Energi yang Lebih Bersih, Lingkungan yang Lebih Baik, dan Pendapatan yang Lebih
Tinggi
Energi Biomassa memiliki potensi besar untuk mengatasi dua tantangan pembangunan
yang paling mendesak bagi RRC, yaitu: kemiskinan di perdesaan dan kerusakan
lingkungan. Dengan memanfaatkan sumber daya yang terbuang tetapi berharga, energi
biomassa memungkinkan adanya: (i) peningkatan akses perdesaan terhadap energi, (ii)
pelestarian lingkungan, dan (iii) pembangunan perdesaan.
Peningkatan akses perdesaan terhadap energi sangat mungkin untuk dipenuhi dari energi
biomassa perdesaan yaitu untuk mengatasi keterbatasan pasokan listrik yang walaupun
98% rumah tangga perdesaan RRC sudah terjangkau listrik, namun masih ada kebutuhan
masyarakat akan energi untuk pemanas ruangan dan memasak. Sementara itu, masih
ada 2% lainnya (30 juta orang) penduduk perdesaan RRC yang masih mengandalkan
lampu minyak untuk penerangan. Pada tahun 2007, hanya 30% konsumsi energi
perdesaan berasal dari sumber listrik komersial dari batubara dan LPG, atau hanya
sebesar 3% dari total konsumsi energi nasional. Pemerintah RRC berniat secara agresif
mengembangkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi perdesaan.
Memasak Lampu
Kotoran ternak
Biogas
Pupuk
Organik
Pelestarian lingkungan menjadi sangat penting di RRC yang secara luas diketahui
kondisinya mengkhawatirkan. Pengembangan industri biomassa secara ekonomis dan
lingkungan sangat menguntungkan. Selain lingkungan terbebas dari limbah pertanian,
rumah dan tangga dan juga industri akan memperoleh manfaat dari sistem konversi
biomassa yang berkaraktersitik: “mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur-
ulang”. Diperlukan adanya subsidi dan insentif pajak untuk menarik pihak swasta
berinvestasi dalam pengembangan energi biomassa yang modern. Selain itu, pengetatan
standar emisi dan pembuangan limbah dapat memacu industri untuk membuat sistem
konversi energi biomassa yang terpadu di site-plan-nya.
Pembangunan perdesaan akan dipacu dengan pengembangan industri energi biomassa
melalui penggunaan biomassa di ladang petani untuk pasokan sistem biomassa rumah
tangga petani sendiri, atau dijual kepada unit energi biomassa skala industri. Penggunaan
sistem biomassa rumah tangga petani, akan menghasilkan biogas yang dapat
dipergunakan memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, yang berarti menghemat
biaya untuk energi. Petani juga dapat menghemat biaya kesehatan dan hilangnya
produktivitas sebagai akibat dari efek samping pencemaran udara baik di dalam maupun
di luar ruangan yang berasal dari tungku tradisional atau pembakaran limbah pertanian
secara terbuka. Petani juga menghemat dan bahkan memperoleh pendapatan dari pupuk
organik sebagai produk sampingan dari proses konversi biogas. Pupuk berkualitas tinggi
berbentuk seperti lumpur dapat diaplikasikan langsung pada tanaman, yang berarti
menghemat biaya pupuk komersial selain meningkatkan hasil panen. Tambahan
pendapatan tersebut memungkinkan petani dapat berinvestasi pada peningkatan
kualitas hidupnya baik pendidikan, kesehatan, perumahan maupun aset fisik dan sosial
lainnya.
Selain menggunakan limbah pertanian, energi biomassa juga berpeluang untuk
memproduksi bahan bakar energi alternatif seperti bio-etanol dan bio-diesel, yaitu
dengan membudidayakan tanaman yang bukan tanaman pokok (jarak, nyamplung,
singkong, dan lain-lain), yang berpotensi tinggi untuk dikonversi menjadi bahah bakar
alternatif.
Merujuk pada laporan Proyek Efesiensi Pemanfaatan Limbah Pertanian yang didanai
ADB, diketahui ada 3 manfaat yang diperoleh dari sistem energi biomassa perdesaan.
Dari tahun 2005-2009, dengan investasi sebesar US$ 33,1 juta, telah dapat dipasok energi
yang bersih kepada 34.080 rumah tangga di 145 desa, di 4 provinsi RRC. Selain itu juga
telah mengurangi emisi karbondioksida sebesar 84.429 ton setiap tahunnya, serta
mengangkat 9.000 rumah tangga dari kemiskinan. Berdasarkan asesmen lainnya yang
dilakukan oleh Universitas Pertanian China pada bulan Mei 2008, diketahui bahwa
pendapatan rumah tangga penerima manfaat naik sebesar 86%, konsumsi kayu bakar
menurun sebesar 61% dan batu bara sebesar 30%, berkurangnya waktu yang
dipergunakan oleh perempuan untuk pekerjaan rumah tangga sebesar 40%, serta kondisi
sanitasi dan kesehatan rumah tangga yang meningkat secara substansial.
Perdesaan Indonesia?
Bagaimana mengaplikasikan energi biomassa di perdesaan Indonesia? Kami sengaja
menyoroti Desa Sogokmo, Kab. Jayawijaya, yang terletak di provinsi yang IPM-nya
termasuk terendah di Indonesia, terpencil dari segi transportasi (hanya dapat dicapai
dengan pesawat terbang dari Jayapura), dan masih lekat dengan adat istiadat budaya
setempat. Kondisi lingkungan dan sanitasi di desa ini memerlukan sentuhan khusus
termasuk pembinaan usaha ekonomi perdesaan yang sebagian besar dari usaha
pertanian.
Pengenalan sistem energi biomassa perdesaan di Sogokmo dapat bersumber dari kotoran
ternak sapi dan lainnya, yang biogasnya dapat dipergunakan untuk memasak,
memanaskan honai secara sehat, serta untuk lampu penerangan sehingga masyarakat
dapat beraktivitas produktif di malam hari seperti mengerjakan kerajinan anyam-
anyaman yang sudah menjadi keahlian warga setempat. Biogas juga dapat dimanfaatkan
untuk memanaskan oven yang dapat dipergunakan untuk mengeringkan bahan pangan
sehingga berdaya simpan lama, atau kemudian diolah menjadi bentuk pangan lainnya.
Pupuk organik sebagai hasil sampingan dapat dipergunakan di kebun untuk
meningkatkan produktivitas tanaman.
Keberadaan Sekolah Advent di Sogokmo mempunyai arti strategis karena pembelajaran
di samping untuk penduduk perdesaan sekaligus juga diarahkan kepada para pelajar yang
tinggal di asrama sekolah. Namun diperlukan adanya perubahan cara beternak dan
bertani serta perubahan gaya hidup yang memerlukan waktu lama. Oleh karena itu,
pendampingan dan pemberdayaan yang dilakukan harus multi-years dan
berkesinambungan. Organisasi keagamaan, berpotensi untuk berperan serta dalam
pendampingan masyarakat.
----------
1
Asisten Deputi Urusan Kesempatan Kerja Perempuan dan Ekonomi Keluarga,
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Referensi:
• Qingfeng Zhang, et al. Rural Biomass Energy 2020, People’s Republic of China. Asian
Development Bank, 2010.
• Bahan-bahan Forum Energi Biomassa Ketiga ASEAN+3 di Suzhou, China, 2010.