
penjelasan tentang pertunjukan wayang kulit ruwatan dalam tradisi bersih desa
masyarakat setempat. Dimana pada masa-masa yang lalu dengan kondisi desa
yang masih sangat tertinggal baik dari segi pendidikan, komunikasi dan
pergaulan, taraf hidup masyarakat yang rendah, kehidupan jauh dari pusat
keamanan.
upacara bersih desa dapat menghibur dan dapat membawa masyarakat lebih
maju dan damai. Setelah upacara desa dengan dilanjutkan setelah berkatan
masyarakat jaman dulu sampai sekarang karena pertunjukan itu sebagai hiburan
setiap setahun sekali dan juga akan banyak lagi kesenian-kesenian yang sebagai
hiburan yang wajib dipertontonkan selain pertunjukan wayang kulit yang wajib
campursari, layar tancap, maka keberadaan wayang kulit sedikit demi sedikit
kulit merupakan hiburan utama dan sudah menjadi adat tradisi yang digunakan
pada upacara bersih desa dengan cara apapun, karena di dalam pertunjukan
wayang kulit selalu digunakan yaitu untuk meruwat desa, dengan itu masyarakat
ingin merubah tradisi ini tidak akan membawa masyarakat damai, tentram dan
jauh dari kerusuhan, untuk itu setiap diadakan tradisi bersih desa pasti diawali
dengan pertunjukan wayang kulit kemudian dilanjutkan hiburan yang lain untuk
kulit ruwatan sudah menjadi tradisi untuk acara bersih desa “Selamatan bumi”
yang diinginkan warga sejak jaman dulu adalah hidup rukun, selalu membina
merasakan hidup sebagai kelompok masyarakat kecil. Mereka tidak ingin terjadi
hal-hal yang dapat meyengsarakan kehidupan anak cucunya kelak apabila tradisi
ini ditinggalkan, seperti gagal panen karena serangan hama tanaman dan
Mereka yakin dengan memohon kepada Tuhan secara sungguh-sungguh dan roh
diadakan tradisi ini doa-doa yang dipanjatkan semoga dikabulkan. Untuk itu
warga setempat mengucapkan puji syukur atas nikmat yang diberikan selama
setahun dan memohon supaya nikmat yang lebih akan diterima di tahun-tahun
ruwatan untuk meruwat dan menghibur semua warga yang ada di desa Growong
Lor tahun demi tahun tidak pernah terlewati hingga sekarang acara tersebut
menjadi tradisi yang kelak akan terus diturunkan kepada generasi berikutnya.
Bersih Desa merupakan tradisi yang sudah umum yaitu dalam bentuk
sedekah bumi, bagi masyarakat Desa Growong Lor dikenal dengan sebutan
slametan bumi, karena dilaksanakan setiap bulan Jawa umat Islam disebut bulan
Leginan. Salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam tradisi bersih desa
Gambar 01
(Foto Lusi : Februari 2004)
Pelataran Punden Mbah Ronggo atau disebut Punden Mbah Dengklik di Desa
Growong Lor
Dari keterangan foto pada gambar 01, bahwa sebelum diadakannya slametan
atau saling tukar menukar berkatan antara orang satu ke orang lain akan diadakan
kebiasaan tersebut orang yang memberi sedekah dengan berwujud kembang sekar,
nenek moyang yang dimakamkan bahwa anak cucunya akan selamat dan mendapat
pengrawit kemudian dalang menaiki panggung pukul 13.00 acara dibuka dengan
sambutan kepala desa yang diwakili kepada dalang, setelah sambutan dilanjutkan
45
pada saat meruwat desa dengan mantra-mantra yang dibacakan dalang membimbing
warga semua baik yang ada di lokasi pertunjukan maupun yang masih dirumah
dilanjutkan kembali sampai pukul 17.30. dari tenggang waktu yang ada digunakan
seluruh pendukung pementasan wayang seperti sinden, dalang, pengrawit dan untuk
persiapan pada malam hari sebagai puncak hiburan pementasan malam hari dimulai
pukul 21.00 sampai subuh 04.00. untuk menarik para penonton diawali dengan
pada malam hari, penonton atau warga desa Growong Lor sangat puas dilanjutkan
sampai akhir cerita pukul 04.00 dan ditutup dengan pembacaan doa.
Pelaksanaan wayang kulit pada tradisi Bersih Desa di Desa Growong Lor
ditinjau dari :
1. Judul Lakon
seseorang seperti “Jaka Tani dan pusering Bumi”. Lakon untuk malam harinya
bertemakan hubungan antara warga desa satu dengan warga desa lainnya, warga
desa dengan aparat desa. Lakon dalam pertunjukan wayang kulit pada tradisi
Bersih Desa dari tahun ke tahun ada yang diulang. Lakon yang dipertunjukkan
Gambar 02
Pakeliran
(Foto Lusi : Rabu 3 Februari 2004)
2. Dalang
Dalang yang digunakan dalam ruwat bumi adalah dalang yang telah
secara spiritual apapun yang terjadi terhadap pelaksanaan ruwatan. Arti matang
bahwa cerita yang disajikan itu adalah mengiaskan perilaku watak manusia
dalam mencapai tujuan hidup baik lahir maupun batin. Dalam pergelaran
Peranan dalang dalam upacara ruwatan adalah dalang yang memuat atau
mengemas makna ruwatan dan ada yang sudah tidaak mengerti dan upacara
47
acara bersih desa di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
setempat.
Gambar 03
3. Sesaji
Sesaji adalah segala sesuatu yang harus ada dalam tradisi bersih desa
atau sedekah bumni. Penjelasan dari narasumber yaitu pemuka agama bahwa
untuk sesaji yang diperlukan banyak bahan terutama yang ada dan tersedia di
Gambar 04
a. Tumpeng Punar
tumpeng punar terbuat dari nasi yang diwarnai kuning berasal dari kunir
atau air kunyit yang dicampur dengan santan dan garam secukupnya/
conthong daun pusing dibuat bentuk kerucut dan diselengi dengan kuluban
dan urap, telur, dan ayam di sisir semuanya ditata di dasar tumpeng punar.
49
dengan conthong daun pisang yang berwarna hijau adalah simbol kesuburan
dan gangguan.
b. Cok Bakal
Cok Bakal yaitu bakalan atau bahan apa saja yang dibutuhkan warga
masyarakat Desa Growong Lor, isinya antara lain : (1) perlengkapan bambu
dapur seperti bawang merah, bawang putih, garam, terasi, lombok, gula,
minyak goreng, kencur, lada dan lain-lain ditaruh di atas tampah, (2) pisang
satu tundun, kepala garing , (3) berbagai kacang-kacangan, tomat dan lain
sebagainya.
Yang Maha Kuasa supaya segala bahan kebutuhan hidup sehari=hari warga
c. Gedang Setundun
tua muda dan anak-anak warga desa Growong Lor bersatu padu dengan
maksud satu tujuan yang sama yaitu mensyukuri segala kenikmatan yang
50
telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh warga
masyarakat desa.
supaya tetap diberi kenikmatan dan berterima kasih kepada Allah atas
seluruhnya.
Gambar 05
Kembang Telon Satu Nampan
(Foto Lusi : Februari 2004)
51
Gambar 06
Jajan Pasar satu Nampan
(Foto Lusi : Februari 2004)
Jajan satu nampan isinya meliputi makanan kecil yang dibuat oleh
disuguhkan pada tamu undangan dan penonton yang terdekat, janjan tersebut
adalah jajan pasar seperti bugis, cucur, poci-poci, tape ketan, gemblong
Air satu kendi berupa air putih biasa, yang mengandung makna
bahwa hidup kita tidak bisa lepas dari air dengan kata lain air merupakan
dilengkkapinya air dalam sesaji. Ini supaya air terus mengalir dan tidak
mengalami kelangkaan dari bumi (desa Growong Lor). Air satu kendi itu
Gambar 07
perlengkapan gamelan laras slendro yang terdiri dari ricikan gender, kendang,
rebab, gedner penerus, gambang slenthen, saron barung, saron penerus, kenong,
5. Dana
tradisi bersih desa atau sedekah bumi di desa Growong Lor dihimpun dari
Desa pada hari Minggu sebelum dilakukan tradisi bersih desa. Di mana
Penetapan besarnya dana itu setelah terpilihnya dalang siapa yang akan
digunakan dan berapa tarif yang ditentukan oleh pihak dalang, setelah itu
dirapatkan oleh Kepala Desa dengan warga di pelataran Punden mbah Dengklik.
tradisi Bersih Desa di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
TAHUN 2004
2. Ketua LPMD
2. Bambang Wikono
2. Sagidin
2. Jarwo
2. Darmini
6. Durasi
Growong Lor dilaksanakan dua tahap yaitu siang hari dan malam hari dengan
dalang yang sama. Untuk siang hari dilaksanakan setelah acara berkatan
7. Penonton
Gambar 08
Pertunjukan wayang kulit ruwatan yang digelar siang hari lebih banyak
yang melihat adalah anak-anak, para orang tua dan sedikit kaum muda dari desa-
desa yang dekat dengan desa Growong Lor yang mau bersama-sama untuk
mayoritas dari Desa Growong Lor sendiri, dari desa Growong Kidul, Dukutalit
dan desa-desa lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Juwana ingin juga
orang tua yang memang dari dulu gemar melihat wayang kulit khususnya bagi
8. Waktu Pelaksanaan
Kabupaten Pati mulai Senin dan Selasa selama dua hari, diadakan di Desa
Growong Lor Kecamatan Juwana dan meluap sampai ke jalan raya sekitar
tempat upacara.
sebagai tanda ucapan syukur rakyat setempat kepada Tuhan Maha Pencipta atas
erat dengan mitos kesaktian mbah Dengklik sebagai pelindung desa dari segala
ancaman angkara murka dan jauh dari bencana dan kerusuhan, sehingga dalam
pelaksanaan bersih desa dilakukan tempat yang sudah zaman dulu sebaagai
menamakan mbah Dengklik yaitu artinya mbah yang dijuluki dengan mbah
Dengklik adalah orang yang menyukai tempati duduk yang terbuat dari kayu,
pendek yang didudukinya yaitu duduk dengklek atau bahasa Jawa nya linggeh
Dingklek.
Dalam penuturan dari Kepala Desa lebih lanjut bahwa masyarakat jangan
sekali-sekali untuk meninggalkan tradisi yang sudah ada jaman dulu tidak
dimana yang telah pertama kali dilakukan di dalam tradisi upacara bersih desa,
karena apabila itu tidak dilakukan atau tidak diadakan, pasti warga masyarakat
tidak akan hidup tentram dan roh-roh pelindung desa yang dikeramatkan atau
57
hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sampai sekarang wayang kulit
pada tradisi upacara bersih desa masih aktif dilestarikan dan Kepala Desa sangat
menghormati keberadaan wayang kulit pada tradisi upacara bersih desa dengan
hal-hal yang tidak kita inginkan sebagai akibat tidak dilaksanakannya tradisi
ini”.
kumpulan semua warga untuk tahlil bersama di pelataran punden Mbah Ronggo
Mbah Ronggo di makam dan sudah menjadi nenek moyang yang sudah dipercayai.
Gambar 09
(Foto Lusi : Februari 2004)
Masyarakat melakukan sekaran atau nyekar
58
penjelasan dan sekaligus pemimpin acara bersih desa dalam wawancara hari
Selasa, 3 Februari 2004 dijelaskan bahwa nasi berkatan menurut warga disebut
dengan istilah nasi ambeng berisi nasi jagung atau nasi dari beras padi / nasi
padi lagi pula ini sekali dalam setahun dan jawaban yang diberikan oleh pemuda
“Lho wong jagung utawi uwos padi sami mawon seng penteng pakane tiyang
ndesa, sing penting niku niyate, yang artinya “La jagung dan beras sama saja,
yang penting sama makanannya orang desa, yang penting itu niatnya”.
Kemudian sebagai pelengkap nasi diatasnya dibubuhi lauk berupa sambal, mie
kang kuasa kalian marang leluhur nenek moyang, ibarate bumi niki leluhur
nenek moyang, kito niki kulo dodoki, mangan lan mbuang kotoran nggih ten
bumi kita”. Yang berarti “kita semua berbakti pada yang Kuasa dan berbakti
kepada leluhur nenek moyang, ibarat bumi ini leluhur nenek moyang kita ini, di
Berkatan yang sudah jadi diletakkan di besek ditutup besek atau bisa
dengan daun jati, kemudian di bawa oleh masing-masing kepala keluarga atau
Dengklik dengan tidak lupa untuk membawa uang receh berbentuk uang logam
Penetep adalah berbentuk logam atau uang receh adalah keharusan bagi
uang kecil sebesar lima ratus rupiah. uang itu nanti dimasukkan sebagai kas dan
mbah Dengklik dimulai tanggal 2 Februari 2004 yang jatuh pada bulan Idul
Adha 1424 Hihriyah pada pukul 13.00 – 15.00 siang hari yang diikuti semua
warga dan dipimpin oleh pemuka agama atau disebut moden selaku pemimpin
dalam acara berkatan dan kemudian dilanjutkan malam harinya tahlil bersama-
sama dengan Bapak Kepala Desa, perangkat desa dan seluruh perwakilan dari
warga atau keluarga yang dimulai pukul 19.00 sampai selesai dipelataran
punden.
melaksanakan tradisi bersih desa pada hari pertama bulan Leginan. Setelah
diadakan acara berkatan dan tahlil pada hari pertama kemudian dilanjutkan hari
kedua dimana setiap kebiasaan masyarakat Growong Lor setiap 1 tahun sekali
pasti diadakan acara yang sudah menjadi tradisi atau sudah menjadi ritual untuk
mengadakan upacara bersih desa yang sudah pertama kali untuk dipertunjukkan
wayang kulit sehari penuh mulai malam sampai subuh di halaman punden mbah
Gambar 10
c. Pembacaan Doa
warga terkumpul semua disiapkan dupa atau kemenyan yang berisi kayu arang
dan kemenyan kemudian dibakar dibakar di atas nampan yang dibuat dari tanah
liat kemudian diletakkan di atas tampah yang berisi bunga-bunga seperti mawar
merah, kantul dan bunga lainnya. Dupa ini bertujuan untuk mengusir roh jahat
yang menghalangi acara ritual, dalam logat Jawanya menjelaskan “Tiyang ajeng
maratamu niku kedahe li permisi kaleh tiyang alus sing ajeng kulo suwuni
sawabiyah sawa pandongane gusti kang Maha Kuaos supados diparingi slamet
sedaya, lha niku ngobonge menyan” yang berarti “Orang akan bertamu itu
harusnya kan minta ijin dengan makhluk halus yang akan saya mintai sawabiyah
61
dan doa-doanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa supaya semuanya diberi
Ditekankan lagi bahwa dupa itu hanya sebagai pembukaan dan tidak
inti memohon keselamatan dunia dan akherat, supaya kehidupan warga desa
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu sebagai sarana upacara ritual, sebagai
hiburan pribadi dan semua warga dan sebagai tontonan. Ketiga fungsi itu dalam
sejarah, fungsi yang tertua adalah seni pertunjukan untuk sarana upacara, namun
dalam perkembangannya seni sebagai hiburan pribadi maupun kelompok yang dapat
62
untuk meruwat desa, meruwat bumi. Menurut Koentjaraningrat, bahwa upacara ilmu
gaib memiliki empat fungsi yang berbeda, yaitu bersifat produktif, destruktif dan
bersifat meramal ilmu gaib protektif biasanya dilakukan dengan dalam upacara yang
Fungsi sosial dalam seni adalah suatu keadaan di mana semua bagian di
dalam sistem sosial itu bekerja dalam keadaan yang cukup harmonis atau
menuju sebuah perdamaian dalam kehidupan. Dengan dasar ini, segala kegiatan
terutama penunggu atau penjaga desa (dhanyang) dan dengan demikian seperti
termasuk upacara di desa untuk memberi sesaji roh pelindung desa dan tokoh-
desa.
“ambengan” yang berisi nasi biasa dan makanan kecil atau jajan-jajan pasar.
2. Fungsi Hiburan
hiburan. Sebelum pertunjukan dimulai para penonton yang terdiri dari saudara,
berpartisipasi dan masyarakat lainnya. Fungsi hiburan ini dapat pula dipahami,
biasanya berlaku satu sampai dua jam selesai, dalam perkembangannya bisa
a. Cerita
Dikatakan oleh beberapa informan yang umumnya orang tua, seperti yang
diutarakan oleh warga adalah bagi seorang petani maupun pengusaha selalu
menyaksikan dan mengamati jalan cerita setiap kali ada pertunjukan wayang
kulit dalam acara tradisi upacara bersih desa, karena di dalam mengamati
pepatah “dalam pertunjukan wayang kulit pada tradisi upacara bersih desa
saya merasa terhibur, yang saya senangi adalah di dalamnya ada makna dan
64
diadakannya dalam meruwat desa, dengan itu hati kita tentram dan lancar
mbah moden “yen tujuane nonton wayang kuwi karo ngematena cerita, ya
bisa nebak lakone” yang berarti “Kalau tujuan orang menonton wayang itu
fungsi terhadap pertunjukan wayang kulit pada tradisi bersih desa yang
b. Suara Musik
kemasannya.
maksudnya pada saat pementasan dilaksanakan secara full time yaitu sehari
penuhn dari pagi mulai pukul 09.00 sampai sore pukul 17.00 dan semalam
65
pertunjukan.
bahwa apa yang disampaikan hati kita tentram dan damai, apalagi untuk
Untuk itu para penonton sangat senaang dan terhibur, karena dalam
humor baik itu seperti Semar, Bagong, Petruk dan lain-lain. Selain itu juga
bisa menghibur para penonton waktu saat melihat dengan serius dari cerita
yang disampaikan, dengan diselengi hiburan para penonton baik itu dari
kalangan orang tua, anak kecil dan muda-mudi khususnya semakin hari akan
tertarik dengan adat tradisional yang selalu diselenggarakan setiap satu tahun
sekali.
putri. Seperti dituturkan oleh Pak Eko sebagai seorang guru yang
menjelaskan bahwa wayang kulit pada tradisi bersih desa di Desa Growong
desa setempat jarang sekali ada hiburan, karena letak desa yang jauh dari
kulit terutama pada saat Petruk dan Bagong keluar dalam adegan dagelan
yang semula mengantuk, serius dan tegang pada saat melihat menjadi segar
namun bukan berarti para orang tua tidak senang akan hal itu, ini terbukti
pada mbah moden yang sudah lanjut usia, dengan suara lembutn dia
kulit, kesenangan para remaja juga disebabkan karena pada malam harinya
dan selain itu banyak para penjual asongan sangat senang karena banyaknya
pengunjung dari desa setempat maupun dari desa-desa lain yang ingin ikut
3. Fungsi Ritual
dikala alam pikiran nenek moyang bangsa kita masih sangat sederhana, mereka
selalu mempunyai keinginan untuk mengetahui seluk beluk semua yang ada di
sekelilingnya. Pada waktu itu mereka percaya bahwa roh orang yang sudah mati
67
dianggap sebagai sesepuh yang agung yang sakti dan selalu dipuja oleh
dimakamnya di desa Growong Lor yang sudah menjadi tempat keramat, tempat
yang memiliki kekuatan spiritual dan karena itu sakral keramat dengan harapan
Roh orang yang sudah meninggal itu juga dipandang sebagai pelindung
kehidupan anak cucunya. Atas dasar keyakinan bahwa roh nenek moyang
dengan sebutan shaman atau dalang. Cara mendatangkan roh tersebut yaitu
dengan diiringi oleh nyanyian, pujian, tetabuhan dan saji-sajian. Kehadiran roh
orang yang sudah meninggal itu diharapkan dapat memberikan pertolongan dan
ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di desa Growong Lor Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati juga masih memberikan fungsi ritual. Ciri-ciri ritual
seperti tempat khusus, waktu khusus, orang khusus, sesaji dan dupa
adalah orang yang memimpin acara berkatan dalam tradisi bersih desa dan
sehari-hari bekerja sebagai petani dan pengusaha kecil maupun pengusaha besar.
wayang kulit ruwatan pada tradisi bersih desa, mempunyai fungsi selain hiburan
juga untuk ritual dan tradisi yang dimaksudkan bahwa bersih desa ditujukan
tertentu yang dianggap sebuah roh pelindung desa, untuk memohon kepada yang
maha Kuasa dengan bahasa jawa “nyenyuwun dumateng gusti kang maha
perantara.
Penuturan tersebut bahwa tujuan dari upacara bersih desa itu adalah
selamaten bumi supaya para petani berhasil baik dan tanaman padinya terhidnar
dari segala macam serangan hama wereng dan tikus, untuk para pengusaha
merupakan perwujudan dari semua hal yang tidak tergambar dalam rebutan.
Tanggung jawab merupakan beban besar bagi pemikulnya, sebesar apa beban
yang ditanggung akan menjadi ringan jika dilaksanakan dengan penuh tanggung
upacara bersih desa di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
atau meruwat dsa, sebagai hiburan, sebagai adat tradisi dan sebagai perwujudan
kepatuhan terhadap orang tua yang diungkapkan oleh beberapa informan melalui
proses wawancara dan pengamatan. Dari fungsi wayang kulit oleh Bapak
Waluyo selaku Kepala Desa setempat bahwa fungsi wayang kulit dimana
bersih desa di Desa Growong Lor adalah suatu tanggung jawab yang besar bagi
yang tidak dinginkan dan mungkin arwah leluhur desa Growong Lor pasti akan
mengalami kemurkaan dan marah, akhirnya masyarakat tidak hidup tentram dan
segala apa yang dilakukan pasti akan mengalami kerugian. Untuk itu selayaknya
warga desa Growong Lor harus taat dan mematuhi adat tradisi yanhg
mempunyai nilai ritual harus tetap dilaksanakan sampai akhir hayat atau sampai
tradisi.
bersih desa di Desa Growong Lor Kecamatan Juwana Kabupaten Pati juga ada
yang memberikan fungsi sebagai suatu tradisi. Hal tersebut diungkapkan oleh
Bapak Waluyo (50 tahun) selaku Kepala Desa dikatakan bahwa semenjak Desa
70
wayang kulit untuk meruwat desa atau meruwat bumi sudah ada pada jaman
hidupnya sampai mati memesan kepada semua warga desa Growong Lor tetap
5. Fungsi Pendidikan
wayang kulit ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di Desa Growong Lor
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati oleh peneliti ternyata ada beberapa diantara
mereka terutama kaum remaja yang tidak begitu senang dengan acara tersebut,
desa karena mereka mengetahui bahwa para orang tua gemar sekali dengan
diberikan sebagai jawaban atas pertanyaan peneliti, diakui bahwa sebenarnya dia
tidak begitu suka terhadap pertunjukan wayang kulit, dia pengin kenapa tradisi
bersih desa mesti diawali dengan pertunjukan wayang kulit tidak diganti
wayang kulit yang tetap untuk diikuti untuk dipercayai, namun demikian dia
tetap menghormati para orang tua yang masih mengadakan tradisi upacara
71
bersih desa di awali dengan pertunjukan wayang kulit. Karena bagamanapun dia
harus menghormati sikap bagi orang tua. Namun demikian dia tetap
menghormati keberadaan wayang kulit pada tradisi upacara bersih desa, karena
orang tua disini sangat senang dengan wayang kulit, selain itu pertunjukan
wayang kulit dapat mendukung jalannya upacara bersih desa yang ada di Desa
PENUTUP
Pada bagian penutup penyusunan skripsi ini berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan merupakan laporan hasil penelitian yang ditulis secara singkat dan jelas
mengenai isi penyusun skripsi yang berjudul “Fungsi Pertunjukan Wayang Kulit
Ruwatan Dalam Tradisi Upacara Bersih Desa di Desa Growong Lor Kecamatan
A. Kesimpulan
terutama penunggu atau penjaga desa (dhayang) dan dengan demikian seperti
termasuk upacara di desa untuk memberi sesaji roh pelindung desa dan tokoh-
desa.
2. Fungsi Hiburan
a. Cerita
b. Suara musik
73
74
3. Fungsi Ritual
kulit ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di desa Growong Lor Kecamatan
5. Fungsi Pendidikan
B. Saran
plaksanaan pertunjukan wayang kulit ruwatan pada tradisi upacara bersih desa di
masukan kepada dalang di saat digelarkan upacara ruwatan bumi dan sehingga
Budhi Santoso, 1981 / 1982. Kesenian dan Nilai-Nilai Budaya dalam Analisis
Kebudayaan. Jakarta : DEPDIKBUD.
Haryanto, S. 1991. Seni Kriya Wayang Kulit (Seni Rupa Tertahan dan Sunggingan).
Jakarta : Grafiti.
Mulyono, 1989. Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang Kulit Sebuah Tinjauan
Filosofis. Jakarta : CV. Haji Masagung.
Salad Hamdy, 2000. Agama Seni. Yogyakarta : Yayasan Adikarya Ikapi dan The ford
Foundation.
Rancangan Skripsi
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan studi strata I untuk mencapai
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Nama : Lusi Suko Handayani
Nim : 2454990022
Jurusan : Sendratasik (Seni Tari)