Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS al-A’raaf: 56)
2
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah....
(QS al-Baqarah: 165)
-No action, nothing happen; when you take action, miracle happen-
3
Prakata
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kita curahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para
sahabatnya, dan pengikutnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Akhirnya, atas berkat rahmat Allah, ebook ini berhasil dirampungkan.
Ebook yang berisi tulisan-tulisan kecil dan sederhana ini adalah hasil tulisan
yang telah dipublikasikan dalam blog saya, Cafe Sejenak.
Ebook ini saya persembahkan kepada siapa saja yang mendambakan
pencerahan dan penyegaran ruhani secara keseluruhan dengan prinsip rabbani.
Ebook ini juga saya hadiahkan kepada siapa saja yang berjiwa hanif dan lurus,
yang berusaha mengembangkan pribadinya dan lingkungannya ke arah yang
lebih baik.
Semoga dengan adanya ebook ini, kita semua mampu membuka
lembaran baru dalam hidup kita, dan dengan langkah yang pasti, kita bisa
berubah menjadi pribadi yang rabbani.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada suatu kesalahan atau hal
yang kurang berkenan dalam ebook kali ini. Karena kesempurnaan hanya milik
Allah dan kesalahan itu timbul dari diri saya sendiri. Saya harap pembaca
mampu menyampaikan kritik dan sarannya melalui email agar kedepannya
mampu lebih baik dari yang sebelumnya. Akhir kata, saya harap ebook ini
mampu membuka pikiran kita jauh lebih luas dari sebelumnya.
4
Daftar Isi
Prakata..............................................................................................................................4
Daftar Isi............................................................................................................................5
Bersemangatlah! Anda Pejuang! Bukan Pecundang!.......................................................6
Berharap Dalam Pandangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah..................................................10
Sabar Secara Keseluruhan.............................................................................................13
Berpikir Positif dan Optimis.............................................................................................16
Berdoalah!.......................................................................................................................18
Masih Ada Cobaan yang Lebih Berat..............................................................................22
Nikmatnya Keimanan......................................................................................................26
Pembesar Dunia dan Akhirat..........................................................................................29
Today is a New Day........................................................................................................34
Membuat Perubahan di Milenium Kedua........................................................................37
Pemikir Penggerak Perubahan.......................................................................................40
Remaja Islam Sepanjang Sejarah...................................................................................44
Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan........................................................................48
Jalan Dakwah dan Perubahan...................................................,....................................51
Kebanggaan Menjadi Seorang Muslim........................................,..................................55
Menjadi Muslim Sejati.................................................................,...................................59
Muslim Sejati.............................................................................,..,..................................62
Muslim, Ummat Terbaik di Dunia.............................................,......................................66
Jati Diri Kaum Muslimin.................................................................,.................................69
Kaum Paling Berpengaruh di Dunia................................................................................72
Menjadi Manusia Beruntung...........................................................,...............................76
Maksiat?..........................................................................................,...............................83
Kepedulian dan Solidaritas Seorang Muslim...................................,..............................86
Love: the True Story.........................................................................,.............................90
Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Al-Baqarah.................................,...........................93
Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Ali ‘Imran.....................................,..........................98
Dunia itu Indah.....................................................................................,.......................104
Epilog....................................................................................................,......................106
Tentang Penulis.....................................................................................,.....................107
5
Bersemangatlah! Anda Pejuang, Bukan
Pecundang!
Jangan kalian kerdilkan semangat kalian. Aku tidak melihat sesuatu yang lebih
dapat menjadikan seseorang lebih rendah daripada runtuhnya semangat yang ia
miliki.
-Umar bin Khattab-
6
harus memiliki sesuatu yang kuat dalam hati kita, apa itu? Tentu saja hal itu
adalah semangat, semangat yang membara!
Kita sering mengabaikan aspek yang satu ini dari diri kita. Tidak jarang
kita melakukan sesuatu tanpa semangat. Kita sering lupa bagaimana
seharusnya kita bersemangat dalam berbagai hal. Karena dengan semangat,
maka kita telah menabur benih-benih keberhasilan. Setidaknya, dengan
semangat yang menyala, kita mampu bergerak lebih aktif dalam menghadapi
segalanya.
Masih ingatkah kita tentang kisah Nabi Sesungguhnya orang-orang
Yusuf dan Nabi Ya’qub? Ketika Nabi Yusuf yang beriman itu hanyalah
dijatuhkan oleh saudaranya ke dalam sumur, orang-orang yang percaya
ketika beliau pada awalnya dijadikan budak (beriman) kepada Allah dan
Nabi Ya’qub, tidak pernah menyerah untuk mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad)
mencarinya. Beliau tetap menaruh harapan
dengan harta dan jiwa
untuk bertemu dengan puteranya. Dan di balik
mereka pada jalan Allah.
harapan yang beliau tanam, sesungguhnya ada
Mereka itulah orang-orang
sesuatu yang besar dibaliknya. Yaitu sebuah
yang benar
semangat! Nabi Ya’qub tidak pernah berputus (QS al-Hujuraat: 15)
asa dalam pencariannya. Bahkan beliau terus
memotivasi putera-puteranya dengan kalimat yang diabadikan oleh Allah di
dalam al-Qur’an dan menjadi salah satu kalimat yang seharusnya dijadikan
pegangan oleh kita, kaum muslimin:
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir
QS Yusuf: 87
Atau masihkah kita ingat tentang Perang Badar, perang pertama kaum
muslimin melawan kaum kafir Quraisy. Saat itu, jumlah pasukan antara kaum
7
muslimin dengan kaum kafir Quraisy sebanding dengan 1:3. Belum lagi di
tengah-tengah kaum kafir Quraisy terdapat banyak jawara-jawara dan jagoan
Arab. Sementara itu, diantara kaum muslimin saat itu banyak orang yang
tergolong ‘lemah’. Mungkin pikiran orang banyak akan menjatuhkan mental kaum
muslimin. Namun, apakah kaum muslimin dengan begitu saja gentar? Apakah
kaum muslimin dengan begitu saja langsung mundur? Apakah dengan begitu
kaum muslimin langsung menyerah begitu saja? Tentu saja tidak! Justru kaum
muslimin menghadapinya dengan semangat jihad. Dan hasilnya? Kaum
muslimin muncul sebagai kekuatan baru di Jazirah Arab. Yang nantinya akan
mengubah arah sejarah dunia. Dan hal itu juga dilandasi dengan beragam hal,
tauhid, tawakkal, dll. Tapi salah satu yang paling mempengaruhi adalah:
semangat!
Ke mana arahnya semangat?
8
Ya, itulah yang dilihat oleh para pejuang, oleh orang-orang yang memiliki
semangat bergelora di dalam hatinya. Dan jika anda masih ragu, maka simaklah
firman Allah yang bersemayam di langit ke tujuh:
9
Berharap Dalam Pandangan Ibnul
Qayyim al-Jauziyah
10
hatinya. Dan apabila kita mencintai apa yang kita harapkan, maka hati kita akan
semakin terus berharap agar harapan itu bisa terwujud.
Yang kedua, seseorang itu takut dan cemas apabila kejadiannya lain dari
apa yang dia harapkan. Tentu sebagai seorang manusia yang berharap, kita
tidak mau bila apa yang telah kita harapkan ternyata tidak terjadi.
Entah sudah berapa banyak orang yang telah putus asa dan berhenti
mengejar seluruh impian mereka karena apa yang mereka harapkan ternyata
lain dengan kenyataan. Dalam hal ini, sebagai seorang yang mengaku muslim
yang taat, maka sudah seharusnya kita tidak berputus asa. Bahkan bila kita
mengaku beriman, maka seharusnya kita berprasangka baik kepada Allah.
11
Yang ketiga, seseorang yang berharap adalah orang yang
mengoptimalkan amalan dan perbuatannya demi meraih puncak harapannya.
Bila kita berharap, maka kita perlu yang namanya kerja lebih. Kita butuh
mengoptimalkan amalan dan perbuatan kita untuk mewujudkan harapan. Jangan
biarkan harapan kita itu hanya menjadi sampah angan-angan belaka. Tetapi
wujudkanlah harapan itu dengan perbuatan kita. Karena dalam mewujudkan
harapan, kita tentu melewati yang namanya proses tantangan. Dan demi
melewatinya, kita perlu yang namanya pengoptimalan kerja kita. Apa maksudnya
optimal?
Optimal itu ada dua kriteria. Yang pertama adalah maksimal, dan yang
kedua adalah konsisten. Dalam meraih harapan, kita perlu optimal.
Tidak sulit kita menemukan orang-orang yang gagal mengejar harapan
mereka, lantaran kurang maksimalnya usaha mereka atau usaha mereka yang
tidak konsisten dalam memaksimalkan perbuatan mereka.
Selayaknya seorang pejuang memiliki cita-cita yang memudahkan
mengangkat dirinya dan mendapat ilmu yang akan menerangi serta
menunjukinya.
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
12
Sabar Secara Keseluruhan
13
Kita membutuhkan kesabaran itu di dalam melakukan ketaatan. Kita
membutuhkannya agar kita senantiasa konsisten dan istiqamah dalam ketaatan
kita. Entah sudah berapa banyak orang di luar sana yang tidak mampu untuk
menjalankan ketaatan lagi kepada Rabbnya. Mengapa hal itu terjadi? Karena
mereka tidak memiliki modal kesabaran dalam menjalankan ketaatannya, hingga
akhirnya ia tidak lagi bisa konsisten dengan apa yang telah diamalkan.
Benar-benar sulit rasanya bertahan dan mempertahankan ketaqwaan dan
ketaatan kita di jalan Allah. Karena sesungguhnya begitu banyak godaan-godaan
yang senantiasa di bisikkan syaithan demi menyesatkan umat manusia.
Maka dari itu, kita perlu untuk bersabar dan menahan diri agar kita tetap
konsisten dan istiqamah dalam ketaqwaan kita.
Yang kedua, sabar dalam menjauhi maksiat
Menjauhi kemaksiatan tentunya bukanlah hal yang gampang. Memang
jika kita hanya mendengar kalimat itu, mungkin tidak sesulit yang dibayangkan.
Tapi sesungguhnya menjauhi kemaksiatan itu adalah benar-benar sebuah ujian
yang berat. Lebih tepatnya ujian untuk sejauh mana kita bisa meninggalkan hal-
hal yang bisa mengandung dan mengundang dosa.
Bahkan manusia itu
Meninggalkan kemaksiatan adalah hal yang
hendak membuat
sangat sulit, entah sudah berapa banyak orang yang
maksiat terus menerus.
gugur dan gagal dalam langkah pertaubatannya
(QS al-Qiyamah: 5)
menuju yang haq dan menjauhi yang batil.
Contoh mudahnya adalah menjaga mata. Semakin lama, godaan-godaan
itu begitu banyak, hingga akhirnya kita tidak sulit untuk mencari orang yang
mengumbar aurat dan syahwat mereka. Dan demi menghadapi berbagai godaan
itu, kita butuh sabar dan bertahan. Agar langkah pertaubatan kita mampu
mengantarkan kita hingga pintu-pintu surga.
Yang ketiga, sabar dalam menghadapi musibah
Makin lama, tidak jarang kita menemukan banyaknya kasus bunuh diri.
Entah dengan berbagai alasan seperti depresi, ekonomi, masalah keluarga,
tekanan pekerjaan, dll.
14
Hal itu hanyalah contoh kecil dari dampak tidak dimilikinya kesabaran
dalam menghadapi ujian, musibah, atau pun cobaan. Sesungguhnya, Allah telah
berfirman:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar
(QS al-Baqarah: 155)
Memang sebagai manusia, kita sewajarnya mengalami musibah demi
menempa diri kita. Dan demi membuktikan akan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah.
Sayangnya, banyak di antara manusia yang justru menjadi putus asa
karena adanya musibah. Terlebih lagi berputus asa dari rahmat Allah. Padahal,
masihkah kita ingat dengan kata-kata Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya,
...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir
(QS Yusuf: 87)
Dan hal inilah yang betul-betul membutuhkan kesabaran, untuk mampu
menahan dan meneguhkan diri di kala ujian menerjang. Dan dengan sabar, kita
mampu berpikir lebih optimis. Karena sesungguhnya dengan kesabaran,
musibah bisa kita lewati dengan indah. Dengan sabar, kita jadi bisa lebih berpikir
positif dan optimis. Dan dengan sabar, insya Allah kita bisa melangkah ke arah
yang lebih baik.
15
Berpikir Positif dan Optimis
16
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS Al-Insyirah:
6)
Jangan menjadi pribadi yang lembek dalam menghadapi masalah! Tetapi
jadilah pribadi yang memiliki keteguhan hati. Dan lengkapilah keteguhan hati itu
dengan semangat optimis. Dan bertawakkallah kepada Allah.
“Allah tempat bergantung bergantung segala sesuatu” (QS al-Ikhlash: 2)
“…Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal” (QS at-Taubah: 51)
17
Berdoalah!
18
kesedihan yang terlalu mendalam. Yakinalh, bahwa pertolongan Allah itu
sangatlah dekat. Dan apabila anda merasa kesulitan dengan cobaan yang telah
ditimpakan Allah atasmu, maka yakinlah bahwa hal itu adalah ujian dari Allah
agar derajat anda menjadi lebih tinggi di sisi Allah.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.” (Q.S. Al-Baqarah: 214)
Ya, hanya Allah-lah satu-satunya dzat yang mampu menolong kita atas
segala hal.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat
mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan),
maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah
sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal. (Q.S. ‘Ali Imran: 160)
Kita tidak boleh menjadikan orang lain atau hal-hal lainnya sebagai
penolong bagi kita. Mengapa? Karena hanya Allah-lah tempat kita meminta
pertolongan.
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan” (Q.S. Al-Faatihah: 5)
Lihatlah! Jika anda memiliki masalah, maka yakinlah bahwa pertolongan
Allah itu akan datang, cepat atau lambat. Jangan sampai kita berputus asa dari
rahmat Allah, jangan sampai kita menjadi orang yang mudah patah semangat.
Karena di dalam al-Qur’an sendiri kita telah diajarkan banyak hal, dan salah
satunya adalah optimis!
Ya, kita dianjurkan selalu optimis dalam segala hal. Bahkan, salah satu
hal yang dapat menyebabkan doa itu terkabul adalah kesungguhan dan memiliki
keyakinan bahwa doa kita itu akan terkabul.
19
Sekali lagi, jangan sampai kita mudah menyerah, patah semangat, putus
asa, bahkan jangan sampai kita berprasangka buruk pada Allah jika Allah masih
belum mengabulkan doa anda. Ingat! Bahwa pengabulan
...Sesungguhnya
doa itu terserah Allah. Apakah doa itu akan langsung
Tuhanku benar-
dikabulkan, apakah ditangguhkan, apakah doa itu diganti
benar Maha
menjadi hal yang lebih baik.
Mendengar
Dan mengenai doa, hal ini adalah hal yang serius.
(memperkenankan)
Mengapa? Karena doa adalah intinya ibadah (H.R. doa.
Tirmidzi). Bahkan dalam shalat pun banyak sekali bacaan (QS Ibrahim: 39)
shalat yang mengandung ibadah. Dalam al-Qur’an
bahkan berdoa dan beribadah dikaitkan dalam satu ayat,
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
kami meminta pertolongan,” (Q.S. al-Faatihah: 5)
Jadi, jangan menganggap enteng berdoa dan jangan sekali-kali kita
meninggalkan doa. Karena jika begitu, maka kita telah menyombongkan diri
kepada Allah swt. Jika kita meninggalkan doa, maka kita sama saja tidak
membutuhkan Allah. Allah akan melaknat diri seseorang jika meninggalkan doa.
“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan
memurkainya” (H.R. at-Tirmidzi, dimuat di dalam Sunan at-Tirmidzi, bab Doa)
Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda mengenai orang yang tidak mau
berdoa,
“Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdoa dan orang
yang paling bakhil adalah orang yang bakhil terhadap salam” (H.R. al-Haitsami,
Thabrani, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab as-Silsilah ash-shahihah).
Jadi, jadilah orang yang sering berdoa!
Namun, jika anda merasa bahwa doa anda tidak dikabulkan oleh Allah,
maka ingatlah kisah Nabi Musa as. Nabi Musa itu selalu berdoa kepada Allah
agar Bani Israil keluar dari penindasan Fir’aun dan kekuasaan Fir’aun itu hancur.
Tetapi, tahukah anda? Bahwa doa Nabi Musa itu baru dikabulkan Allah setelah
40 tahun lamanya, dan selama 40 tahun itu pula Nabi Musa tidak pernah
20
berhenti berdoa, atau berputus asa. Dan bahkan Nabi Musa terus yakin dan
optimis terhadap doanya itu dan berbaik sangka kepada Allah.
Ingatlah hadits Rasulullah saw,
“Doa salah seorang daripada kamu akan diperkenankan oleh Allah
asalkan saja seseorang itu tidak terburu-buru lalu ia mengatakan: Aku telah
berdoa, tetapi doaku belum diperkenankan.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan
Muslim)
"Doa seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak memohon
sesuatu yang berdosa, atau pemutusan kerabat, atau tidak tergesa-gesa." Para
sahabat bertanya, "apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?" Beliau
menjawab, "dia berkata. 'saya sudah berdoa berkali-kali tidak dikabulkan.'
Kemudian dia merasa menyesal dan meninggalkan doa," (H.R. Muslim)
Jadi, tunggu apa lagi? Jika anda memiliki masalah, maka segeralah
mengadukannya pada Allah!
21
Masih Ada Cobaan yang Lebih Berat
22
Belum lama melangkah, seketika dirinya mendengar suara jerit tangis
anak bayinya. Ketika ia kembali, ia melihat kepala bayinya telah berada di dalam
mulut serigala, dan akhirnya anak itu dimakan oleh serigala. Kemudian ia
kembali berusaha mengejar untanya yang lari, namun unta itu menendang
wajahnya dan menerjangnya sehingga dirinya buta. Akhirnya dirinya
kehilangan seluruh harta, anak, dan pengelihatannya.
Setelah mendengar kisah tadi, khalifah al-Walid pun berkata,
“pergilah dengan membawa kisahmu itu kepada Urwah (Urwah bin
Zubair) agar ia menyadari bahwa masih ada cobaan yang lebih berat yang
dialami oleh orang lain.”
Setelah membaca kisah tadi, apa yang kita
Untuk Kami beri cobaan
kepada mereka padanya. bisa ambil sebagai pelajaran? Pelajaran dan
Dan barangsiapa yang hikmah dari kisah tersebut adalah kita sudah
berpaling dari peringatan semestinya bersyukur atas keadaan yang telah
Tuhannya, niscaya akan Allah berikan kepada kita. Masih banyak orang lain
dimasukkan-Nya ke dalam yang lebih menderita daripada kita. Masih banyak
azab yang amat berat. orang lain yang lebih berat cobaannya
(QS al-Jin: 17)
dibandingkan kita.
Allah itu telah memberikan keadaan yang terbaik bagi kita, sesuai
dengan kemampuan kita. Jika kita ditimpakan sebuah ujian, maka yakinlah hal
itu bisa dilakukan dengan mudah, kenapa? Karena Allah selalu membebani
seseorang sesuai dengan kemampuannya,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
23
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(Q.S. Al-Baqarah: 286)
“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan
kebenaran, dan mereka tidak dianiaya” (Q.S. Al-Mu’minuun: 63)
Seberat beratnya ujian yang Allah berikan kepada kita, pasti kita bisa
melaluinya, jika kita terus yakin dan berhusnuzan kepada Allah. Yakinlah bahwa
setiap ada masalah, setiap ada kesulitan, pasti ada jalan keluarnya. Tetapi jika
anda masih merasa sulit untuk menemukan jalan keluar dari masalah anda,
maka ubahlah pola pikir anda. Ubahlah cara berpikir anda. Mulailah untuk
melihat segala hal yang terjadi di muka bumi ini tidak dari satu sisi saja,
melainkan dari seluruh sisi dan aspek. Jika begitu, maka insya Allah anda akan
mudah bersyukur dan anda akan menyadari bahwa masih banyak orang yang
berada di sekeliling anda itu memiliki nasib yang tidak lebih baik daripada anda.
Jika begitu, maka anda akan memiliki lebih banyak pengalaman hidup dan anda
akan mudah menemui jalan keluar, karena jalan pikiran anda lebih luas dan
terbuka dibandingkan sebelumnya. Anda akan langsung menyadari janji Allah,
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S. al-Insyirah: 5-6)
Lihatlah! Bahkan di dalam dua ayat tersebut terjadi pengulangan kembali.
Menurut para ulama, pengulangan yang terjadi di dalam al-Qur’an adalah suatu
bentuk penegasan. Dan hal ini menjadi jaminan dan bukti bahwa cobaan dan
masalah anda dapat dilalui dengan mudah. Tetapi, tahukah anda bagaimana
cara melalui ujian itu dengan mudah? Sesuai dengan petunjuk Allah di dalam al-
Qur’anul kariim. Bahwa, orang yang mampu melalui ujian dari Allah ini hanya
orang-orang yang beriman. Siapa mereka?
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka
24
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di
balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya.” (Q.S. Al-Mu’minuun: 1-9)
Maka, mulailah anda menjadi seorang yang terbuka pikirannya, dan
mulailah anda belajar akan pengalaman hidup tentang kesabaran, masalah dan
solusi hidup, serta yang paling penting, KEIMANAN. Mulailah anda sedikit-sedikit
menggali hati anda dan menanam bibit-bibit keimanan di dalamnya,sehingga
insya Allah anda akan dapat menikmati buahnya…di surga.
25
Nikmatnya Keimanan
26
Jika anda adalah manusia yang dihatinya bersemi keimanan, maka
bersyukurlah! Karena anda telah dikaruniai nikmat yang sangat agung oleh Allah,
nikmat keimanan!
Bukankah Nabi Nuh ingin agar di dalam hati anaknya, Kan’an, bersemi
keimanan?
Bukankah Nabi Ibrahim pernah meminta kepada Allah agar di hati Azar,
ayahnya yang merupakan pembuat patung, tumbuh keimanan?
Bukankah Nabi Luth ingin agar hati Mereka bergirang hati
isterinya tertancap keimanan? dengan nikmat dan
Bukankah Nabi Muhammad shallallahu karunia yang yang besar
‘alaihi wasallam pernah meminta agar di hati dari Allah, dan bahwa
27
keimanan. Saya pernah mendengar kisah orang-orang nyeleneh di sana-sini.
Seperti orang liberal dan sekuler yang melihat segala sesuatu dari sisi materi
saja. Atau orang yang menjadi komunis dan menganggap Tuhan itu tidak ada
karena logikanya, atau orang-orang yang murtad dari agama yang lurus yaitu
Islam karena tertipu dunia.
Maka dari itu, sudahkah anda rasakan nikmat iman itu di hati anda?
Kalau sudah, maka resapi dalam-dalam keimanan itu, syukuri, dan
pertahankanlah!
28
Pembesar Dunia dan Akhirat
Apakah anda tahu siapa itu Haman, Fir’aun, dan Qarun? Pernahkah anda
mengenal Jalut dan Namrudz? Atau mungkin anda pernah mengenal siapa itu
Abu Lahab dan Abu Jahal?
Sahabat...
Sejarah ternyata telah merekam riwayat hidup mereka. Sejarah telah
mengenal siapa itu Fir’aun, Namrudz, atau Abu Lahab dan Abu Jahal. Jika dilihat
dari kedudukannya, mereka bisa dibilang sebagai pembesar negeri mereka saat
itu. Mereka adalah orang-orang besar yang tentu memiliki pengaruh yang besar
pula terhadap dunia yang mereka tempati. Seperti yang kita ketahui, Fir’aun
adalah penguasa Mesir saat itu. Dirinya menguasai sebuah negeri yang disebut
sebagai pusat kebudayaan dunia saat itu. Sementara itu Namrudz adalah
seorang raja yang bertahta. Dan Jalut adalah seorang raja yang kuat dan
perkasa. Sedangkan Abu Lahab dan Abu Jahal adalah pembesar-pembesar
Quraisy yang mengatur tatanan sosial di Makkah.
Sementara itu jika dilihat dari segi hartanya, mungkin mereka adalah
orang-orang yang sukses. Cobalah bayangkan, kunci gudang hartanya Qarun
harus dipikul oleh beberapa orang. Sedangkan Namrudz pun memiliki banyak
harta. Sedangkan Abu Jahal dan Abu Lahab merupakan pedagang-pedagang
sukses yang menguasai perniagaan di sekitar jazirah Arab.
Ya, mereka adalah manusia-manusia yang luar biasa dan telah tercatat
oleh sejarah. Dan mungkin, bisa dibilang sebagai orang sukses. Namun
sebenarnya, apa yang terjadi pada mereka?
Adapun pada Fir’aun dan Haman,
“...dan Kami hancurkan apa yang telah
dibuat Fir'aun dan kaumnya...” (Q.S. al-A’raaf:137)
“...dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan
pengikut-pengikutnya...” (Q.S. al-Baqarah:50)
29
Sementara itu, pada Qarun,
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab
Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya),”
(Q.S. al-Qashash: 81)
Sementara pada Jalut,
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah
dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut...” (Q.S. al-Baqarah: 251)
Sedangkan pada Abu Lahab,
“binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan
binasa” (Q.S. al-Lahab: 1)
Mengapa mereka berakhir demikian? Mengapa mereka pada akhirnya
mengalami kebinasaan yang mengerikan?
Sahabat...
Mereka adalah manusia-manusia luar biasa dalam sejarah, mereka
adalah orang-orang yang sukses dan pembesar dunia. Namun, sejarah pun
menyimpan sisi lain dari mereka. Mereka juga ternyata adalah orang-orang yang
zhalim dan ingkar pada Tuhannya. Mereka telah
kepada Fir'aun dan
mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka telah
pembesar-pembesar
berpaling dari jalan yang benar.
kaumnya, maka mereka
ini takbur dan mereka Fir’aun, Haman, dan Qarun telah berbuat
adalah orang-orang zhalim pada diri mereka sendiri dan orang lain.
yang sombong Mereka telah berlaku sombong di dunia.
(QS al-Mu’minuun: 46) “Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. dan
Sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa
dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. akan tetapi
mereka Berlaku sombong di (muka) bumi, dan Tiadalah mereka orang-orang
yang luput (dari kehancuran itu).” (Q.S. al-Ankabuut: 39)
Ya, mereka telah berlaku sombong padahal Allah telah
menganugerahkan pada mereka kekuasaan yang cukup besar di muka bumi.
Namun, mereka malah membengkokan hal itu. Bahkan, sampai-sampai Fir’aun
30
berani mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan. Dan dirinya telah melampaui
batas.
“...sesungguhnya dia telah melampaui batas,” (Q.S. an-Naazi’at: 17)
“(Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi”" (Q.S. an-Naazi’at:
24)
Lihatlah! Bagaimana pembesar-pembesar dunia itu pada akhirnya
menemukan akhir yang menyedihkan. Mengapa?
Mereka telah dzalim, mereka telah ingkar, mereka telah berlebih-lebihan,
dan mereka telah berlaku sombong
“...dan janganlah berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-A’raaf: 31)
“…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri,” (Q.S. Luqman: 18)
Ya, mereka telah sombong dan ingkar pada Rabb mereka, hingga
akhirnya mereka mendapatkan adzab yang pedih.
Sekarang, cobalah anda bandingkan keadaan mereka dengan keadaan
Daud ‘alaihissalam, Sulaiman bin Daud ‘alaihissalam, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Muhammad II al-Fatih.
Bandingkanlah antara golongan pertama dan yang kedua ini!
Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, Umar
bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, dan Muhammad al-Fatih adalah manusia-
manusia yang juga luar biasa. Mereka merupakan pembesar-pembesar dunia.
Merekalah yang telah mewarnai dunia dengan kemuliaan hingga saat ini.
Namun, tahukah anda apa perbedaan antara Nabi Daud dan Jalut? Tahukah
kamu perbedaan Nabi Sulaiman dan Qarun? Tahukah kamu perbedaan antara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan Abu Jahal? Tahukah kamu
perbedaan Umar bin Khattab dan Namrudz? Tahukah kamu apa kemuliaan dari
Umar bin Abdul Aziz dan Muhammad al-Fatih bila dibandingkan dengan Fir’aun?
Sahabat...
31
Sadarlah anda, bahwa mengapa ternyata golongan yang awal tadi
adalah golongan celaka, sedangkan golongan kedua adalah golongan selamat.
Mengapa? Padahal mereka sama-sama orang-orang penting dan luar biasa di
zaman mereka. Dan mereka tercatat sebagai manusia-manusia yang
outstanding dalam sejarah. Namun, mengapa mereka mengalami perbedaan
nasib?
Golongan kedua ternyata mengalami akhir hidup yang bahagia, yang
happy ending. Mereka mati dalam kemuliaan yang tidak terputus-putus. Kenapa?
Karena merekalah golongan orang-orang yang beriman, berilmu, beramal shalih,
bertaqwa dan tidak ingkar pada Allah, tidak sombong, amanah, dan menjalankan
segala perintah Allah dengan baik. Mereka telah mengaplikasikan ilmu mereka
ke dalam kehidupan mereka. Mereka telah menjalankan syariat Allah di muka
bumi.
Kita tahu, bahwa tidak ada manusia yang ada di muka bumi ini adalah
manusia yang benar-benar suci dari kesalahan. Pasti kita melakukan kesalahan,
meskipun sekali. Tetapi, bagaimana dengan mereka yang mendapatkan rahmat
Allah? Mengapa mereka bisa begitu?
Karena mereka selalu berusaha untuk mensucikan diri mereka sendiri
dan orang lain. Mereka selalu sadar dan selalu berusaha untuk menghindar dari
kesalahan yang pernah mereka lakukan. Mereka selalu mengejar dan berlomba-
lomba menuju pengampunan Allah. Mereka adalah pemimpin yang adil. Mereka
adalah manusia-manusia yang rendah hati dan tidak rendah diri. Mereka tidak
kufur tetapi mereka selalu bersyukur.
32
tinggal di rumah yang sederhana. Padahal, Umar adalah pemimpin besar.
Bagaimana tidak? Kekaisaran Romawi di Syam dan Kerajaan Persia bertekuk
lutut di hadapannya. Umar, penguasa seluruh Jazirah Arab dan Mesir di
zamannya, ternyata hanya tidur di atas pelepah kurma. Berbeda sekali dengan
rival-rivalnya yaitu Kaisar Romawi dan Kisra Persia yang hidup di tengah-tengah
kemewahan istana dan harta yang menumpuk.
Lihatlah! Bahwa pada fakta dan sejarahnya, orang-orang yang bertaqwa
selalu menang dan sukses. Baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang hanya
mengejar dunia, maka dirinya hanya akan mendapatkan dunia. Namun jika
dirinya mengejar akhirat, maka dunia pun tidak akan berat dijalankannya.
33
Today is a New Day
Suatu hari ketika matahari terbit hari itu memanggil-manggil “Aku hari baru,
terhadap amalmu menjadi saksi, maka manfaatkanlah aku, aku tidak akan
kembali sampai hari kiamat
-Hasan Bashri-
34
adalah seorang pendosa. Tapi yang penting, langkah anda saat ini, perbuatan
anda sekarang, tingkah laku anda detik ini juga.
Seorang Umar bin Khattab menjadi seorang amirul mukminin, pemimpin
orang-orang yang beriman. Tidak peduli bagaimana kelamnya masa lalu Umar.
Seorang Umar, yang pernah menyembah berhala dari kurma –riwayat lain
menyebutkan roti- dan akhirnya memakannya karena kelaparan. Seorang Umar,
yang pernah menampar adiknya hingga jatuh tersungkur. Seorang Umar, yang
pernah menghunuskan pedangnya demi berniat membunuh nabi. Pada akhirnya,
beliau bangkit dari keterpurukkan. Dan dengan kesungguhannya –Qaddarallah-,
beliau menjadi salah satu orang yang paling bertaqwa dari umat ini! Tidak ada
yang ambil pusing bagaimana kelakuan Umar sebelumnya. Tetapi yang dilihat
adalah perbuatannya yang dilakukannya, saat itu juga.
Atau ingatkah dengan kisah si pembunuh
100 orang? Yang akhirnya masuk surga hanya
karena sebuah niat di hatinya: berubah, berubah
menuju kebaikan, saat itu juga.
Begitu pula kisah pelacur yang masuk surga
setelah memberikan minuman kepada anjing yang
kehausan. Dan itu menunjukkan, bahwa sekecil apa
pun niat kebaikan anda, dan ketika anda melakukannya, maka langkah
perubahan anda saat itu juga tidak akan pernah sia-sia.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya
QS az-Zalzalah: 7
Ya, sesungguhnya rahmat Allah begitu luas, dan pintu ampunanNya
begitu lebar. Bahkan kepada orang non-muslim yang berhijrah dari keburukan
kepada kebaikan saja Allah tetap mengasihi mereka.
...Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni
mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu...
QS al-Anfaal: 38
35
Karena itu, tunggu apa lagi? Segeralah melangkah ke arah yang lebih
baik, sekecil apapun langkah itu. Dan lakukan saat itu juga! Jangan sekali-kali
dibayang-bayangi oleh masa lalu yang telah menjadi sejarah yang tidak akan
pernah terulang. Jadikan saat ini juga sebagai lembaran baru hidup anda.
Jangan dihantui oleh lembaran-lembaran kusam yang telah terjadi di masa lalu.
Jalanilah hidup anda, dan hidup anda tidak akan pernah mengalami siaran
ulang. Hidup anda adalah siaran langsung dari pementasan drama kehidupan.
Karena itu, mulailah langkah kebaikan itu saat ini, sekarang juga. Karena hidup
anda itu siaran langsung, life is live. Today is a new day!
36
Membuat Perubahan di Milenium Kedua
37
mampu untuk merubah kondisi ini untuk menjadi zamannya generasi rabbani.
Namun di tengah-tengah era serba high tech ini, bagaimana kita bisa
melakukannya?
Buka Pikiran, Hasilkan Perubahan
Kita yang hidup sebagai muslim di zaman
sekarang sudah seharusnya lebih membuka
pikiran kita. Kita harus berpikiran secara luas.
Namun membuka pikiran dalam konterks ini bukan
berarti kita menerima segala doktrin dan pemikiran
yang bertentangan dengan syariat Islam.
Membuka pikiran ini artinya sudah seharusnya kita
melihat segala permasalahan dengan cara
pandang yang global. Dengan melihatnya secara
dunia yang luas dan melihatnya lewat jendela
Qur’an dan Sunnah. Mengapa? Karena memang
terkadang pandangan kita condong pada kekeliruan. Dan sudah seharusnya kita
lebih merujuk pada kebenaran yang datangnya hanya dari syariat Islam. Kita
harus lebih berpikir sesuai dengan kebenaran dan kebaikan. Kita harus melihat
segala masalah lewat cara yang simple dan mudah. Bagaimana caranya?
Kita harus melihat mana yang lebih banyak manfaatnya jika kita
dihadapkan ke dalam suatu kondisi. Mana yang lebih banyak? Manfaatnya atau
mudharatnya? Jika lebih banyak manfaatnya, maka lakukanlah hal itu! Namun
jika lebih banyak mudharatnya, maka tinggalkanlah!
Minimal, jika kita sudah menerapkan hal itu pada kehidupan kita, insya
Allah hal itu akan berpengaruh besar pada peradaban manusia di zaman
sekarang yang memang sepertinya buta kebenaran. Tidak melihat sisi lain dari
masalah itu sendiri.
Berittiba’, Niscaya Akan Bebeda!
Kehidupan kita sudah seharusnya menjadi teratur. Namun, kita perlu
contoh keteladanan akan keteraturan itu sendiri. Namun bagaimana caranya?
Tentu saja dengan berittiba’ (mengiku) pada cerminan kehidupan paling
38
sempurna, kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
shahabatnya!
Kita saat ini sedang krisis figur keteladanan. Dan sudah saatnya kita
kembali melanjutkan langkah kehidupan nabi dan para sahabatnya. Karena
memang sekrang, kita telah sering melihat banyaknya kesalahan, kekeliruan,
dan penyimpangan pada kehidupan kita. Kita saat ini telah banyak bergelut
dengan masyarakat Islam yang sudah sering sekali melakukan bid’ah dalam
kehidupannya. Padahal, bila kita kembali pada manhajnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, maka kita akan lurus kembali.
39
Pemikir Penggerak Perubahan
40
memperumit sesuatu yang simple. Tapi sebenarnya, seperti apakah perubahan
yang mampu mereka hasilkan?
Jika kita teliti, maka sebenarnya mereka adalah pemikir-pemikir yang
pemikirannya rumit. Kebanyakan pemikiran mereka berasal dari pertimbangan
akalnya sendiri. Dan yang fatal, standar kebenaran dari suatu pemikiran yang
mereka hasilkan adalah akal mereka sendiri! Mereka banyak menggunakan akal
mereka hingga akhirnya berujung pada penuhanan akal. Tetapi, perubahan yang
mereka bawa ternyata sangatlah besar. Mereka menjadi trendsetter dikalangan
para pemikir di masa mereka bahkan hingga saat ini. Namun, ternyata efek yang
mereka hasilkan adalah chaos, kekacauan. Mengapa? Karena pemikiran yang
mereka bawa terlalu banyak yang bertentangan dengan fakta dan kebenaran.
Jadi kesimpulannya, pemiki sejenis ini mungkin dicap gagal.
Pemikir Teoritis, Banyak Berteori Sedikit Beraksi
Sebenarnya, pemikir seperti ini memang
sangat mirip dengan tipe filsuf. Tetapi ini
merupakan tipe pemikir yang terlalu banyak
berteori namun sedikit yang mampu menghasilkan
efek dan perubahan. Tetapi sebenarnya pemikir
seperti ini cenderung menghasilkan prototipe
pemikiran maju yang muncul setelahnya. Memang
pemikiran ini bagus, namun pemikiran seperti ini
akan menghasilkan perubahan yang cenderung
jangka waktunya lama. Jadi, mau tidak mau
pemikir seperti ini mungkin dicap nyaris berhasil.
Pemikir Liberal, Berpikir Tanpa Dasar Kebenaran
Pemikir seperti ini juga lahir dari induk yang sama, filsafat. Teori yang
dibawa oleh pemikir seperti ini sepertinya manis seperti gula. Namun dibaliknya
ada racun yang lebih mematikan daripada bisa ular. Pemikir seperti ini relatif
rasional. Saking rasionalnya mereka menuhankan akal dan kebebasan. Namun
hasilnya apa?
41
Pada awalnya memang terasa manis, hidup dalam persamaan,
kebebasan, dan keleluasaan. Namun, hal ini juga pada akhirnya melahirkan
suatu konflik lain, yaitu konflik akan kebebasan antar individu. Dan akhirnya?
Sama seperti induknya, yaitu chaos, kekacauan.
Pemikir Fundamentalis, Pemikir
Dan mereka berkata:
"Sekiranya kami Penghasil Ekstrimis
mendengarkan atau Pemikir seperti ini sebenarnya memiliki
memikirkan (peringatan itu) satu hal yang tidak dimiliki pemikir liberal, yaitu
niscaya tidaklah kami termasuk suatu standar dalam kehidupan, suatu batasan
penghuni-penghuni neraka
dalam hidup dan bermasyarakat. Namun
yang menyala-nyala
pemikir seperti ini adalah pemikir yang benar-
(QS al-Mulk: 10)
benar menerapkan standar itu secara radikal.
Hingga akhirnya, terciptalah generasi yang kaku dengan adanya perubahan.
Karena memang, seiring waktu berputar, maka perubahan pun terus saja
bergulir. Dan orang-orang yang radikal ini sepertinya tidak akan mampu bertahan
lama. Mereka mungkin akan terasing dan terkucilkan. Perubahan yang dibawa
adalah perubahan yang statis. Namun, jika pemikir seperti ini berhasil
memegang suatu kekuasaan, maka akan terjadi perubahan yang besar-besar
dan terkesan eksplosif. Di satu sisi memang pemikiran seperti ini benar. Namun
di sisi lain menjadikan orang-orang menghadapi dunia dan perubahan zaman ini
dengan kaku.
Lantas, Pemikir Apakah yang Merupakan Pemikir Ideal?
Saya punya satu jawaban, yaitu pemikir rabbani.
Berpikir cepat, rasional, masuk akal, kreatif dan solutif merupakan cara
berpikir orang-orang yang mampu menjadi pilar-pilar perubahan dan
kebangkitan. Dan cara berpikir seperti ini, telah dipraktekkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya dalam melakukan perubahan
dan kebangkitan Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki pemikiran yang
cemerlang. Beliau senantiasa berpikir solutif, cepat, dan rasional. Standar dan
42
dasar pemikiran ini bertumpu pada sumber kebenaran yang hakiki, yaitu al-
Qur’an dan syariat Islam.
Dan pemikir seperti ini juga pemikir yang fleksibel dan tidak kaku. Pemikir
seperti ini mampu mengatasi tantangan zaman dengan adanya perubahan yang
signifikan dalam kehidupan umat manusia. Memang banyak perubahan, namun
pemikir rabbani mampu menghasilkan pemikiran dan perubahan yang mampu
mengiringi perkembangan zaman. Namun, tetap saja memiliki tumpuan, yaitu
Qur’an dan Sunnah.
Mungkin pemikir seperti ini terkadang dikatakan sebagai pemikir radikal.
Padahal, sebenarnya pemikir seperti ini adalah orang-orang yang bila ada
kebenaran, maka kebenaran itulah yang selalu dipegangnya hingga akhir hayat!
Mungkin pemikir seperti ini juga ada yang menyebutkannya sebagai
pemikir yang selalu bertindak filosofis (bertafakur). Padahal memang, dalam
berpikir kita harus suka merenung. Karena dengan merenung, kita menjadi lebih
bisa berpikir dengan luas dan lebih membuka mata kita pada lingkungan.
Dan tentunya, pemikir seperti ini mampu menghasilkan perubahan yang
signifikan ke arah yang lebih baik. Dan orang-orang yang memiliki cara berpikir
seperti ini, mampu menjadi roda kebangkitan.
43
Remaja Islam Sepanjang Sejarah
44
Mengapa para pemuda ternyata mampu memiliki kekuatan besar untuk
melakukan hal itu semua? Jawabannya adalah karena sesungguhnya pemuda
merupakan investasi bagi masa depan umat manusia. Dan sejarah telah
membuktikannya. Mulai dari jatuh bangunnya peradaban umat manusia dari
masa lalu hingga masa kini.
45
Sejarah pun telah megenal siapa itu Tariq bin Ziyad, penakluk Spanyol
pada masa al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Bani Umayyah. Saat itu, dirinya
menaklukkan wilayah itu dalam usia yang sangat muda, Kurang dari 30 tahun.
Atau mungkin yang paling fenomenal
Aku mendengar baginda
dalam sejarah, yaitu Muhammad bin Murad
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
al-Fatih! Sultan dari Turki Utsmani yang
wasallam mengatakan seorang
lelaki soleh akan dikuburkan di lebih dikenal dengan nama Muhammad II
46
Kemunduran pemuda Islam
Jika tadi kita melihat banyak sekali figur pemuda Islam yang begitu hebat,
maka sekarang kita memiliki sebuah pertanyaan besar,
“Mengapa saat ini, pemuda kaum muslimin mengalami kemunduran yang
drastis?”
Saat ini sepertinya pemuda Islam begitu lemah dan tidak dapat berbuat
apa-apa. Para pemuda Islam telah terlena dengan dunia hingga akhirnya pribadi
mereka menjadi lemah. Berbeda sekali dengan Ibnu Sina yang sejak umurnya
17 tahun telah mampu membuka praktik sendiri, bahkan dirinya akhirnya
diangkat sebagai dokter pribadi khalifah.
Mengapa hal itu terjadi? Karena saat ini para pemuda Islam telah
kehilangan figur teladan dalam kehidupan mereka. Saat ini banyak diantara
pemuda kaum muslimin terjerat virus globalisasi yang akhirnya menghilangkan
sosok-sosok pemuda luar biasa sepanjang sejarah dari dunia Islam. Bahkan
yang disebarluaskan malah artis-artis yang merupakan produk-produk kenistaan
dunia. Saat ini pemuda banyak menirukan gaya hidup tidak baik dan bertabiat
buruk dari tradisi barat. Mulai dari hedonisme, hura-hura, foya-foya, dll.
Saat ini kita kehilangan sosok pemuda seperti Usamah bin Zaid sang
komandan, Tariq bin Ziyad yang kuat, Abdullah bin Mas’ud yang amanah,
Abdullah bin Abbas yang berilmu, Zaid bin Tsabit yang cerdas, Ali bin Abi Thalib
yang perkasa, dan Muhammad al-Fatih sang penakluk.
Kita justru saat ini sering sekali mendapati kondisi pemuda seperti kondisi
Kan’an bin Nuh yang menolak kebenaran, sosok Samiri yang menyesatkan, atau
sosok Abdullah bin Ubay bin Salul yang munafik, atau sosok-sosok lainnya yang
bodoh dan jahil dalam ilmu.
Kita kehilangan figur dan pribadian seorang muslim pada remaja muslim
saat ini. Dan tentunya, hal ini sangatlah miris mengingat kita pernah berjaya
karena para pemuda cemerlang dan luar biasa.
Karena itu, sudah seharusnya para pemuda kita menjauh dari perilaku-
perilaku kenakalan remaja yang mampu menjatuhkan harkat dan martabat kita
sebagai umat Islam, umat terbaik yang pernah dilahirkan ke dunia.
47
Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan
48
penting jika kita terus stress dan memikirkan masa depan yang akhirnya
membuat kita terlalu mengejar-ngejar kabut tebal yang belum jelas ujungnya.
Jadikan hari ini adalah hari terbaik anda. Anda harus berusaha untuk
menjadikan hari ini bermakna dan lebih
Masa lalu bagaikan segala sesuatu
yang ada di dalam tanah, yang telah hidup dari hari sebelumnya. Gerakkan
terkubur dan tidak mampu dan beri warna hidup anda dengan
dihidupkan kembali. Sedangkan saat kebaikan-kebaikan anda saat ini. Jangan
ini bagaikan tempat kita berpijak, pernah menyia-nyiakan waktu anda
yaitu bagaimana kita mampu pada hari ini. Karena itu berarti anda
mengayunkan langkah sejauh telah menyia-nyiakan kesempatan untuk
mungkin. Sedangkan masa depan berbuat kebajikan dan meyediakan
bagaikan sesuatu yang dibalik awan,
ladang amal untuk bekal di akhirat nanti.
yang masih belum bisa kita jangkau.
Manfaatkan hari ini dengan sebaik-
Yang bisa kita lakukan hanya
baiknya persiapan untuk persiapan
menerawang dan merencanakan
menembus kabut tebal yang ada di
masa depan, mengubur bayang-
bayang masa lalu, dan terus depan anda. Yaitu masa depan!
49
depan tidak bisa hanya disikapi dengan ketakutan, awang-awang, dan angan-
angan. Tetapi harus disikapi dengan semangat meraih masa depan yang cerah.
“...Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang
sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah
hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakkal berserah diri” (QS Yusuf: 67)
“...Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia
menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” (QS al-
Ahzab: 17)
50
Jalan Dakwah dan Perubahan
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al
Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan
kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padaNya
(QS al-Kahfi: 27)
51
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Apa sebenarnya yang membuat beliau
menjadi manusia besar dalam sejarah peradaban manusia?
52
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Q.S. an-Nahl: 125)
“dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu
(Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya.
dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya,”
(Q.S. al-Kahfi: 27)
Para sahabat Rasulullah shallallahu
Maka tatkala Isa mengetahui
‘alaihi wasalam telah menyerahkan diri
keingkaran mereka (Bani lsrail)
mereka pada Allah dan rasul-Nya. Dan berkatalah dia: "Siapakah yang
mereka telah mewariskan kepada kita banyak akan menjadi penolong-
hal. Mulai dari ghirah dan semangat jihad, penolongku untuk
suri teladan, dll. (menegakkan agama) Allah?"
Masih ingatkah kita saat perang Para hawariyyin (sahabat-
53
Intinya, dengan keimanan, ketaqwaan, dan rasa cinta kita pada Allah
merupakan salah satu hal yang kita harus miliki. Untuk merubah diri kita dan
lingkungan kita untuk menjadi yang lebih baik.
54
Kebangaan Menjadi Seorang Muslim
Sadarkah anda? Bahwa ternyata banyak kaum muslimin di dunia saat ini
yang kurang PD dengan syariat-syariat agamanya sendiri. Ya, banyak di antara
kaum muslimin saat ini ternyata mengekor atau menyerupai budaya dan tradisi
jahiliah dari kaum kuffar dan musyrik. Banyak orang Islam yang ternyata identitas
keIslaman mereka telah luntur ditelan oleh westernisasi. Saat ini, banyak kaum
muslimin di seluruh dunia telah kehilangan jati dirinya sebagai muslim. Mereka
mengikut dan mengekor pada budaya maksiat yang berasal dari tradisi orang-
orang tak berilmu.
Salah satu contohnya adalah tradisi
Dan bila mereka berjumpa
hari Valentine yang sudah jelas-jelas
dengan orang-orang yang
melanggar syariat Islam dan cenderung beriman, mereka mengatakan:
kepada perbuatan maksiat yaitu zina. Ada "Kami telah beriman". Dan bila
lagi tradisi hura-hura atau hedonisme ala mereka kembali kepada
Barat yang ternyata diikuti oleh kaum syaitan-syaitan mereka[25],
muslimin, terutama para remaja. Dan lagi, mereka mengatakan:
banyak di antara kita, kaum muslimin, "Sesungguhnya kami
55
Banyak di antara kita, kaum muslimin, yang bahkan mengekor pada kaum
kuffar. Dan realitasnya lihatlah sekarang! Kaum mudanya senang berhura-hura,
kaum wanitanya memakai baju yang nista, para pemimpinnya tidak amanah
dalam menjalankan tugasnya, para petinggi negara lebih memilih syariat (aturan)
hasil karya manusia biasa dibandingkan syariat yang dibuat oleh Rabb alam
semesta.
Ya, hal ini persis yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam 14 abad yang lalu.
“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunah orang-orang sebelum
kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun
mereka memasuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti
mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Orang-orang Yahudi dan orang-orang
Nasrani? Beliau menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka” (H.R. Muslim)
Padahal kita, kaum muslimin, telah memiliki identitas tersendiri, telah
memiliki jati diri yang sejati. Mulai dari cara berpakaian hingga urusan
pemerintahan telah diatur dan ini adalah identitas kita sebagai kaum muslimin.
Allah telah mengatur dalam syariatNya segala hal tentang kehidupan kita. Kita
memiliki cara berpakaian yang jauh lebih baik dan jauh lebih terhormat
dibandingkan mereka (kaum kafir). Kita memiliki sistem social yang lebih tinggi
derajatnya, kita memiliki peraturan dalam pemerintahan yang lebih sempurna
dan lebih menyeluruh dari mereka. Lalu mengapa kita tidak melakukannya?
Apakah kita telah malu mengamalkannya? Apakah kita malu untuk berbuat
kebaikan dan syariat yang telah Allah turunkan dari langit ketujuh? Apakah kita
sekarang tidak mempunyai rasa malu karena kita telah tertipu dengan mereka
(kaum kafir) dengan dunia? Apakah kita lebih mementingkan syariat buatan
manusia yang tak berdaya dibandingkan syariat Allah yang Maha Perkasa?
Tunjukkanlah! Bahwa kita sebagai kaum muslimin memiliki tradisi yang
lebih tinggi derajatnya dibandingkan tradisi jahiliah yang nista. Karena itu,
kenapa kita tidak melakukannya?
Bahkan sekarang, realitas yang terjadi adalah sebaliknya. Di mana orang
yang berusaha untuk menjalankan aturan Allah itu dipojokkan. Wanita yang
56
menutup auratnya rapat-rapat disebut sebagai istri teroris. Lelaki yang celananya
di atas mata kaki, berjanggut, berjubah, dan bersorban disebut sebagai
ekstrimis. Syariat-syariat Islam yang ada di al-Qur’an dan sunnah disebut tidak
relevan dengan kondisi sekarang.
Apakah hal tersebut benar? Sungguh! Tidak sama sekali!
Kita harus bangga dengan identitas dan syariat Islam kita. Karena itulah
yang akan membawa kita kepada keIslaman.
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari urusan (agama itu). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. al-Jaatsiyah: 18)
Kita telah memiliki peraturan, syariat, dasar, dan pedoman yang
datangnya langsung dari Allah. Jangan sampai kita mendahulukan hawa nafsu
kita daripada Kitabullah. Jangan sampai hanya karena dunia, kita lalai dalam
menjalankan perintahNya.
57
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata.” (Q.S.al-Ahzab: 36)
Jika kita telah melalaikan perintah Allah dan rasulNya, apakah kita masih
layak disebut sebagai muslim yang baik? Jika kita mengesampingkan syariat
Allah, masihkah kita dapat disebut sebagai muslim sejati? Jika kita tidak
menjalankan syariat Allah, bahkan sebaliknya yaitu menyerupai kaum kafir,
maka apakah masuk akal bahwa dirinya disebut sebagai pribadi yang memiliki
jati diri seorang muslim? Tidak! Sesungguhnya tidak! Mereka itu disebut oleh
Allah sebagai ‘orang yang sesat dalam kesesatannya yang nyata’. Na’udzubillahi
min dzalik!
58
Menjadi Muslim Sejati
59
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (Q.S. al-Baqarah: 208)
Di ayat ini Allah menegaskan kepada kita bahwa jika kita telah mengaku
sebagai seorang muslim, maka jadilah seorang muslim yang sesungguhnya!
Tidak setengah-setengah. Jika kita telah menjadi seorang muslim, maka kita
harus konsisten dengan keIslaman kita. Kita harus memiliki tekad dan keyakinan
yang kuat untuk menjalankan perintah Allah. Dan kita tidak boleh mengikuti
langkah-langkah syaitan. Mengapa? Karena sesungguhnya syaitan telah ingkar
dari ajaran Allah. Syaitan telah mengingkari ayat-ayat Allah dan menggantinya
dengan yang lain. Maka dari itu, jika kita seorang muslim, maka janganlah anda
ragu untuk memperlihatkan bentuk keIslaman anda. Anda harus membuktikan
ketulusan dan kesungguhan anda dalam memeluk agama Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (Q.S. Ali Imran: 102)
Kita yang telah beriman kepada Allah, maka
...Sesungguhnya
sudah seharusnya kita bertakwa kepada Allah dengan orang yang paling
sebenar-benarnya takwa! Kita harus memegang mulia diantara kamu
keimanan dan ketaqwaan kita dengan sungguh- disisi Allah ialah
sungguh hingga akhir hayat. Dan jadilah anda menjadi orang yang paling
orang yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar- taqwa diantara
60
seorang muslim? memang dirinya seorang muslim, tapi sungguh! keIslamannya
itu tidaklah sempurna!
Memang, di zaman sekarang jika seseorang menampakkan keIslaman
mereka di tengah-tengah manusia, maka orang itu akan dikatakan sebagai
teroris, ekstrimis, fundamentalis, atau sebutan-sebutan lain yang sifatnya
memojokkan kita. Sungguh! Ejekan mereka adalah seruan orang-orang yang
jahil (bodoh) dan tidak paham akan ilmu. Sebagaimana Allah sebutkan dalam al-
Qur’an.
“dan apabila Dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami,
Maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang
menghinakan.” (Q.S. al-Jatsiyah: 45)
“Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan
kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-
rasul-Ku sebagai olok-olok.” (Q.S. al-Kahfi: 106)
61
Muslim Sejati
Banyak diantara kita memeluk agama Islam dan Ibrahim itu bukanlah
termasuk orang-orang
karena terlahir dalam keadaan demikian, dalam
musyrik
keluarga muslim. Namun satu hal yang harus kita
(QS al-An’aam: 161)
pahami adalah Islam itu harus kita mengerti
sepenuhnya. Kita harus benar-benar memilih Islam karena kecintaan dan
ketulusan kita pada kebenaran yang hanya satu-satunya dimiliki oleh Islam. Jika
kita hanya Islam secara keturunan, maka apa makna Islam sebenarnya jika tidak
kita pahami apa itu Islam sendiri. Kita harus tahu dan mengerti bahwa,
62
“Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan
salat, membayar zakat, puasa Ramadan dan menunaikan haji” (H.R. Muslim)
Jika kita menganut Islam lantaran ‘hanya’ dari keturunan dan tanpa
ketulusan, maka lihatlah kondisi dunia saat ini yang dipenuhi oleh kaum muslimin
namun ternyata banyak di antara kaum muslimin itu sendiri tidak mencerminkan
dan mencitrakan bahwa dirinya adalah seorang muslim. Lihatlah orang-orang
yang mengumbar aurat dan melaksanakan kemaksiatan! Bahwa ternyata di
antara mereka ada orang Islam di dalamnya. Mereka itu turut masuk ke dalam
lingkaran kemaksiatan karena tidak menanamkan nilai-nilai keIslaman pada hati
mereka walaupun mereka adalah seorang muslim.
Karena itu, kita harus sadar dan benar-benar tulus memilih agama Islam
sebagai jalan yang kita lalui. Karena hanya Islamlah jalan yang mampu
mengantarkan kita kepada surga dan keridhaan Allah. Dan jika kita telah memilih
Islam, maka jangan sampai keIslaman kita itu kadarnya setengah-setengah.
Karena Allah telah memerintahkan kita,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. al-Baqarah: 208)
63
Dengan ini, berarti kita harus benar-benar total menjalankan agama
Allah. Bahkan hingga kita mati pun nanti tentu harus tetap berpegang teguh pada
agama Allah ini. Kita diperintahkan untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya
takwa, dengan totalitas ketakwaan kita. Bahkan sampai mati pun kita haru tetap
bejalan di atas jalan ketakwaan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (Q.S. Ali Imran: 102)
Ya, kita tidak hanya sekedar bertakwa. Tapi SEBENAR-BENARNYA
TAKWA. Itu berarti kita harus terus menyempurnakan ketakwaan kita hingga ajal
menjemput. Tetapi ternyata kondisi di dunia ini begitu rusak karena saat ini
sudah jarang orang yang mau melaksanakan takwa dengan sebenar-benarnya.
Banyak diantara kaum muslimin ternyata berIslam identitasnya saja. Bukan
akhlak, perilaku, dan kepribadiannya. Tetapi sebenarnya, mengapa kita harus
bertakwa?
Karena jika kita bertakwa kepada Allah, maka sungguh! Allah akan
memberikan kepada kita.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan,”
(Q.S. an-Naba’: 31)
Dan jika anda bertakwa kepada Allah, maka yakinlah bahwa
sesungguhnya anda akan mendapatkan rizki dan solusi hidup anda. Janganlah
anda ragu wahai saudaraku! Bahwa sesungguhnya, jalan keluar dari segala
permasalahan anda akan tiba di depan mata anda tanpa disangka-sangka,
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu.” (Q.S. ath-Thalaaq: 2-3)
Ya, jika hidup ini terasa sulit dan menyusahkan anda. Maka introspeksi
dirilah, sudahkah anda menjadi orang yang bertakwa? Banyak orang di dunia ini
64
dilanda kemelut dalam kehidupannya. Banyak orang yang akhirnya menjadi gila
atau bahkan mengakhiri hidupnya sendiri lantaran tidak mendapat jalan keluar
atas masalahnya. Padahal, solusinya hanya satu. Bertakwa kepada Allah!
65
Muslim, Ummat Terbaik di Dunia
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala
yang terbaik sebagai balasan...
(QS al-Kahfi: 88)
Sejarah telah mencatat riwayat hidup orang-orang besar masa lalu yang
merupakan pembesar dunia. Mereka mampu membangun peradaban yang
hebat. Mereka berhasil membangun gedung-gedung tinggi yang mewah dan
megah, taman-taman yang indah, dan harta kekayaan mereka melimpah ruah.
Dalam sejarah dikenal peradaban Mesir kuno, Yunani kuno, Romawi, Persia,
Babilonia, Sumeria, dan Mesopotamia. Namun sayang, sepanjang sejarah tidak
ada peradaban yang paling berhasil atau paling baik dan banyak pengaruhnya
bagi kemajuan dunia melainkan peradaban Islam.
Peradaban Islam yang pertama kali didirikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam di kota Madinah ternyata berhasil mencetak generasi-generasi
cemerlang. Ya, peradaban yang berawal dari suatu kota di Jazirah Arab ternyata
berhasil mengubah seluruh dunia. Dengan kerja kerasnya dan dengan
pertolongan Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhasil membangun
sebuah peradaban emas. Beliau berhasil mengubah suatu bentuk tatanan sosial
dari yang jahiliah (bodoh) menjadi suatu tatanan sosial yang dilandaskan oleh
ilmu pengetahuan. Beliau berhasil mengubah kebudayaan sesat menjadi
kebudayaan yang ternyata berhasil mencetak manusia-manusia luar biasa
pengubah dunia seperti Umar bin Khattab, Ibnu Sina, Umar bin Abdul Aziz,
Harun al-rasyid, Hasan al-Banna, Jabir bin Hayyan, Shalahuddin al-Ayyubi, dan
masih banyak lagi.
66
pengubah dunia? Sebenarnya hanya ada satu hal yang membuat mereka
demikian. Karena mereka mengamalkan Islam secara keseluruhan, benar-benar
beriman dan bertaqwa kepada Allah, dan
benar-benar melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar dengan sebenar-benarnya.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, Menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran: 110)
Lihatlah! Di ayat ini, Allah membandingkan antara orang-orang yang
beriman kepada Allah dengan orang-orang yang ingkar kepadaNya. Kita sebagai
kaum muslimin sudah seharusnya menjadi umat yang terbaik di dunia. Kita harus
tunjukkan bahwa hanya Islamlah jalan keselamatan dunia dan akhirat.
Bagaimana caranya agar hal itu terjadi? Yaitu dengan amar ma’ruf nahi munkar.
Tatkala hal itu dapat beridir tegak, tentunya peradaban ini akan menjadi
peradaban tertinggi. Namun jika pelaksanaannya masih setengah-setengah,
maka jangan harap peradaban itu akan maju.
Ya, kita adalah umat terbaik di dunia, karena kita beriman kepada Allah.
Dan jika tidak, maka lihatlah sejarah peradaban yang lalu. Yang telah Allah
musnahkan peradabannya. Tahukah kamu kaum Aad dan Tsamud? Mereka
adalah kau yang bertubuh besar dan kuat. Bangunan-bangunan mereka pun
berdiri indah dan megah. Namun apa yang terjadi? Kekuatan besar yang mereka
miliki tidak mampu menangkal keperkasaan Allah sedikit pun dalam
memusnahkan mereka yang ingkar semuanya.
Dan sekarang, bermuhasabahlah. Sudahkah anda mengamalkan Islam
dengan benar? Sudahkah anda benar-benar beriman kepada Allah? Sudahkah
anda beramar ma’ruf nahi munkar? Jika sekarang kondisi kaum muslimin saat ini
berada dalam keterpurukan dan di bawah penindasan kaum kuffar, maka kita
sudah seharusnya memeriksa kembali, apa yang kurang dari diri kita, kaum
67
muslimin? Sadarlah! Bahwa saat ini kaum muslimin sudah kurang beramar
ma’ruf nahi munkar, sudah kurang menerapkan nilai-nilai keIslaman di dalam
kehidupan mereka, sudah kurang berani menampakkan akhlak yang baik.
Maka, sudah seharusnya sekarang kita menjadi khairu ummah! Ummat
yang terbaik!
68
Jati Diri Kaum Muslimin
69
Namun, apa yang terjadi? Satu hal yang paling membuat kita terkagum
adalah di antara kaum muslimin, tidak seorang pun dari mereka yang berganti
identitas dan jati diri. Mereka tetap berkepribadian muslim sejati. Tidak ada yang
berubah, mulai dari bahasa, budaya, tata kelakuan, dan gaya hidup. Mereka
masih memegang teguh prinsip-prinsip seorang muslim.
Sementara itu, bagaimana keadaan al-Yasiq? Ternyata hukum yang telah
sudsah payah dibuat itu ditelan debu peradaban dan waktu. Al-Yasiq hanya
tinggal sejarah. Tidak ada satu orang pun dari kaum muslimin yang mau
mempelajarinya, apalagi menggunakannya. Kaum muslimin tetap seperti yang
dunia kenal saat itu, tetap berpegang teguh kepada Islam, al-Qur’an, dan
Sunnah. Bahkan, orang Mongol sendirilah yang akhirnya memeluk Islam, karena
mereka sadar, satu-satunya kebenaran hanya ada pada Islam. Sejarah telah
membuktikannya, di mana seorang keturunan Jenghis Khan akhirnya menjadi
penguasa muslim yang termasyhur di zamannya, dialah Timur Lenk atau
Tamelane (sosok ini merupakan sosok kontroversi dalam sejarah Islam. Ada
yang berpendapat bahwa dirinya pemeluk Syi’ah dan tarekat-tarekat yang sesat
lainnya. Ada lagi yang berpendapat bahwa dirinya merupakan pahlawan Islam
yang taat. Kita berlepas dari segala kontroversinya. Wallahu a’lam)
Namun saat ini ternyata kita melihat kebalikannya. Kondisi dunia saat ini
memang mirip dengan kondisi kaum muslimin 8 abad yang lalu. Di mana kaum
muslimin tidak memiliki pemimpin (khalifah), kaum muslimin berada di tengah-
tengah gempuran kaum kuffar, mulai dari Irak, Palestina, Afghanistan, Asia
Minor, Chechnya, dan Filipina. Kaum muslimin dijejali dengan hukum dan
undang-undang buatan manusia yang merupakan
pencampuran dari berbagai pemikiran, mulai dari
pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Kaum
muslimin tidak lagi menggunakan Qur’an sebagai
dasar negara, tetapi diganti dengan undang-undang
yang setipe dengan al-Yasiq pada masa lalu.
Namun yang berbeda adalah, sekarang
kaum muslimin tidak lagi mempertahankan jati diri mereka sendiri sebagai
70
seorang muslim. Dengan bangganya mereka meniru-niru perbuatan, budaya,
pemikiran, dan gaya hidup kaum kuffar. Jika 8 abad lalu kaum muslimin tetap
sebagai muslim sejati, sekarang sudah banyak kaum muslimin yang berperan
sebagai ‘muslim pengekor’. Padahal, secara tidak langsung hal itu merupakan
sebuah bentuk penghinaan diri sendiri sebagai muslim di hadapan orang-orang
kafir.
Jika 8 abad yang lalu justru orang Mongol yang meninggalkan al-Yasiq
dan mempelajari al-Qur’an, sekarang sebaliknya. Kaum muslimin sendiri sering
meninggalkan al-Qur’an dan dengan bangganya mereka mempelajari ilmu
perundang-undangan sesat dan membangkang pada hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah.
Dan sekarang, sudah saatnya kita sadar bahwa selama ini kita telah
mengekor pada orang kafir. Sudah saatnya sekarang kita bangkit dan
menggantikan tatanan yang telah rusak ini dengan tatanan yang lebih baik lagi
dari Allah di langit ke tujuh.
71
Kaum Paling Berpengaruh di Dunia
72
misi para nabi dan rasul tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai rahmat
semesta alam.
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiyaa: 107)
Ya, kita sebagai seorang muslim
Dan apabila dikatakan kepada
harus bisa mengukir jejak-jejak mereka: "Ikutilah apa yang telah
kebaikan di dunia. Jangan sampai diturunkan Allah," mereka menjawab:
kehadiran anda sebagai muslim hanya "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti
menjadi sia-sia karena tidak adanya apa yang telah kami dapati dari
pengaruh anda. Anda harus bisa (perbuatan) nenek moyang kami".
73
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung,” (Q.S. Ali Imran: 104)
Dengan dakwah, maka diri anda telah membangun generasi emas umat
manusia. Dengan dakwah, maka anda telah mengambil kendali umat ini dan
mengarahkannya ke arah yang lebih baik. Dan dengan dakwah, anda bisa
meninggalkan pengaruh positif dan anda telah berkontribusi dalam hal kebaikan
dan mewujudkan Islam sebagai fitrahnya, Islam sebagai rahmat semesta alam!
Dan dengan dakwah, kita bisa meninggalkan sentuhan kebaikan pada generasi
umat Islam selanjutnya sebagai umat yang terbaik di dunia.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah...” (Q.S. Ali Imran: 110)
Dan generasi pendahulu kita telah
membuktikannya, bahwa sesungguhnya muslim
memiliki kontribusi besar bagi perkembangan dunia ke
arah yang lebih baik. Di bawah bendera Islam ilmu itu
berkembang pesat. Pengetahuan-pengetahuan yang bagaikan pelita telah
menerangi dunia yang gelap. Ya, Islam telah memberikan sentuhan kebaikannya
kepada dunia. Dan generasi-generasi sebelum kita telah membuktikan bahwa
mereka mampu berkontribusi.
Begitu pula kepribadian dan akhlak pendahulu kita. Mulai dari generasi
sahabat nabi, tabiin, dan tabiuttabi’in telah menunjukkan dan menyebarkan
manfaat serta kemuliaan dengan akhlak mereka yang indah. Dengan akhlak
mereka yang mulia, mereka berhasil menyebarkan kebaikan dan kemuliaan ke
muka bumi ini. Mereka mulai mengubah dunia dengan mengubah kepribadian
diri mereka sendiri, lalu kepribadian kaum kerabat mereka, lalu kepribadian
lingkungan mereka, lalu kepribadian generasi penerus mereka.
Lihatlah strategi dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Beliau
bukan berdakwah dengan kekerasan, melainkan dengan akhlak yang mulia. Dan
74
dengan akhlak mulia itu, manfaat dari diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak hanya bagi kaum muslimin saja, bahkan hingga kaum kafir pun merasakan
manfaat dan kebaikan dari diri Rasulullah. Beliau mulai dengan akhlak beliau
sendiri, lalu menyebarkan kebaikan dari mulai keluarganya, lalu ke kerabat dan
sahabatnya, lalu masyarakatnya, lalu generasi penerusnya, dan akhirnya seluruh
dunia!
Dan kisah Amirul Mukminin Umar bin Sesungguhnya orang-
Khattab bersama sang calon gubernur pun orang yang beriman dan
mengajarkan kita tentang seni mempengaruhi beramal saleh, kelak
orang. Kisah tadi sebenarnya menyiratkan bahwa Allah Yang Maha
kita harus mempengaruhi dunia dan tidak Pemurah akan
terpengaruh dunia. Lihatlah Umar bin Khattab! menanamkan dalam
Yang telah menguasai banyak wilayah dan (hati) mereka rasa kasih
sayang
penguasa kaum muslimin! Dirinya telah
(QS Maryam: 96)
mengembangkan sayap Islam hingga ke negeri
Persia dan Romawi. Memang dunia dengan izin Allah telah berada di dalam
kekuasaannya. Tetapi sama sekali beliau tidak terpengaruh dunia, bahkan
dirinyalah yang mempengaruhi dunia!
Bagaimana Umar memperhatikan seorang anak kecil dengan kasih
sayangnya. Dirinya telah mempengaruhi anak kecil itu hingga sang anak pun
nyaman berada di dekatnya. Berbeda dengan ayah sang anak yang rupanya
terpengaruh oleh dunia hingga akhirnya rasa cintanya pada anaknya telah
berpindah kepada cinta dunia. Dirinya bahkan tidak mampu mempengaruhi dan
memberi sentuhan kelembutan, kasih sayang, dan kebaikan kepada anaknya
sendiri. Bagaimana bisa orang seperti itu mampu mengurus dunia, sedangkan
mengurus anaknya saja tidak bisa?
Sahabat...
Bagaimana dengan kita? Mampukah kita berkontribusi bagi kemajuan
dunia? Mampukah kita mengukir prestasi kebaikan diri kita? Mampukah kita
mempengaruhi dunia dan tidak terpengaruh dunia?
75
Menjadi Manusia Beruntung
76
Allah, menjadi manusia yang mengenal siapa Rabbnya, manusia yang mengenal
siapa Tuhannya, manusia yang mengenal siapa sebenarnya penciptanya.
Manusia yang beruntung adalah manusia yang tidak hanya beruntung di
dunia namun juga beruntung di akhirat. Dan jika kita ingin sukses di dunia dan
selamat di akhirat, maka percaya dan kenalilah penguasa dunia dan akhirat. Jika
kita ingin sukses di dunia, maka kita harus beriman kepada pencipta dunia.
Siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Allah subhanahu wata’ala.
Masih ingatkah kita kepada ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada kaum Quraisy? Beliau bersabda, “Maukah kalian kuajarkan kalimat yang
dengannya kalian bisa menguasai dunia?”. Lalu kaum Quraisy berkata, “Apakah
itu?”. Nabi menjawab, “ucapkanlah ayhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu
anna Muhammadan rasulullah!”. Lalu kaum Quraisy pun mengejek beliau.
Namun ternyata ucapan beliau terbukti hanya beberapa belas tahun setelah
beliau meninggal.
Ada Umar bin Khattab, sang al-Faruq yang berhasil menyebarkan panji
dakwah hingga ke negeri Persia dan Romawi, ada Abu Ubaidah bin Jarrah yang
telah menundukkan Syam, ada Sa’ad bin Abi Waqqash sang penakluk Persia,
ada Amr bin Ash sang pembebas Mesir. Apa sebenarnya yang membuat mereka
menjadi manusia luar biasa padahal sebelumnya mereka hanya manusia biasa?
Apa sebenarnya yang mengangkat derajat Bilal bin Rabah dan Zaid bin Haritsah
yang dari seorang budak menjadi seorang ksatria? Apa sebenarnya yang
mengangkat derajat Ammar bin Yasir yang papa dan lemah tak berdaya menjadi
manusia yang perkasa? Semuanya berasal dari satu kekuatan! Yaitu kekuatan
iman yang menancap di lubuk hati mereka. Kekuatan iman yang mampu
mengubah mereka menjadi singa yang garang ketika berjihad dan berperang
dan mampu mengubah mereka menjadi manusia berhati selembut sutra kepada
saudara mereka. Mereka berhasil menggenggam dunia dan selamat di akhirat.
Karena di akhirat nanti mereka akan ditanya oleh Dzat yang mereka imani
hingga akhirnya mereka mampu selamat di alam sana.
Bandingkan dengan kondisi para pembesar dunia yang tidak ada
keimanan dalam hati mereka. Apakah mereka menjadi manusia yang
77
beruntung? Memang mereka beruntung di dunia. Namun sayang, di akhirat
mereka celaka. Tidakkan anda perhatikan bagaimana besar dan banyaknya
kekayaan Fir’aun dan Qarun? Namun ternyata Allah membinasakan mereka
dalam keadaan yang hina! Mengapa? Karena di hati mereka tidak ada secuil pun
keimanan kepada Rabb alam semesta.
78
Atau mungkin sosok Abu Bakar mampu menjadi teladan. Dirinya mampu
konsisten dalam membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga
akhirnya beliau disebut ash-shiddiq. Atau Umar bin Khattab yang konsisten
dengan hatinya yang teguh bak batu karang. Dirinya benar-benar memilah mana
yang baik dan mana yang buruk. Tidak ada yang abu-abu di dalam
pandangannya. Hingga akhirnya beliau disebut al-Faruq.
Dan sosok agung lainnya adalah Abdullah bin Amr bin Ash. Sang ahli
ibadah yang dengan konsisten dirinya terus beribadah dan bermunajat kepada
Allah. Saking hebatnya ibadahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri
yang terjun langsung menangani perkaranya (yang terlalu sering beribadah).
79
membentuk generasi yang berilmu melalui sistem saling menasihati dalam
kebenaran.
Masih ingatkah kita kepada pidato
“Ketika sedang tidur, aku bermimpi
Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul
melihat sebuah gelas besar berisi
Aziz ketika mereka diangkat sebagai susu dihidangkan kepadaku. Lalu
khalifah? aku meminumnya hingga aku dapat
“Taatilah jika aku berada dalam menyaksikannya mengalir ke dalam
kebenaran dan luruskanlah aku jika aku kuku-kukuku kemudian sisa
menyimpang!” minumanku aku berikan kepada
Karena itu, tidak heran Allah Umar bin Khathab.” Para sahabat
bertanya, “Bagaimana engkau
menyebutkan orang yang saling
menakwilkan mimpi itu wahai
menasihati dalam kebenaran termasuk
Rasulullah?”, Beliau menjawab: “Itu
ke dalam golongan manusia yang
adalah ilmu”
beruntung. Karena lewat nasihat dalam
(HR Muslim)
kebenaran, mereka mampu meluruskan
lingkungan mereka. Mereka mampu mempengaruhi sekitar mereka untuk
menjadi lebih baik. Dan lewat nasihat dalam kebenaran itulah kita mampu untuk
tetap melangkah di manhaj kebenaran yang telah Allah gariskan.
Sebagai manusia biasa, tentu saja kita pernah mendapatkan ujian dari
Allah. Dan sebenarnya bentuk ujian tersebut merupakan salah satu perlambang
ketulusan keimanan kita kepada Allah. Dan memang, keimanan kita tentu sering
diuji. Baik itu lewat musibah, bencana, dll.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S al-Baqarah: 155)
Dan kita sebagai manusia sering sekali tidak mampu menahan diri kita
sendiri. Kita sering berputus asa jika kita menghadapi ujian.
“...Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (Q.S. Yusuf: 87)
80
Dan jika kita ingin menjadi manusia yang beruntung, maka kita harus
mampu menjadi manusia yang saling menasihati dalam kesabaran satu sama
lain. Mengapa?
Seperti yang kita ketahui, bahwa dunia ini adalah tempatnya ujian dari
Allah. Dan tentu jika kita ingin lulus dari ujian ini, maka kita harus memiliki
kesabaran dalam menghadapi ujian tersebut. Kita tidak akan mampu melangkah
maju jika langkah kita terhenti hanya karena kita tidak mampu bersabar.
Ia (Imam Ahmad bin Hanbal) murid Dan dalam sejarah, begitu banyak
paling cendekia yang pernah saya orang-orang yang namanya harum
jumpai selama di Baghdad. Sikapnya dalam sejarah karena mereka mampu
menghadapi sidang pengadilan dan menaklukkan ujian dengan kesabaran
menanggung petaka akibat tekanan dan niat yang tinggi. Lihat saja
khalifah Abbasiyyah selama 15 tahun kehidupan Imam Ahmad bin Hanbal.
karena menolak doktrin resmi
Seorang yang miskin lagi yatim, namun
Mu'tazilah merupakan saksi hidup
dengan kesabaran yang ekstra dirinya
watak agung dan kegigihan yang
mampu mengarungi padang pasir yang
mengabdikannya sebagai tokoh
luas dari Irak ke Yaman demi menuntut
besar sepanjang masa.
-Imam Syafi’i- ilmu. Padahal umurnya saat itu masih 15
tahun!
Atau mungkin kisah sahabat dan golongan orang-orang yang paling awal
masuk Islam mampu menjadikan kita lebih bisa merenung. Mereka, generasi
pertama kaum muslimin, menghadapi ujian yang sangat luar biasa. Mereka
kerap dihina, dihujat, dan tidak jarang disiksa. Bahkan kedua orang tua Ammar
bin Yasir, yaitu ayahnya dan ibunya yang bernama Sumayyah, menjadi korban.
Namun siapa sangka, ternyata orang-orang yang awalnya tertindas mampu
bangkit menjadi manusia penguasa dunia!
Bilal bin Rabah memang hanya budak biasa, perantauan dari Habasyah.
Namun siapa sangka dirinya mampu menjadi penggerak dakwah Islam? Dirinya
yang yang berdzikir dengan kalimat “ahad..ahad...” ternyata mampu menjadi
pahlawan penegak kalimat Ahad di muka bumi!
81
Atau mungkin Khabbab bin Arats, seorang pandai besi yang disiksa oleh
para pembelinya, ternyata dirinya mampu mengajarkan Islam kepada Said bin
Zaid dan Fatimah binti Khattab yang berlanjut kepada Islamnya Umar bin
Khattab!
Atau mungkin Abu Ubaidah bin Jarrah yang pada perag Badar harus
bersabar karena dirinya mengalami bencana yang besar. Yaitu ayahnya
terbunuh sebagai kafir. Namun siapa yang membunuh ayahnya? Ternyata yang
membunuhnya adalah anaknya sendiri! Yang membunuhnya adalah Abu
Ubaidah! Namun ujian bukan menjadi halangan baginya untuk menjadi pahlawan
penakluk Syam!
Mereka, generasi awal umat Islam, telah mengajarkan kita banyak hal.
Yaitu dengan saling menasihati dalam kesabaran, mereka mampu menjadi
tonggak dan pondasi yang kokoh bagi umat terbaik di dunia, umat Islam!
Karena itu, untuk menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang sukses
di dunia dan selamat di akhirat, kita harus mampu melaksanakan keempat
kriteria tersebut. Jika kita belum melaksanakan semuanya, maka kita belum
menjadi manusia yang beruntung secara keseluruhan.
82
Maksiat?
83
telah melakukan dosa yang banyak, maka sesungguhnya ampunan Allah lebih
besar! Jika anda telah melaksanakan kemaksiatan setinggi gunung, maka
sesunggunhnya ampunan Allah lebih tinggi daripada langit! Jika anda telah
melakukan kemaksiatan seluas lautan, maka ampunan Allah seluas langit dan
bumi!
Tidak peduli sudah berapa kali anda
...mereka bertaubat dengan
melakukan maksiat, tetapi yang lebih penting
segera, maka mereka
adalah sudah sampai mana anda melangkah itulah yang diterima Allah
menuju jalan yang benar. Jika anda melakukan taubatnya, dan Allah Maha
maksiat, maka jangan ragu untuk bertaubat! Jika Mengetahui lagi Maha
kembali bermaksiat, maka kembalilah bertaubat! Bijaksana
Jangan sampai anda bosan dengan taubat (QS an-Nisaa: 17)
anda!
Lurus
Jika para Nabi melakukan kesalahan, maka Allah akan langsung
meluruskannya, akan langsung menegurnya. Dan sekarang, lingkungan yang
paling buruk adalah lingkungan yang tidak meluruskan anda ketika anda
bengkok!
Berdoalah!
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS az-Zumar: 53)
Jika anda bermaksiat, maka janganlah berkecil
hati! Tetaplah berdoa kepada Allah! Masihkah kita ingat
kepada Nabi Yunus? Ketika beliau di perut ikan paus dan
di tengah keheningan dan kegelapan, beliau berdoa,
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zhalim”
Jangan pernah menyerah dan berputus asa dari
84
ampunan dan rahmat Allah! Karena sesungguhnya yang berputus asa dari
rahmat Allah adalah orang kafir!
“…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS Yusuf: 87)
85
Kepedulian dan Solidaritas Seorang Muslim
Gambaran untuk saling mencintai, kasih sayang dan saling menolong di antara
orang-orang yang beriman adalah bagaikan satu badan. Jika ada anggota badan
yang sakit maka yang lain juga turut merasakan sakit dengan demam dan tidak
bisa tidur di waktu malam
(HR Bukhari dan Muslim)
86
Saudaraku, ingatlah saudaramu! Apakah engkau tidak malu bila engkau
menikmati hidup ini dengan nikmatnya tetapi anda tidak simpati dengan
kehidupan saudara anda lain? Apakah anda tidak malu bila anda minum air yang
segar, makan makanan yang lezat, dan tidur di kasur yang empuk, sedangkan
saudara anda minum dari air keruh, makan makanan seadanya, tidur beralaskan
batu, dan di dalam hati anda tidak ada kepedulian atas yang terjadi pada
saudara anda. Apakah itu sosok muslim sejati? Apakah itu figur persaudaraan
yang benar?
Sungguh! Allah telah menyatukan kita, kaum muslimin, ke dalam satu
ikatan yang paling kuat dalam sejarah umat manusia. Kita tidak dipersaudarakan
karena sebangsa, serumpun, senegara, satu warna kulit, satu ras, atau yang
lainnya. Tetapi kita telah berikatan dengan satu ikatan, yaitu ikatan keimanan!
Lihat saja bagaimana
Dan orang-orang yang telah menempati kota
suku Aus dan Khazraj yang
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka awalnya bermusuhan dan selalu
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah berselisih. Apakah ketika Islam
kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka menyinari mereka saat itu
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka masih tetap
mereka terhadap apa-apa yang diberikan bermusuhan? Tidak! Karena
kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mereka sadar bahwa mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas
adalah satu.
diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
Atau masih ingatkah kita
kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari
dengan hubungan yang paling
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang
kuat antara kaum muhajirin dan
yang beruntung
anshar. Kaum muhajirin (orang-
(QS al-Hasyr: 9)
orang yang berhijrah) yang
meninggalkan kampung halamannya tanpa membawa harta yang cukup tiba di
Madinah dalam keadaan yang tidak berkecukupan. Namun apa yang terjadi?
Ternyata kaum Anshar (penolong) dengan ikhlas berbagi dan menolong saudara
barunya. Dan hal itu dilakukan tanpa basa-basi, tanpa pamrih! Kaum Anshar rela
87
berbagi apa saja kepada kaum Muhajirin. Baik itu harta, rumah, kebun, bahkan
istri sekalipun!
Atau mungkin ketika sejarah mencatat
sebuah empirium terbesar sepanjang masa yang
wilayahnya terbentang dari Eropa hingga Asia.
Mereka menjadi satu kekuatan terbesar yang
pernah dikenal. Ya, itulah kaum muslimin! Kaum
yang menganut satu-satunya agama yang mampu
menyatukan seluruh bangsa tanpa fanatisme
golongan. Itulah Islam!
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk
(QS Ali Imran: 103)
Atau lihatlah kisah kasih terindah yang terjalin di masa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Mereka rela mengorbankan
hidup demi kelangsungan hidup yang lain.
Ada kisah yang mengharukan dalam sejarah betapa indahnya cinta di
antara kaum muslimin satu sama lain. Suatu hari, ada 3 orang Islam yang terluka
parah ketika dalam suatu medan jihad. Lalu datanglah seseorang yang
membawakan air minum untuk mereka. Awalnya ia datang kepada orang yang
pertama, lalu orang yang pertama berkata bahwa orang kedua lebih
membutuhkannya dibandingkan dirinya. Setelah itu ia pergi ke orang yang kedua
untuk memberikan air kepadanya, tetapi orang yang kedua mengatakan bahwa
orang yang ketiga lebih berhak mendapatkannya karena ia lebih
membutuhkannya. Lalu orang itu pergi membawakan air kepada orang yang
ketiga, namun ternyata orang yang ketiga menolak dan menyuruhnya untuk pergi
88
ke orang pertama karena ia lebih butuh darinya. Akhirnya ia pun pergi ke orang
yang pertama namun orang pertama sudah meninggal. Lalu ia pergi ke orang
yang kedua namun ia pun sudah meninggal. Dan terakhir ia pergi kepada orang
yang ketiga namun orang yang ketiga itu pun telah meninggal dunia.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka
(QS al-Fath: 29)
Karena itu, sudah seharusnya kita lebih membuka mata kita terhadap
nasib saudara kita yang lain. Kita harus saling berkasih sayang sesama muslim.
89
Love: the True Story
90
yang ditangisi, diratapi, dan lika-liku cinta seakan-akan menjadikan dirinya
sengsara. Sudah berapa banyak lagu yang dibuat dengan tema menangisi cinta.
Cinta itu buta
Memang, sebenarnya mengapa cinta itu ditangisi karena berbagai alasan
klasik, cinta ditolak, dikhianati, sudah tidak setia, dan alasan-alasan lainnya. Dan
memang jika ada pepatah yang mengatakan bahwa “cinta itu buta” itu karena
cinta itu tidak mengenal siapa saja mungkin itu benar. Namun, saya tidak lebih
suka menyebut demikian.
Jika ada yang menyebut bahwa cinta itu buta, maka saya lebih suka
menyatakan bahwa cinta itu membuat dan mengajarkan kita untuk melihat dunia
ini dengan indah. Cinta mengajarkan bahwa kita harus melihat dunia ini dengan
cara yang lebih baik. Coba bayangkan jika tidak ada cinta, maka bagaimana kita
bisa hidup di dunia ini dengan seperti ini. Ya, cinta adalah anugerah dan karunia
Allah kepada manusia. Tidak perlu kita tangisi, tidak perlu kita ratapi. Yang kita
lakukan adalah menggunakan perasaan yang diberikan Allah ini dengan sebaik-
baiknya.
Patah Hati?
91
Dan yang paling penting untuk kita semua sadari adalah bahwa jangan
sampai hanya karena cinta kita kepada seseorang itu ditolak lalu anda menutup
perasaan anda. Yang harusnya kita sadari adalah, bahwa ternyata di sekeliling
kita masih banyak yang mencintai kita. Kita sering melupakan dan menutup mata
untuk mengerti bagaimana besarnya cinta orang lain kepada kita hanya karena
cinta kita kepada satu orang. Kita jarang menyadari betapa besar cintanya orang
tua kita kepada kita, kita sering melupakan bagaimana besarnya cinta keluarga
kita kepada kita, kita sering lupa bagaimana cintanya teman-teman dan sahabat-
sahabat kita kepada diri kita.
Kita terlalu sering melupakan besarnya cinta keluarga, sahabat, dan lingkungan
di sekitar kita kepada kita hanya karena mengejar cinta seseorang yang belum
tentu mencintai anda.
Karena itu, sudah seharusnya kita lebih membuka mata kita. Dan jangan
sekali-kali melihat cinta dengan sempit. Karena sesungguhnya cinta itu luas.
92
Ayat-ayat Kesabaran dalam Surah Al-
Baqarah
93
tidak stabil dan tidak bisa diukur. Maka dari itu, apa yang seharusnya kita jadikan
sebagai pedoman dalam kesabaran?
Ya, tentu saja pedoman dan alat ukur kesabaran seseorang itu shalat.
Mengapa? Karena dengan shalat, maka orang itu akan menjadi lebih baik dan
lapang hatinya. Dengan shalat, kita bisa membersihkan jiwa kita,
“bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (Q.S. al-Ankabuut: 45)
Jika shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, maka pastilah
shalat itu sangat berpengaruh bagi kesabaran hati seorang manusia. Ya, dengan
shalat, maka kesabaran insya Allah akan dapat kita raih dan kelola dengan
mudah. Kita tidak akan mudah terbawa emosi karena hilangnya kesabaran.
Bayangkanlah! Jika ada sebuah pintu tetapi tidak ada kuncinya, maka
pintu itu akan mudah didobrak. Begitu pula sabar dan shalat. Jika kita sudah
‘mengaku’ sabar, tetapi pada dasarnya anda melalaikan shalat, maka yakinlah
bahwa kesabaran anda itu hanya akan bersifat sementara. Sabar tidak akan
sempurna tanpa shalat, kesabaran tidak akan kuat jika tanpa shalat.
94
ÔNºuqn=|¹ öNÍkön=tæ y7Í´¯»s9'ré&
( ×py☺ômuur öNÎgÎn/§ `ÏiB
tbrßtGôgß☺ø9$# ãNèd ýÍ´¯»s9'ré&ur
ÇÊÎÐÈ
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S.
al-Baqarah: 155-157)
Banyak orang mengeluh pada diri mereka sendiri dan orang lain lantaran
dirinya ditimpakan sebuah musibah dari Allah. Banyak diantara manusia lalai dan
tidak bersabar. Bahkan banyak dari mereka melalaikan kehidupan mereka hanya
karena mereka berputus asa karena apa yang ditimpakan oleh Allah padanya.
Padahal, sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita tidak boleh berputus
asa. Jika kita menghadapi suatu masalah atau ujian, maka jangan ragu untuk
mengadukannya pada Allah!
Lihatlah ayat di atas! Kalimat awal ayat
tersebut mengatakan bahwa, “dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu,”. Hal merupakan
bentuk penegasan bahwa setiap manusia pasti
mengalami yang namanya ujian atau musibah.
Musibah ini tentu saja bermacam-macam bentuknya,
apakah itu kemiskinan, kekurangan fisik atau
makanan, ketakutan, kegelisahan, dll. Dan jika kita
tertimpa ujian atau musibah tersebut, maka yang kita
lakukan adalah mengadu pada Allah. Bagaimana
caranya? Yaitu dengan cara bertawakkal pada Allah.
“mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah? Padahal Dia telah
menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar
95
terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya
kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri" (Q.S. Ibrahim:
12)
Di surah al-Baqarah ayat yang ke-155 sampai 157 juga menyebutkan
bahwa jika kita ditimpakan suatu musibah, maka kita harus mengucapkan
“innalillahi wa inna ilaihi raji’uun” yang artinya, “Sesungguhnya kami adalah milik
Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali,“. Ucapan ini juga sekaligus
menandakan sikap tawakkal atau berserah diri kepada Allah.
96
yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (Q.S. al-Baqarah: 214)
Asbabun nuzul: Qatadah berkata, “Ayat ini turun saat Perang
Khandaq/Ahzab. Ketika Rasulullah saw menghadapi cobaan, yaitu dikepung,
dan diserang oleh kaum kafir Quraisy” (H.R. Abdurrazzaq. Lihat Ibnu Katsir:
1/432)
Banyak orang yang berangan-angan untuk menjadi penghuni surga,
banyak orang yang menginginkan surga sebagai tujuan akhirnya. Namun,
banyak juga orang yang tidak sadar bahwa mereka telah gagal untuk ke surga.
Banyak orang yang bermimpi untuk menjadi ahli surga, banyak orang
yang ingin mendapatkan surga, tetapi banyak juga orang yang ternyata tidak
berhasil untuk ke surga.
97
tidak sendirian di dunia ini. Anda tidak sendirian menghadapi ujian hidup yang
begitu berat.
Lihatlah! Ayat di atas menunjukkan bahwa musibah adalah salah satu
jalan untuk ke surga. Bagaimana caranya? Yaitu jika kita sabar dan tetap
tawakkal pada Allah, maka insya Allah kita tergolong orang-orang yang sabar
dan lulus ujian dari Allah.
Lihatlah! Ayat di atas juga menunjukkan pada kita bahwa sesungguhnya
ujian itu bisa dilalui jika kita selalu berusaha. Ayat di atas juga dapat menjadi
pengobat hati kita semua.
“…Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat,”
98
Sahabat…
Sebenarnya ayat di atas ini memiliki kesamaan dengan ayat yang ada di
surah al-Baqarah ayat 214 yang tadi kita telah bahas sebelumnya. Namun, ayat
ini berbeda karena dalam ayat ini terdapat kata “berjihad”
Sahabat…
Lihatlah! Allah telah menyuruh kita untuk bersabar dalam berjihad. Tetapi
sadarkah anda? Bahwa sebenarnya banyak manusia yang lalai akan kewajiban
yang satu ini. Banyak manusia yang enggan untuk melakukannya. Bahkan
sekarang tidak jarang ada orang yang menyebutkan bahwa jihad adalah
radikalisme Islam dan bukti akan kebiadaban Islam. Subhanallah...
“diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik
bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah:
216)
Sementara itu, jihad adalah amalan yang besar pahalanya dan memiliki
banyak keutamaan.
99
“dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-
benarnya...” (Q.S. al-Hajj: 78)
“Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, "Nabi ditanya, 'Amal apakah
yang lebih utama?' Beliau bersabda, 'Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.'
Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda, 'Berjuang di jalan Allah.'
Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda, 'Haji yang mabrur.'" (H.R.
Bukhari)
100
Ya, surah ‘Ali Imran mengingatkan kita untuk selalu bersabar dalam
berjihad. Karena jihad penuh dengan rintangan. Jika kita tidak mampu untuk
bersabar, maka jihad kita tidak akan sempurna. Karena tidak ada jihad jika tidak
ada kesabaran.
Bayangkanlah oleh anda, proses jihad yang begitu sukar ditempuh.
Bisakah anda bayangkan tentang kesulitan dalam berjihad? Jihad yang pertama
adalah jihad berperang di jalan Allah demi Islam dan kaum muslimin. Hal ini
sudah pasti sangatlah sulit. Karena berperang itu harus siap fisik dan mental,
belum lagi lawan yang harus dihadapi, belum lagi meluruskan niat untuk
berjihad, belum lagi kondisi perang yang begitu menyulitkan, tentulah hal ini
membutuhkan sebuah kesabaran yang besar.
Dan jihad kedua adalah melawan hawa nafsu. Hal ini merupakan hal yang
sangat sulit dilakukan karena pada dasarnya, hawa nafsu adalah hal yang
sangat sulit untuk dikuasai. Tidak sedikit orang yang jatuh ke dalam lubang
kehinaan dunia dan akhirat karena mereka menuruti perintah hawa nafsu
mereka sendiri. Orang yang dapat menaklukkan hawa nafsu mereka sendiri
adalah orang yang memiliki ilmu agama yang banyak dan luas pengetahuannya,
orang yang dapat menaklukkan hawa nafsunya adalah orang yang kuat imannya
dan terus istiqamah dalam ketaqwaannya kepada Allah. Bisakah anda
membayangkan kesulitannya? Maka dari itu kita diperintahkan untuk bersabar
dalam berjihad.
Jihad yang ketiga adalah mendermakan harta kita untuk kebaikan Islam
dan kaum muslimin. Tentu hal ini juga sulit. Karena dalam hal ini kita harus
mengikhlaskan hati kita, melapangkan hati kita, dan meluruskan niat. Kita juga
harus kuat di bidang finansial dan kuat juga keimanan kita. Cukup sulit bukan?
Maka dari itu kita diperintahkan bersabar.
101
ilmu yang luas. Apakah hal ini mudah, mengingat sulit dan banyaknya rintangan?
Tentu saja sulit. Maka dari itu kita diperintahkan untuk bersabar dalam berjihad.
Selain jihad, Allah juga kembali memperingatkan kita untuk selalu tetap bersabar
jika kita ingin masuk surga. Karena masuk surga itu sesungguhnya tidak
gampang. Begitu banyak godaan dan ujian yang harus kita lalui untuk sampai ke
surga. Karena itu, jika kita mengaku sebagai seorang muslim, maka bersabarlah!
Dan terlebih lagi, bersabar dan berjihadlah!
Ujian itu pasti datang!
öNà6Ï9ºuqøBr& þÎû câqn=ö7çFs9 *
z`ÏB Æãèy☺ó¡tFs9ur öNà6Å¡àRr&ur
|=»tGÅ3ø9$# (#qè?ré& z`Ï%©!$#
úïÏ%©!$# z`ÏBur öNà6Î=ö6s% `ÏB
4 #ZýÏW⌧. ]r& (#þqä.uõ°r&
¨bÎ*sù (#qà)Gs?ur (#rçÉ9óÁs? bÎ)ur
ÇÊÑÏÈ ÍqãBW{$# ÏQ÷tã ô`ÏB ýÏ9ºs
“kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan
bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk urusan yang patut
diutamakan.” (Q.S. Ali Imran: 186)
Dengan ayat ini, kita sudah semestinya sadar. Bahwa sebagai orang yang
beriman, maka kita pasti diuji. Ya, orang yang beriman tentu tidak akan langsung
begitu saja mendapatkan atau menunjukkan keimanannya jika dirinya belum
diuji.
Di ayat ini, Allah meneguhkan setiap hati insan yang beriman dan
mengalami cobaan, berupa ujian terhadap harta kita dan terhadap diri kita
sendiri. Dan ujian itu tentu saja sangat berat. Sementara itu ada juga cobaan
yang berupa cemoohan dari kaum kuffar dan orang-orang musyrik. Di ayat ini
dijelaskan secara gambling tentang bentuk ujian yang saat ini sedang ‘booming’
102
di dunia, yaitu pelecehan Islam. Saat ini, Islam menjadi sasaran empuk bagi
penghujatan dan penghinaan dari kaum kuffar. Islam disebut sebagai teroris,
Islam disebut sebagai agama yang barbar, Islam disebut sebagai agama
kebrutalan. Masya Allah! Subhanallah!
Begitu pula tentang cercaan kaum munafiqun yang selalu melecehkan
orang-orang yang beriman. Berjanggut disebut teroris, celana yang di atas mata
kaki disebut pakaian teroris, dll.
Dalam menyikapi hal ini, kita harus bersabar. Sebagaimana disebutkan
oleh Allah di akhir surat,
“…jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian
itu Termasuk urusan yang patut diutamakan”
Kita harus bersabar dalam menghadapi cemoohan dari orang-orang yang
kurang berilmu, yang selalu mencemooh kita dengan kata-kata yang mengiris
hati. Kita harus tetap bertakwa. Jangan sampai cemoohan yang keluar dari mulut
kita menjadi penghalang bagi kita dalam melaksanakan kebaikan. Jangan
sampai cemoohan itu membuat langkah kita terhenti. Hiraukanlah cemoohan itu
layaknya pepatah yang mengatakan, “anjing menggonggong, kafilah berlalu”. Ya,
cemoohan dan kata-kata yang buruk itu keluar bagaikan gonggongan anjing.
Dan kita, sebagai kafilah menuju surga sudah semestinya menghiraukannya.
Paling tidak, jika bisa cemoohan itu bisa dijadikan sebagai alat introspeksi diri,
sebagai alat pemeriksa diri. Sudah benarkah diri kita? Mengapa mereka
mencemooh kita? Apakah memang mereka yang kurang ilmu atau memang kita
yang sudah salah. Yang penting, jangan jadikan cemoohan itu sebagai batu
halangan, tapi jadikanlah cemoohan itu sebagai batu loncatan untuk meraih
kebaikan yang hakiki.
103
Dunia itu Indah...
104
tidak bisa disebut sabar meskipun setelah beberapa hari berikutnya dia mengaku
sabar dan mengikhlaskan kepergiannya. ITU BUKANLAH SABAR!.
Begitu pula dengan bersyukur, kita belum bisa dibilang bersyukur jika kita
hanya bisa mengucapkan "alhamdulillah". tetapi kita harus membuktikan rasa
syukur kita dengan suatu langkah nyata. yaitu menjalankan apa-apa yang telah
dia perintahkan dan menjauhi segala larangannya. Jika seseorang diberikan
suatu nikmat, dan dia mengatakan alhamdulillah tetapi dia sekonyong-konyong
melupakan Tuhannya, lalai dalam shalatnya, dan telah lupa dengan
kewajibannya sebagai muslim karena disilaukan dengan cahaya kenikmatan
maka hal itu bukanlah syukur.
Sahabat, dunia ini menjadi indah karena dua hal. Apabila diberi ujian
berupa musibah atau kekurangan, maka kita haru bersabar. dan jika kita diberi
ujian berupa kenikmatan, maka kita harus bersyukur.
-Wallahu a’lam-
105
Epilog
Akhirnya, kita sudah sampai di bagian akhir ebook ini. Halaman demi
halaman dan lembar demi lembar dari ebook ini telah kita lalui. Setelah itu
berlalu, sudahkah kita mendapatkan hikmah, manfaat, dan pelajaran darinya?
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”
(QS an-Nahl: 90)
Semoga dengan selesainya membaca ebook kecil yang singkat ini, bisa
membuat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.
...mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi
Maha Penyayang
(QS al-Baqarah: 160)
106
Tentang Penulis
107
108