Tugas Akhir II
Disusun oleh:
Nama : Lies Triani
NIM : 4350401020
JURUSAN KIMIA
1
2
SARI
Lies Triani, 2006. Desorpsi Tembaga (II) dari Ckorella sp yang Terimobilisasi pada
Silika Gel, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang.
Kata kunci :desorspi, tembaga (II), Chlorella sp, dan silika gel.
Imobilisasi sel untuk menyerap logam toksik telah banyak dikembangkan,
diantaranya adalah penggunaan Chlorella sp yang diimobilisasi pada silika gel untuk
menyerap tembaga (II). Metode ini pada dasrnya belum menyelesaikan masalah karena
dapat menimbulkan permasalhan baru bagi lingkungan jika adsorben yang telah mengikat
logam toksik tidak diolah kembali. Salah satu cara untuk mengolah kembali adsorben
yang telah mengikat logam adalah dengan desorpsi. Desorpsi merupakan proses
pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada adsorben.
Berbagai larutan dapat digunakan untuk mendesorpsi logam dari adsorben, diantaranya
adalah HCl.
Berdasarkan uraian singkat di atas maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana kondisi optimum desorpsi yang meliputi waktu kontak dan pH awal
desorben (HCl). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari parameter waktu
kontak dan pH awal desorben terhadap desorpsi tembaga (II) dari Chlorella sp yang
terimobilisasi pada silika gel sebagai material pendukung.
Pemelitian ini diawali dengan melakukan adsorpsi terlebih dahulu dengan cara
menginteraksikan tembaga (II) dalam larutan dengan polisorben. Konsentrasi tembaga
(II) dalam larutan ditentukan dengan teknik spektofotometri Serapan Atom (AAS).
Jumlah tembaga (II) yang diserap oleh polisorben ditentukan dengan menghitung selisih
antara konsentrasi yang terdapat dalam larutan sebelum dan sesudah interaksi. Penentuan
waktu optimum desorpsi dilakukan dengan cara menginteraksikan polisorben yang telah
mengikat logam dengan HCl selama waktu kontak yang bervariasi. Sedangkan optimasi
pH dilakukan dengan cara memvariasi pH HCl yang digunakan sebagai agen pendesorpsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan waktu desorpsi dan keasaman
(penurunan pH) desorben meningkatkan jumlah Cu (II) yang terdesorpsi. Desorpsi Cu (II)
optimum terjadi pada menit ke 60 dan pH desorben 1,6 dengan jumlah Cu (II) yang
terdesorpsi mencapai 97,45%.
3
BAB I
PENDAHULUAN
berguna bagi mahluk hidup karena merupakan logam berat essensial, tapi
sifatnya yang toksik. Ion logam tembaga dapat terakumulasi di otak, jaringan
seperti khamir, jamur, dan alga dapat menyerap logam-logam berat dan
ukuran partikelnya yang sangat kecil dengan densitas rendah dan dapat
pada suatu matrik pendukung dimana biomassa tersebut tetap aktif sehingga
dapat bergerak terhadap subtrat yang berada pada suatu larutan. Pengikatan
mengikat logam dengan baik hanya saja memerlukan waktu adsorpsinya lebih
terlebih dahulu.
menyerap logam Ag, Cu, Cd, dan Zn. Imobilisasi Biomassa Chlorella sp pada
Chlorella sp juga telah banyak dikembangkan. Keuntungan dari silika gel ini
ialah untuk menambah kekuatan mekanik dan luas permukaan dari biomassa.
5
Selain itu produk biomassa yang terimobilisasi pada silika gel sangat mudah
baik untuk metode kolom dan dapat disimpan dalam keadaan kering selama
beberapa bulan serta dapat digunakan kembali. Kubiak, dkk (1989) memilih
kelarutan yang kecil pada pH<9 dan hanya pada pH>9 silika gel akan
zat yang baik untuk imobilisasi karena relatif inert, serta berbagai ukuran
pada silika gel untuk mengadsorpsi logam tembaga (II) juga telah dilakukan
bagi lingkungan perairan jika adsorben yang telah mengikat logam toksik
tidak diolah lebih lanjut. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara-cara/metode
satu cara adalah dengan melepaskan kembali logam berat yang telah diserap
mkroorganisme (desorpsi).
sehingga dapat digunakan kembali serta dapat mengekstrak logam yang telah
terikat pada biosorben. Untuk tujuan ini diperlukan agen pendesorpsi yang
bahwa asam mineral encer dapat digunakan untuk mendesorpsi logam berat
dari biosorben. Beberapa asam mineral encer seperti HCl dapat digunakan
untuk mendesorpsi ion logam dari biomassa. Pelepasan ion logam yang telah
1. Berapa waktu kontak optimum desorpsi ion logam tembaga (II) dari
polisorben?
dari polisorben?
7
polisorben
LANDASAN TEORI
Beberapa alga laut dapat digunakan untuk mengikat ion logam dari
toleransi yang sangat tinggi terhadap ion logam berat. Bahkan laju
mengikat 0,5 mmol ion Au per gram berat kering (Darnall dkk, 1986).
disebabkan oleh adanya gugus fungsi pada dinding sel. Akumulasi ion-ion
logam oleh biomassa alga dapat terjadi melalui proses adsorpsi meliputi :
8
9
melibatkan gugus fungsi yang terdapat dalam sel, adapun gugus fungsi
yang berhasil di sintesis dan diidentifikasi oleh Latifah (1998) antara lain:
yang berarti terjadi dua proses yaitu proses adsorpsi pada permukaan sel
yang berlangsung cepat dan proses difusi melewati membran sel yang
kimia terjadi karena interaksi antara ion logam dengan situs aktif (gugus
Silika gel adalah bentuk hidrat dari silikon dioksida, SiO2 xH2O
dan alat-alat elektronik. Silika gel. merupakan bahan yang bersifat seperti
10
gelas, keras berpenampilan serupa dengan pasir kuarsa. Sifat kimia dari
1. Silika bersifat inert terhadap halogen kecuali Fluorida dan juga inert
3. Pada suhu tinggi, silica dapat direduksi oleh logam dan karbon
merupakan susunan unit ulang polimer dan x adalah jumlah unit ulang DP
monomer dari silika gel. Jumlah unit ulang dari silika gel dapat mencapai
200 unit. Silika gel merupakan polimer yang terbentuk karena reaksi
bentuk butirannya silika gel digolongkan kedalam bentuk amorf. Silika gel
SiO2 x H2O.
11
Luas permukaan silika gel yang besar (lebih dari 800 m2), akibat
dari banyaknya pori yang dimiliki. Sifat yang paling penting dari silika gel
silika gel dipanaskan, warnanya akan menjadi biru dan dapat dipakai
kembali.
sehingga membentuk asam silikat (reaksi 2). Asam silikat ini kemudian
silika gel. Pada reaksi polimerisasi asam silikat, molekul air dilepaskan di
antara asam silikat yang bersebelahan. Setelah itu silika gel disaring dan
(Vogel, 1990)
selain sebagai adsorben. Silika gel digunakan untuk sistem udara dan
(Iller, 1979).
13
biomassa didasarkan pada sifat fisik dan sifat kimia polimer serta
penyimpanan.
mampu mengadsorpsi ion logam tembaga (II) dari larutan hingga 8 ppm
sedang silika gel sendiri hanya mampu mengikat ion logam Cu(II) sebesar
4 ppm
materi berpori atas dasar mekanisme bahwa bahan pembawa tersebut dapat
dalam suatu gel, serat dan mikrokapsul. Biomassa yang disekap atau
sebagai pendukung adalah polimer yang dapat larut dalam pelarut organik
hidrogen, ikatan van der waals. Sedangkan jenis interaksi yang lain
terlarut yang terdapat dalam larutan antara dua fase, yaitu fase padat
(adsorben) dan fase cair (pelarut, biasanya air) yang mengandung spesies
terlarut yang akan diserap (adsorbat, ion logam). Dalam hal ini
adsorbennya.
pada batas antara dua fasa. Adsorpsi terjadi jika gaya tarik antara zat
perbandingan antara muatan dengan jari-jari dari ion logam. Suatu kation
(Sukardjo, 1985).
dkk, 2002). Proses ini terjadi pada dinding sel dan permukaan eksternal
yang lebih lama karena untuk dapat berinteraksi harus menembus dinding
a. pH
b. Konsentrasi logam
1993)
c. Waktu Kontak
golongan IB dengan nomor atom 29. Logam ini mudah ditempa sehingga
8,92 g cm-3, meleleh pada suhu 10830C dan mendidih pada suhu 25700C.
Tembaga dalam bentuk ion memiliki bilangan oksidasi +1 dan +2, tapi
18
(setelah perak) karena itu logam tembaga banyak digunakan dalam bidang
pemanfaatannya, hal ini berkaitan dengan sifat tembaga yang siap pakai,
tahan karat, konduktor listrik yang bagus dan tidak magnetik. Oksida
bahan makanan.
19
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Tembaga (Cu) dalam jumlah kecil
(Cu) baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini
telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi
darah, kolagen dan myelin otak. Konsumsi Cu yang baik bagi manusia
adalah 2.5 mg/kg berat tubuh orang dewasa dan 0.05 mg/kg berat tubuh
NH2 CH-R
C=O
H2N Cu O
R-HC
O=C O
akut dan kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk
20
2. Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara
berulang-ulang.
gastrointestinal.
penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala penyakit Wilson ini adalah terjadinya
otot tubuhnya akan berwarna kehijauan. Hal ini dapat menjadi petunjuk
menentukan efektif atau tidaknya suatu proses biosorpsi sebagai salah satu
1. Teknik recovery yang non dekstruktif yaitu teknik recovery yang tidak
ion. Metode ini lebih menguntungkan karena lebih efektif dan ekonomis.
22
dengan larutan yang sesuai, jenis dan kekuatan larutan bergantung pada
dalam hal ini menggunakan metode penukar ion. Kolom dipak dengan
butiran sel) yang dapat ditembus dan dapat menggantikan banyak ion-ion
demikian terdapat fasa tidak larut dengan sisi ionik tetap dari satu muatan,
pelarut serta dapat digantikan oleh ion-ion lainnya dengan muatan sejenis,
Ion logam yang lepas dari kolom dapat diproses lebih lanjut,
yang berkelanjutan.
pertukaran ion antara ion H+ dari asam mineral dengan ion logam yang
[ B − H n ][ M ]
B-M + nH+ ↔ B-Hn + Mn= K=
[ B − M ][ H + ] n
[B − M ]
log − log D = npH + pK + log[ B − M ]
[M ]
Keterangan:
D = koefisien distribusi
besaran sifat-sifat fisik yang timbul atau berubah akibat adanya interaksi
materi dengan berbagai bentuk energi panas, energi radiasi, energi kimia
jumlah renik karena mempunyai kepekaan tinggi. Cara analisis dengan alat
ini akan didapatkan kadar total unsur dalam cuplikan. Untuk analisis suatu
nyala api, maka akhirnya unsur logam yang dianalisis timbul sebagai
Keterangan Gambar:
3. Nyala 7. Oksigen
berikut:
27
1. Sumber sinar
tabung gelas yang berisi gas neon (Ne) atau gas argon (Ar) dengan
2. Sistem Pengatoman.
3. Monokromator.
emisi dari lampu katoda berongga yang diabsorpsi paling kuat oleh
menahan garis-garis emisi lain dari lampu katoda berongga yang tidak
4. Detektor.
5. Sistem Pembacaan.
Po
A = - Log = a.b.C
Pt
Dimana :
A = Adsorbansi
a = Absortivitas
(Sumar Hendayana,1994:139)
29
spektrofotometer meliputi:
Meter
Sumber radiasi terlihat dan radiasi infra merah dekat yang biasa
menghasilkan radiasi kontinu dalam daerah antara 350 dan 2500 nm.
30
1. Monokromator.
sempit.
2. Tempat cuplikan.
gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk cuplikan yang
berupa gas mempunyai panjang lintasan dari 0,1 hingga 100 nm,
cm. Sebelum sel dipakai harus dibersihkan dengan air, atau jika
panas.
3. Detektor
METODE PENELITIAN
HCl.
dari polisorben.
3.3.1. Alat
3. Penggerus.
31
32
7. Oven (Memmert).
9. Corong (Pyrex)
14. pH meter
3.3.2. Bahan.
3. Aquadesh
silika gel.
33
dengan pH 5.
yang terdesorpsi.
3, 4, dan 5.
kontak optimum.
yang terdesorpsi.
IR
36
Briket biomassasilika
Serbuk polisorben
± 50 mesh
25 ml Larutan Cu(NO3)2
50 ppm, pH 5
gojog
Campuran Suspensi
Gambar 7. Diagram alir cara kerja adsorpsi tembaga (II) oleh polisorben
Chlorella sp.
38
Campuran
suspensi
Gambar 8. Diagram alir cara kerja desorpsi tembaga (II) dari polisorben
Chlorella sp untuk optimasi waktu desorpsi.
Campuran
suspensi
Gambar 9. Diagram alir cara kerja desorpsi tembaga (II) dari polisorben
Chlorella sp untuk optimasi pH desorben/
BAB IV
Dalam bab ini akan dibahas mengenai data-data hasil penelitian yang
(biomassa Chlorella sp yang telah diimobilisasi dalam silika gel), kurva kalibrasi
polisorben dengan larutan sampel dan kegiatan terakhir adalah analisis dengan
menggunakan AAS.
akibat adanya interaksi antara ion Cu dengan ion dari gugus-gugus fungsional dari
yang terimobilisasi pada silika gel) yang relatif homogen. Kemudian ditentukan
kadar Cu awal yang terkandung dalam cuplikan dengan metode AAS. Kurva
kalibrasi penentuan Cu yang teradsorpsi disajikan dalam gambar 10, dari kurva ini
39
40
0.7
0.6
Absorbansi
0.5
0.4 y = 0.0597x + 0.0166
0.3 R 2 = 0.9951
0.2
0.1
0
0 5 10 15
konsentrasi Cu (ppm)
relatif aman bagi lingkungan disamping juga merupakan elektrolit yang cukup
kuat.
larutan ion Cu (II) yang mengikuti hukum Lambert Beer. Kurva kalibrasi
dengan berbagai konsentrasi, yaitu 0; 2,5; 5; 7,5; dan 10 ppm, diperoleh data
0.6
0.5 y = 0.0597x + 0.016
R2 = 0.9977
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15
Konsentrasi Cu (II)
14
% Cu terdesorpsi
12
10
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)
desorpsi ion Cu (II) dari polisorben. Pada kenaikan waktu kontak memberi
hingga 12,37 %. Untuk waktu interaksi 90 dan 120 menit Cu yang terlepas
mengalami penurunan yang tidak signifikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
pada waktu kontak 90 dan 120 menit interaksi yang terjadi antara sisi aktif
yang telah mengikat ion Cu (pada polisorben) dengan ion H+ dari larutan
dimiliki desorben untuk mampu melepas ikatan antara gugus aktif polisorben
dengan logam. Dari gambar terlihat titik optimum terjadi pada waktu kontak 1
0.8
y = 0.0597x + 0.0166
Absorbansi
0.6
2
R = 0.9951
0.4
0.2
0
0 5 10 15
Konsentrasi Cu(II)
Gambar 13. Kurva kalibrasi larutan standar ion Cu (II) untuk optimasi
pH
120
% Cu terdesorpsi
100
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6
pH
Gambar 14. Kurva hubungan antara pH dengan jumlah atom Cu yang
terlepas (dalam %) dari polisorben.
Dari gambar tampak bahwa desorpsi ion logam tembaga (II) dari
polisorben dipengaruhi oleh harga pH desorben (dalam hal ini HCl). Asam
logam Cu yang terlepas cukup sedikit dan pada pH=3 jumlah Cu yang terlepas
sampai pH=1, dengan Cu telepas sebesar 96,59 ppm dari 97,673 ppm Cu yang
teradsorpsi atau dengan kata lain jumlah Cu yang terdesorpsi sebesar 96.89 %.
44
mengalami kenaikan yang tidak begitu berarti. Hal ini dimungkinkan pada pH
yang di bawah 1,6 interaksi yang terjadi antara gugus aktif yang mengikat ion
sehingga jumlah antara ion yang terserap dan terlepas relatif sama. Dengan
logam semakin besar, sehingga ion logam yang terlepas atau tedesorpsi juga
exchange (pertukaran ion). Dalam hal ini antara proton (ion H+ dari desorben)
pH, ia juga melaporkan bahwa desorpsi ion logam Cd (II) dari biomassa
hasil dari biomassa yang terimobilisasi dalam silika gel dilakukan dengan
3423,4 cm-1 merupakan serapan vibrasi ulur dari gugus –OH. Dua serapan
yang muncul pada bilangan gelombang 2920,0 dan 1850,6 cm-1 dapat
gelombang 1637,5 cm-1 adalah akibat serapan vibrasi ulur gugus karbonil
Serapan yang muncul pada bilang gelombang 1110,9 cm-1 merupakan serapan
46
vibrasi ulur gugus karboksil (C-O).. Dari identifikasi gugus fungsi biomassa
Chlorella sp dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa gugus fungsi yang dapat
terimobilisasi. Dari spektra tersebut dapat ditafsirkan bahwa pita khas pada
474,5 cm-1 adalah serapan vibrasi tekuk Si-O-Si. Serapan yang muncul pada
3406,1 cm-1 merupakan serapan vibrasi regang dari gugus -NH (amina primer)
dan diperkuat dengan adanya serapan pada 798,5 cm-1 yang merupakan vibrasi
ulur –NH ke luar bidang. Puncak doublet yang muncul pada 3406,1 cm-1 juga
dapat disebabka adanya gugus –OH dan –NH yang berjumlah lebih dari satu
pada suatu molekul. Serapan pada 2854,5 cm-1 dan pada 2927,7 cm-1
merupakan serapan vibrasi ulur simetri –CH(-CH3) dan serapan vibrasi ulur
serapan vibrasi ulur dari gugus karbonil (C=O). Serapan kuat pada bilangan
gelombang 1091,6 cm-1 merupakan serapan vibrasi ulur dari gugus karboksil
(C-O). Jadi dapat disimpulkan spektra pada gambar 9 gugus fungsional yang
dapat diidentifikasi adalah Si-O-Si, -OH, N-H, C=O, C-O dan C-H.
yang terimobilisasi terdapat gugus fungsi Si-O dan Si-OH dari silika gel.
polisorben dengan ion logam Cu. Dari gambar 11 tampak bahwa pergeseran
yang paling mencolok terjadi pada bilangan gelombang 3448,5 cm-1 yang
merupakan serapan vibrasi ulur gugus –NH untuk amina sekunder. Selain itu
48
serapan vibrasi ulur gugus karbonil (C=O). Dengan demikian dapat dikatakan
terimobilisasi pada silika gel) melibatkan gugus amina, karboksil dan karbonil
Pb2+, Cu2+, dan Cr4+ melibatkan gugus amina dan karboksil dari protein.
bahwa spektranya hampir mirip dengan spektra IR pada gambar 17. Hal ini
disebabkan tidak semua ion Cu terdesorpsi, sehingga masih ada ion Cu yang
tertinggal pada polisorben. Selain itu muncul serapan baru pada panjang
gelombang 960.5 cm-1 yang diduga merupakan serapan vibrasi ulur dari guguc
C-Cl, serapan ini dimungkinkan timbul karena adanya interaksi antara gugus
49
aktif pada permukaan polisorben dengan ion Cl- dari desorben. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan HCl yang terlalu pekat sebagai
beberapa hal, diantaranya penggunaan waktu kontak yang terlalu lama. Ada
merupakan proses yang berlangsung cepat, waktu kontak yang sedikit lebih
mengakibatkan lepasnya kembali ion logam yang telah terserap, dengan kata
lain terjadi desorpsi. (Sri Lestari, 2002). Selain itu Kuyucak and Volesky
PENUTUP
5.1. Simpulan
desorpsi ion Cu (II) dari polisorben adalah 60 menit dengan ion Cu (II)
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini adalah:
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan asam mineral
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Eko Sugiharto, 1990, Spektrometri Sinar Tampak dan Ultra Ungu, Yogyakarta,
Universitas Gadjah Mada.
Iller, R.K., 1979, The Chemistry of Silica. New York.: Jhon Wiley and Sons.
Heryando Palar, 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.
Nurdin, 2000, Pengaruh Konsentrasi Awal dan Waktu Kontak Terhadap Biosorpsi
Tembaga (II) dari Larutammyaoleh Biomassa Aspergilus Niger,
Yogyakarta: Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, UGM.
Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Edisi Revisi IV, Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Sumar Hendayana, dkk, 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press.
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
Bagian I, Edisi ke-5, Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Data adsorpsi ion Cu (II) pada 0,5 gr biomassa terimobilisasi dengan waktu
53
54
Lampiran 2
Data Absorbansi Larutan standar Ion Cu (II) untuk optimasi waktu kontak
Data Variasi Waktu Kontak Terhadap Dssorpsi Ion Cu (II) dari polisorben
Lampiran 3
Data Variasi pH Desorben (Larutan HCl) Terhadap Dssorpsi Ion Cu (II) dari
polisorben
Lampiran 4
Contoh perhitungan :
1. Lampiran 1
2. Lampiran 2
[Cu ]terdesorpsi
%Cuterdesorpsi = x100%
[Cu ]terserap
5.89
% Cu terdesorpsi = x100% = 1.0123
97.715
57