Anda di halaman 1dari 5

TIGA PENDAPAT JUMLAH RAKA’AT SHALAT TARAWIH

Di Negara kita Indonesia, qiyaamu Ramadhan atau yang biasa disebut dengan shalat
tarawih sampai sekarang ini masih menjadi salah satu tema yang sangat penting dan sangat
sensitif, bahkan rawan konflik. Sebab tidak sedikit kaum muslimin yang belum mengetahui
secara benar tentang sejarah dan asal usul shalat tarawih, akibat minimnya pengetahuan
mereka yang disebabkan oleh minimnya literature yang dijadikan sebagai acuan pemahaman.
Tentang masalah ini, akan dapat menyebabkan terjadinya konflik horizontal dikalangan umat
islam sendiridan juga putusnya hubungan tali ukhuwwah Islamiyah diantara mereka, yang
sebelumnya diikat dengan kesatuan akidah, yakni akidah islamiyah.

Perselisihan pendapat tersebut terjadi bukan dalam hal hukum melaksanakan shalat
tarawih, tetapi lebih mengacu kedalam jumlah bilangan rakaatnya. Menyikapi masalah ini,
jumlah bilangan raka’at shalat tarawih dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
kelompok pertama, yaitu kelompok yang berkeyakinan bahwa jumlah raka’at dalam shalat
tarawih adalah delapan raka’at sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah SAW
berdasarkan riwayat Bukhari dari Aisyah, yaitu sebagai berikut:

‫ﻋﻦﺃﺒﻰﺴﻠﻤﺔﺒﻦﻋﺒﺪﺍﻠﺮﱠﺤﻤﻥﺃﻨﱠﻪﺴﺄﻝﻋﺎﺋﺸﺔﺭﺿﻰﷲﻋﻨﻪﻜﻴﻒﻜﺎﻨﺖﺼﻼﺓﺮﺴﻮﻞ‬
‫ﷲﺼﻠﱠﻰﷲﻋﻠﻴﻪﻮﺴﻠﱠﻢﻔﻲﺮﻤﻀﺎﻦﻔﻗﺎﻠﺖﻤﺎﻜﺎﻦﻴﺯﻴﺪﻔﻲﺮﻤﻀﺎﻦﻮﻻﻔﻲﻏﻴﺭﻩﻋﻠﻰ‬
‫ﻭﻄﻮﻠﻫﻦﺜ ﱠﻢﻴﺼﻠﱢﻲﺜﻼﺛﺎﻔﻘﻠﺖﻴﺎ‬
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻲﺃﺮﺒﻌﺎﻔﻼﺘﺴﻞﻋﻦﺤﺴﻨﻫﻦ‬ ‫ﺇﺤﺪﻯﻋﺸﺮﺓﺮﻜﻌﺔﻴﺼﻠﱢ‬

‫ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺑﺨﺎﺮﻰ‬ .‫ﻋﺎﺌﺸﺔﺇﻦﻋﻴﻨ ﱠﻲﺘﻨﺎﻤﺎﻦﻭﻻﻴﻧﺎﻢﻘﻠﺑﻲ‬


‫ﱠ‬
Artinya: Dari Abi Salamah bin Abdur Rahman, ia bertanya kepada Aisyah RA:
“Bagaimanakah Rasulullah SAW shalat pada bulan Ramadhan? “Lalu Aisyah menjawab:
“Rasulullah SAW tidak pernah menambah shalatnya pada malam bulan Ramadhan dan pada
malam-malam yang lainnya dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at, maka jangan
engkau tanyakan tentang kebaikan dan panjangnya. Kemudian Beliau shalat empat raka’at
lagi maka jangan engkau tanyakan tentang kebaikan dan panjangnya, kemudian Beliau shalat
tiga raka’at’’. “Kemudian aisyah bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak tidur

1
sebelum shalat witir? “Rasulullah menjawab: “Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku
tidur, namun hatiku tidak tidur.’’ (HR.Bukhari)

Secara eksplisit hadits diatas menyatakan bahwa Nabi SAW tidak pernah melebihkan
jumlah raka’at shalat malamnya dari sebelas raka’at, baik itu dilakukan di dalam bulan
Ramadhan maupun diluar bulan Ramadhan. Pertama-tama beliau shalat empat raka’at,
kemudian empat raka’at lagi, kemudian ditutup dengan shalat tiga raka’at.

Atas dasar dasar hadits riwayat Aisyah inilah kemudian sebagian para ulama
menetapkan bahwa shalat malam pada bulan Ramadhan (shalat Tarawih) itu jumlah
raka’atnya ada delapan raka’at ditambah dengan witir tiga raka’at, sehingga jumlahnya
menjadi sebelas raka’at. Dan atas dasar hadits ini pulalah, sebagian ulama menetapkan bahwa
ritual shalat tarawih dilaksanakan dengan empat raka’at satu salam, empat raka’at satu salam,
dan ditutup dengan tiga rakaat shalat witir dengan satu salam.

Kelompok ini selain berpedoman pada hadits di atas, juga ada hadits lain seperti
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Huzaimah dan ibnu Hibban dari jabir dan hadits yang
diriwayatkan Abu Ya’la dan Thabrani dengan sanad hasan.

Kelompok kedua, yaitu kelompok yang berkeyakinan bahwa jumlah raka’at shalat
tarawih adalah dua puluh rakaat, berdasarkan riwayat yang datangnya dari Umar bin
khaththab. Hadits riwayat Imam Malik dari Zaid bin Ruman sebagai berikut:

‫ﻋﻦ ﻴﺰﻴﺪﺒﻦ ﺮﻭﻤﺎﻦ ﺃﻨﱠﻪ ﻘﺎﻞ ﻜﺎﻦ ﺍﻠﻨﱠﺎﺲ ﻴﻘﻭﻤﻭﻦ ﻔﻲﺰﻤﺎﻦﻋﻤﺮﺒﻦﺍﻠﺨﻁﱠﺎﺐ ﻔﻲ‬
r‫ﺮﻮﺍﻩﻤﺎﻠﻚﻔﻯﺍﻠﻤﻭﻂﺎﺀ‬ .‫ﺮﻤﻀﺎﻦ ﺑﺜﻼﺙﻭﻋﺸﺮﻴﻦﺮﻜﻌﺔ‬
Artinya: Dari Zaid bin Ruman bahwasannya ia berkata: “Adalah orang-orang itu melakukan
ibadah malam di masa Umar bin Khaththab pada bulan Ramadhan dengan dua puluh tiga
raka’at.’’ (HR. Imam Malik dalam Muwatha)

Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Imam Baihaqi. Dari hadits tersebut dapat
dipahami bahwa pada masa Umar bin Khaththab shalat tarawih dilaksanakan dengan dua
puluh raka’at dan ditambah shalat Witir tiga raka’at, sehingga jumlah seluruhnya menjadi dua
puluh tiga raka’at.

2
Senada dengan hadits diatas adalah hadits riwayat Baihaqi dan lainnya dengan sanad
yang jelas lagi shahih dari Sa’ib bin Yazid RA dan hadits riwayat al-Hasan serta diperkuat
lagi oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni.

Kita tidak boleh mengatakan bahwa shalat Tarawih dua puluh raka’at sebagai Ijtihad
Umar bin Khaththab tersebut bid’ah yang menyesatkan dengan alasan tidak sesuai dengan
sunnah Rasulullah SAW. Karena pada diri Umar, ALLAH telah menjadikan kebenaran pada
lisan dan hatinya, sehingga beliau dijuluki sebagai al-faruq dan Nabi Muhammad pernah
bersabda pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa kita disuruh agar
berpegang teguh dan bersungguh-sungguh kepada sunnah Nabi dan sunnah Khulafa’ur
Rashidin yang dating setelah Nabi.

Kelompok ketiga, yaitu kelompok yang senang mengerjakan shalat Tarawih lebih dari
dua puluh raka’at, yakni tiga puluh enam raka’at. Jumlah ini didasarkan pada hujjah dari
amalan yang dilakukan oleh penduduk ahli Madinah. Menurut Mazhab Malikiyah bahwa
raka’at shalat tarawih tidak ada batasnya. Artinya, shalat tersebut boleh diamalkan dalam
jumlah 8, 20, atau 36. Bahkan sampai 40 raka’at sekalipun.

Beliau berargumen dengan riwayat yang datang dari Nafi’ sebagai berikut:

‫ﺍﺪﺮﻜﺖﺍﻠﻨﱠﺎﺲﻴﻘﻭﻤﻭﻦﺮﻤﻀﺎﻦﺒﺘﺴﻊﻮﺜﻼﺜﻴﻦﺮﻜﻌﺔﻴﻮﺘﺮﻮﻦ‬:‫ﺭﻮﻯﻋﻦﻧﺎﻔﻊﺃﻨﻪﻘﺎﻞ‬
‫ﻤﻨﻬﺎﺑﺜﻼﺙ‬
Artinya: Diriwayatkan dari Nafi’ bahwasannya beliau berkata: “Saya dapati orang-orang
beribadah malam di bulan Ramadhan (Shalat Tarawih) dengan tiga puluh sembilan raka’at,
dari jumlah itu mereka shalat witir dengan tiga raka’at.”

Penambahan jumlah rakaat dalam shalat tarawih tersebut dilakukan semata-mata


karena mereka ingin menyamai penduduk Makkah dalam hal keutamaannya, sebab orang-
orang Makkah biasa melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran setiap habis
dua kali salam shalat Tarawih. Keadaan yang demikian tidak mungkin dilakukan oleh
penduduk Madinah, yang apabila dilihat dari segi jarak antara keduanya sangatlah berjauhan ,
maka orang-orang madinah menjadikan shalat empat raka’at sebagai ganti dari tiap-tiap tujuh
kali putaran thawaf . konsekuensinya, jumlah raka’at dalam shalat tarawih pun juga
bertambah. Yakni, menjadi tiga puluh enam rakaat. Kenyataan yang demikian, dapat

3
dijadikan sebagai landasan atau dalil tentang keabsahan ijtihad para ulama dalam hal
penambahan bilangan rakaat dalam ibadah-ibadah shalat sunnat, khususnya adalah shalat
tarawih.

4
‫ﺑﺴﻢﷲﺍﻠﺮﱠﺤﻣﻦﺍﻠﺮﱠﺤﻳﻢ‬

DISUSUN OLEH:

NAMA: H.AHMAD FARIDI

NIM: 0809.01.062

STAI BINA MADANI

JAKARTA

2009

Anda mungkin juga menyukai