Anda di halaman 1dari 108

...Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS al-A’raaf: 56)

Suatu hari ketika


... Janganlah kamu matahari terbit hari itu
berputus asa dari memanggil-manggil
rahmat Allah. “Aku hari baru,
Sesungguhnya Allah terhadap amalmu
mengampuni dosa- menjadi saksi, maka
dosa semuanya. manfaatkanlah aku,
Sesungguhnya Dia- aku tidak akan
lah Yang Maha kembali sampai hari
Pengampun lagi kiamat
Maha Penyayang” (Hasan Bashri)
(QS az-Zumar: 53)

Today is a New Day


Step by Step, Keep Moving Forward

Jundullah Abdurrahman Askarillah


Today is a New Day
Step by Step, Keep Moving Forward

-Sebuah Catatan tentang Harapan, Menjadi Muslim Berkepribadian-

Jundullah Abdurrahman Askarillah

Kumpulan Tulisan dari:

2
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah....
(QS al-Baqarah: 165)

Seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Orang


Islam manakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab, “Orang yang kaum
muslimin selamat dari lisan dan tangannya,”
(HR Muslim)

Aku tidak pernah menyesali sesuatu sebagaimana penyesalanku terhadap suatu


hari yang saat itu matahari; masih terbit yang karenanya umurku berkurang,
namun investasi amalku tidak juga bertambah
(Abdullah bin Mas’ud)

Emasmu adalah agamamu, perhiasanmu adalah akhlakmu, dan hartamu adalah


sopan santunmu
(Dr. A’idh al-Qarni)

-No action, nothing happen; when you take action, miracle happen-

3
Prakata

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kita curahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para
sahabatnya, dan pengikutnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Akhirnya, atas berkat rahmat Allah, ebook ini berhasil dirampungkan.
Ebook yang berisi tulisan-tulisan kecil dan sederhana ini adalah hasil tulisan
yang telah dipublikasikan dalam blog saya, Cafe Sejenak.
Ebook ini saya persembahkan kepada siapa saja yang mendambakan
pencerahan dan penyegaran ruhani secara keseluruhan dengan prinsip rabbani.
Ebook ini juga saya hadiahkan kepada siapa saja yang berjiwa hanif dan lurus,
yang berusaha mengembangkan pribadinya dan lingkungannya ke arah yang
lebih baik.
Semoga dengan adanya ebook ini, kita semua mampu membuka
lembaran baru dalam hidup kita, dan dengan langkah yang pasti, kita bisa
berubah menjadi pribadi yang rabbani.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada suatu kesalahan atau hal
yang kurang berkenan dalam ebook kali ini. Karena kesempurnaan hanya milik
Allah dan kesalahan itu timbul dari diri saya sendiri. Saya harap pembaca
mampu menyampaikan kritik dan sarannya melalui email agar kedepannya
mampu lebih baik dari yang sebelumnya. Akhir kata, saya harap ebook ini
mampu membuka pikiran kita jauh lebih luas dari sebelumnya.

Bogor, September 2010 M


Syawal 1431 H

Jundullah Abdurrahman Askarillah

4
Daftar Isi

Prakata..............................................................................................................................4
Daftar Isi............................................................................................................................5
Bersemangatlah! Anda Pejuang! Bukan Pecundang!.......................................................6
Berharap Dalam Pandangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah..................................................10
Sabar Secara Keseluruhan.............................................................................................13
Berpikir Positif dan Optimis.............................................................................................16
Berdoalah!.......................................................................................................................18
Masih Ada Cobaan yang Lebih Berat..............................................................................22
Nikmatnya Keimanan......................................................................................................26
Pembesar Dunia dan Akhirat..........................................................................................29
Today is a New Day........................................................................................................34
Membuat Perubahan di Milenium Kedua........................................................................37
Pemikir Penggerak Perubahan.......................................................................................40
Remaja Islam Sepanjang Sejarah...................................................................................44
Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan........................................................................48
Jalan Dakwah dan Perubahan...................................................,....................................51
Kebanggaan Menjadi Seorang Muslim........................................,..................................55
Menjadi Muslim Sejati.................................................................,...................................59
Muslim Sejati.............................................................................,..,..................................62
Muslim, Ummat Terbaik di Dunia.............................................,......................................66
Jati Diri Kaum Muslimin.................................................................,.................................69
Kaum Paling Berpengaruh di Dunia................................................................................72
Menjadi Manusia Beruntung...........................................................,...............................76
Maksiat?..........................................................................................,...............................83
Kepedulian dan Solidaritas Seorang Muslim...................................,..............................86
Love: the True Story.........................................................................,.............................90
Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Al-Baqarah.................................,...........................93
Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Ali ‘Imran.....................................,..........................98
Dunia itu Indah.....................................................................................,.......................104
Epilog....................................................................................................,......................106
Tentang Penulis.....................................................................................,.....................107

5
Bersemangatlah! Anda Pejuang, Bukan
Pecundang!

Jangan kalian kerdilkan semangat kalian. Aku tidak melihat sesuatu yang lebih
dapat menjadikan seseorang lebih rendah daripada runtuhnya semangat yang ia
miliki.
-Umar bin Khattab-

Tahukah kamu film Finding Nemo? Atau


mungkin sudah menontonnya? Ya, film yang berkisah
tentang perjalanan seorang ayah ikan bernama Marlin
yang ditemani oleh ikan lain bernama Dory untuk
mencari si putera tercinta, Nemo, yang ditangkap oleh
manusia dan terbawa hingga Australia. Dan tentu saja
itu adalah perjalanan yang sangat sulit. Melintasi
ribuan kilometer dan bertemu banyak tantangan. Mulai
dari ikan hiu, bangkai kapal dengan bom, ikan lautan
dalam, ubur-ubur, hingga jaring penangkap ikan.
Ya, meskipun tantangan yang harus dihadapi
itu banyak, namun Marlin tetap semangat mengejar puteranya. Dengan
semangat yang menyala-nyala, ia menyusuri lautan luas demi bertemu
puteranya. Dirinya ingin membuktikan, bahwa dirinya bukanlah ikan pecundang
yang konyol. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pejuang
sejati. Dan demi hal itu, apa yang harus ia miliki? Tentu saja semangat yang
besar!
Dan, sudah saatnya kita mengambil pelajaran dari sekilas kisah di atas.
Apa itu? Tentu saja. Untuk mencapai apa yang kita cita-citakan, maka sudah
seharusnya kita memiliki suatu modal besar dalam diri kita masing-masing. Kita

6
harus memiliki sesuatu yang kuat dalam hati kita, apa itu? Tentu saja hal itu
adalah semangat, semangat yang membara!
Kita sering mengabaikan aspek yang satu ini dari diri kita. Tidak jarang
kita melakukan sesuatu tanpa semangat. Kita sering lupa bagaimana
seharusnya kita bersemangat dalam berbagai hal. Karena dengan semangat,
maka kita telah menabur benih-benih keberhasilan. Setidaknya, dengan
semangat yang menyala, kita mampu bergerak lebih aktif dalam menghadapi
segalanya.
Masih ingatkah kita tentang kisah Nabi Sesungguhnya orang-orang
Yusuf dan Nabi Ya’qub? Ketika Nabi Yusuf yang beriman itu hanyalah
dijatuhkan oleh saudaranya ke dalam sumur, orang-orang yang percaya
ketika beliau pada awalnya dijadikan budak (beriman) kepada Allah dan

dan ditahan. Di tempat yang terpisah, ayahnya, Rasul-Nya, kemudian

Nabi Ya’qub, tidak pernah menyerah untuk mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad)
mencarinya. Beliau tetap menaruh harapan
dengan harta dan jiwa
untuk bertemu dengan puteranya. Dan di balik
mereka pada jalan Allah.
harapan yang beliau tanam, sesungguhnya ada
Mereka itulah orang-orang
sesuatu yang besar dibaliknya. Yaitu sebuah
yang benar
semangat! Nabi Ya’qub tidak pernah berputus (QS al-Hujuraat: 15)
asa dalam pencariannya. Bahkan beliau terus
memotivasi putera-puteranya dengan kalimat yang diabadikan oleh Allah di
dalam al-Qur’an dan menjadi salah satu kalimat yang seharusnya dijadikan
pegangan oleh kita, kaum muslimin:

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir
QS Yusuf: 87

Atau masihkah kita ingat tentang Perang Badar, perang pertama kaum
muslimin melawan kaum kafir Quraisy. Saat itu, jumlah pasukan antara kaum

7
muslimin dengan kaum kafir Quraisy sebanding dengan 1:3. Belum lagi di
tengah-tengah kaum kafir Quraisy terdapat banyak jawara-jawara dan jagoan
Arab. Sementara itu, diantara kaum muslimin saat itu banyak orang yang
tergolong ‘lemah’. Mungkin pikiran orang banyak akan menjatuhkan mental kaum
muslimin. Namun, apakah kaum muslimin dengan begitu saja gentar? Apakah
kaum muslimin dengan begitu saja langsung mundur? Apakah dengan begitu
kaum muslimin langsung menyerah begitu saja? Tentu saja tidak! Justru kaum
muslimin menghadapinya dengan semangat jihad. Dan hasilnya? Kaum
muslimin muncul sebagai kekuatan baru di Jazirah Arab. Yang nantinya akan
mengubah arah sejarah dunia. Dan hal itu juga dilandasi dengan beragam hal,
tauhid, tawakkal, dll. Tapi salah satu yang paling mempengaruhi adalah:
semangat!
Ke mana arahnya semangat?

Sebenarnya, orang-orang banyak kehilangan


semangat karena mereka tidak tahu ke mana arah
semangat itu sebenarnya.
Jika kita lihat, maka apa yang dilihat oleh
orang-orang yang memiliki semangat dalam
menghadapi masalahnya?
Sesungguhnya yang mereka lihat itu
bukanlah masalahnya, tapi mereka melihat akhir dari
masalahnya. Apa maksudnya?
Banyak orang putus asa dan tidak bersemangat menyelesaikan
masalahnya. Kenapa? Karena mereka melihat segala kesulitan di awal masalah
yang mereka hadapi itu sangatlah besar. Sedangkan mereka tidak melihat
bagaimana ujung masalah itu: kesuksesan menalkukkan tantangan. Memang,
awalnya sulit, tetapi jika dilalui bukankah menjadi wujud sebuah kemenangan?
Bahkan pepatah salaf menyebutkan:

Andaikata kesulitan itu memasuki lubang, niscaya kemudahan mengikutinya

8
Ya, itulah yang dilihat oleh para pejuang, oleh orang-orang yang memiliki
semangat bergelora di dalam hatinya. Dan jika anda masih ragu, maka simaklah
firman Allah yang bersemayam di langit ke tujuh:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya


sesudah kesulitan itu ada kemudahan
QS al-Insyirah: 5-6
Dalam surah ini (al-Insyirah) terjadi pengulangan kalimat. Hal itu
ditafsirkan oleh para ulama sebagai wujud penekanan dari Allah subhanahu wa
ta’ala.
Masih ragu?
Maka dari itu, nyalakanlah semangatmu! Kobarkanlah semangat hidupmu!
Hidupkanlah jiwa pejuangmu!

9
Berharap Dalam Pandangan Ibnul
Qayyim al-Jauziyah

Kuobati jiwa jiwa dengan menaruh harapan, alangkah sempitnya hidup


jika bukan karena harapan yang luas.
(Syair)

Sudah sewajarnya bila kita, manusia, memiliki yang namanya harapan


atau impian. Sudah sepantasnya kita mulai membangun harapan itu sendiri.
Memang, dalam hidup kita memiliki target dan gambaran kedepan. Kita perlu
merencanakan hidup, dan mulailah kita
membuat rencana dengan menaburkan
benih-benih harapan dalam diri kita.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah (1292-1350),
salah seorang ahli fiqh dan ulama ahlus
sunnah yang terkemuka kelahiran Damaskus,
sempat menggambarkan tentang harapan
dalam salah satu kitabnya yang berjudul ad-
Da’ wa ad-Dawa’.
Dalam kitabnya itu, Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang
manusia dan harapan. Setidaknya, ada 3 indikasi manusia dalam berharap:
Yang pertama, seseorang itu benar-benar mencintai apa yang
diharapkannya. Jika kita berharap, maka sudah seharusnya kita mencintai apa
yang kita harapkan. Agar kita senantiasa terpacu dalam mewujudkan harapan.
Banyak orang di zaman sekarang yang berharap, tapi ternyata
harapannya itu hanyalah harapan kosong atau hanya angan-angan belaka.
Mereka tidak begitu mencintai apa yang diharapkannya. Sehingga hati dan
dirinya tidak begitu terpacu dengan harapan yang telah ditanamkan di dalam

10
hatinya. Dan apabila kita mencintai apa yang kita harapkan, maka hati kita akan
semakin terus berharap agar harapan itu bisa terwujud.
Yang kedua, seseorang itu takut dan cemas apabila kejadiannya lain dari
apa yang dia harapkan. Tentu sebagai seorang manusia yang berharap, kita
tidak mau bila apa yang telah kita harapkan ternyata tidak terjadi.
Entah sudah berapa banyak orang yang telah putus asa dan berhenti
mengejar seluruh impian mereka karena apa yang mereka harapkan ternyata
lain dengan kenyataan. Dalam hal ini, sebagai seorang yang mengaku muslim
yang taat, maka sudah seharusnya kita tidak berputus asa. Bahkan bila kita
mengaku beriman, maka seharusnya kita berprasangka baik kepada Allah.

Gantilah pola pikir berprasangka buruk


kepada Allah dengan berprasangka baik kepada
Allah. Karena tidak jarang manusia yang lari dari
takdirnya. Banyak kasus ketika harapan seseorang
tidak terwujud, dia pun langsung down, tidak bangkit
lagi, atau sikap negatif lainnya yang terkesan tidak
menerima apa yang ditakdirkan Allah. Maka dari itu,
ubahlah pola pikir anda dengan husnuzan,
berprasangka baik kepada Allah. Karena itulah sifat
orang-orang yang beriman. Dalam pikiran orang
beriman, ketika harapannya tidak terwujud, maka di
dalam pikirannya tidak mengutuk, memaki, atau menghina diri sendiri, orang lain,
atau bahkan Tuhannya. Dalam pikiran orang yang beriman adalah:
Dan inilah yang terbaik bagi saya dan masa depan saya
Memang, tidak jarang harapan itu tidak terwujud. Tapi itu bukan berarti
bahwa itu buruk. Justru mungkin ketika yang kita harapkan itu ternyata tidak
terwujud, itu adalah yang lebih baik bagi kita. Dan dengan itu pula kita diuji,
sebagaimana hati kita bisa berlapang dada dengan kehendak Allah subhanahu
wa ta’ala.

11
Yang ketiga, seseorang yang berharap adalah orang yang
mengoptimalkan amalan dan perbuatannya demi meraih puncak harapannya.
Bila kita berharap, maka kita perlu yang namanya kerja lebih. Kita butuh
mengoptimalkan amalan dan perbuatan kita untuk mewujudkan harapan. Jangan
biarkan harapan kita itu hanya menjadi sampah angan-angan belaka. Tetapi
wujudkanlah harapan itu dengan perbuatan kita. Karena dalam mewujudkan
harapan, kita tentu melewati yang namanya proses tantangan. Dan demi
melewatinya, kita perlu yang namanya pengoptimalan kerja kita. Apa maksudnya
optimal?
Optimal itu ada dua kriteria. Yang pertama adalah maksimal, dan yang
kedua adalah konsisten. Dalam meraih harapan, kita perlu optimal.
Tidak sulit kita menemukan orang-orang yang gagal mengejar harapan
mereka, lantaran kurang maksimalnya usaha mereka atau usaha mereka yang
tidak konsisten dalam memaksimalkan perbuatan mereka.
Selayaknya seorang pejuang memiliki cita-cita yang memudahkan
mengangkat dirinya dan mendapat ilmu yang akan menerangi serta
menunjukinya.
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah)

12
Sabar Secara Keseluruhan

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran


kalian…
(QS Ali Imran: 200)

Ternyata di zaman sekarang, entah


sudah berapa banyak orang yang memiliki
anggapan salah terhadap sabar. Entah
mengapa ini terjadi, tapi persepsi orang tentang
sabar ternyata begitu banyak yang kurang
tepat. Sepertinya, di mata kebanyakan
masyarakat dan kaum muslimin saat ini, sabar
seakan-akan adalah sebuah sikap yang lemah
dan terlalu pasrah terhadap apa pun yang
terjadi. Seakan-akan, sabar merupakan sikap
cengeng yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang papa dan tidak berdaya.
Padahal, definisi dan esensi sabar jauh lebih bernilai dan lebih bermakna
daripada yang selama ini dipahami oleh banyak orang. Setidaknya, yang
namanya sabar itu tidak hanya sekadar pasrah dan menerima apa adanya, tetapi
tentu jauh lebih dalam dan lebih luas daripada itu.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah menjelaskan bahwa sabar itu 3 jenis:
Yang pertama, sabar dalam ketaatan
Jika kita melakukan suatu ketaatan, maka tentunya kita sudah
seharusnya memiliki kesabaran di dalamnya. Apa maksudnya?
Sesungguhnya, menjalankan suatu ketaatan dan kepatuhan kepada Allah
bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah hal yang begitu sulit.

13
Kita membutuhkan kesabaran itu di dalam melakukan ketaatan. Kita
membutuhkannya agar kita senantiasa konsisten dan istiqamah dalam ketaatan
kita. Entah sudah berapa banyak orang di luar sana yang tidak mampu untuk
menjalankan ketaatan lagi kepada Rabbnya. Mengapa hal itu terjadi? Karena
mereka tidak memiliki modal kesabaran dalam menjalankan ketaatannya, hingga
akhirnya ia tidak lagi bisa konsisten dengan apa yang telah diamalkan.
Benar-benar sulit rasanya bertahan dan mempertahankan ketaqwaan dan
ketaatan kita di jalan Allah. Karena sesungguhnya begitu banyak godaan-godaan
yang senantiasa di bisikkan syaithan demi menyesatkan umat manusia.
Maka dari itu, kita perlu untuk bersabar dan menahan diri agar kita tetap
konsisten dan istiqamah dalam ketaqwaan kita.
Yang kedua, sabar dalam menjauhi maksiat
Menjauhi kemaksiatan tentunya bukanlah hal yang gampang. Memang
jika kita hanya mendengar kalimat itu, mungkin tidak sesulit yang dibayangkan.
Tapi sesungguhnya menjauhi kemaksiatan itu adalah benar-benar sebuah ujian
yang berat. Lebih tepatnya ujian untuk sejauh mana kita bisa meninggalkan hal-
hal yang bisa mengandung dan mengundang dosa.
Bahkan manusia itu
Meninggalkan kemaksiatan adalah hal yang
hendak membuat
sangat sulit, entah sudah berapa banyak orang yang
maksiat terus menerus.
gugur dan gagal dalam langkah pertaubatannya
(QS al-Qiyamah: 5)
menuju yang haq dan menjauhi yang batil.
Contoh mudahnya adalah menjaga mata. Semakin lama, godaan-godaan
itu begitu banyak, hingga akhirnya kita tidak sulit untuk mencari orang yang
mengumbar aurat dan syahwat mereka. Dan demi menghadapi berbagai godaan
itu, kita butuh sabar dan bertahan. Agar langkah pertaubatan kita mampu
mengantarkan kita hingga pintu-pintu surga.
Yang ketiga, sabar dalam menghadapi musibah
Makin lama, tidak jarang kita menemukan banyaknya kasus bunuh diri.
Entah dengan berbagai alasan seperti depresi, ekonomi, masalah keluarga,
tekanan pekerjaan, dll.

14
Hal itu hanyalah contoh kecil dari dampak tidak dimilikinya kesabaran
dalam menghadapi ujian, musibah, atau pun cobaan. Sesungguhnya, Allah telah
berfirman:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar
(QS al-Baqarah: 155)
Memang sebagai manusia, kita sewajarnya mengalami musibah demi
menempa diri kita. Dan demi membuktikan akan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah.
Sayangnya, banyak di antara manusia yang justru menjadi putus asa
karena adanya musibah. Terlebih lagi berputus asa dari rahmat Allah. Padahal,
masihkah kita ingat dengan kata-kata Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya,

...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
(QS Yusuf: 87)
Dan hal inilah yang betul-betul membutuhkan kesabaran, untuk mampu
menahan dan meneguhkan diri di kala ujian menerjang. Dan dengan sabar, kita
mampu berpikir lebih optimis. Karena sesungguhnya dengan kesabaran,
musibah bisa kita lewati dengan indah. Dengan sabar, kita jadi bisa lebih berpikir
positif dan optimis. Dan dengan sabar, insya Allah kita bisa melangkah ke arah
yang lebih baik.

15
Berpikir Positif dan Optimis

Merasa hidup anda sulit? Jangan berkecil hati,


jadilah anda menjadi orang yang berpikiran optimis! Ya,
jadilah anda pribadi yang optimistik, yang melihat
masalah yang anda hadapi bukanlah hal yang
menjadikan anda tidak mampu berbuat apa-apa. Sikap
optimis ini tentu saja diperlukan oleh setiap insan di muka bumi ini. Mengapa?
Karena dengan ini, anda mampu lebih berpikir secara lurus dan jernih.
Jika anda bermimpi untuk menjadi orang yang namanya dijejerkan
dengan nama-nama orang sukses dari masa ke masa, maka jangan terus duduk
diam! Bergeraklah! Awali langkah untuk mewujudkan obsesi dan impian dengan
satu hal. Semangat positif dan optimisme!
...Sesungguhnya Sebuah langkah perubahan besar dalam hidup
Allah tidak anda tidak akan mampu terwujud bila dalam hati anda
mengubah keadaan tidak ada penggebrak dan penggeraknya. Anda tidak
sesuatu kaum akan mampu membalik hidup anda secara tiba-tiba.
sehingga mereka Anda perlu sebuah proses perubahan. Dan tentu saja,
mengubah keadaan
dalam proses itu akan ada banyaknya lika-liku dan
yang ada pada diri
rintangan yang menghalangi langkah anda. Karena itu,
mereka sendiri...
persiapkanlah satu hal dari dalam lubuk hati anda. Sikap
(QS ar-Ra’d: 11)
optimis!
Dengan optimisme yang tinggi, maka kita mampu menjadi pribadi yang
sabar dan tahan banting. Karena setiap orang yang optimistik, maka langkah
yang akan mengubah dirinya untuk menjadi sukses tidak akan pernah surut.
Karena dia tahu, setiap permasalahan akan mampu terselesaikan bila kita
berusaha untuk menyelesaikan.
Terlebih, kita sebagai umat Islam sudah tentu harus mampu menjalani
hidup ini dengan semangat optimistik, sesuai dengan janji Allah,

16
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS Al-Insyirah:
6)
Jangan menjadi pribadi yang lembek dalam menghadapi masalah! Tetapi
jadilah pribadi yang memiliki keteguhan hati. Dan lengkapilah keteguhan hati itu
dengan semangat optimis. Dan bertawakkallah kepada Allah.
“Allah tempat bergantung bergantung segala sesuatu” (QS al-Ikhlash: 2)
“…Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal” (QS at-Taubah: 51)

17
Berdoalah!

Seluruh orang yang hidup di dunia ini tentu


memiliki masalah. Dan terkadang, jika kita memiliki
masalah, maka kita akan mudah berputus asa. Kita
akan mudah menyerah, kita akan sulit untuk
berusaha kembali. Bahkan, terkadang banyak orang
yang berputus asa dari rahmat Allah (yakin bahwa
Allah tidak mempedulikannya, atau tidak mau lagi
berdoa lantaran yakin doanya tidak akan
dikabulkan, dll), padahal, berputus asa dari rahmat Allah itu adalah perbuatan
orang-orang kafir. Banyak ayat dalam al-Qur’an yang melarang kita berputus asa
dan menyebutkan bahwa sikap berputus asa adalah sikap orang-orang kafir.
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (Q.S.
Yusuf: 87)
“Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan
dengan Dia, mereka berputus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itulah yang
mendapatkan adzab yang sangat pedih,” (Q.S. Al-Ankabuut: 23)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu
kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap
negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur
berputus asa. (Al-Mumtahanah: 13)
Lihatlah! Jika anda berputus asa dari rahmat Allah, maka anda sama saja
dengan orang kafir yang akan menerima adzab yang pedih dari Allah swt. Jika
anda memang sedang memiliki masalah atau cobaan, maka janganlah anda
berputus asa, janganlah anda bermuram durja, janganlah anda terlarut dalam

18
kesedihan yang terlalu mendalam. Yakinalh, bahwa pertolongan Allah itu
sangatlah dekat. Dan apabila anda merasa kesulitan dengan cobaan yang telah
ditimpakan Allah atasmu, maka yakinlah bahwa hal itu adalah ujian dari Allah
agar derajat anda menjadi lebih tinggi di sisi Allah.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.” (Q.S. Al-Baqarah: 214)
Ya, hanya Allah-lah satu-satunya dzat yang mampu menolong kita atas
segala hal.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat
mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan),
maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah
sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal. (Q.S. ‘Ali Imran: 160)
Kita tidak boleh menjadikan orang lain atau hal-hal lainnya sebagai
penolong bagi kita. Mengapa? Karena hanya Allah-lah tempat kita meminta
pertolongan.
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan” (Q.S. Al-Faatihah: 5)
Lihatlah! Jika anda memiliki masalah, maka yakinlah bahwa pertolongan
Allah itu akan datang, cepat atau lambat. Jangan sampai kita berputus asa dari
rahmat Allah, jangan sampai kita menjadi orang yang mudah patah semangat.
Karena di dalam al-Qur’an sendiri kita telah diajarkan banyak hal, dan salah
satunya adalah optimis!
Ya, kita dianjurkan selalu optimis dalam segala hal. Bahkan, salah satu
hal yang dapat menyebabkan doa itu terkabul adalah kesungguhan dan memiliki
keyakinan bahwa doa kita itu akan terkabul.

19
Sekali lagi, jangan sampai kita mudah menyerah, patah semangat, putus
asa, bahkan jangan sampai kita berprasangka buruk pada Allah jika Allah masih
belum mengabulkan doa anda. Ingat! Bahwa pengabulan
...Sesungguhnya
doa itu terserah Allah. Apakah doa itu akan langsung
Tuhanku benar-
dikabulkan, apakah ditangguhkan, apakah doa itu diganti
benar Maha
menjadi hal yang lebih baik.
Mendengar
Dan mengenai doa, hal ini adalah hal yang serius.
(memperkenankan)
Mengapa? Karena doa adalah intinya ibadah (H.R. doa.
Tirmidzi). Bahkan dalam shalat pun banyak sekali bacaan (QS Ibrahim: 39)
shalat yang mengandung ibadah. Dalam al-Qur’an
bahkan berdoa dan beribadah dikaitkan dalam satu ayat,
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan,” (Q.S. al-Faatihah: 5)
Jadi, jangan menganggap enteng berdoa dan jangan sekali-kali kita
meninggalkan doa. Karena jika begitu, maka kita telah menyombongkan diri
kepada Allah swt. Jika kita meninggalkan doa, maka kita sama saja tidak
membutuhkan Allah. Allah akan melaknat diri seseorang jika meninggalkan doa.
“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan
memurkainya” (H.R. at-Tirmidzi, dimuat di dalam Sunan at-Tirmidzi, bab Doa)
Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda mengenai orang yang tidak mau
berdoa,
“Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdoa dan orang
yang paling bakhil adalah orang yang bakhil terhadap salam” (H.R. al-Haitsami,
Thabrani, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab as-Silsilah ash-shahihah).
Jadi, jadilah orang yang sering berdoa!
Namun, jika anda merasa bahwa doa anda tidak dikabulkan oleh Allah,
maka ingatlah kisah Nabi Musa as. Nabi Musa itu selalu berdoa kepada Allah
agar Bani Israil keluar dari penindasan Fir’aun dan kekuasaan Fir’aun itu hancur.
Tetapi, tahukah anda? Bahwa doa Nabi Musa itu baru dikabulkan Allah setelah
40 tahun lamanya, dan selama 40 tahun itu pula Nabi Musa tidak pernah

20
berhenti berdoa, atau berputus asa. Dan bahkan Nabi Musa terus yakin dan
optimis terhadap doanya itu dan berbaik sangka kepada Allah.
Ingatlah hadits Rasulullah saw,
“Doa salah seorang daripada kamu akan diperkenankan oleh Allah
asalkan saja seseorang itu tidak terburu-buru lalu ia mengatakan: Aku telah
berdoa, tetapi doaku belum diperkenankan.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan
Muslim)
"Doa seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak memohon
sesuatu yang berdosa, atau pemutusan kerabat, atau tidak tergesa-gesa." Para
sahabat bertanya, "apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?" Beliau
menjawab, "dia berkata. 'saya sudah berdoa berkali-kali tidak dikabulkan.'
Kemudian dia merasa menyesal dan meninggalkan doa," (H.R. Muslim)
Jadi, tunggu apa lagi? Jika anda memiliki masalah, maka segeralah
mengadukannya pada Allah!

21
Masih Ada Cobaan yang Lebih Berat

Berikut ini adalah sebuah kisah tentang cobaan


yang dihadapi oleh manusia. Kisah ini saya ambil dari
buku “Kisah-kisah Islami yang Menggetarkan Hati”,
karya Hasan Zakaria Fulaifal:
Urwah bin Zubair beserta puteranya yang
bernama Muhammad ingin menghadap khalifah al-
Walid bin Abdul Malik (penguasa dinasti Umayyah).
Ketika itu putera Urwah tadi yang bernama
Muhammad menerobos masuk ke taman satwa di
dalam istana. Setelah di dalam, ia ditabrak salah satu hewan hingga akhirnya
meninggal dunia. Selain itu, kaki Urwah juga ternyata tersengat serangga hingga
membusuk dan harus dipotong dengan gergaji. Padahal dirinya telah berusia
lanjut.
Pada tahun yang sama, datang seorang lelaki buta menghadap khalifah
al-Walid bin Abdul Malik. Kemudian khalifah bertanya kepadanya tentang
matanya yang buta itu. Lantas, dia pun menceritakan musibah yang
menimpanya.
Dulu ia seorang lelaki yang memiliki harta berlimpah. Lalu pada suatu
malam dirinya bermalam di sebuah lembah. Tetapi tiba-tiba dirinya dikejutkan
dengan datangnya air bah yang menghanyutkan seluruh harta dan anak-
anaknya, sehingga yang tersisa hanya seorang anaknya yang masih bayi dan
seekor unta. Setelah itu, untanya lari sehingga ia mengejarnya dan meninggalkan
anak itu sendirian untuk sementara waktu.

22
Belum lama melangkah, seketika dirinya mendengar suara jerit tangis
anak bayinya. Ketika ia kembali, ia melihat kepala bayinya telah berada di dalam
mulut serigala, dan akhirnya anak itu dimakan oleh serigala. Kemudian ia
kembali berusaha mengejar untanya yang lari, namun unta itu menendang
wajahnya dan menerjangnya sehingga dirinya buta. Akhirnya dirinya
kehilangan seluruh harta, anak, dan pengelihatannya.
Setelah mendengar kisah tadi, khalifah al-Walid pun berkata,
“pergilah dengan membawa kisahmu itu kepada Urwah (Urwah bin
Zubair) agar ia menyadari bahwa masih ada cobaan yang lebih berat yang
dialami oleh orang lain.”
Setelah membaca kisah tadi, apa yang kita
Untuk Kami beri cobaan
kepada mereka padanya. bisa ambil sebagai pelajaran? Pelajaran dan
Dan barangsiapa yang hikmah dari kisah tersebut adalah kita sudah
berpaling dari peringatan semestinya bersyukur atas keadaan yang telah
Tuhannya, niscaya akan Allah berikan kepada kita. Masih banyak orang lain
dimasukkan-Nya ke dalam yang lebih menderita daripada kita. Masih banyak
azab yang amat berat. orang lain yang lebih berat cobaannya
(QS al-Jin: 17)
dibandingkan kita.
Allah itu telah memberikan keadaan yang terbaik bagi kita, sesuai
dengan kemampuan kita. Jika kita ditimpakan sebuah ujian, maka yakinlah hal
itu bisa dilakukan dengan mudah, kenapa? Karena Allah selalu membebani
seseorang sesuai dengan kemampuannya,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.

23
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan
kebenaran, dan mereka tidak dianiaya” (Q.S. Al-Mu’minuun: 63)
Seberat beratnya ujian yang Allah berikan kepada kita, pasti kita bisa
melaluinya, jika kita terus yakin dan berhusnuzan kepada Allah. Yakinlah bahwa
setiap ada masalah, setiap ada kesulitan, pasti ada jalan keluarnya. Tetapi jika
anda masih merasa sulit untuk menemukan jalan keluar dari masalah anda,
maka ubahlah pola pikir anda. Ubahlah cara berpikir anda. Mulailah untuk
melihat segala hal yang terjadi di muka bumi ini tidak dari satu sisi saja,
melainkan dari seluruh sisi dan aspek. Jika begitu, maka insya Allah anda akan
mudah bersyukur dan anda akan menyadari bahwa masih banyak orang yang
berada di sekeliling anda itu memiliki nasib yang tidak lebih baik daripada anda.
Jika begitu, maka anda akan memiliki lebih banyak pengalaman hidup dan anda
akan mudah menemui jalan keluar, karena jalan pikiran anda lebih luas dan
terbuka dibandingkan sebelumnya. Anda akan langsung menyadari janji Allah,
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. al-Insyirah: 5-6)
Lihatlah! Bahkan di dalam dua ayat tersebut terjadi pengulangan kembali.
Menurut para ulama, pengulangan yang terjadi di dalam al-Qur’an adalah suatu
bentuk penegasan. Dan hal ini menjadi jaminan dan bukti bahwa cobaan dan
masalah anda dapat dilalui dengan mudah. Tetapi, tahukah anda bagaimana
cara melalui ujian itu dengan mudah? Sesuai dengan petunjuk Allah di dalam al-
Qur’anul kariim. Bahwa, orang yang mampu melalui ujian dari Allah ini hanya
orang-orang yang beriman. Siapa mereka?
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka

24
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di
balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya.” (Q.S. Al-Mu’minuun: 1-9)
Maka, mulailah anda menjadi seorang yang terbuka pikirannya, dan
mulailah anda belajar akan pengalaman hidup tentang kesabaran, masalah dan
solusi hidup, serta yang paling penting, KEIMANAN. Mulailah anda sedikit-sedikit
menggali hati anda dan menanam bibit-bibit keimanan di dalamnya,sehingga
insya Allah anda akan dapat menikmati buahnya…di surga.

25
Nikmatnya Keimanan

Sebenarnya, nikmat apa yang paling utama?


Nikmat apa yang sering kita lupakan? Nikmat
apa yang jarang kita syukuri? Mungkin banyak
yang akan menjawab nikmat kesehatan.
Namun, ternyata ada satu nikmat yang jauh
lebih penting dan lebih bermanfaat bagi kita
yang justru jarang kita syukuri. Nikmat apa itu?
Jawabannya adalah nikmat iman.
Mengapa nikmat iman itu penting?
Nikmat iman sebenarnya adalah karunia Allah yang paling mulia.
Bayangkan saja, dengan keimanan yang tertancap di hati, maka kehidupan ini
akan berjalan dengan lancar dan mulus. Dengan keimanan ini, kehidupan kita
akan menjadi sejuk. Bayangkan bila di kehidupan ini tidak ada rasa keimanan
yang tumbuh di hati manusia. Bagaimana jadinya dunia ini? Iman itu bagaikan
penunjuk arah. Bila tidak ada keimanan, maka bagaimana kehidupan akan
berjalan? Kehidupan akan menjadi tanpa arah bila keimanan itu tidak ada.
Syukuri Nikmat Itu!
Dan sekarang, sudah saatnya anda mulai merenung dan berpikir. Bahwa
bila anda memiliki keimanan itu di hati anda, maka anda adalah manusia yang
sangat beruntung. Anda adalah manusia yang dirahmati Allah. Mengapa?
Cobalah anda buka kisah para nabi Allah. Dan cermati kisah-kisah itu
dengan baik. Cobalah anda buka dari mulai Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Luth,
hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Coba anda simak baik-baik
kisah-kisah mereka yang diutus Allah. Adakah ibrah dari kisah mereka? Tentu
banyak. Tapi satu hal yang berkaitan dengan pembahasan kita kali ini: Nikmat
Iman.

26
Jika anda adalah manusia yang dihatinya bersemi keimanan, maka
bersyukurlah! Karena anda telah dikaruniai nikmat yang sangat agung oleh Allah,
nikmat keimanan!

Bayangkanlah, bukankah nikmat keimanan itulah yang diminta oleh Nabi


Nuh untuk puteranya, Nabi Ibrahim untuk ayahnya, Nabi Luth untuk isterinya,
dan Nabi Muhammad untuk pamannya?

Bukankah Nabi Nuh ingin agar di dalam hati anaknya, Kan’an, bersemi
keimanan?
Bukankah Nabi Ibrahim pernah meminta kepada Allah agar di hati Azar,
ayahnya yang merupakan pembuat patung, tumbuh keimanan?
Bukankah Nabi Luth ingin agar hati Mereka bergirang hati
isterinya tertancap keimanan? dengan nikmat dan
Bukankah Nabi Muhammad shallallahu karunia yang yang besar
‘alaihi wasallam pernah meminta agar di hati dari Allah, dan bahwa

pamannya, Abu Thalib, terdapat keimanan? Allah tidak menyia-


nyiakan pahala orang-
Namun, apakah Abu Thalib sempat
orang yang beriman.
beriman? Apakah Kan’an sempat beriman?
(QS Ali Imran: 171)
Apakah Isteri nabi Luth sempat beriman? Apakah
Azar pernah beriman? Anda insya Allah sudah tahu jawabannya.
Dan sekarang, keimanan yang didamba-dambakan para Nabi untuk
seluruh keluarga dan ummatnya itu ada di dalam hati anda. Keimanan yang telah
dikaruniakan oleh Allah untuk anda.
Karena itu, anda harus bersyukur! Anda bukanlah siapa-siapa. Anda
bukan turunan Nabiyullah yang mulia, anda bukan ahlul bait Rasulullah yang
mulia. Tapi ternyata, di dalam hati anda terdapat sesuatu yang pernah diminta
oleh Ibrahim, Luth, Nuh, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
keluarganya.
Bahkan sekarang, sudah berapa banyak orang yang Allah telah
mencabut keimanan dari dalam hatinya. Saya sudah pernah berkali-kali
mendengar kisah orang-orang yang hatinya tidak stabil karena tidak ada

27
keimanan. Saya pernah mendengar kisah orang-orang nyeleneh di sana-sini.
Seperti orang liberal dan sekuler yang melihat segala sesuatu dari sisi materi
saja. Atau orang yang menjadi komunis dan menganggap Tuhan itu tidak ada
karena logikanya, atau orang-orang yang murtad dari agama yang lurus yaitu
Islam karena tertipu dunia.
Maka dari itu, sudahkah anda rasakan nikmat iman itu di hati anda?
Kalau sudah, maka resapi dalam-dalam keimanan itu, syukuri, dan
pertahankanlah!

28
Pembesar Dunia dan Akhirat

Apakah anda tahu siapa itu Haman, Fir’aun, dan Qarun? Pernahkah anda
mengenal Jalut dan Namrudz? Atau mungkin anda pernah mengenal siapa itu
Abu Lahab dan Abu Jahal?
Sahabat...
Sejarah ternyata telah merekam riwayat hidup mereka. Sejarah telah
mengenal siapa itu Fir’aun, Namrudz, atau Abu Lahab dan Abu Jahal. Jika dilihat
dari kedudukannya, mereka bisa dibilang sebagai pembesar negeri mereka saat
itu. Mereka adalah orang-orang besar yang tentu memiliki pengaruh yang besar
pula terhadap dunia yang mereka tempati. Seperti yang kita ketahui, Fir’aun
adalah penguasa Mesir saat itu. Dirinya menguasai sebuah negeri yang disebut
sebagai pusat kebudayaan dunia saat itu. Sementara itu Namrudz adalah
seorang raja yang bertahta. Dan Jalut adalah seorang raja yang kuat dan
perkasa. Sedangkan Abu Lahab dan Abu Jahal adalah pembesar-pembesar
Quraisy yang mengatur tatanan sosial di Makkah.
Sementara itu jika dilihat dari segi hartanya, mungkin mereka adalah
orang-orang yang sukses. Cobalah bayangkan, kunci gudang hartanya Qarun
harus dipikul oleh beberapa orang. Sedangkan Namrudz pun memiliki banyak
harta. Sedangkan Abu Jahal dan Abu Lahab merupakan pedagang-pedagang
sukses yang menguasai perniagaan di sekitar jazirah Arab.
Ya, mereka adalah manusia-manusia yang luar biasa dan telah tercatat
oleh sejarah. Dan mungkin, bisa dibilang sebagai orang sukses. Namun
sebenarnya, apa yang terjadi pada mereka?
Adapun pada Fir’aun dan Haman,
“...dan Kami hancurkan apa yang telah
dibuat Fir'aun dan kaumnya...” (Q.S. al-A’raaf:137)
“...dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan
pengikut-pengikutnya...” (Q.S. al-Baqarah:50)

29
Sementara itu, pada Qarun,
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab
Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya),”
(Q.S. al-Qashash: 81)
Sementara pada Jalut,
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah
dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut...” (Q.S. al-Baqarah: 251)
Sedangkan pada Abu Lahab,
“binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan
binasa” (Q.S. al-Lahab: 1)
Mengapa mereka berakhir demikian? Mengapa mereka pada akhirnya
mengalami kebinasaan yang mengerikan?
Sahabat...
Mereka adalah manusia-manusia luar biasa dalam sejarah, mereka
adalah orang-orang yang sukses dan pembesar dunia. Namun, sejarah pun
menyimpan sisi lain dari mereka. Mereka juga ternyata adalah orang-orang yang
zhalim dan ingkar pada Tuhannya. Mereka telah
kepada Fir'aun dan
mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka telah
pembesar-pembesar
berpaling dari jalan yang benar.
kaumnya, maka mereka
ini takbur dan mereka Fir’aun, Haman, dan Qarun telah berbuat
adalah orang-orang zhalim pada diri mereka sendiri dan orang lain.
yang sombong Mereka telah berlaku sombong di dunia.
(QS al-Mu’minuun: 46) “Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. dan
Sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa
dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. akan tetapi
mereka Berlaku sombong di (muka) bumi, dan Tiadalah mereka orang-orang
yang luput (dari kehancuran itu).” (Q.S. al-Ankabuut: 39)
Ya, mereka telah berlaku sombong padahal Allah telah
menganugerahkan pada mereka kekuasaan yang cukup besar di muka bumi.
Namun, mereka malah membengkokan hal itu. Bahkan, sampai-sampai Fir’aun

30
berani mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. Dan dirinya telah melampaui
batas.
“...sesungguhnya dia telah melampaui batas,” (Q.S. an-Naazi’at: 17)
“(Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi”" (Q.S. an-Naazi’at:
24)
Lihatlah! Bagaimana pembesar-pembesar dunia itu pada akhirnya
menemukan akhir yang menyedihkan. Mengapa?
Mereka telah dzalim, mereka telah ingkar, mereka telah berlebih-lebihan,
dan mereka telah berlaku sombong
“...dan janganlah berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-A’raaf: 31)
“…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri,” (Q.S. Luqman: 18)
Ya, mereka telah sombong dan ingkar pada Rabb mereka, hingga
akhirnya mereka mendapatkan adzab yang pedih.
Sekarang, cobalah anda bandingkan keadaan mereka dengan keadaan
Daud ‘alaihissalam, Sulaiman bin Daud ‘alaihissalam, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Muhammad II al-Fatih.
Bandingkanlah antara golongan pertama dan yang kedua ini!
Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, Umar
bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, dan Muhammad al-Fatih adalah manusia-
manusia yang juga luar biasa. Mereka merupakan pembesar-pembesar dunia.
Merekalah yang telah mewarnai dunia dengan kemuliaan hingga saat ini.
Namun, tahukah anda apa perbedaan antara Nabi Daud dan Jalut? Tahukah
kamu perbedaan Nabi Sulaiman dan Qarun? Tahukah kamu perbedaan antara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan Abu Jahal? Tahukah kamu
perbedaan Umar bin Khattab dan Namrudz? Tahukah kamu apa kemuliaan dari
Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad al-Fatih bila dibandingkan dengan Fir’aun?
Sahabat...

31
Sadarlah anda, bahwa mengapa ternyata golongan yang awal tadi
adalah golongan celaka, sedangkan golongan kedua adalah golongan selamat.
Mengapa? Padahal mereka sama-sama orang-orang penting dan luar biasa di
zaman mereka. Dan mereka tercatat sebagai manusia-manusia yang
outstanding dalam sejarah. Namun, mengapa mereka mengalami perbedaan
nasib?
Golongan kedua ternyata mengalami akhir hidup yang bahagia, yang
happy ending. Mereka mati dalam kemuliaan yang tidak terputus-putus. Kenapa?
Karena merekalah golongan orang-orang yang beriman, berilmu, beramal shalih,
bertaqwa dan tidak ingkar pada Allah, tidak sombong, amanah, dan menjalankan
segala perintah Allah dengan baik. Mereka telah mengaplikasikan ilmu mereka
ke dalam kehidupan mereka. Mereka telah menjalankan syariat Allah di muka
bumi.
Kita tahu, bahwa tidak ada manusia yang ada di muka bumi ini adalah
manusia yang benar-benar suci dari kesalahan. Pasti kita melakukan kesalahan,
meskipun sekali. Tetapi, bagaimana dengan mereka yang mendapatkan rahmat
Allah? Mengapa mereka bisa begitu?
Karena mereka selalu berusaha untuk mensucikan diri mereka sendiri
dan orang lain. Mereka selalu sadar dan selalu berusaha untuk menghindar dari
kesalahan yang pernah mereka lakukan. Mereka selalu mengejar dan berlomba-
lomba menuju pengampunan Allah. Mereka adalah pemimpin yang adil. Mereka
adalah manusia-manusia yang rendah hati dan tidak rendah diri. Mereka tidak
kufur tetapi mereka selalu bersyukur.

Sebagai contoh, adalah ketika utusan dari negeri


Romawi ingin bertemu dengan Khalifah Umar bin
Khattab. Utusan itu mengira bahwa Umar bin Khattab
memiliki istana yang megah dan mewah, serta memiliki
kekayaan yang berlimpah. Namun, dirinya terkejut karena
ternyata dirinya mendapati bahwa Amirul Mu’minin Umar
bin Khattab hanya tidur beralaskan pelepah kurma dan

32
tinggal di rumah yang sederhana. Padahal, Umar adalah pemimpin besar.
Bagaimana tidak? Kekaisaran Romawi di Syam dan Kerajaan Persia bertekuk
lutut di hadapannya. Umar, penguasa seluruh Jazirah Arab dan Mesir di
zamannya, ternyata hanya tidur di atas pelepah kurma. Berbeda sekali dengan
rival-rivalnya yaitu Kaisar Romawi dan Kisra Persia yang hidup di tengah-tengah
kemewahan istana dan harta yang menumpuk.
Lihatlah! Bahwa pada fakta dan sejarahnya, orang-orang yang bertaqwa
selalu menang dan sukses. Baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang hanya
mengejar dunia, maka dirinya hanya akan mendapatkan dunia. Namun jika
dirinya mengejar akhirat, maka dunia pun tidak akan berat dijalankannya.

33
Today is a New Day

Suatu hari ketika matahari terbit hari itu memanggil-manggil “Aku hari baru,
terhadap amalmu menjadi saksi, maka manfaatkanlah aku, aku tidak akan
kembali sampai hari kiamat
-Hasan Bashri-

Pernah nonton Chicken Little? Ya, film yang


mengisahkan tentang kehidupan seekor anak ayam yang
serba berkekurangan, sempat menghebohkan kotanya
karena menganggap langit jatuh. Sempat membuat ayahnya
malu dengan tingkah ‘gila’nya di depan penduduk kota. Di
sekolah pun dia tergolong unpopular. Dari segi fisik, maka
poinnya minus. Kerdil, berkacamata, lemah, dan hanya
berbobot kurang dari 3 kg. Yah, bisa disebut sebagai
pecundang sejati.
Tetapi, ada satu hal yang membuat tokoh ini tampak begitu brilian.
Mengapa? Ya, karena dia memiliki semangat, semangat juang yang tinggi,
semangat seorang pejuang sejati. Dia memiliki moto hidup yang bisa membuat
orang terkagum, “today is a new day”, hari ini adalah hari yang baru.
Ya, dengan semangat ini, dirinya berhasil membuktikan bahwa dirinya
bukanlah seorang pecundang, melainkan pejuang. Dirinya berhasil mengangkat
nama baiknya sekaligus ayahnya dalam pertandingan baseball di kotanya.
Sebuah gelar prestisius bagi orang banyak.
Dan kita, kaum muslimin, sudah saatnya mengambil pelajaran dari
sekilas kisah di atas. Apa itu?
Tentu saja, siapapun anda di masa lalu, jangan biarkan bayangan dari
masa lampau itu menghantui anda. Jangan pernah anda berhenti hanya karena
latar belakang anda yang terbelakang. Tidak jadi soal ketika anda dulunya

34
adalah seorang pendosa. Tapi yang penting, langkah anda saat ini, perbuatan
anda sekarang, tingkah laku anda detik ini juga.
Seorang Umar bin Khattab menjadi seorang amirul mukminin, pemimpin
orang-orang yang beriman. Tidak peduli bagaimana kelamnya masa lalu Umar.
Seorang Umar, yang pernah menyembah berhala dari kurma –riwayat lain
menyebutkan roti- dan akhirnya memakannya karena kelaparan. Seorang Umar,
yang pernah menampar adiknya hingga jatuh tersungkur. Seorang Umar, yang
pernah menghunuskan pedangnya demi berniat membunuh nabi. Pada akhirnya,
beliau bangkit dari keterpurukkan. Dan dengan kesungguhannya –Qaddarallah-,
beliau menjadi salah satu orang yang paling bertaqwa dari umat ini! Tidak ada
yang ambil pusing bagaimana kelakuan Umar sebelumnya. Tetapi yang dilihat
adalah perbuatannya yang dilakukannya, saat itu juga.
Atau ingatkah dengan kisah si pembunuh
100 orang? Yang akhirnya masuk surga hanya
karena sebuah niat di hatinya: berubah, berubah
menuju kebaikan, saat itu juga.
Begitu pula kisah pelacur yang masuk surga
setelah memberikan minuman kepada anjing yang
kehausan. Dan itu menunjukkan, bahwa sekecil apa
pun niat kebaikan anda, dan ketika anda melakukannya, maka langkah
perubahan anda saat itu juga tidak akan pernah sia-sia.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya
QS az-Zalzalah: 7
Ya, sesungguhnya rahmat Allah begitu luas, dan pintu ampunanNya
begitu lebar. Bahkan kepada orang non-muslim yang berhijrah dari keburukan
kepada kebaikan saja Allah tetap mengasihi mereka.
...Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni
mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu...
QS al-Anfaal: 38

35
Karena itu, tunggu apa lagi? Segeralah melangkah ke arah yang lebih
baik, sekecil apapun langkah itu. Dan lakukan saat itu juga! Jangan sekali-kali
dibayang-bayangi oleh masa lalu yang telah menjadi sejarah yang tidak akan
pernah terulang. Jadikan saat ini juga sebagai lembaran baru hidup anda.
Jangan dihantui oleh lembaran-lembaran kusam yang telah terjadi di masa lalu.
Jalanilah hidup anda, dan hidup anda tidak akan pernah mengalami siaran
ulang. Hidup anda adalah siaran langsung dari pementasan drama kehidupan.
Karena itu, mulailah langkah kebaikan itu saat ini, sekarang juga. Karena hidup
anda itu siaran langsung, life is live. Today is a new day!

...dan janganlah kamu


mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang
nyata bagimu
(QS al-Baqarah: 168)

36
Membuat Perubahan di Milenium Kedua

Waktu selalu berjalan. Tidak pernah sedikit pun mundur.


Sesuai sunnatullah, waktu tak pernah bergeser sedikit pun
demi mengulang masa lalu. Waktu terus saja maju ke
depan. Waktu yang asal muasalnya hanya Allah yang
ketahui, telah meninggalkan bekas dan jejak dari berbagai
macam peradaban dari masa lalu. Betapa banyak bentuk
kebudayaan masa lalu yang kita kenal. Mulai dari
kebudayaan Mesir kuno, peradaban Yunani Kuno,
Romawi, Mesopotamia, dan Persia sebagai contohnya. Namun ternyata,
peradaban itu pada akhirnya harus ditelan sejarah, meskipun memang diakui
sebagai peradaban yang maju, namun tidak mampu bertahan dalam perputaran
zaman.
Dan memang, sejarah pun membuktikan perkembangan hidup manusia.
Di mulai dari manusia pertama, Nabi Adam, lalu silih berganti muncul manusia-
manusia lain dan menjadi kaum. Di mulai sejak Nabi Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim,
Luth, Ismail, Ishaq, dan akhirnya tiba pada rasul terakhir, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang dengan membawa syariat-syariat yang
paling sempurna (karena memang pada masa itu kehidupan manusia sudah
lebih berkembang). Dan syariat itu sudah seharusnya tetap dipakai hingga akhir
zaman.
Namun sekarang, ternyata kita telah menemukan perubahan yang begitu
besar bagi peradaban umat manusia. Seiring berputarnya waktu, maka dengan
itu pula teknologi dan peradaban manusia semakin berkembang. Hingga
akhirnya sekarang, timbullah wacana yang menyebutkan bahwa syariat Islam
sudah tidak lagi relevan dan sejalan dengan perkembangan zaman. Dan
sekarang kita sebagai muslim yang hidup di era milenium kedua, kita harus

37
mampu untuk merubah kondisi ini untuk menjadi zamannya generasi rabbani.
Namun di tengah-tengah era serba high tech ini, bagaimana kita bisa
melakukannya?
Buka Pikiran, Hasilkan Perubahan
Kita yang hidup sebagai muslim di zaman
sekarang sudah seharusnya lebih membuka
pikiran kita. Kita harus berpikiran secara luas.
Namun membuka pikiran dalam konterks ini bukan
berarti kita menerima segala doktrin dan pemikiran
yang bertentangan dengan syariat Islam.
Membuka pikiran ini artinya sudah seharusnya kita
melihat segala permasalahan dengan cara
pandang yang global. Dengan melihatnya secara
dunia yang luas dan melihatnya lewat jendela
Qur’an dan Sunnah. Mengapa? Karena memang
terkadang pandangan kita condong pada kekeliruan. Dan sudah seharusnya kita
lebih merujuk pada kebenaran yang datangnya hanya dari syariat Islam. Kita
harus lebih berpikir sesuai dengan kebenaran dan kebaikan. Kita harus melihat
segala masalah lewat cara yang simple dan mudah. Bagaimana caranya?
Kita harus melihat mana yang lebih banyak manfaatnya jika kita
dihadapkan ke dalam suatu kondisi. Mana yang lebih banyak? Manfaatnya atau
mudharatnya? Jika lebih banyak manfaatnya, maka lakukanlah hal itu! Namun
jika lebih banyak mudharatnya, maka tinggalkanlah!
Minimal, jika kita sudah menerapkan hal itu pada kehidupan kita, insya
Allah hal itu akan berpengaruh besar pada peradaban manusia di zaman
sekarang yang memang sepertinya buta kebenaran. Tidak melihat sisi lain dari
masalah itu sendiri.
Berittiba’, Niscaya Akan Bebeda!
Kehidupan kita sudah seharusnya menjadi teratur. Namun, kita perlu
contoh keteladanan akan keteraturan itu sendiri. Namun bagaimana caranya?
Tentu saja dengan berittiba’ (mengiku) pada cerminan kehidupan paling

38
sempurna, kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
shahabatnya!
Kita saat ini sedang krisis figur keteladanan. Dan sudah saatnya kita
kembali melanjutkan langkah kehidupan nabi dan para sahabatnya. Karena
memang sekrang, kita telah sering melihat banyaknya kesalahan, kekeliruan,
dan penyimpangan pada kehidupan kita. Kita saat ini telah banyak bergelut
dengan masyarakat Islam yang sudah sering sekali melakukan bid’ah dalam
kehidupannya. Padahal, bila kita kembali pada manhajnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, maka kita akan lurus kembali.

Sesungguhnya telah Coba kita lihat sekarang. Begitu banyak


berlalu sebelum kamu muslim yang melakukan bid’ah! Mereka berdalih
sunnah-sunnah Allah, bahwa hal itu merupakan perbuatan yag baik.
karena itu berjalanlah Mereka melabeli perbuatan-perbuatan menyimpang
kamu di muka bumi dan itu dengan nama yang manis didengar. Misalnya
perhatikanlah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Padahal sudah
bagaimana akibat
seharusnya kita menyadari, bahwa bila suatu hal itu
orang-orang yang
baik, maka siapa yang seharusnya pertama kali
mendustakan (rasul-
melakukannya? Tentu saja Rasulullah shallallahu
rasul).
‘alaihi wasallam.
(QS Ali Imran: 137)
Karena itu, kita sebagai umat yang hidup di
akhir zaman ini sudah seharusnya kembali menghidupkan syariat Islam dalam
kehidupan kita. Yang benar-benar berasal dari Qur’an dan Sunnah. Mulailah dari
diri anda sendiri. Dan jika itu berhasil, maka sebarkanlah efek positif itu kepada
lingkungan sekitar anda. Dengan apa? Tentunya dengan dakwah! Dan jika
seluruh hal itu mampu kita lakukan, maka insya Allah, kita telah mencetak salah
satu generasi yang paling baik, generasi rabbani!

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah…
(QS Ali Imran: 110)

39
Pemikir Penggerak Perubahan

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung


dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir.
(QS ar-Ra’d: 3)

Menjadi pemikir? Mungkin profesi itu


adalah profesi yang hanya cocok untuk orang-
orang yang rajin membawa dan membaca
buku-buku tebal karangan orang-orang besar
dari zaman dahulu. Mungkin bila menjadi
pemikir, kita akan banyak bersinggungan
dengan karya-karya Aristoteles, Plato, Einstein,
Faraday, atau orang-orang yang rumit
pikirannya. Apakah orang-orang yang berpikir seperti itu adalah seorang pemikir
yang mampu menjadi roda penggerak kebangkitan? Apakah pemikir-pemikir
seperti itu adalah pemikir yang mampu menjadi lokomotif penggerak perubahan?
Tentu saja, tetapi perubahan apa saja yang mampu dihasilkan dari seorang
pemikir?
Pemikir Filosofis, Pemikir Berbau Filsafat
Sebenarnya, mendengar kata filsafat maka pemikiran kita akan tertuju
pada sosok-sosok seperti Aristoteles dan banyak filsuf Yunani lainnya. Mungkin
jika ditanya opini orang, maka pendapat kebanyakan adalah mereka adalah
pemikir yang seakan-akan membuat sesuatu yang mudah menjadi sulit. Atau

40
memperumit sesuatu yang simple. Tapi sebenarnya, seperti apakah perubahan
yang mampu mereka hasilkan?
Jika kita teliti, maka sebenarnya mereka adalah pemikir-pemikir yang
pemikirannya rumit. Kebanyakan pemikiran mereka berasal dari pertimbangan
akalnya sendiri. Dan yang fatal, standar kebenaran dari suatu pemikiran yang
mereka hasilkan adalah akal mereka sendiri! Mereka banyak menggunakan akal
mereka hingga akhirnya berujung pada penuhanan akal. Tetapi, perubahan yang
mereka bawa ternyata sangatlah besar. Mereka menjadi trendsetter dikalangan
para pemikir di masa mereka bahkan hingga saat ini. Namun, ternyata efek yang
mereka hasilkan adalah chaos, kekacauan. Mengapa? Karena pemikiran yang
mereka bawa terlalu banyak yang bertentangan dengan fakta dan kebenaran.
Jadi kesimpulannya, pemiki sejenis ini mungkin dicap gagal.
Pemikir Teoritis, Banyak Berteori Sedikit Beraksi
Sebenarnya, pemikir seperti ini memang
sangat mirip dengan tipe filsuf. Tetapi ini
merupakan tipe pemikir yang terlalu banyak
berteori namun sedikit yang mampu menghasilkan
efek dan perubahan. Tetapi sebenarnya pemikir
seperti ini cenderung menghasilkan prototipe
pemikiran maju yang muncul setelahnya. Memang
pemikiran ini bagus, namun pemikiran seperti ini
akan menghasilkan perubahan yang cenderung
jangka waktunya lama. Jadi, mau tidak mau
pemikir seperti ini mungkin dicap nyaris berhasil.
Pemikir Liberal, Berpikir Tanpa Dasar Kebenaran
Pemikir seperti ini juga lahir dari induk yang sama, filsafat. Teori yang
dibawa oleh pemikir seperti ini sepertinya manis seperti gula. Namun dibaliknya
ada racun yang lebih mematikan daripada bisa ular. Pemikir seperti ini relatif
rasional. Saking rasionalnya mereka menuhankan akal dan kebebasan. Namun
hasilnya apa?

41
Pada awalnya memang terasa manis, hidup dalam persamaan,
kebebasan, dan keleluasaan. Namun, hal ini juga pada akhirnya melahirkan
suatu konflik lain, yaitu konflik akan kebebasan antar individu. Dan akhirnya?
Sama seperti induknya, yaitu chaos, kekacauan.
Pemikir Fundamentalis, Pemikir
Dan mereka berkata:
"Sekiranya kami Penghasil Ekstrimis
mendengarkan atau Pemikir seperti ini sebenarnya memiliki
memikirkan (peringatan itu) satu hal yang tidak dimiliki pemikir liberal, yaitu
niscaya tidaklah kami termasuk suatu standar dalam kehidupan, suatu batasan
penghuni-penghuni neraka
dalam hidup dan bermasyarakat. Namun
yang menyala-nyala
pemikir seperti ini adalah pemikir yang benar-
(QS al-Mulk: 10)
benar menerapkan standar itu secara radikal.
Hingga akhirnya, terciptalah generasi yang kaku dengan adanya perubahan.
Karena memang, seiring waktu berputar, maka perubahan pun terus saja
bergulir. Dan orang-orang yang radikal ini sepertinya tidak akan mampu bertahan
lama. Mereka mungkin akan terasing dan terkucilkan. Perubahan yang dibawa
adalah perubahan yang statis. Namun, jika pemikir seperti ini berhasil
memegang suatu kekuasaan, maka akan terjadi perubahan yang besar-besar
dan terkesan eksplosif. Di satu sisi memang pemikiran seperti ini benar. Namun
di sisi lain menjadikan orang-orang menghadapi dunia dan perubahan zaman ini
dengan kaku.
Lantas, Pemikir Apakah yang Merupakan Pemikir Ideal?
Saya punya satu jawaban, yaitu pemikir rabbani.
Berpikir cepat, rasional, masuk akal, kreatif dan solutif merupakan cara
berpikir orang-orang yang mampu menjadi pilar-pilar perubahan dan
kebangkitan. Dan cara berpikir seperti ini, telah dipraktekkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya dalam melakukan perubahan
dan kebangkitan Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki pemikiran yang
cemerlang. Beliau senantiasa berpikir solutif, cepat, dan rasional. Standar dan

42
dasar pemikiran ini bertumpu pada sumber kebenaran yang hakiki, yaitu al-
Qur’an dan syariat Islam.
Dan pemikir seperti ini juga pemikir yang fleksibel dan tidak kaku. Pemikir
seperti ini mampu mengatasi tantangan zaman dengan adanya perubahan yang
signifikan dalam kehidupan umat manusia. Memang banyak perubahan, namun
pemikir rabbani mampu menghasilkan pemikiran dan perubahan yang mampu
mengiringi perkembangan zaman. Namun, tetap saja memiliki tumpuan, yaitu
Qur’an dan Sunnah.
Mungkin pemikir seperti ini terkadang dikatakan sebagai pemikir radikal.
Padahal, sebenarnya pemikir seperti ini adalah orang-orang yang bila ada
kebenaran, maka kebenaran itulah yang selalu dipegangnya hingga akhir hayat!
Mungkin pemikir seperti ini juga ada yang menyebutkannya sebagai
pemikir yang selalu bertindak filosofis (bertafakur). Padahal memang, dalam
berpikir kita harus suka merenung. Karena dengan merenung, kita menjadi lebih
bisa berpikir dengan luas dan lebih membuka mata kita pada lingkungan.
Dan tentunya, pemikir seperti ini mampu menghasilkan perubahan yang
signifikan ke arah yang lebih baik. Dan orang-orang yang memiliki cara berpikir
seperti ini, mampu menjadi roda kebangkitan.

43
Remaja Islam Sepanjang Sejarah

Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia


-Soekarno-

Sejarah dunia telah mencatat banyak


nama-nama besar dari orang-orang
luar biasa yang telah mengukir prestasi
dalam mempengaruhi dan mengubah
dunia. Baik dari dunia barat maupun
dari dunia timur. Kita pasti telah
mengenal siapa itu Napoleon
Bonaparte, sang Kaisar Perancis. Atau
kita mengenal siapa itu Thomas Alva
Edison, sang penemu serba bisa. Dan
jika kita beralih ke dunia timur, maka kita akan mengetahui sosok seperti Ibnu
Sina, Jabir bin Hayyan, al-Khawarizmi, Tariq bin Ziyad, dan Muhammad II al-
Fatih.
Memang, jika kita melihat pengaruh mereka bagi dunia maka tentu kita
akan mendapati bahwa sejarah hidup mereka penuh dengan kegemilangan
dalam kontribusi mereka bagi dunia. Namun tahukah anda, bahwa ternyata
banyak diantara mereka yang rupanya satu golongan: Pemuda!
Ya, mereka yang telah mengubah arah perputaran roda zaman –dengan
kehendak Allah tentunya- ternyata banyak dari golongan pemuda. Bahkan,
hingga zaman sekarang pun peran pemuda dalam kancah dunia tidaklah pudar.
Kita tentu mengenal apa itu Facebook, You Tube, Google, Yahoo, dll. Yang
merupakan hasil karya dari tangan-tangan kreatif para pemuda yang luar biasa,
seperti Mark Zuckerberg, Larry Page, Sergey Brin, dan masih banyak lagi.

44
Mengapa para pemuda ternyata mampu memiliki kekuatan besar untuk
melakukan hal itu semua? Jawabannya adalah karena sesungguhnya pemuda
merupakan investasi bagi masa depan umat manusia. Dan sejarah telah
membuktikannya. Mulai dari jatuh bangunnya peradaban umat manusia dari
masa lalu hingga masa kini.

Masih ingatkah kita dengan


revolusi Perancis? Di saat itu, pengaruh
seorang pemuda sangatlah besar, dan
siapakah pemuda itu? Dia bernama
Robespierre. Pemuda yang menjalankan
pemerintah teror di Perancis. Dan
akhirnya, ia pun dieksekusi di bawah
Guillotine. Dan saat itu pun muncul tokoh
yang tak lagi asing bagi sejarah, Napoleon
Bonaparte yang pada akhirnya menjadi
kaisar Perancis setelah menggulingkan
rezim yang berkuasa saat itu.
Atau masih ingatkah kita kepada zaman pertengahan, ketika hegemoni
Tartar dan Mongol menguasai dunia. Jenghis Khan –yang sejak dari muda telah
menjdai pemimpin yang berhasil- meluaskan daerahnya hingga menyentuh
kekuasaan Islam saat itu, Abbasiyah. Bahkan, cucunya, Hulaghu Khan dan
tentaranya akhirnya berhasil menumbangkan kekhalifahan besar itu. Baghdad
ditaklukkan dan Khalifah al-Mu’tashim serta keluarganya dibunuh. Saat itu dunia
benar-benar jatuh ke dalam ketakutan yang luar biasa kepada kekuatan Mongol.
Tetapi, ternyata mitos ‘tentara tak terkalahkan’ itu akhirnya berhasil dipatahkan
oleh tentara kaum muslimin di bawah pimpinan seorang panglima muda dari
Mesir, Saifuddin Qutz. Kemenangan yang gemilang dalam Perang ‘Ain Jalut
akhirya menyurutkan langkah Mongol menguasai dunia. Dan hal itu berhasil
dilakukan dibawah komando seorang pemuda!

45
Sejarah pun telah megenal siapa itu Tariq bin Ziyad, penakluk Spanyol
pada masa al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Bani Umayyah. Saat itu, dirinya
menaklukkan wilayah itu dalam usia yang sangat muda, Kurang dari 30 tahun.
Atau mungkin yang paling fenomenal
Aku mendengar baginda
dalam sejarah, yaitu Muhammad bin Murad
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
al-Fatih! Sultan dari Turki Utsmani yang
wasallam mengatakan seorang
lelaki soleh akan dikuburkan di lebih dikenal dengan nama Muhammad II

bawah tembok tersebut & aku al-Fatih ternyata berhasil menaklukkan


juga ingin mendengar derapan salah satu imperium paling berkuasa dan
tapak kaki kuda yang membawa kokoh sedunia, Romawi Timur! Dirinya
sebaik-baik raja yang mana dia berhasil membuka dan menaklukkan kota
akan memimpin sebaik-baik yang paling kokoh dan sulit ditaklukkan saat
tentara seperti yang telah itu, kota Konstantinopel atau Byzantium.
diisyaratkan oleh baginda
Kota itu memiliki benteng yang kuat dan
(Abu Ayyub al-Anshari)
kokoh, ditambah lagi dilindungi oleh
perbukitan yang menambah kesulitan untuk menembusnya. Sebenarnya kota itu
telah berkali-kali diserang oleh kaum muslimin, dari masa Bani Umayyah
dibawah pimpinan Abu Ayyub al-Anshari hingga masa ayahnya, Murad II.
Namun akhirnya kota itu ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih yang saat itu baru
berusia 21 tahun!
Sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga ternyata telah
banyak pemuda-pemuda luar biasa yang berhasil mengharumkan nama Islam
dan nama mereka di dunia. Sebut saja Zaid bin Tsabit, shahabat Nabi yang
tidak sempat turut dalam Perang Badr dan Uhud karena usianya yang masih
muda, namun karena kesungguhannya dirinya mampu menjadi pemuda
cemerlang yang diangkat sebagai sekretaris Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang menguasai banyak bahasa, diantaranya Ibrani dan Suryani.
Atau mungkin ada Usamah bin Zaid bin Haritsah, putera salah satu
shahabat senior, Zaid bin Haritsah. Usamah yang waktu itu berusia kurang dari
20 tahun telah diutus oleh Nabi –yang saat itu di akhir hayatnya- untuk menjadi
komandan pasukan perang yang menyerbu daerah Romawi.

46
Kemunduran pemuda Islam
Jika tadi kita melihat banyak sekali figur pemuda Islam yang begitu hebat,
maka sekarang kita memiliki sebuah pertanyaan besar,
“Mengapa saat ini, pemuda kaum muslimin mengalami kemunduran yang
drastis?”
Saat ini sepertinya pemuda Islam begitu lemah dan tidak dapat berbuat
apa-apa. Para pemuda Islam telah terlena dengan dunia hingga akhirnya pribadi
mereka menjadi lemah. Berbeda sekali dengan Ibnu Sina yang sejak umurnya
17 tahun telah mampu membuka praktik sendiri, bahkan dirinya akhirnya
diangkat sebagai dokter pribadi khalifah.
Mengapa hal itu terjadi? Karena saat ini para pemuda Islam telah
kehilangan figur teladan dalam kehidupan mereka. Saat ini banyak diantara
pemuda kaum muslimin terjerat virus globalisasi yang akhirnya menghilangkan
sosok-sosok pemuda luar biasa sepanjang sejarah dari dunia Islam. Bahkan
yang disebarluaskan malah artis-artis yang merupakan produk-produk kenistaan
dunia. Saat ini pemuda banyak menirukan gaya hidup tidak baik dan bertabiat
buruk dari tradisi barat. Mulai dari hedonisme, hura-hura, foya-foya, dll.
Saat ini kita kehilangan sosok pemuda seperti Usamah bin Zaid sang
komandan, Tariq bin Ziyad yang kuat, Abdullah bin Mas’ud yang amanah,
Abdullah bin Abbas yang berilmu, Zaid bin Tsabit yang cerdas, Ali bin Abi Thalib
yang perkasa, dan Muhammad al-Fatih sang penakluk.
Kita justru saat ini sering sekali mendapati kondisi pemuda seperti kondisi
Kan’an bin Nuh yang menolak kebenaran, sosok Samiri yang menyesatkan, atau
sosok Abdullah bin Ubay bin Salul yang munafik, atau sosok-sosok lainnya yang
bodoh dan jahil dalam ilmu.
Kita kehilangan figur dan pribadian seorang muslim pada remaja muslim
saat ini. Dan tentunya, hal ini sangatlah miris mengingat kita pernah berjaya
karena para pemuda cemerlang dan luar biasa.
Karena itu, sudah seharusnya para pemuda kita menjauh dari perilaku-
perilaku kenakalan remaja yang mampu menjatuhkan harkat dan martabat kita
sebagai umat Islam, umat terbaik yang pernah dilahirkan ke dunia.

47
Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan

Waktu adalah misteri

Seiring berputarnya waktu, maka hal itu


pula turut diiringi oleh bergulirnya zaman.
Ya, zaman dari awal masa kehidupan
manusia hingga kini. Dan begitu pula
masyarakat di dalamnya, yang terus dan
tetap bergerak dinamis mengikuti langkah
waktu. Masyarakat seolah terus bergerak
aktif tiada henti mengikuti perkembangan
zaman. Mulai perkembangan ideologi,
pandangan hidup, hingga teknologi. Dan
sekarang, sebenarnya ada satu hal yang
seharusnya kita sadari...
Waktu terus berjalan ke depan, tidak pernah mundur dan selalu maju
meninggalkan masa lalu
Dan itu artinya, masa lalu hanyalah bayangan yang tertinggal dari
kehidupan kita. Sedangkan masa depan adalah bayangan segala perasaan kita
akan perputaran waktu yang terus maju ke depan. Entah bayangan apa itu,
apakah bayangan kesedihan, ketakutan, kegembiraan, atau harapan. Dan itu
akhirnya, masa lalu hanyalah tinggal kenangan dan sejarah, masa depan adalah
bayang-bayang yang masih menjadi misteri dan belum pasti.
Lalu, bagaimana dengan masa kini?
Ya, kita hidup adalah masa kini. Tidak perlu kita memikirkan dan terus
dikejar bayang-bayang masa lalu yang tidak bisa diubah. Dan tidak terlalu

48
penting jika kita terus stress dan memikirkan masa depan yang akhirnya
membuat kita terlalu mengejar-ngejar kabut tebal yang belum jelas ujungnya.
Jadikan hari ini adalah hari terbaik anda. Anda harus berusaha untuk
menjadikan hari ini bermakna dan lebih
Masa lalu bagaikan segala sesuatu
yang ada di dalam tanah, yang telah hidup dari hari sebelumnya. Gerakkan

terkubur dan tidak mampu dan beri warna hidup anda dengan
dihidupkan kembali. Sedangkan saat kebaikan-kebaikan anda saat ini. Jangan
ini bagaikan tempat kita berpijak, pernah menyia-nyiakan waktu anda
yaitu bagaimana kita mampu pada hari ini. Karena itu berarti anda
mengayunkan langkah sejauh telah menyia-nyiakan kesempatan untuk
mungkin. Sedangkan masa depan berbuat kebajikan dan meyediakan
bagaikan sesuatu yang dibalik awan,
ladang amal untuk bekal di akhirat nanti.
yang masih belum bisa kita jangkau.
Manfaatkan hari ini dengan sebaik-
Yang bisa kita lakukan hanya
baiknya persiapan untuk persiapan
menerawang dan merencanakan
menembus kabut tebal yang ada di
masa depan, mengubur bayang-
bayang masa lalu, dan terus depan anda. Yaitu masa depan!

melangkah di saat ini Lantas, apa yang harus kita


lakukan dengan masa lalu?
Masa lalu yang hanya tinggal sejarah tidak perlu kita tangisi
kepergiannya yang justru hanya menambah beban penderitaan kita. Masa lalu
merupakan bahan introspeksi diri. Sudah benarkah diri kita? Sudah luruskah diri
kita? Sudah baikkah perbuatan anda? Sudah sempurnakah akhlak anda?
Memang tidak ada yang sempurna, namun yang seharusnya kita lakukan
adalah bagaimana kita melangkah menuju kesempurnaan. Dan demi
menyempurnakan hidup anda, maka anda mampu menjadikan masa lalu
sebagai pondasi untuk meraih cita-cita anda.
Terus, bagaimana kita menghadapi masa depan?
Masa depan yang masih menjadi misteri sudah seharusnya menjadi
sebuah pemacu semangat bagi kita. Bahwa kita harus tetap memiliki semangat
optimis untuk menghadapi masa depan. Masa depan yang belum pasti juga
sudah seharusnya menjadi penggerak kita dalam melakukan kebaikan. Masa

49
depan tidak bisa hanya disikapi dengan ketakutan, awang-awang, dan angan-
angan. Tetapi harus disikapi dengan semangat meraih masa depan yang cerah.
“...Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang
sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah
hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakkal berserah diri” (QS Yusuf: 67)
“...Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia
menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” (QS al-
Ahzab: 17)

50
Jalan Dakwah dan Perubahan

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al
Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan
kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padaNya
(QS al-Kahfi: 27)

Melawan kekuatan yang besar memang bukan perkara yang kecil.


Melawan sebuah kekuasaan dan ketetapan yang kuat memang bukan jalan yang
mudah dilalui. Melawan sebuah suatu sistem yang telah berlangsung selama
bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad dan telah mengakar dalam
kehidupan memang bukan hal yang mudah.

Kekuatan, kekuasaan, dan kedigdayaan merupakan tiga hal yang sering


membuat orang takut dan gentar jika dihadapi pilihan untuk merubahnya,
melawannya, dan membaliknya. Tetapi ternyata, banyak manusia-manusia luar
biasa yang pernah hidup di dunia ini berani dan berhasil menundukkan tiga hal
itu dan merubahnya menjadi hal yang lebih baik.
Dan salah satunya adalah seorang pria. Dan sejarah pasti telah mengenal
dan mengetahu seorang pria. Ya, pria itu adalah sosok pria yang gagah, tampan,
tidak tinggi dan tidak pula pendek, rambutnya menjuntai hingga ke bahu. Barang
siapa yang melihat wajahnya, maka seakan-akan dirinya sedang melihat
rembulan yang bersinar di tengah-tengah langit malam. Ya, pria itu dikenal
sebagai saudagar yang sukses. Nasabnya adalah nasab terbaik di antara
kaumnya. Siapakah dia? Dialah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasalam.
Apa sebenarnya yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam
menjadi terkenal dalam sejarah? Selain dikenal sebagai nabi dan rasul Allah
yang paling terakhir, ternyata banyak lagi hal-hal yang harus kita teladani dari

51
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Apa sebenarnya yang membuat beliau
menjadi manusia besar dalam sejarah peradaban manusia?

Ya, jawabannya adalah karena beliau


telah berhasil mengubah dunia. Beliau telah
berhasil melawan dan menumbangkan
kedigdayaan dan kekuasaan yang dipegang
oleh kaum kafir. Saat itu, nagara adidaya dan
super power yang ada hanyalah dua negara.
Yaitu Kekaisaran Romawi dan Kekisraan atau
kerajaan Persia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sebenarnya berhasil melawan dan
menumbangkan kekuatan itu karena banyak hal. Dan salah satu hal yang
terpenting adalah pengorbanan cinta dan totalitas beliau dan para sahabatnya
dalam memegang teguh keIslaman mereka. Ya, mereka berhasil menjadi
manusia ‘super’, mereka berhasil menjadi manusia luar biasa, dan mereka
berhasil merobohkan kekuatan besar dan bahkan menggantinya dengan
kekuatan dan kekuasaan baru karena keimanan mereka.
Pernahkah anda merenung, seberapa kuat dan teguhnya keimanan para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam dalam menegakkan kebenaran?
Pernahkah anda sadar, seberapa besar pengorbanan mereka dalam jihad fii
sabilillah?
Mereka (para sahabat) adalah orang-orang yang tahu tentang kewajiban
mereka. Kewajiban menyembah dan bertaqwa pada Allah, kewajiban berjihad,
kewajiban untuk menolong agama Allah.
Mereka (para sahabat) adalah manusia-manusia yang mengerti apa yang
harus mereka lakukan. Dan mereka telah menumbangkan kekuasaan dan
menggulung kekuasaan dari kekaisaran Romawi dan Persia karena mereka
telah menyambut dan menjawab seruan Allah,
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

52
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. an-Nahl: 125)
“dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu
(Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya.
dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya,”
(Q.S. al-Kahfi: 27)
Para sahabat Rasulullah shallallahu
Maka tatkala Isa mengetahui
‘alaihi wasalam telah menyerahkan diri
keingkaran mereka (Bani lsrail)
mereka pada Allah dan rasul-Nya. Dan berkatalah dia: "Siapakah yang
mereka telah mewariskan kepada kita banyak akan menjadi penolong-
hal. Mulai dari ghirah dan semangat jihad, penolongku untuk
suri teladan, dll. (menegakkan agama) Allah?"
Masih ingatkah kita saat perang Para hawariyyin (sahabat-

Mu’tah? Saat di mana kekuatan yang baru sahabat setia) menjawab:

muncul di Jazirah Arab yang masih "Kamilah penolong-penolong


(agama) Allah, kami beriman
didominasi oleh kejahiliahan berani
kepada Allah; dan saksikanlah
menantang dan merongrong kekaisaran
bahwa sesungguhnya kami
Romawi. Dan mengapa mereka rela
adalah orang-orang yang
melakukan itu? Karena mereka menjual diri
berserah diri
mereka pada Allah dan mereka melakukan (QS Ali ‘Imran: 52)
hal itu karena rasa cinta mereka pada Islam
dan dakwah.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada
jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. at-
Taubah: 111)

53
Intinya, dengan keimanan, ketaqwaan, dan rasa cinta kita pada Allah
merupakan salah satu hal yang kita harus miliki. Untuk merubah diri kita dan
lingkungan kita untuk menjadi yang lebih baik.

54
Kebangaan Menjadi Seorang Muslim

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya


mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim
(QS al-Hijr: 2)

Sadarkah anda? Bahwa ternyata banyak kaum muslimin di dunia saat ini
yang kurang PD dengan syariat-syariat agamanya sendiri. Ya, banyak di antara
kaum muslimin saat ini ternyata mengekor atau menyerupai budaya dan tradisi
jahiliah dari kaum kuffar dan musyrik. Banyak orang Islam yang ternyata identitas
keIslaman mereka telah luntur ditelan oleh westernisasi. Saat ini, banyak kaum
muslimin di seluruh dunia telah kehilangan jati dirinya sebagai muslim. Mereka
mengikut dan mengekor pada budaya maksiat yang berasal dari tradisi orang-
orang tak berilmu.
Salah satu contohnya adalah tradisi
Dan bila mereka berjumpa
hari Valentine yang sudah jelas-jelas
dengan orang-orang yang
melanggar syariat Islam dan cenderung beriman, mereka mengatakan:
kepada perbuatan maksiat yaitu zina. Ada "Kami telah beriman". Dan bila
lagi tradisi hura-hura atau hedonisme ala mereka kembali kepada
Barat yang ternyata diikuti oleh kaum syaitan-syaitan mereka[25],
muslimin, terutama para remaja. Dan lagi, mereka mengatakan:
banyak di antara kita, kaum muslimin, "Sesungguhnya kami

terpedaya dengan gaya hidup yang glamour sependirian dengan kamu,


kami hanyalah berolok-olok
dan necis. Kaum wanitanya dengan bangga
(QS al-Baqarah: 14)
memamerkan dan mengumbar aurat di
depan massa. Mereka dengan bangganya menyebut kemaksiatan itu sebagai
gaya hidup masa kini, modernisasi, dan nama-nama yang manis lainnya.
Padahal, dibalik nama-nama manis itu, isinya adalah tidak lebih dari sampah
peradaban yang busuk.

55
Banyak di antara kita, kaum muslimin, yang bahkan mengekor pada kaum
kuffar. Dan realitasnya lihatlah sekarang! Kaum mudanya senang berhura-hura,
kaum wanitanya memakai baju yang nista, para pemimpinnya tidak amanah
dalam menjalankan tugasnya, para petinggi negara lebih memilih syariat (aturan)
hasil karya manusia biasa dibandingkan syariat yang dibuat oleh Rabb alam
semesta.
Ya, hal ini persis yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam 14 abad yang lalu.
“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunah orang-orang sebelum
kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun
mereka memasuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti
mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Orang-orang Yahudi dan orang-orang
Nasrani? Beliau menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka” (H.R. Muslim)
Padahal kita, kaum muslimin, telah memiliki identitas tersendiri, telah
memiliki jati diri yang sejati. Mulai dari cara berpakaian hingga urusan
pemerintahan telah diatur dan ini adalah identitas kita sebagai kaum muslimin.
Allah telah mengatur dalam syariatNya segala hal tentang kehidupan kita. Kita
memiliki cara berpakaian yang jauh lebih baik dan jauh lebih terhormat
dibandingkan mereka (kaum kafir). Kita memiliki sistem social yang lebih tinggi
derajatnya, kita memiliki peraturan dalam pemerintahan yang lebih sempurna
dan lebih menyeluruh dari mereka. Lalu mengapa kita tidak melakukannya?
Apakah kita telah malu mengamalkannya? Apakah kita malu untuk berbuat
kebaikan dan syariat yang telah Allah turunkan dari langit ketujuh? Apakah kita
sekarang tidak mempunyai rasa malu karena kita telah tertipu dengan mereka
(kaum kafir) dengan dunia? Apakah kita lebih mementingkan syariat buatan
manusia yang tak berdaya dibandingkan syariat Allah yang Maha Perkasa?
Tunjukkanlah! Bahwa kita sebagai kaum muslimin memiliki tradisi yang
lebih tinggi derajatnya dibandingkan tradisi jahiliah yang nista. Karena itu,
kenapa kita tidak melakukannya?
Bahkan sekarang, realitas yang terjadi adalah sebaliknya. Di mana orang
yang berusaha untuk menjalankan aturan Allah itu dipojokkan. Wanita yang

56
menutup auratnya rapat-rapat disebut sebagai istri teroris. Lelaki yang celananya
di atas mata kaki, berjanggut, berjubah, dan bersorban disebut sebagai
ekstrimis. Syariat-syariat Islam yang ada di al-Qur’an dan sunnah disebut tidak
relevan dengan kondisi sekarang.
Apakah hal tersebut benar? Sungguh! Tidak sama sekali!
Kita harus bangga dengan identitas dan syariat Islam kita. Karena itulah
yang akan membawa kita kepada keIslaman.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari urusan (agama itu). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. al-Jaatsiyah: 18)
Kita telah memiliki peraturan, syariat, dasar, dan pedoman yang
datangnya langsung dari Allah. Jangan sampai kita mendahulukan hawa nafsu
kita daripada Kitabullah. Jangan sampai hanya karena dunia, kita lalai dalam
menjalankan perintahNya.

Namun sekarang, ternyata


lebih banyak orang yang bertindak
atas dasar dan dorongan dari hawa
nafsunya sendiri. Mereka (sebagian
kaum muslimin) yang mengaku ingin
menjadi pribadi yang modern,
glamour, tidak ketinggalan zaman,
dan modis ternyata rela
mendengarkan bisikan hawa
nafsunya dibandingkan dengan seruan Allah dan rasulNya. Mereka ternyata
lebih memilih mendurhakai syariat Allah daripada menolak syariat buatan kaum
yang jahil (bodoh). Dan jika kita sampai mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka
Allah telah jelaskan tentang kedudukan mereka di dalam al-Qur’an.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan

57
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata.” (Q.S.al-Ahzab: 36)
Jika kita telah melalaikan perintah Allah dan rasulNya, apakah kita masih
layak disebut sebagai muslim yang baik? Jika kita mengesampingkan syariat
Allah, masihkah kita dapat disebut sebagai muslim sejati? Jika kita tidak
menjalankan syariat Allah, bahkan sebaliknya yaitu menyerupai kaum kafir,
maka apakah masuk akal bahwa dirinya disebut sebagai pribadi yang memiliki
jati diri seorang muslim? Tidak! Sesungguhnya tidak! Mereka itu disebut oleh
Allah sebagai ‘orang yang sesat dalam kesesatannya yang nyata’. Na’udzubillahi
min dzalik!

58
Menjadi Muslim Sejati

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan


yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar
(QS al-Ahzab: 35)

Sebagai seorang muslim, kita sudah seharusnya bangga dengan status


kita. Kita seharusnya senang dan bahagia karena kita seorang muslim. Kita
seharusnya bergembira ketika kita diakui dan mengaku sebagai orang Islam.
Tetapi, sadarkah anda? Bahwa ternyata banyak di antara kaum muslimin yang
justru malu akan keIslaman mereka.
Banyak orang di zaman sekarang
menganggap bahwa seorang muslim adalah teroris
dan Islam adalah agama kekerasan. Banyak di
antara kaum muslimin malu untuk menampakkan
keIslaman mereka sendiri. Apa maksudnya?
Mereka mengaku bahwa diri mereka adalah
seorang muslim, tetapi mereka tidak mencitrakan
dirinya bahwa sesungguhnya dirinya adalah seorang muslim sejati. Mereka tidak
melaksanakan amalan-amalan seorang muslim dengan benar dan keseluruhan.
Bahkan, di antara mereka ada yang justru berani mengingkari ayat-ayat Allah.
Padahal, jika kita seorang muslim, maka sudah seharusnya kita mengamalkan
apa yang telah Allah perintahkan kepada kita. Tanpa ada pengecualian sedikit
pun!

59
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (Q.S. al-Baqarah: 208)
Di ayat ini Allah menegaskan kepada kita bahwa jika kita telah mengaku
sebagai seorang muslim, maka jadilah seorang muslim yang sesungguhnya!
Tidak setengah-setengah. Jika kita telah menjadi seorang muslim, maka kita
harus konsisten dengan keIslaman kita. Kita harus memiliki tekad dan keyakinan
yang kuat untuk menjalankan perintah Allah. Dan kita tidak boleh mengikuti
langkah-langkah syaitan. Mengapa? Karena sesungguhnya syaitan telah ingkar
dari ajaran Allah. Syaitan telah mengingkari ayat-ayat Allah dan menggantinya
dengan yang lain. Maka dari itu, jika kita seorang muslim, maka janganlah anda
ragu untuk memperlihatkan bentuk keIslaman anda. Anda harus membuktikan
ketulusan dan kesungguhan anda dalam memeluk agama Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (Q.S. Ali Imran: 102)
Kita yang telah beriman kepada Allah, maka
...Sesungguhnya
sudah seharusnya kita bertakwa kepada Allah dengan orang yang paling
sebenar-benarnya takwa! Kita harus memegang mulia diantara kamu
keimanan dan ketaqwaan kita dengan sungguh- disisi Allah ialah
sungguh hingga akhir hayat. Dan jadilah anda menjadi orang yang paling
orang yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar- taqwa diantara

benarnya taqwa jika anda mengaku bahwa anda kamu...


(QS al-Hujuraat:
sorang muslim!
Jika anda seorang wanita muslimah, maka jangan ragu untuk
mengenakan jilbab yang syar’i. Jika anda seorang lelaki muslim, maka janganlah
anda ragu untuk memanjangkan janggut anda!
Jika ada seseorang mengaku bahwa dirinya muslim, tetapi dia tidak
mencitrakan atau tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang muslim.
dirinya tetap saja berpakaian yang mengumbar aurat dan menimbulkan fitnah.
Dirinya masih tetap berdekat-dekatan dengan lawan jenis. Apakah orang itu

60
seorang muslim? memang dirinya seorang muslim, tapi sungguh! keIslamannya
itu tidaklah sempurna!
Memang, di zaman sekarang jika seseorang menampakkan keIslaman
mereka di tengah-tengah manusia, maka orang itu akan dikatakan sebagai
teroris, ekstrimis, fundamentalis, atau sebutan-sebutan lain yang sifatnya
memojokkan kita. Sungguh! Ejekan mereka adalah seruan orang-orang yang
jahil (bodoh) dan tidak paham akan ilmu. Sebagaimana Allah sebutkan dalam al-
Qur’an.
“dan apabila Dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami,
Maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang
menghinakan.” (Q.S. al-Jatsiyah: 45)
“Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan
kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-
rasul-Ku sebagai olok-olok.” (Q.S. al-Kahfi: 106)

61
Muslim Sejati

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,


niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam...
(QS al-An’aam: 125)

Menurut pendapat anda, siapakah sebenarnya yang disebut sebagai


seorang muslim? Siapa sebenarnya orang-orang yang pantas kita sebut sebagai
muslim? Apakah kita sudah pantas disebut sebagai seorang muslim sejati?
Sahabat…
Kita, sebagai orang yang telah bersyahadat tentu otomatis telah menjadi
seorang muslim. Namun di sini, yang ingin saya tanyakan adalah apakah
keIslaman kita telah sempurna? Karena jika kita telah bersyahadat, telah
mengucapkan kalimat tauhid dan pengakuan akan Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagai utusan Allah. Kita telah menjadi seorang muslim. Namun jika
ternyata sikap kita tidak berubah menjadi lebih Katakanlah:
baik, tidak mencerminkan akhlak yang baik, tidak "Sesungguhnya aku telah
beramar ma’ruf nahi munkar, apakah kita telah ditunjuki oleh Tuhanku
pantas disebut sebagai sorang muslim sejati? kepada jalan yang lurus,
Mula-mula, sebenarnya kita harus (yaitu) agama yang benar,
menyelidiki mengapa kita memeluk agama ini. agama Ibrahim yang lurus,

Banyak diantara kita memeluk agama Islam dan Ibrahim itu bukanlah
termasuk orang-orang
karena terlahir dalam keadaan demikian, dalam
musyrik
keluarga muslim. Namun satu hal yang harus kita
(QS al-An’aam: 161)
pahami adalah Islam itu harus kita mengerti
sepenuhnya. Kita harus benar-benar memilih Islam karena kecintaan dan
ketulusan kita pada kebenaran yang hanya satu-satunya dimiliki oleh Islam. Jika
kita hanya Islam secara keturunan, maka apa makna Islam sebenarnya jika tidak
kita pahami apa itu Islam sendiri. Kita harus tahu dan mengerti bahwa,

62
“Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan
salat, membayar zakat, puasa Ramadan dan menunaikan haji” (H.R. Muslim)
Jika kita menganut Islam lantaran ‘hanya’ dari keturunan dan tanpa
ketulusan, maka lihatlah kondisi dunia saat ini yang dipenuhi oleh kaum muslimin
namun ternyata banyak di antara kaum muslimin itu sendiri tidak mencerminkan
dan mencitrakan bahwa dirinya adalah seorang muslim. Lihatlah orang-orang
yang mengumbar aurat dan melaksanakan kemaksiatan! Bahwa ternyata di
antara mereka ada orang Islam di dalamnya. Mereka itu turut masuk ke dalam
lingkaran kemaksiatan karena tidak menanamkan nilai-nilai keIslaman pada hati
mereka walaupun mereka adalah seorang muslim.
Karena itu, kita harus sadar dan benar-benar tulus memilih agama Islam
sebagai jalan yang kita lalui. Karena hanya Islamlah jalan yang mampu
mengantarkan kita kepada surga dan keridhaan Allah. Dan jika kita telah memilih
Islam, maka jangan sampai keIslaman kita itu kadarnya setengah-setengah.
Karena Allah telah memerintahkan kita,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. al-Baqarah: 208)

Allah telah jelas memerintahkan kita dalam


ayat ini bahwa jika kita telah beriman dan memilih
Islam, maka kita pun harus keseluruhan memeluk
Islam. Baik dari pemikiran, ideologi, tindakan,
perbuatan, dan kepribadian kita harus benar-
benar dilandaskan pada syariat-syariat Islam yang
telah Allah turunkan dari langit ketujuh dengan al-
Qur’an.
“Dan sesungguhnya Kami telah
mendatangkan sebuah kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah
menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. al-A’raaf: 52)

63
Dengan ini, berarti kita harus benar-benar total menjalankan agama
Allah. Bahkan hingga kita mati pun nanti tentu harus tetap berpegang teguh pada
agama Allah ini. Kita diperintahkan untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya
takwa, dengan totalitas ketakwaan kita. Bahkan sampai mati pun kita haru tetap
bejalan di atas jalan ketakwaan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (Q.S. Ali Imran: 102)
Ya, kita tidak hanya sekedar bertakwa. Tapi SEBENAR-BENARNYA
TAKWA. Itu berarti kita harus terus menyempurnakan ketakwaan kita hingga ajal
menjemput. Tetapi ternyata kondisi di dunia ini begitu rusak karena saat ini
sudah jarang orang yang mau melaksanakan takwa dengan sebenar-benarnya.
Banyak diantara kaum muslimin ternyata berIslam identitasnya saja. Bukan
akhlak, perilaku, dan kepribadiannya. Tetapi sebenarnya, mengapa kita harus
bertakwa?
Karena jika kita bertakwa kepada Allah, maka sungguh! Allah akan
memberikan kepada kita.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan,”
(Q.S. an-Naba’: 31)
Dan jika anda bertakwa kepada Allah, maka yakinlah bahwa
sesungguhnya anda akan mendapatkan rizki dan solusi hidup anda. Janganlah
anda ragu wahai saudaraku! Bahwa sesungguhnya, jalan keluar dari segala
permasalahan anda akan tiba di depan mata anda tanpa disangka-sangka,
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu.” (Q.S. ath-Thalaaq: 2-3)
Ya, jika hidup ini terasa sulit dan menyusahkan anda. Maka introspeksi
dirilah, sudahkah anda menjadi orang yang bertakwa? Banyak orang di dunia ini

64
dilanda kemelut dalam kehidupannya. Banyak orang yang akhirnya menjadi gila
atau bahkan mengakhiri hidupnya sendiri lantaran tidak mendapat jalan keluar
atas masalahnya. Padahal, solusinya hanya satu. Bertakwa kepada Allah!

65
Muslim, Ummat Terbaik di Dunia

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala
yang terbaik sebagai balasan...
(QS al-Kahfi: 88)

Sejarah telah mencatat riwayat hidup orang-orang besar masa lalu yang
merupakan pembesar dunia. Mereka mampu membangun peradaban yang
hebat. Mereka berhasil membangun gedung-gedung tinggi yang mewah dan
megah, taman-taman yang indah, dan harta kekayaan mereka melimpah ruah.
Dalam sejarah dikenal peradaban Mesir kuno, Yunani kuno, Romawi, Persia,
Babilonia, Sumeria, dan Mesopotamia. Namun sayang, sepanjang sejarah tidak
ada peradaban yang paling berhasil atau paling baik dan banyak pengaruhnya
bagi kemajuan dunia melainkan peradaban Islam.
Peradaban Islam yang pertama kali didirikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam di kota Madinah ternyata berhasil mencetak generasi-generasi
cemerlang. Ya, peradaban yang berawal dari suatu kota di Jazirah Arab ternyata
berhasil mengubah seluruh dunia. Dengan kerja kerasnya dan dengan
pertolongan Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhasil membangun
sebuah peradaban emas. Beliau berhasil mengubah suatu bentuk tatanan sosial
dari yang jahiliah (bodoh) menjadi suatu tatanan sosial yang dilandaskan oleh
ilmu pengetahuan. Beliau berhasil mengubah kebudayaan sesat menjadi
kebudayaan yang ternyata berhasil mencetak manusia-manusia luar biasa
pengubah dunia seperti Umar bin Khattab, Ibnu Sina, Umar bin Abdul Aziz,
Harun al-rasyid, Hasan al-Banna, Jabir bin Hayyan, Shalahuddin al-Ayyubi, dan
masih banyak lagi.

Apa sebenarnya rahasia generasi-generasi terdahulu untuk menjadi umat


terbaik di dunia? Apa sebenarnya yang membuat mereka menjadi manusia-
manusia luar biasa yang namanya harum sepanjang sejarah? Apa sebenarnya
yang berhasil menggerakkan mereka untuk mencetak generasi-generasi emas

66
pengubah dunia? Sebenarnya hanya ada satu hal yang membuat mereka
demikian. Karena mereka mengamalkan Islam secara keseluruhan, benar-benar
beriman dan bertaqwa kepada Allah, dan
benar-benar melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar dengan sebenar-benarnya.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, Menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran: 110)
Lihatlah! Di ayat ini, Allah membandingkan antara orang-orang yang
beriman kepada Allah dengan orang-orang yang ingkar kepadaNya. Kita sebagai
kaum muslimin sudah seharusnya menjadi umat yang terbaik di dunia. Kita harus
tunjukkan bahwa hanya Islamlah jalan keselamatan dunia dan akhirat.
Bagaimana caranya agar hal itu terjadi? Yaitu dengan amar ma’ruf nahi munkar.
Tatkala hal itu dapat beridir tegak, tentunya peradaban ini akan menjadi
peradaban tertinggi. Namun jika pelaksanaannya masih setengah-setengah,
maka jangan harap peradaban itu akan maju.
Ya, kita adalah umat terbaik di dunia, karena kita beriman kepada Allah.
Dan jika tidak, maka lihatlah sejarah peradaban yang lalu. Yang telah Allah
musnahkan peradabannya. Tahukah kamu kaum Aad dan Tsamud? Mereka
adalah kau yang bertubuh besar dan kuat. Bangunan-bangunan mereka pun
berdiri indah dan megah. Namun apa yang terjadi? Kekuatan besar yang mereka
miliki tidak mampu menangkal keperkasaan Allah sedikit pun dalam
memusnahkan mereka yang ingkar semuanya.
Dan sekarang, bermuhasabahlah. Sudahkah anda mengamalkan Islam
dengan benar? Sudahkah anda benar-benar beriman kepada Allah? Sudahkah
anda beramar ma’ruf nahi munkar? Jika sekarang kondisi kaum muslimin saat ini
berada dalam keterpurukan dan di bawah penindasan kaum kuffar, maka kita
sudah seharusnya memeriksa kembali, apa yang kurang dari diri kita, kaum

67
muslimin? Sadarlah! Bahwa saat ini kaum muslimin sudah kurang beramar
ma’ruf nahi munkar, sudah kurang menerapkan nilai-nilai keIslaman di dalam
kehidupan mereka, sudah kurang berani menampakkan akhlak yang baik.
Maka, sudah seharusnya sekarang kita menjadi khairu ummah! Ummat
yang terbaik!

68
Jati Diri Kaum Muslimin

...Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran)


mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu
(QS al-Mu’minuun: 71)

Sejenak, mari kita tengok masa lalu


umat Islam, yaitu ketika di tahun 656 Hijriah
atau tahun 1258 Masehi. Ketika Abbasiyah
jatuh ke tangan Mongolia di bawah
pimpinan Hulaghu Khan, kaum muslimin
saat itu dalam keadaan yang sangat kacau.
Banyak infrastruktur milik kaum muslimin
hancur berantakan. Mulai dari masjid-
masjid, gedung pemerintahan, sekolah-sekolah, dan gedung-gedung
perpustakaan diporak-porandakan oleh Hulaghu dan bala tentaranya. Seluruh
keluarga khalifah terbunuh, tak terkecuali khalifah terakhir Bani Abbasiyah, al-
Mu’tashim. Saat itu, kaum muslimin benar-benar dalam keadaan yang sangat
kelam. Kaum muslimin tidak memiliki pemimpin, tidak memiliki panutan, tidak
memiliki kekuatan. Saat-saat itu merupakan saat-saat kelumpuhan total bagi
kaum muslimin dan merupakan kisah pilu tentang luluh lantaknya peradaban
kaum muslimin yang telah dibangun dari keringat, darah, harta dan jiwa seluruh
umat Islam.
Kaum muslimin di zaman itu bertekuk lutut kepada kaum kuffar. Dan
mereka saat itu harus mematuhi hukum yang ditetapkan oleh Mongol yang
disebut sebagai Kitab al-Yasiq. Kitab itu merupakan kitab perundang-undangan
yang merupakan perpaduan antara kitab suci Islam, Yahudi, Kristen, dan
pendapat-pendapat atau putusan yang dibuat oleh Jenghis Khan, pemimpin
besar Mongol.

69
Namun, apa yang terjadi? Satu hal yang paling membuat kita terkagum
adalah di antara kaum muslimin, tidak seorang pun dari mereka yang berganti
identitas dan jati diri. Mereka tetap berkepribadian muslim sejati. Tidak ada yang
berubah, mulai dari bahasa, budaya, tata kelakuan, dan gaya hidup. Mereka
masih memegang teguh prinsip-prinsip seorang muslim.
Sementara itu, bagaimana keadaan al-Yasiq? Ternyata hukum yang telah
sudsah payah dibuat itu ditelan debu peradaban dan waktu. Al-Yasiq hanya
tinggal sejarah. Tidak ada satu orang pun dari kaum muslimin yang mau
mempelajarinya, apalagi menggunakannya. Kaum muslimin tetap seperti yang
dunia kenal saat itu, tetap berpegang teguh kepada Islam, al-Qur’an, dan
Sunnah. Bahkan, orang Mongol sendirilah yang akhirnya memeluk Islam, karena
mereka sadar, satu-satunya kebenaran hanya ada pada Islam. Sejarah telah
membuktikannya, di mana seorang keturunan Jenghis Khan akhirnya menjadi
penguasa muslim yang termasyhur di zamannya, dialah Timur Lenk atau
Tamelane (sosok ini merupakan sosok kontroversi dalam sejarah Islam. Ada
yang berpendapat bahwa dirinya pemeluk Syi’ah dan tarekat-tarekat yang sesat
lainnya. Ada lagi yang berpendapat bahwa dirinya merupakan pahlawan Islam
yang taat. Kita berlepas dari segala kontroversinya. Wallahu a’lam)
Namun saat ini ternyata kita melihat kebalikannya. Kondisi dunia saat ini
memang mirip dengan kondisi kaum muslimin 8 abad yang lalu. Di mana kaum
muslimin tidak memiliki pemimpin (khalifah), kaum muslimin berada di tengah-
tengah gempuran kaum kuffar, mulai dari Irak, Palestina, Afghanistan, Asia
Minor, Chechnya, dan Filipina. Kaum muslimin dijejali dengan hukum dan
undang-undang buatan manusia yang merupakan
pencampuran dari berbagai pemikiran, mulai dari
pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Kaum
muslimin tidak lagi menggunakan Qur’an sebagai
dasar negara, tetapi diganti dengan undang-undang
yang setipe dengan al-Yasiq pada masa lalu.
Namun yang berbeda adalah, sekarang
kaum muslimin tidak lagi mempertahankan jati diri mereka sendiri sebagai

70
seorang muslim. Dengan bangganya mereka meniru-niru perbuatan, budaya,
pemikiran, dan gaya hidup kaum kuffar. Jika 8 abad lalu kaum muslimin tetap
sebagai muslim sejati, sekarang sudah banyak kaum muslimin yang berperan
sebagai ‘muslim pengekor’. Padahal, secara tidak langsung hal itu merupakan
sebuah bentuk penghinaan diri sendiri sebagai muslim di hadapan orang-orang
kafir.
Jika 8 abad yang lalu justru orang Mongol yang meninggalkan al-Yasiq
dan mempelajari al-Qur’an, sekarang sebaliknya. Kaum muslimin sendiri sering
meninggalkan al-Qur’an dan dengan bangganya mereka mempelajari ilmu
perundang-undangan sesat dan membangkang pada hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah.
Dan sekarang, sudah saatnya kita sadar bahwa selama ini kita telah
mengekor pada orang kafir. Sudah saatnya sekarang kita bangkit dan
menggantikan tatanan yang telah rusak ini dengan tatanan yang lebih baik lagi
dari Allah di langit ke tujuh.

71
Kaum Paling Berpengaruh di Dunia

Suatu waktu Amirul Mukminin Umar bin


Khattab ingin mengangkat seorang gubernur di
suatu wilayah. Sebelum pelantikan gubernur yang
baru itu, Umar bin Khattab terlebih dahulu bermain-
main dan mencium anak sang calon gubernur.
Terlihat sekali rasa kasih sayang Umar kepada
anak kecil itu, meskipun dirinya bukan ayah anak itu. Dan terlihat sekali anak itu
begitu senang dan bahagia ketika bersama Umar. Setelah selesai mencium anak
itu, Umar pun menurunkan anak itu dari pelukannya. Setelah melihat itu, sang
calon gubernur bertanya,
“Apakah engkau selalu begitu wahai Amirul Mukminin?”
“Tentu saja,” jawab Umar.
“Demi Allah, aku tidak pernah mencium anakku sekalipun,” kata calon
gubernur itu.
Setelah mendengar hal itu, tanpa basa-basi Umar langsung merobek
surat tugas yang rencananya akan diberikan pada calon gubernur itu dan
membatalkan pelantikannya.
“Bagaimana bisa engkau menyayangi rakyatmu sedangkan dirimu saja
tidak menyayangi keluargamu,” ucap Amirul Mukminin Umar bin Khattab.
Begitulah kira-kira kisah yang diambil dari sebuah buku yang berjudul
Kisah-kisah Islami yang Menggetarkan Hati karya Hasan Zakaria Fulaifal. Kisah
ini mengandung banyak hikmah yang mampu kita ambil.
Kisah ini sebenarnya mengajarkan kita, sebagai kaum muslimin untuk
terus dan tetap berkontribusi kebaikan bagi sekitar kita. Kita sebagai kaum
muslimin harus bisa membawa efek positif bagi lingkungan kita. Kita harus bisa
membawa pengaruh yang baik bagi alam yang kita tempati. Karena sedari awal,

72
misi para nabi dan rasul tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai rahmat
semesta alam.
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiyaa: 107)
Ya, kita sebagai seorang muslim
Dan apabila dikatakan kepada
harus bisa mengukir jejak-jejak mereka: "Ikutilah apa yang telah
kebaikan di dunia. Jangan sampai diturunkan Allah," mereka menjawab:
kehadiran anda sebagai muslim hanya "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti
menjadi sia-sia karena tidak adanya apa yang telah kami dapati dari
pengaruh anda. Anda harus bisa (perbuatan) nenek moyang kami".

memberikan sentuhan kebaikan dan "(Apakah mereka akan mengikuti

kasih sayang anda kepada lingkungan juga), walaupun nenek moyang


mereka itu tidak mengetahui suatu
anda. Dan seharusnya, anda harus bisa
apapun, dan tidak mendapat
melakukannya di tengah-tengah
petunjuk?"
manusia.
(QS al-Baqarah: 170)
Kisah Umar tadi telah
mengajarkan kita, bahwa sesungguhnya orang yang pertama kali merasakan
manfaat anda adalah keluarga kita sendiri. Bagaimana kita bisa membawakan
kemaslahatan bagi masyarakat luar sedangkan keluarga kita sendiri tidak
merasakan manfaat diri anda? Mulailah dengan lingkungan terdekat kita.
Lakukan kebaikan itu dengan langkah yang pasti. Meskipun lambat, namun
harus terarah. Langkah kebaikan kita harus mengarahkan diri kita dan keluarga
kita ke arah yang lebih baik dan sempurna. Dengan ini kita bisa membuktikan
bahwa diri kita pantas untuk melangkah keluar dan terjun langsung ke
masyarakat demi mengarahkan mereka pada kebaikan. Namun, bagaimana
caranya?
Tentu saja dengan dakwah! Dengan menyeru pada kebaikan dan
mencegah pada kemungkaran. Karena sesungguhnya, merekalah orang-orang
yang beruntung.

73
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung,” (Q.S. Ali Imran: 104)
Dengan dakwah, maka diri anda telah membangun generasi emas umat
manusia. Dengan dakwah, maka anda telah mengambil kendali umat ini dan
mengarahkannya ke arah yang lebih baik. Dan dengan dakwah, anda bisa
meninggalkan pengaruh positif dan anda telah berkontribusi dalam hal kebaikan
dan mewujudkan Islam sebagai fitrahnya, Islam sebagai rahmat semesta alam!
Dan dengan dakwah, kita bisa meninggalkan sentuhan kebaikan pada generasi
umat Islam selanjutnya sebagai umat yang terbaik di dunia.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah...” (Q.S. Ali Imran: 110)
Dan generasi pendahulu kita telah
membuktikannya, bahwa sesungguhnya muslim
memiliki kontribusi besar bagi perkembangan dunia ke
arah yang lebih baik. Di bawah bendera Islam ilmu itu
berkembang pesat. Pengetahuan-pengetahuan yang bagaikan pelita telah
menerangi dunia yang gelap. Ya, Islam telah memberikan sentuhan kebaikannya
kepada dunia. Dan generasi-generasi sebelum kita telah membuktikan bahwa
mereka mampu berkontribusi.
Begitu pula kepribadian dan akhlak pendahulu kita. Mulai dari generasi
sahabat nabi, tabiin, dan tabiuttabi’in telah menunjukkan dan menyebarkan
manfaat serta kemuliaan dengan akhlak mereka yang indah. Dengan akhlak
mereka yang mulia, mereka berhasil menyebarkan kebaikan dan kemuliaan ke
muka bumi ini. Mereka mulai mengubah dunia dengan mengubah kepribadian
diri mereka sendiri, lalu kepribadian kaum kerabat mereka, lalu kepribadian
lingkungan mereka, lalu kepribadian generasi penerus mereka.
Lihatlah strategi dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Beliau
bukan berdakwah dengan kekerasan, melainkan dengan akhlak yang mulia. Dan

74
dengan akhlak mulia itu, manfaat dari diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak hanya bagi kaum muslimin saja, bahkan hingga kaum kafir pun merasakan
manfaat dan kebaikan dari diri Rasulullah. Beliau mulai dengan akhlak beliau
sendiri, lalu menyebarkan kebaikan dari mulai keluarganya, lalu ke kerabat dan
sahabatnya, lalu masyarakatnya, lalu generasi penerusnya, dan akhirnya seluruh
dunia!
Dan kisah Amirul Mukminin Umar bin Sesungguhnya orang-
Khattab bersama sang calon gubernur pun orang yang beriman dan
mengajarkan kita tentang seni mempengaruhi beramal saleh, kelak
orang. Kisah tadi sebenarnya menyiratkan bahwa Allah Yang Maha
kita harus mempengaruhi dunia dan tidak Pemurah akan
terpengaruh dunia. Lihatlah Umar bin Khattab! menanamkan dalam

Yang telah menguasai banyak wilayah dan (hati) mereka rasa kasih
sayang
penguasa kaum muslimin! Dirinya telah
(QS Maryam: 96)
mengembangkan sayap Islam hingga ke negeri
Persia dan Romawi. Memang dunia dengan izin Allah telah berada di dalam
kekuasaannya. Tetapi sama sekali beliau tidak terpengaruh dunia, bahkan
dirinyalah yang mempengaruhi dunia!
Bagaimana Umar memperhatikan seorang anak kecil dengan kasih
sayangnya. Dirinya telah mempengaruhi anak kecil itu hingga sang anak pun
nyaman berada di dekatnya. Berbeda dengan ayah sang anak yang rupanya
terpengaruh oleh dunia hingga akhirnya rasa cintanya pada anaknya telah
berpindah kepada cinta dunia. Dirinya bahkan tidak mampu mempengaruhi dan
memberi sentuhan kelembutan, kasih sayang, dan kebaikan kepada anaknya
sendiri. Bagaimana bisa orang seperti itu mampu mengurus dunia, sedangkan
mengurus anaknya saja tidak bisa?
Sahabat...
Bagaimana dengan kita? Mampukah kita berkontribusi bagi kemajuan
dunia? Mampukah kita mengukir prestasi kebaikan diri kita? Mampukah kita
mempengaruhi dunia dan tidak terpengaruh dunia?

75
Menjadi Manusia Beruntung

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-


orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati dalam
kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.
(Q.S. al-‘Ashr: 2-3)

Di Qur’an surah al-‘Ashr ayat ke-2 ini Allah


dengan tegas menjelaskan bahwa sesungguhnya
seluruh manusia itu berada dalam kerugian. Tidak ada
manusia di dunia ini yang beruntung. Namun di ayat
selanjutnya, yaitu ayat ke-3 ternyata Allah memberikan
pengecualian. Kepada siapa? Yaitu kepada orang yang
memenuhi keempat syarat yang telah Allah gariskan.
Yaitu:

1. beriman kepada Allah


2. mengerjakan amal saleh
3. saling menasihati dalam kebenaran
4. saling menasihati dalam kesabaran.

Dan kita sebagai manusia yang tergolong kedalam golongan manusia


yang beruntung harus memenuhi keempat syarat tersebut. Tetapi, mengapa kita
harus memenuhi keempat syarat tersebut untuk menjadi manusia yang
beruntung?

1. Beriman kepada Allah

Untuk menjadi manusia yang beruntung, maka kita harus menjadi


manusia yang beriman kepada Allah, menjadi manusia yang percaya kepada

76
Allah, menjadi manusia yang mengenal siapa Rabbnya, manusia yang mengenal
siapa Tuhannya, manusia yang mengenal siapa sebenarnya penciptanya.
Manusia yang beruntung adalah manusia yang tidak hanya beruntung di
dunia namun juga beruntung di akhirat. Dan jika kita ingin sukses di dunia dan
selamat di akhirat, maka percaya dan kenalilah penguasa dunia dan akhirat. Jika
kita ingin sukses di dunia, maka kita harus beriman kepada pencipta dunia.
Siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Allah subhanahu wata’ala.
Masih ingatkah kita kepada ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada kaum Quraisy? Beliau bersabda, “Maukah kalian kuajarkan kalimat yang
dengannya kalian bisa menguasai dunia?”. Lalu kaum Quraisy berkata, “Apakah
itu?”. Nabi menjawab, “ucapkanlah ayhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu
anna Muhammadan rasulullah!”. Lalu kaum Quraisy pun mengejek beliau.
Namun ternyata ucapan beliau terbukti hanya beberapa belas tahun setelah
beliau meninggal.
Ada Umar bin Khattab, sang al-Faruq yang berhasil menyebarkan panji
dakwah hingga ke negeri Persia dan Romawi, ada Abu Ubaidah bin Jarrah yang
telah menundukkan Syam, ada Sa’ad bin Abi Waqqash sang penakluk Persia,
ada Amr bin Ash sang pembebas Mesir. Apa sebenarnya yang membuat mereka
menjadi manusia luar biasa padahal sebelumnya mereka hanya manusia biasa?
Apa sebenarnya yang mengangkat derajat Bilal bin Rabah dan Zaid bin Haritsah
yang dari seorang budak menjadi seorang ksatria? Apa sebenarnya yang
mengangkat derajat Ammar bin Yasir yang papa dan lemah tak berdaya menjadi
manusia yang perkasa? Semuanya berasal dari satu kekuatan! Yaitu kekuatan
iman yang menancap di lubuk hati mereka. Kekuatan iman yang mampu
mengubah mereka menjadi singa yang garang ketika berjihad dan berperang
dan mampu mengubah mereka menjadi manusia berhati selembut sutra kepada
saudara mereka. Mereka berhasil menggenggam dunia dan selamat di akhirat.
Karena di akhirat nanti mereka akan ditanya oleh Dzat yang mereka imani
hingga akhirnya mereka mampu selamat di alam sana.
Bandingkan dengan kondisi para pembesar dunia yang tidak ada
keimanan dalam hati mereka. Apakah mereka menjadi manusia yang

77
beruntung? Memang mereka beruntung di dunia. Namun sayang, di akhirat
mereka celaka. Tidakkan anda perhatikan bagaimana besar dan banyaknya
kekayaan Fir’aun dan Qarun? Namun ternyata Allah membinasakan mereka
dalam keadaan yang hina! Mengapa? Karena di hati mereka tidak ada secuil pun
keimanan kepada Rabb alam semesta.

2. Mengerjakan amal saleh

Manusia yang beruntung adalah manusia yang dalam kehidupannya terus


dan tetap istiqamah beribadah kepada Allah. Ibadah mereka tidak hanya sebatas
shalat, puasa, dan zakat saja. Tetapi ibadah mereka lebih luas daripada itu.
Ibadah mereka adalah segala sesuatu amal kebaikan yang mereka kerjakan.
Mereka mampu menjadikan hidup ini sebagai ladang untuk beramal. Caranya?
Tentu saja mengerjakan amal saleh.

Tidak peduli seberapa besar amal saleh


yang anda kerjakan. Namun yang paling penting
adalah bagaimana anda konsisten dengan
perbuatan anda tersebut. Bagaimana anda
memegang teguh prinsip kebaikan anda. Dan
tahukah anda? Bahwa sebenarnya banyak
manusia-manusia biasa yang menjadi manusia
yang menjadi luar biasa karena mereka mampu memegang teguh prinsip yang
mereka pegang. Mereka mampu melakukan totalitas dalam kesalehan mereka.
Lihat saja Utsman bin Affan. Beliau adalah orang yang sangat pemalu.
Saking pemalunya hingga malaikat pun malu kepadanya. Dan dirinya memang
konsisten dengan rasa malunya. Dirinya malu jika dirinya menikmati air yang
segar sedangkan yang lainnya kesusahan mencari air, hingga akhirnya dia
membeli sumur Rum. Dirinya malu jika hartanya tidak disumbangkan di jalan
Allah. Maka pada Perang Tabuk, dirinya menyediakan sepertiga keperluan
pasukan.

78
Atau mungkin sosok Abu Bakar mampu menjadi teladan. Dirinya mampu
konsisten dalam membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga
akhirnya beliau disebut ash-shiddiq. Atau Umar bin Khattab yang konsisten
dengan hatinya yang teguh bak batu karang. Dirinya benar-benar memilah mana
yang baik dan mana yang buruk. Tidak ada yang abu-abu di dalam
pandangannya. Hingga akhirnya beliau disebut al-Faruq.
Dan sosok agung lainnya adalah Abdullah bin Amr bin Ash. Sang ahli
ibadah yang dengan konsisten dirinya terus beribadah dan bermunajat kepada
Allah. Saking hebatnya ibadahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri
yang terjun langsung menangani perkaranya (yang terlalu sering beribadah).

3. Saling menasihati dalam kebenaran

Setiap manusia tentu saja pernah melakukan kesalahan. Dan memang


kesalahan adalah hal yang manusiawi. Namun, yang menjadi permasalahannya
adalah sampai kapan kita melakukan kesalahan tersebut? Tentu saja kita tidak
akan selamanya melakukan kesalahan. Namun kita butuh seseorang yang
meluruskan kita jika langkah kita mulai menyimpang. Dan orang yang paling
beruntung adalah orang yang mendapat nasihat dan orang yang jika dirinya
berada dalam kesalahan, maka yang lainnya berusaha untuk meluruskan dirinya.
Karena itu, manusia yang paling beruntung adalah manusia yang saling
menasihati dalam kebenaran. Karena memang manusia sering melangkah
menuju kesalahan. Saling menasihati dalam kebenaran merupakan sebuah
perkara yang agung, karena dengannya kita mampu merubah lingkungan kita ke
arah yang lebih baik, kita mampu membentuk generasi yang lebih bagus
dibandingkan sebelumnya, kita mampu melahirkan pribadi-pribadi tangguh yang
mampu menjadi pembesar dunia dan akhirat.
Dalam lintasan sejarah, banyak nama manusia agung yang harum
sepanjang zaman. Contohnya saja Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan
Imam Abu Hanifah. Mengapa nama mereka mampu dikenal oleh manusia hingga
saat ini? Karena mereka berdakwah dan menyeru kepada kebenaran. Mereka
memperbaiki lingkungan mereka ke arah yang lebih baik. Mereka berhasil

79
membentuk generasi yang berilmu melalui sistem saling menasihati dalam
kebenaran.
Masih ingatkah kita kepada pidato
“Ketika sedang tidur, aku bermimpi
Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul
melihat sebuah gelas besar berisi
Aziz ketika mereka diangkat sebagai susu dihidangkan kepadaku. Lalu
khalifah? aku meminumnya hingga aku dapat
“Taatilah jika aku berada dalam menyaksikannya mengalir ke dalam
kebenaran dan luruskanlah aku jika aku kuku-kukuku kemudian sisa
menyimpang!” minumanku aku berikan kepada

Karena itu, tidak heran Allah Umar bin Khathab.” Para sahabat
bertanya, “Bagaimana engkau
menyebutkan orang yang saling
menakwilkan mimpi itu wahai
menasihati dalam kebenaran termasuk
Rasulullah?”, Beliau menjawab: “Itu
ke dalam golongan manusia yang
adalah ilmu”
beruntung. Karena lewat nasihat dalam
(HR Muslim)
kebenaran, mereka mampu meluruskan
lingkungan mereka. Mereka mampu mempengaruhi sekitar mereka untuk
menjadi lebih baik. Dan lewat nasihat dalam kebenaran itulah kita mampu untuk
tetap melangkah di manhaj kebenaran yang telah Allah gariskan.

4. Saling menasihati dalam kesabaran

Sebagai manusia biasa, tentu saja kita pernah mendapatkan ujian dari
Allah. Dan sebenarnya bentuk ujian tersebut merupakan salah satu perlambang
ketulusan keimanan kita kepada Allah. Dan memang, keimanan kita tentu sering
diuji. Baik itu lewat musibah, bencana, dll.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S al-Baqarah: 155)
Dan kita sebagai manusia sering sekali tidak mampu menahan diri kita
sendiri. Kita sering berputus asa jika kita menghadapi ujian.
“...Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (Q.S. Yusuf: 87)

80
Dan jika kita ingin menjadi manusia yang beruntung, maka kita harus
mampu menjadi manusia yang saling menasihati dalam kesabaran satu sama
lain. Mengapa?
Seperti yang kita ketahui, bahwa dunia ini adalah tempatnya ujian dari
Allah. Dan tentu jika kita ingin lulus dari ujian ini, maka kita harus memiliki
kesabaran dalam menghadapi ujian tersebut. Kita tidak akan mampu melangkah
maju jika langkah kita terhenti hanya karena kita tidak mampu bersabar.
Ia (Imam Ahmad bin Hanbal) murid Dan dalam sejarah, begitu banyak
paling cendekia yang pernah saya orang-orang yang namanya harum
jumpai selama di Baghdad. Sikapnya dalam sejarah karena mereka mampu
menghadapi sidang pengadilan dan menaklukkan ujian dengan kesabaran
menanggung petaka akibat tekanan dan niat yang tinggi. Lihat saja
khalifah Abbasiyyah selama 15 tahun kehidupan Imam Ahmad bin Hanbal.
karena menolak doktrin resmi
Seorang yang miskin lagi yatim, namun
Mu'tazilah merupakan saksi hidup
dengan kesabaran yang ekstra dirinya
watak agung dan kegigihan yang
mampu mengarungi padang pasir yang
mengabdikannya sebagai tokoh
luas dari Irak ke Yaman demi menuntut
besar sepanjang masa.
-Imam Syafi’i- ilmu. Padahal umurnya saat itu masih 15
tahun!
Atau mungkin kisah sahabat dan golongan orang-orang yang paling awal
masuk Islam mampu menjadikan kita lebih bisa merenung. Mereka, generasi
pertama kaum muslimin, menghadapi ujian yang sangat luar biasa. Mereka
kerap dihina, dihujat, dan tidak jarang disiksa. Bahkan kedua orang tua Ammar
bin Yasir, yaitu ayahnya dan ibunya yang bernama Sumayyah, menjadi korban.
Namun siapa sangka, ternyata orang-orang yang awalnya tertindas mampu
bangkit menjadi manusia penguasa dunia!
Bilal bin Rabah memang hanya budak biasa, perantauan dari Habasyah.
Namun siapa sangka dirinya mampu menjadi penggerak dakwah Islam? Dirinya
yang yang berdzikir dengan kalimat “ahad..ahad...” ternyata mampu menjadi
pahlawan penegak kalimat Ahad di muka bumi!

81
Atau mungkin Khabbab bin Arats, seorang pandai besi yang disiksa oleh
para pembelinya, ternyata dirinya mampu mengajarkan Islam kepada Said bin
Zaid dan Fatimah binti Khattab yang berlanjut kepada Islamnya Umar bin
Khattab!
Atau mungkin Abu Ubaidah bin Jarrah yang pada perag Badar harus
bersabar karena dirinya mengalami bencana yang besar. Yaitu ayahnya
terbunuh sebagai kafir. Namun siapa yang membunuh ayahnya? Ternyata yang
membunuhnya adalah anaknya sendiri! Yang membunuhnya adalah Abu
Ubaidah! Namun ujian bukan menjadi halangan baginya untuk menjadi pahlawan
penakluk Syam!
Mereka, generasi awal umat Islam, telah mengajarkan kita banyak hal.
Yaitu dengan saling menasihati dalam kesabaran, mereka mampu menjadi
tonggak dan pondasi yang kokoh bagi umat terbaik di dunia, umat Islam!
Karena itu, untuk menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang sukses
di dunia dan selamat di akhirat, kita harus mampu melaksanakan keempat
kriteria tersebut. Jika kita belum melaksanakan semuanya, maka kita belum
menjadi manusia yang beruntung secara keseluruhan.

82
Maksiat?

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah?...
(QS Ali Imran:135)

Manusia memang tidak pernah


untuk tidak melakukan kesalahan,
kekeliruan, dan kekhilafan. Manusia
memang makhluk yang tidak lepas dari
dosa dan maksiat. Sekecil apa pun
maksiat dan kesalahan itu, tetap saja
pernah dilakukan oleh manusia biasa,
bahkan nabi sekali pun! Sebut saja kesalahan Nabi Yunus yang meninggalkan
kaumnya, atau kesalahan Nabi Musa yang ingin melihat langsung Allah, dan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pun tidak luput dari kesalahan
ketika beliau menolak Ibnu Ummi Maktum yang buta.
Dan sekarang, kita yang memag sudah terlalu sering melakukan
kesalahan sudah seharusnya berintrospeksi diri. Sampai kapan kita akan
melakukan kemaksiatan tersebut? Kapan kita mau berhenti dari maksiat
tersebut? Kapan kita mau kembali ke jalan yang benar, jalan yang lurus? Apakah
kita akan menghabiskan umur kita dengan kemaksiatan? Apakah umur yang
telah Allah berikan kepada kita akan kita sia-siakan begitu saja?
Tidak! Lagkah pertaubatan kita tidak boleh berhenti! Langkah kita menuju
kebenaran tidak boleh terputus! Selama kita memiliki umur, kita harus tetap
mempergunakannya untuk memperbaiki kesalahan kita di masa lalu! Jika anda

83
telah melakukan dosa yang banyak, maka sesungguhnya ampunan Allah lebih
besar! Jika anda telah melaksanakan kemaksiatan setinggi gunung, maka
sesunggunhnya ampunan Allah lebih tinggi daripada langit! Jika anda telah
melakukan kemaksiatan seluas lautan, maka ampunan Allah seluas langit dan
bumi!
Tidak peduli sudah berapa kali anda
...mereka bertaubat dengan
melakukan maksiat, tetapi yang lebih penting
segera, maka mereka
adalah sudah sampai mana anda melangkah itulah yang diterima Allah
menuju jalan yang benar. Jika anda melakukan taubatnya, dan Allah Maha
maksiat, maka jangan ragu untuk bertaubat! Jika Mengetahui lagi Maha
kembali bermaksiat, maka kembalilah bertaubat! Bijaksana
Jangan sampai anda bosan dengan taubat (QS an-Nisaa: 17)

anda!
Lurus
Jika para Nabi melakukan kesalahan, maka Allah akan langsung
meluruskannya, akan langsung menegurnya. Dan sekarang, lingkungan yang
paling buruk adalah lingkungan yang tidak meluruskan anda ketika anda
bengkok!
Berdoalah!
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-Zumar: 53)
Jika anda bermaksiat, maka janganlah berkecil
hati! Tetaplah berdoa kepada Allah! Masihkah kita ingat
kepada Nabi Yunus? Ketika beliau di perut ikan paus dan
di tengah keheningan dan kegelapan, beliau berdoa,
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zhalim”
Jangan pernah menyerah dan berputus asa dari

84
ampunan dan rahmat Allah! Karena sesungguhnya yang berputus asa dari
rahmat Allah adalah orang kafir!
“…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS Yusuf: 87)

85
Kepedulian dan Solidaritas Seorang Muslim

Gambaran untuk saling mencintai, kasih sayang dan saling menolong di antara
orang-orang yang beriman adalah bagaikan satu badan. Jika ada anggota badan
yang sakit maka yang lain juga turut merasakan sakit dengan demam dan tidak
bisa tidur di waktu malam
(HR Bukhari dan Muslim)

Tragedi Mavi Marmara sudah


seharusnya membuka mata kita kepada
masalah yang dihadapi umat ini, solidaritas.
Kita sebagai umat Islam, umat yang satu.
Sudah seharusnya bersatu. Mengapa?
Karena kita bersaudara! Namun sekarang
apa yang terjadi? Kaum muslimin yang ada
di seluruh belahan dunia ternyata terpecah belah. Kita, kaum muslimin yang
hidup saat ini, rupanya telah menutup mata terhadap apa yang terjadi dengan
saudara kita yang lain di luar sana. Kita terlalu lalai memperhatikannya. Apakah
itu adalah sikap muslim sejati? Apakah itu adalah sikap kaum yang mengaku
bersaudara satu sama lain?
Kaum muslimin saat ini benar-benar telah menjadi kaum yang terpecah
belah. Banyak orang yang terlalu sibuk dan menyibukkan diri dengan
kehidupannya sendiri, hingga akhirnya lupa dengan kehidupan orang lain yang
ada di sekitarnya. Mereka menutup mata atas apa yang dialami oleh saudaranya
sesama muslim. Mereka seakan-akan tidak peduli dengan nasib saudara-
saudaranya yang ada di belahan dunia lain. Mereka lupa bagaimana kerasnya
hidup di jalur Gaza, pahitnya perjuangan di Bosnia Herzegrovina, dahsyatnya
penderitaan di Afghanistan, sulitnya pergerakan di bumi Chechnya.

86
Saudaraku, ingatlah saudaramu! Apakah engkau tidak malu bila engkau
menikmati hidup ini dengan nikmatnya tetapi anda tidak simpati dengan
kehidupan saudara anda lain? Apakah anda tidak malu bila anda minum air yang
segar, makan makanan yang lezat, dan tidur di kasur yang empuk, sedangkan
saudara anda minum dari air keruh, makan makanan seadanya, tidur beralaskan
batu, dan di dalam hati anda tidak ada kepedulian atas yang terjadi pada
saudara anda. Apakah itu sosok muslim sejati? Apakah itu figur persaudaraan
yang benar?
Sungguh! Allah telah menyatukan kita, kaum muslimin, ke dalam satu
ikatan yang paling kuat dalam sejarah umat manusia. Kita tidak dipersaudarakan
karena sebangsa, serumpun, senegara, satu warna kulit, satu ras, atau yang
lainnya. Tetapi kita telah berikatan dengan satu ikatan, yaitu ikatan keimanan!
Lihat saja bagaimana
Dan orang-orang yang telah menempati kota
suku Aus dan Khazraj yang
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka awalnya bermusuhan dan selalu
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah berselisih. Apakah ketika Islam
kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka menyinari mereka saat itu
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka masih tetap
mereka terhadap apa-apa yang diberikan bermusuhan? Tidak! Karena
kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mereka sadar bahwa mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas
adalah satu.
diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
Atau masih ingatkah kita
kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari
dengan hubungan yang paling
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang
kuat antara kaum muhajirin dan
yang beruntung
anshar. Kaum muhajirin (orang-
(QS al-Hasyr: 9)
orang yang berhijrah) yang
meninggalkan kampung halamannya tanpa membawa harta yang cukup tiba di
Madinah dalam keadaan yang tidak berkecukupan. Namun apa yang terjadi?
Ternyata kaum Anshar (penolong) dengan ikhlas berbagi dan menolong saudara
barunya. Dan hal itu dilakukan tanpa basa-basi, tanpa pamrih! Kaum Anshar rela

87
berbagi apa saja kepada kaum Muhajirin. Baik itu harta, rumah, kebun, bahkan
istri sekalipun!
Atau mungkin ketika sejarah mencatat
sebuah empirium terbesar sepanjang masa yang
wilayahnya terbentang dari Eropa hingga Asia.
Mereka menjadi satu kekuatan terbesar yang
pernah dikenal. Ya, itulah kaum muslimin! Kaum
yang menganut satu-satunya agama yang mampu
menyatukan seluruh bangsa tanpa fanatisme
golongan. Itulah Islam!
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk
(QS Ali Imran: 103)
Atau lihatlah kisah kasih terindah yang terjalin di masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Mereka rela mengorbankan
hidup demi kelangsungan hidup yang lain.
Ada kisah yang mengharukan dalam sejarah betapa indahnya cinta di
antara kaum muslimin satu sama lain. Suatu hari, ada 3 orang Islam yang terluka
parah ketika dalam suatu medan jihad. Lalu datanglah seseorang yang
membawakan air minum untuk mereka. Awalnya ia datang kepada orang yang
pertama, lalu orang yang pertama berkata bahwa orang kedua lebih
membutuhkannya dibandingkan dirinya. Setelah itu ia pergi ke orang yang kedua
untuk memberikan air kepadanya, tetapi orang yang kedua mengatakan bahwa
orang yang ketiga lebih berhak mendapatkannya karena ia lebih
membutuhkannya. Lalu orang itu pergi membawakan air kepada orang yang
ketiga, namun ternyata orang yang ketiga menolak dan menyuruhnya untuk pergi

88
ke orang pertama karena ia lebih butuh darinya. Akhirnya ia pun pergi ke orang
yang pertama namun orang pertama sudah meninggal. Lalu ia pergi ke orang
yang kedua namun ia pun sudah meninggal. Dan terakhir ia pergi kepada orang
yang ketiga namun orang yang ketiga itu pun telah meninggal dunia.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka
(QS al-Fath: 29)
Karena itu, sudah seharusnya kita lebih membuka mata kita terhadap
nasib saudara kita yang lain. Kita harus saling berkasih sayang sesama muslim.

89
Love: the True Story

Kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku


mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang
-Kahlil Gibran-

Apa yang pertama kali anda rasakan


ketika anda mendengar kata “cinta”?
bagaimana perasaan anda setelah mendengar
kata itu? Apakah hati anda berdesir atau
mungkin hati anda mengharu biru? Mungkin
banyak anggapan tentang tema kali ini.
Mungkin ada yang menganggap saya sedang
jatuh cinta, atau mungkin menganggap bahwa
saya adalah orang yang melankolis. Ya,
mungkin anggapan-anggapan aneh dan tidak berdasar itu saya hadapi dengan
tegar. Namun, ada apa dengan cinta? (ini bukan meniru nama film. Tapi ini
adalah satu pertanyaan yang realistis dan harus dijawab)
Cinta adalah perasaan dasar setiap manusia. Bukan begitu? Bukankah
seluruh orang pernah merasakan yang namanya cinta? Bukankah setiap orang
butuh kehangatan pihak lain dengan cinta?
Saya tidak akan membahas tentang cinta yang diartikan sempit oleh
banyak orang. Dan saya membahas cinta bukan berarti saya sedang jatuh cinta
atau melankolis, atau yang lainnya. Yang jelas, saya memaparkan hal ini karena
hampir seluruh orang membuat masalah dan menjadikan cinta sebagai dasar
perbuatannya. Apakah hal itu benar?
Saya sering bingung dengan orang-orang yang kehidupannya di dunia ini
seakan-alan terus-terusan menggantung akibat cinta. Mereka memandang cinta
dengan sebelah mata. Apa maksudnya? Mereka melihat cinta sebagai sesuatu

90
yang ditangisi, diratapi, dan lika-liku cinta seakan-akan menjadikan dirinya
sengsara. Sudah berapa banyak lagu yang dibuat dengan tema menangisi cinta.
Cinta itu buta
Memang, sebenarnya mengapa cinta itu ditangisi karena berbagai alasan
klasik, cinta ditolak, dikhianati, sudah tidak setia, dan alasan-alasan lainnya. Dan
memang jika ada pepatah yang mengatakan bahwa “cinta itu buta” itu karena
cinta itu tidak mengenal siapa saja mungkin itu benar. Namun, saya tidak lebih
suka menyebut demikian.
Jika ada yang menyebut bahwa cinta itu buta, maka saya lebih suka
menyatakan bahwa cinta itu membuat dan mengajarkan kita untuk melihat dunia
ini dengan indah. Cinta mengajarkan bahwa kita harus melihat dunia ini dengan
cara yang lebih baik. Coba bayangkan jika tidak ada cinta, maka bagaimana kita
bisa hidup di dunia ini dengan seperti ini. Ya, cinta adalah anugerah dan karunia
Allah kepada manusia. Tidak perlu kita tangisi, tidak perlu kita ratapi. Yang kita
lakukan adalah menggunakan perasaan yang diberikan Allah ini dengan sebaik-
baiknya.
Patah Hati?

Jika ada orang yang patah hati


maka mudah untuk menebak alasannya. Kau bisa merantaiku, kau bisa
menyiksaku, kau bahkan bisa
Mungkin karena putus sama pacar, cinta
menghancurkan tubuhku, tapi
segitiga, dikhianati oleh pasangannya,
kau tak akan pernah bisa
tidak setia, perselingkuhan, dll. Dan akhir
memenjarakan pikiranku
serta komplikasi patah hati itu juga sudah
-Mahatma Gandhi-
bisa diterka. Mungkin bisa depresi, stress,
putus asa, bahkan hingga bunuh diri.
Sebenarnya bagi yang patah hati lalu melakukan atau merasakan hal-hal
yang sejenis dengan diatas, maka sudah seharusnya sadar. Bahwa
sesungguhnya hidup ini tidak akan berakhir hanya karena cinta anda kepada
orang lain itu berakhir, dunia ini tidak akan hancur hanya karena hati anda
hancur.

91
Dan yang paling penting untuk kita semua sadari adalah bahwa jangan
sampai hanya karena cinta kita kepada seseorang itu ditolak lalu anda menutup
perasaan anda. Yang harusnya kita sadari adalah, bahwa ternyata di sekeliling
kita masih banyak yang mencintai kita. Kita sering melupakan dan menutup mata
untuk mengerti bagaimana besarnya cinta orang lain kepada kita hanya karena
cinta kita kepada satu orang. Kita jarang menyadari betapa besar cintanya orang
tua kita kepada kita, kita sering melupakan bagaimana besarnya cinta keluarga
kita kepada kita, kita sering lupa bagaimana cintanya teman-teman dan sahabat-
sahabat kita kepada diri kita.
Kita terlalu sering melupakan besarnya cinta keluarga, sahabat, dan lingkungan
di sekitar kita kepada kita hanya karena mengejar cinta seseorang yang belum
tentu mencintai anda.
Karena itu, sudah seharusnya kita lebih membuka mata kita. Dan jangan
sekali-kali melihat cinta dengan sempit. Karena sesungguhnya cinta itu luas.

92
Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Al-
Baqarah

Bersabar dengan shalat


(#qãZtB#uä z`ƒÏ%©!$# $yg•ƒr'¯»tƒ
Ύö9¢Á9$$Î/ (#qãY‹ÏètGó™$#
yìtB ©!$# ¨bÎ) 4 Ío4qn=¢Á9$#ur
ÇÊÎÌÈ tûïΎÉ9»¢Á9$#
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. al-
Baqarah: 153)
Sebenarnya ayat ini memiliki hubungan dengan ayat lain di al-Qur’an.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (Q.S.
al-Baqarah: 45)
Mengapa kita diperintahkan untuk bersabar dengan shalat? Apa
hubungan mereka berdua?
Sahabat…
Sabar merupakan hal yang biasa bagi seorang pengarung kehidupan.
Sabar merupakan langkah kita untuk melalui ujian Allah. Sabar adalah perkara
yang mungkin bagi sebagian orang mudah. Namun banyak juga orang yang
terjatuh ke dalam lubang kehinaan karena ketidaksabaran mereka dalam
menghadapi segala hal. Namun mengapa Allah menghubungkan kesabaran
dengan shalat?
Seperti yang kita ketahui, bahwa kesabaran seseorang terkadang naik
turun. Tergantung dari emosi orang itu sendiri. Kesabaran seseorang terkadang

93
tidak stabil dan tidak bisa diukur. Maka dari itu, apa yang seharusnya kita jadikan
sebagai pedoman dalam kesabaran?
Ya, tentu saja pedoman dan alat ukur kesabaran seseorang itu shalat.
Mengapa? Karena dengan shalat, maka orang itu akan menjadi lebih baik dan
lapang hatinya. Dengan shalat, kita bisa membersihkan jiwa kita,
“bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (Q.S. al-Ankabuut: 45)
Jika shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, maka pastilah
shalat itu sangat berpengaruh bagi kesabaran hati seorang manusia. Ya, dengan
shalat, maka kesabaran insya Allah akan dapat kita raih dan kelola dengan
mudah. Kita tidak akan mudah terbawa emosi karena hilangnya kesabaran.
Bayangkanlah! Jika ada sebuah pintu tetapi tidak ada kuncinya, maka
pintu itu akan mudah didobrak. Begitu pula sabar dan shalat. Jika kita sudah
‘mengaku’ sabar, tetapi pada dasarnya anda melalaikan shalat, maka yakinlah
bahwa kesabaran anda itu hanya akan bersifat sementara. Sabar tidak akan
sempurna tanpa shalat, kesabaran tidak akan kuat jika tanpa shalat.

Bencana itu pasti akan datang

z`ÏiB &äóÓy´Î/ Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur


<Èø)tRur Æíqàfø9$#ur Å$öqsƒø:$#
ħàRF{$#ur ÉAºuqøBF{$# z`ÏiB
ÌýÏe±o0ur 3 ÏNºtýy☺¨W9$#ur
tûïÏ%©!$# ÇÊÎÎÈ šúïΎÉ9»¢Á9$#
×pt7ŠÅÁ•B Nßg÷Fu;»|¹r& !#sŒÎ)
!$¯RÎ)ur ¬! $¯RÎ) (#þqä9$s%
ÇÊÎÏÈ tbqãèÅ_ºu‘ Ïmø‹s9Î)

94
ÔNºuqn=|¹ öNÍköŽn=tæ y7Í´¯»s9'ré&
( ×py☺ômu‘ur öNÎgÎn/§‘ `ÏiB
tbr߉tGôgß☺ø9$# ãNèd šýÍ´¯»s9'ré&ur
ÇÊÎÐÈ
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S.
al-Baqarah: 155-157)
Banyak orang mengeluh pada diri mereka sendiri dan orang lain lantaran
dirinya ditimpakan sebuah musibah dari Allah. Banyak diantara manusia lalai dan
tidak bersabar. Bahkan banyak dari mereka melalaikan kehidupan mereka hanya
karena mereka berputus asa karena apa yang ditimpakan oleh Allah padanya.
Padahal, sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita tidak boleh berputus
asa. Jika kita menghadapi suatu masalah atau ujian, maka jangan ragu untuk
mengadukannya pada Allah!
Lihatlah ayat di atas! Kalimat awal ayat
tersebut mengatakan bahwa, “dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu,”. Hal merupakan
bentuk penegasan bahwa setiap manusia pasti
mengalami yang namanya ujian atau musibah.
Musibah ini tentu saja bermacam-macam bentuknya,
apakah itu kemiskinan, kekurangan fisik atau
makanan, ketakutan, kegelisahan, dll. Dan jika kita
tertimpa ujian atau musibah tersebut, maka yang kita
lakukan adalah mengadu pada Allah. Bagaimana
caranya? Yaitu dengan cara bertawakkal pada Allah.
“mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah? Padahal Dia telah
menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar

95
terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya
kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri" (Q.S. Ibrahim:
12)
Di surah al-Baqarah ayat yang ke-155 sampai 157 juga menyebutkan
bahwa jika kita ditimpakan suatu musibah, maka kita harus mengucapkan
“innalillahi wa inna ilaihi raji’uun” yang artinya, “Sesungguhnya kami adalah milik
Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali,“. Ucapan ini juga sekaligus
menandakan sikap tawakkal atau berserah diri kepada Allah.

Bayangkan! Allah memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang


mengucapkan kalimat itu jika dirinya sedang ditimpa musibah. Dan Allah
mengakhiri potongan ayat ini dengan kata-kata yang sangat indah
“…mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,”
Masuk surga itu dengan ujian

(#qè=äzô‰s? br& óOçFö6Å¡ym ÷Pr&


ã@sW¨B Nä3Ï?ù'tƒ $£☺s9ur sp¨Yyfø9$#
( Nä3Î=ö6s% `ÏB (#öqn=yz tûïÏ%©!$#
âä!$y™ù't7ø9$# ãNåk÷☺¡¡¨B
(#qä9̓ø9ã—ur âä!#§ŽœØ9$#ur
ãAqߙ§ý9$# tAqà)tƒ 4Ó®Lym
¼çmyètB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$#ur
uŽóÇnS ¨bÎ) Iwr& 3 «!$# çŽóÇnS 4ÓtLtB
ÇËÊÍÈ Ò=ƒÌýs% «!$#
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga? Padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang

96
yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (Q.S. al-Baqarah: 214)
Asbabun nuzul: Qatadah berkata, “Ayat ini turun saat Perang
Khandaq/Ahzab. Ketika Rasulullah saw menghadapi cobaan, yaitu dikepung,
dan diserang oleh kaum kafir Quraisy” (H.R. Abdurrazzaq. Lihat Ibnu Katsir:
1/432)
Banyak orang yang berangan-angan untuk menjadi penghuni surga,
banyak orang yang menginginkan surga sebagai tujuan akhirnya. Namun,
banyak juga orang yang tidak sadar bahwa mereka telah gagal untuk ke surga.
Banyak orang yang bermimpi untuk menjadi ahli surga, banyak orang
yang ingin mendapatkan surga, tetapi banyak juga orang yang ternyata tidak
berhasil untuk ke surga.

Mengapa mereka gagal ke surga? Mereka


gagal dalam menghadapi ujian dari Allah. Mereka
terlalu cepat menyerah dan berputus asa. Mereka
melarikan diri dari kenyataan bahwa ujian itu pasti
datang kepada siapa saja yang beriman. Orang-
orang yang beriman itu sudah pasti menerima ujian
sebagai tanda bukti akan keimanannya pada Allah.
Bagaimana bisa seseorang disebut sebagai orang
yang beriman jika dirinya tidak ikhlas dan sabar atas ujian yang ditimpakan oleh
Allah padanya?
Banyak orang mengeluh karena begitu berat hidup yang harus dijalaninya.
Padahal, masih banyak orang yang mengalami hal yang lebih buruk daripada
dia. Sebagaimana bunyi ayat di atas,
“…sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan)…”
Lihatlah! Anda tidak seharusnya untuk bersedih, berputus asa, atau
merasa sengsara jika anda ditimpakan suatu musibah. Mengapa? Karena anda

97
tidak sendirian di dunia ini. Anda tidak sendirian menghadapi ujian hidup yang
begitu berat.
Lihatlah! Ayat di atas menunjukkan bahwa musibah adalah salah satu
jalan untuk ke surga. Bagaimana caranya? Yaitu jika kita sabar dan tetap
tawakkal pada Allah, maka insya Allah kita tergolong orang-orang yang sabar
dan lulus ujian dari Allah.
Lihatlah! Ayat di atas juga menunjukkan pada kita bahwa sesungguhnya
ujian itu bisa dilalui jika kita selalu berusaha. Ayat di atas juga dapat menjadi
pengobat hati kita semua.
“…Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat,”

Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Ali


‘Imran

Surah Ali Imran adalah surah ketiga di dalam al-


Qur’an. Dan di dalam surah ini, terdapat satu ayat
yang semoga bisa menjadi pemacu kita dalam
mengarungi kehidupan.

Berjihad dan bersabar


(#qè=äzô‰s? br& ÷Läêö7Å¡ym ôQr&
ª!$# ÉOn=÷ètƒ $£☺s9ur sp¨Yyfø9$#
öNä3ZÏB (#r߉yg»y_ tûïÏ%©!$#
ÇÊÍËÈ tûïΎÉ9»¢Á9$# zNn=÷ètƒur
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-
orang yang sabar.” (Q.S. Ali Imran: 142)

98
Sahabat…
Sebenarnya ayat di atas ini memiliki kesamaan dengan ayat yang ada di
surah al-Baqarah ayat 214 yang tadi kita telah bahas sebelumnya. Namun, ayat
ini berbeda karena dalam ayat ini terdapat kata “berjihad”

Ya, sebagai seorang muslim sudah


semestinya kita bersabar atas cobaan yang
telah Allah perintahkan kepada kita. Namun,
dalam ayat ini Allah juga mengingatkan kita
tentang kesabaran atas satu hal, yaitu berjihad
di jalan Allah.
Menurut beberapa ahli tafsir, berjihad dapat diartikan sebagai:

a. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang Islam.


b. Memerangi hawa nafsu.
c. Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam.
d. Memberantas kejahatan dan menegakkan kebenaran.

Sahabat…
Lihatlah! Allah telah menyuruh kita untuk bersabar dalam berjihad. Tetapi
sadarkah anda? Bahwa sebenarnya banyak manusia yang lalai akan kewajiban
yang satu ini. Banyak manusia yang enggan untuk melakukannya. Bahkan
sekarang tidak jarang ada orang yang menyebutkan bahwa jihad adalah
radikalisme Islam dan bukti akan kebiadaban Islam. Subhanallah...
“diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik
bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah:
216)
Sementara itu, jihad adalah amalan yang besar pahalanya dan memiliki
banyak keutamaan.

99
“dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-
benarnya...” (Q.S. al-Hajj: 78)
“Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, "Nabi ditanya, 'Amal apakah
yang lebih utama?' Beliau bersabda, 'Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.'
Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda, 'Berjuang di jalan Allah.'
Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda, 'Haji yang mabrur.'" (H.R.
Bukhari)

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda: "Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak
mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan."
(H.R. Muttafaq ‘alaih)
Mengapa Allah memerintahkan kita untuk sabar dalam berjihad? Karena
sejatinya jihad itu adalah sebuah jalan yang penuh dengan rintangan. Jihad itu
adalah perkara yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Banyak orang yang
berjihad tetapi ternyata menyerah di tengah jalan karena tidak sanggup untuk
melaksanakannya. Banyak juga orang yang berjihad tetapi setengah-setengah.
Banyak juga orang yang berjihad bukan karena Allah, tetapi mereka berjihad
karena hanya ingin memuaskan hawa nafsu mereka. Tidak sedikit orang berjihad
hanya karena nafsu mereka yang menggebu-gebu tetapi mereka
mengesampingkan tujuan jihad sebelumnya. Dan hadits ini dapat membuat kita
menyadari hal itu.
“Dari Abu Musa, yakni Abdullah bin Qais al-Asy'ari Shallallahu 'alaihi wa
sallam , katanya: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya perihal
seseorang yang berperang dengan tujuan menunjukkan keberanian, ada lagi
yang berperang dengan tujuan kesombongan - ada yang artinya kebencian - ada
pula yang berperang dengan tujuan pameran - menunjukkan pada orang-orang
lain kerana ingin berpamer. Manakah di antara semua itu yang termasuk dalam
jihad fi-sabilillah? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
"Barangsiapa yang berperang dengan tujuan agar kalimat Allah - Agama Islam -
itulah yang luhur, maka ia disebut jihad fi-sabilillah." (H.R. Muttafaq 'alaih)

100
Ya, surah ‘Ali Imran mengingatkan kita untuk selalu bersabar dalam
berjihad. Karena jihad penuh dengan rintangan. Jika kita tidak mampu untuk
bersabar, maka jihad kita tidak akan sempurna. Karena tidak ada jihad jika tidak
ada kesabaran.
Bayangkanlah oleh anda, proses jihad yang begitu sukar ditempuh.
Bisakah anda bayangkan tentang kesulitan dalam berjihad? Jihad yang pertama
adalah jihad berperang di jalan Allah demi Islam dan kaum muslimin. Hal ini
sudah pasti sangatlah sulit. Karena berperang itu harus siap fisik dan mental,
belum lagi lawan yang harus dihadapi, belum lagi meluruskan niat untuk
berjihad, belum lagi kondisi perang yang begitu menyulitkan, tentulah hal ini
membutuhkan sebuah kesabaran yang besar.
Dan jihad kedua adalah melawan hawa nafsu. Hal ini merupakan hal yang
sangat sulit dilakukan karena pada dasarnya, hawa nafsu adalah hal yang
sangat sulit untuk dikuasai. Tidak sedikit orang yang jatuh ke dalam lubang
kehinaan dunia dan akhirat karena mereka menuruti perintah hawa nafsu
mereka sendiri. Orang yang dapat menaklukkan hawa nafsu mereka sendiri
adalah orang yang memiliki ilmu agama yang banyak dan luas pengetahuannya,
orang yang dapat menaklukkan hawa nafsunya adalah orang yang kuat imannya
dan terus istiqamah dalam ketaqwaannya kepada Allah. Bisakah anda
membayangkan kesulitannya? Maka dari itu kita diperintahkan untuk bersabar
dalam berjihad.
Jihad yang ketiga adalah mendermakan harta kita untuk kebaikan Islam
dan kaum muslimin. Tentu hal ini juga sulit. Karena dalam hal ini kita harus
mengikhlaskan hati kita, melapangkan hati kita, dan meluruskan niat. Kita juga
harus kuat di bidang finansial dan kuat juga keimanan kita. Cukup sulit bukan?
Maka dari itu kita diperintahkan bersabar.

Jihad yang keempat adalah memberantas


kejahatan/kemunkaran dan menegakkan kebenaran. Hal
ini juga sangat sulit dilakukan, mengingat diperlukan
iman yang kuat dan kemampuan yang mendalam dan

101
ilmu yang luas. Apakah hal ini mudah, mengingat sulit dan banyaknya rintangan?
Tentu saja sulit. Maka dari itu kita diperintahkan untuk bersabar dalam berjihad.
Selain jihad, Allah juga kembali memperingatkan kita untuk selalu tetap bersabar
jika kita ingin masuk surga. Karena masuk surga itu sesungguhnya tidak
gampang. Begitu banyak godaan dan ujian yang harus kita lalui untuk sampai ke
surga. Karena itu, jika kita mengaku sebagai seorang muslim, maka bersabarlah!
Dan terlebih lagi, bersabar dan berjihadlah!
Ujian itu pasti datang!
öNà6Ï9ºuqøBr& þ’Îû žcâqn=ö7çFs9 *
z`ÏB  Æãèy☺ó¡tFs9ur öNà6Å¡àRr&ur
|=»tGÅ3ø9$# (#qè?ré& z`ƒÏ%©!$#
šúïÏ%©!$# z`ÏBur öNà6Î=ö6s% `ÏB
4 #ZŽýÏW⌧. ”]Œr& (#þqä.uŽõ°r&
¨bÎ*sù (#qà)Gs?ur (#rçŽÉ9óÁs? bÎ)ur
ÇÊÑÏÈ Í‘qãBW{$# ÏQ÷“tã ô`ÏB šýÏ9ºsŒ
“kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan
bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk urusan yang patut
diutamakan.” (Q.S. Ali Imran: 186)
Dengan ayat ini, kita sudah semestinya sadar. Bahwa sebagai orang yang
beriman, maka kita pasti diuji. Ya, orang yang beriman tentu tidak akan langsung
begitu saja mendapatkan atau menunjukkan keimanannya jika dirinya belum
diuji.
Di ayat ini, Allah meneguhkan setiap hati insan yang beriman dan
mengalami cobaan, berupa ujian terhadap harta kita dan terhadap diri kita
sendiri. Dan ujian itu tentu saja sangat berat. Sementara itu ada juga cobaan
yang berupa cemoohan dari kaum kuffar dan orang-orang musyrik. Di ayat ini
dijelaskan secara gambling tentang bentuk ujian yang saat ini sedang ‘booming’

102
di dunia, yaitu pelecehan Islam. Saat ini, Islam menjadi sasaran empuk bagi
penghujatan dan penghinaan dari kaum kuffar. Islam disebut sebagai teroris,
Islam disebut sebagai agama yang barbar, Islam disebut sebagai agama
kebrutalan. Masya Allah! Subhanallah!
Begitu pula tentang cercaan kaum munafiqun yang selalu melecehkan
orang-orang yang beriman. Berjanggut disebut teroris, celana yang di atas mata
kaki disebut pakaian teroris, dll.
Dalam menyikapi hal ini, kita harus bersabar. Sebagaimana disebutkan
oleh Allah di akhir surat,
“…jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian
itu Termasuk urusan yang patut diutamakan”
Kita harus bersabar dalam menghadapi cemoohan dari orang-orang yang
kurang berilmu, yang selalu mencemooh kita dengan kata-kata yang mengiris
hati. Kita harus tetap bertakwa. Jangan sampai cemoohan yang keluar dari mulut
kita menjadi penghalang bagi kita dalam melaksanakan kebaikan. Jangan
sampai cemoohan itu membuat langkah kita terhenti. Hiraukanlah cemoohan itu
layaknya pepatah yang mengatakan, “anjing menggonggong, kafilah berlalu”. Ya,
cemoohan dan kata-kata yang buruk itu keluar bagaikan gonggongan anjing.
Dan kita, sebagai kafilah menuju surga sudah semestinya menghiraukannya.
Paling tidak, jika bisa cemoohan itu bisa dijadikan sebagai alat introspeksi diri,
sebagai alat pemeriksa diri. Sudah benarkah diri kita? Mengapa mereka
mencemooh kita? Apakah memang mereka yang kurang ilmu atau memang kita
yang sudah salah. Yang penting, jangan jadikan cemoohan itu sebagai batu
halangan, tapi jadikanlah cemoohan itu sebagai batu loncatan untuk meraih
kebaikan yang hakiki.

103
Dunia itu Indah...

Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah


dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan
(QS as-Sajdah: 17)

Kita sudah pasti sering mendengar kalimat


itu. tetapi tahukah anda semua? tidak sepenuhnya
kalimat itu benar. karena dalam kehidupan sehari-
hari, hanya ada beberapaorang yang dapat
memaknai kalimat itu dengan benar. Tahukah
antum semua? mereka adalah orang-orang yang
pandai bersabar dan bersyukur.
Tapi, saudaraku sekalian. definisi sabar dan syukur ini ternyata maknanya
tidak seringkas kalimatnya. Sabar adalah menerima hidup ini apa adanya tanpa
keluhan, caci maki, dan sebagainya kepada orang lain (termasuk Allah azza wa
jalla). dan tahukah sahabat? sabar itu terlihat dari pukulan pertama, apa
maksudnya? sabar dilihat dari reaksi yang paling pertama ketika menghadapi
sebuah ujian dari Allah. contohnya ketika salah satu kerabat si fulan meninggal,
maka apabila dirinya itu meraung-raung, meratap kepada si mayit, maka hal itu

104
tidak bisa disebut sabar meskipun setelah beberapa hari berikutnya dia mengaku
sabar dan mengikhlaskan kepergiannya. ITU BUKANLAH SABAR!.
Begitu pula dengan bersyukur, kita belum bisa dibilang bersyukur jika kita
hanya bisa mengucapkan "alhamdulillah". tetapi kita harus membuktikan rasa
syukur kita dengan suatu langkah nyata. yaitu menjalankan apa-apa yang telah
dia perintahkan dan menjauhi segala larangannya. Jika seseorang diberikan
suatu nikmat, dan dia mengatakan alhamdulillah tetapi dia sekonyong-konyong
melupakan Tuhannya, lalai dalam shalatnya, dan telah lupa dengan
kewajibannya sebagai muslim karena disilaukan dengan cahaya kenikmatan
maka hal itu bukanlah syukur.
Sahabat, dunia ini menjadi indah karena dua hal. Apabila diberi ujian
berupa musibah atau kekurangan, maka kita haru bersabar. dan jika kita diberi
ujian berupa kenikmatan, maka kita harus bersyukur.

-Wallahu a’lam-

105
Epilog

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta


bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta
bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat
-Hamka-

Akhirnya, kita sudah sampai di bagian akhir ebook ini. Halaman demi
halaman dan lembar demi lembar dari ebook ini telah kita lalui. Setelah itu
berlalu, sudahkah kita mendapatkan hikmah, manfaat, dan pelajaran darinya?
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”
(QS an-Nahl: 90)
Semoga dengan selesainya membaca ebook kecil yang singkat ini, bisa
membuat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.

...mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi
Maha Penyayang
(QS al-Baqarah: 160)

106
Tentang Penulis

Seseorang yang mengaku bernama Jundullah


Abdurrahman Askarillah. Seorang blogger yang
berkediaman di Bogor. Aktif menjadi seorang blogger
semenjak kecil namun mulai benar-benar menggeluti dunia
blogging semenjak September 2009 yang lalu.
Sebenarnya nama itu adalah nama samaran yang digunakan penulis
dalam dunia blogger. Penulis saat ini sedang menyelesaikan pendidikannya di
SMAN 1 Bogor. Penulis kelahiran 1995 ini benar-benar menyukai bidang
keIslaman dan sejarah.
Kontak:
Blog : www.cafe-islamicculture.blogspot.com
www.ray-geen.blogspot.com
www.regin-dotkom.blogspot.com
www.maximality.blogspot.com
Email : jundullahaskarillah@yahoo.co.id

107
108

Anda mungkin juga menyukai