Anda di halaman 1dari 24

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Bab I : Tentang istilah-istilah


Pasal 1.
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1). Tempat kerja
Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
dalam pasal 2.
2). Pengurus
Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
3). Pengusaha
Pengusaha ialah :
 Orang atau badan hukum yang menjalankan suatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
 Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja.
 Orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada 2 hal diatas, jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.
4). Direktur
Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
5). Pegawai pengawas
Pegawai pengawas ialah pegawai tehnis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6). Ahli keselamatan kerja
Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.
Bab II : Ruang lingkup
Pasal 2.
1. Yang diatur oleh UU ini ialah Keselamatan Kerja Dalam Segala
Tempat Kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum
RI.
2. Ketentuan-ketentuan pada bagian (1) di atas berlaku dalam Tempat
Kerja di mana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, diipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu
tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan
atau pembongkaran rumah, gedung, atau bangunan lainnya,
termasuk bangunan pengariran, saluran atau terowongan di bawah
tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha, pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan, emas, perak,
logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun
di dasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di
daratan, melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu,
dermaga, dok, stasiun atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan di
dalam air.
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah
atau perairan.
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang
tinggi atau rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting.
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang terdapat
atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
m. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
n. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radiao, radar,
televisi, atau telepon.
o. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat tehnis.
p. Dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
q. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan
rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.
2. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja,
ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat
membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan atau
yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian
tersebut dalam bagian (2) diatas.
Bab III : Syarat-Syarat Keselamatan Kerja
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan di tetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
p. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
q. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongka-muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
r. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
s. Menyesuaiakan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2. Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti
tersebut pada bagian (1) sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru
dikemudian hari.
Pasal 4
a. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peradaran;
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan,
dan penyimpanan bahan,barang, produk teknis dan aparat yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan
b. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan
praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan, alat-alat perlindungan, pengujian dan
pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda
pengenal atasa bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi
guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
c. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) dan (2) dengan peraturan perundangan
ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati
keselamatan tersebut.

Bab IV : Pengawasan
Pasal 5
a. DIREKTUR melakukan pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini,
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini
dan membantu pelaksanaannya.
b. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja dalam melaksanakan undang-undang ini diatur dengan
peraturan perundangan.
Pasal 6
a. Barang siapa tidak menerima keputusan direktur dapat mengajukan
permohonan banding kepada Panitia Banding.
b. Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia
Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
c. Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7
a. Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini Pengusaha harus
membayar Retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur
dengan perundangan.
Pasal 8
a. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan kondisi mental dan
kemampuan fisik tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
b. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
c. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan
perundangan.
Bab V. Pembinaan
Pasal 9
a. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang :
 Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya.
 Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya.
 Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
 Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
b. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
tersebut di atas.
c. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan
dan pembrantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
d. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankan.
Bab. VI : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 10
a. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisifasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam
rangka melancarkan usaha berproduksi.
b. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan
lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Bab. VII : Kecelakaan
Pasal 11
a. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
b. Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud
dalam bagian (a) diatur dengan peraturan perundangan.
Bab. VIII. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
a. Dengan peraturan perundangan diatur Kewajiban dan atau Tenaga Hak
Tenaga Kerja untuk :
 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja.
 Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
 Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
 Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
Bab. IX : Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
Pasal 13
a. Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan.
Bab. X : Kewajiban Pengurus
Pasal 14
a. Pengurus diwajibkan :
 Secara tertulis menempatakan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat
kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut sangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
 Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
 Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Bab. XI : Ketentuan-Ketentuan Penutup
Pasal 15
a. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
b. Peraturan perundangan tersebut pada bagian (a) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaraan peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginnya
Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah)
c. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran
Pasal 16
a. Pengusaha yang memperggunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada
pada waktu undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di
dalam satu tahun sesudah undang-undang ini mulai berlaku, untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang
ini.
Pasal 17
a. Selama peraturan perundang untuk melaksanakan ketentuan dalam
undang-undang ini belum dikeluarkan maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerja yang ada pada waktu undang-undang ini mulai berlaku,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini.
Pasal 18
a. Undang-undang ini disebut “ Undang-Undang Keselamatan Kerja” dan
mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Peraturan-peraturan lainnya
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
a. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama anatara
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
b. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan
berfungsi membantu pimpinan perusahaan atau pengurus untuk
menyelenggarakan dan meningkatkan usaha keselamatan kerja, hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja, membantu pengawasan ditaatinya
ketentuan-ketentuan peraturan perundangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja.
c. Tempat kerja yang wajib membentuk P2K3 adalah :
1) Tempat kerja yang mempekerjakan 100 orang atau lebih
2) Tempat kerja yang mempekerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran
radioaktif.
d. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
e. Tugas P2K3 memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan
kesehatan kerja.
f. Fungsi P2K3 :
1) Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan
kerja.
2) Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja :
- Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya
kebakaran dan peledakan serta penanggulangannya.
- Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja
- Alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
- Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
3) Membantu pengusaha atau pengurus dalam :
- Mengevaluasi cara kerja, proses kerja dan lingkungan kerja
- Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
- Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
- Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat
kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
- Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan diperusahaan.
- Memeriksa perlengkapan peralatan keselamatan kerja.
- Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
- Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan menginterpretasikan
hasil pemeriksaan.
- Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, hygiene
perusahaan dan kesehatan kerja.
4) Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen
dan pedoman dalam rangka upaya menibgkatkan keselamatan kerja,
hygiene perusahaan, keselamatan kerja, ergonomi dan gizi kerja
g. Pengurus wajib melaporkan kegiatan P2K3 setiap 3 bulan sekali
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No PER.02 /MEN/1992 tentang
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
a. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-Undang Keselamatan
Kerja.
b. Seorang yang ditunjuk sebagai Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahliannya
sekurang-kurangnya 2 tahun
2) Sarjana muda (DIII) atau sederajat dengan pengalaman sesuai bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun
3) Berbadan sehat
4) Berkelakuan baik
5) Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan
6) Lulus seleksi dari Tim Penilai
c. Kriteria tempat kerja yang harus memiliki Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja
lebih dari 100 orang.
2) Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja
kurang dari 100 orang akan tetapi mempergunakan bahan, proses,
alat dan atau instalasi yang risiko bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja.
d. Kewajiban Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukan.
2) Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Untuk Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja 1
kali dalam 3 bulan
- Untuk Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan yang
memberikan jasa di bidang K3 setiap saat setelah selesai
melakukan kegiatannya
3) Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan /instansi
yang didapat berhubungan dengan jabatannya.
e. Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Memasuki tempat kerja dengan keputusan penunjukan
2) Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sesuai
dengan kebutuhan keputusan penunjukan.
3) Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan
kerja yang meliputi :
- Keadaan dan fasilitas tenaga kerja
- Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta
peralatan lainya
- Penanganan bahan-bahan
- Proses produksi
- Sifat pekerjaa
- Cara kerja
- Lingkungan kerja
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No KEP 187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau
toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
b. Pengendalian bahan Kimia Berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan
lingkungan.
c. Lethal Dose (LD 50) adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50 %
binatang pencobaan.
d. Lethal Concentration 50 (LC 50) adalah konsentrasi yang menyebabakan
kematian pada 50 % binatang pencobaan.
e. Pengusaha yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
mengangkut bahah kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan
bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
f. Pengendalian dilakukan dengan penyediaan lembar data keselamatan
bahan (LDKB) dan label serta penunjukan petugas K3 kimia dan ahli K3
kimia.
g. LDKB meliputi keterangan tentang :
1) Identitas bahan dan perusahaan
2) Komposisi bahan
3) Identifikasi bahaya
4) Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
5) Tindakan penanggulangan kebakaran
6) Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
7) Penyimpanan dan penanganan bahan
8) Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9) Sifat fisika dan kimia
10) Stabilitas dan reaktifitas bahan
11) Informasi toksikologi
12) Informasi ekologi
13) Pembuangan limbah
14) Pengangkutan bahan
15) Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku
16) Informasi lain yang diperlukan
h. Label meliputi keterangan tentang :
1) Nama produk
2) Identifikasi bahaya
3) Tanda bahaya dan artinya
4) Uraian resiko dan penanggulangannya
5) Tindakan pencegahan
6) Instruksi dalam hal terkena atau terpapar
7) Instruksi kebakaran
8) Instruksi tumpahan atau bocoran
9) Instruksi pengisian dan penyimpanan
10) Referensi
11) Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat dan atau distributor
i. Kriteria bahan kimia berbahaya :
1) Bahan beracun
2) Bahan sangat beracun
3) Cairan mudah terbakar
4) Cairan sangat mudah terbakar
5) Gas mudah terbakar
6) Bahan mudah meledak
7) Bahan reaktif
8) Bahan oksidator
j. Sifat kimia, fisika, dan toksik bahan kimia berbahaya :
1) Bahaya beracun dalam hal pemajanan melalui mulut ; LD 50 >25
atau < 200 mg/kg berat badan atau kulit LD 50 > 25 atau < 400 mg/kg
berat badan, atau pernafasan LD 50 > 0,5 mg/l dan < 2 mg/l.
2) Bahan sangat beracun dalam hal pemejanan melalui mulut LD 50 < 25
mg/kg berat badan atau kulit LD 50 < 50 mg/kg berat badan atau
pernafasan LC 50 < 0,5 mg/l.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP.188/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
a. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya
kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi,
pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk membrantas kebakaran.
b. Unit Penanggulangan Kebakaran ialah unit yang dibentuk dan ditugasi
untuk menangani masalah penaggulangan kebakaran di tempat kerja yang
meliputi kegiatan administrasi, identifikasi, sumber-sumber bahaya,
pemeriksaan, pemeliharaan dan pernaikan system proteksi kebakaran.
c. Petugas Peran Penaggulangan Kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan
melaksanakan upaya penaggulangan kebakaran di unit kerjanya.
d. Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai
tugas khusus fungsional di bidang peanggulangan kebakaran.
e. Pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
latihan penanggulangan kebakaran ditempat kerja yang meliputi :
1) Pengendalian setiap bentuk energi
2) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi.
3) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
5) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala.
6) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran,
bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 orang tenaga
kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang
dan berat.
f. Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran yang memuat :
1) Informasi tentang sumber bahaya kebakaran dan cara pencegahannya.
2) Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di
tempat kerja
3) Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran.
4) Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.
g. Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran terdiri dari :
1) Tingkat resiko bahaya kebakaran ringan
2) Tingkat resiko bahaya kebakaran ringan sedang I
3) Tingkat resiko bahaya kebakaran ringan sedang II
4) Tingkat resiko bahaya kebakaran ringan sedang III
5) Tingkat resiko bahaya kebakaran berat
h. Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari :
1) Petugas peran kebakaran
2) Regu penanggulangan kebakaran
3) Koordinator unit penanggulangan kebakaran
4) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai
penanggungjawab teknis
i. Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah
tenaga kerja 25 orang.
j. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran wajib ada pada tempat kerja yang mempekerjakan tenaga kerja
300 orang atau pada tempat kerja dengan resiko bahaya kebakaran ringan
dan sedang I, sedangkan untuk resiko bahaya kebakaran sedang II, III dan
berat juga diwajibkan.
k. Koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan pada :
1) Tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I
sekurang-kurangnya 1 orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
orang.
2) Tempat keja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III
serta berat sekurang-kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja.
l. Tugas Peran penanggulangan kebakaran
1) Mengidentifikasikan dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2) Memadamkan kebakaran pada tahap awal.
3) Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
4) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
5) Mengamankan lokasi kebakaran.
m. Syarat peran penanggulangan kebakaran
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Pendidikan minimal SLTP
3) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar I
n. Tugas regu penanggulangan kebakaran
1) Mengidentifikasikan dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2) Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran.
3) Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan bahaya kebakaran.
4) Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penanggulangan
kebakaran.
5) Memadamkan kebakaran
6) Mengarahkan evakuasi orang dan barang
7) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait
8) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
9) Melakukan koordinasi seluruh anggota petugas peran kebakaran.
o. Syarat regu penanggulangan kebakaran
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun
3) Pendidikan minimal SLTA
4) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar I dan tingkat dasar II.
p. Tugas Koordinator unit penanggulangan kebakaran
1) Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan
dari instansi yang berwenang.
2) Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan
kebakaran.
3) Mengusulkan anggaran, saran dan fasilitas penanggulangan kebakaran
kepada pengurus.
q. Syarat koordinator unit penanggulangan kebakaran
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Pendidikan minimal SLTA
3) Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja
minimal 5 tahun.
4) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar I, tingkat dasar II dan timgkat ahli K3 Pratama.
r. Tugas ahli K3
1) Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
bidang penanggulangan kebakaran.
2) Memberikan laporan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3) Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau
instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya.
4) Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan
dari instansi yang berwenang.
5) Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan
kebakaran.
6) Mengusulkan anggaran, saran dan fasilitas penanggulangan kebakaran
kepada pengurus.
7) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
s. Syarat ahli K3
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Pendidikan minimal D III teknik
3) Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja
minimal 5 tahun.
4) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar I, tingkat dasar II dan timgkat ahli K3 Pratama dan Tingkat Ahli
Madya.
5) Memiliki surat penunjukan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
t. Wewenang ahli K3
1) Memerintahkan menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan
yang dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan.
2) Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-
syarat K3 dibidang kebakaran di tempat kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tangungjawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
a. Pelayanan Kesehatan Kerja adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan
dengan tujuan :
1) Memberikan bantuankepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja.
2) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
tenaga kerja.
4) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit.
b. Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi :
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus.
2) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja.
3) Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja.
4) Pembinaan dan pengawasan perlengakpan sanitair.
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga
kerja.
6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja.
7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.
8) Memberi nasihat tentang perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan APD dan gizi di tempat kerja.
9) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
10)Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya.
11)Memberikan laporan berkala tentang Pelayana Kesehatan Kerja
kepada pengurus.
c. Setiap tenaga berhak berhak mendapatkan pelayanan Kesehatan Kerja.
Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan dapat diselenggarakan oleh :
1) Sendiri oleh pengurus
2) Pengurus dengan ikatan dokter pelayanan kesehatan lain.
3) Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk
melakukan pekerjaan.
Tujuannya adalah agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi
kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular
yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan cocok untuk yang pekerjaan
yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
yang bersangkutan dan tenaga kerja lainya yang dapat dijamin.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada
waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
Tujuannya untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-
pengnaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan
usaha-usaha pencegahan. Pemeriksaan meliputi fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rotgen paru-paru dan laboratorium rutin serta pemeriksaan
lainnya yang dianggap perlu.
Pekerja yang ditemukan adanya kelainan atau gangguan kesehatan maka
pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-
kelainan terasebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggarnya
keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Dilakukan juga terhadap :
1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).
2) Tenaga kerja yang berusia diatas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
3) Tenaga kerja yang terdapata dugaan tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan sesuai dengan
kebutuhan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat
Kerja.
Didalam peraturan ini terdapat beberapa hal yaitu :
a. Pengertian dari Penyakit Akibat kerja yaitu setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
b. Setiap pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja jika ditemukan penyakit
kerja wajib dilaporkansecara tertulis kepada Kantor Direktorat Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja
setempat.
c. Waktu pelaporan paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit tersebut di buat
diagnosanya.
d. Pengurus wajib melaukan tindakan preventif untuk mencegah penyakit
akibat kerja tersebut terulang kembali.
e. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua APD yang
diwajibkan.
f. Pekerja wajib menggunakan APD tersebut untuk mencegah penyakit
akibat kerja.
g. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
pada pekerjaan yang diragukan keadaan pencegahannnya terhadap
penyakit akibat kerja.
h. Beberapa jenis penyakit akibat kerja yang harus (wajib) dilaporkan :
1) Pneukoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan
jaringan perut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2) Penyakit-penyakit paru-paru dan saluran pernafasan disebabkan debu
logam keras.
3) Penyakit paru-paru dan saluran pernafasan (brounkhopulmoner) yang
disebabkan oleh oleh kapas, vlap, hennep dan sisial (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan
zat-zat perangsang yang dikenal dan berada dalam proses pekerjaan.
5) Penyakit disebabakan berilium
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 03/MEN/1985 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakai Asbes.
Peraturan ini memuat tentang pengertian - pengertian dari :
a. Asbes
Asbes adalah serat yang belum terikat oleh semen atau bahan lain
b. Alat Pelindung Diri (APD)
APD adalah tutup hidung, mulut, respirator, pakaian khusus termasuk
sepatu, kaos tangan, tutup kepala dan lain-lain perlengkapan yang
digunakan untuk melindungi diri dari bahaya pemaparan asbes.
c. NAB asbes
NAB asbes adalah angka yang menunjukkan konsentrasi serat asbes di
udara tempat kerja, dimana dengan konsentrasi di bawah angka ini orang
yang terpapar dalam waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggu tidak akan
mengalami gangguan kesehatan dan kenyamanan kerja.
Hal-hal lain yang dimuat dalam peraturan ini :
a. Asbes atau bahan yang mengandung asbes tidak boleh digunakan dengan
cara menyemprotkan.
b. Setiap proses atau pekerjaan yang menggunakan atau pemakaian asbes
biru (crosidolit) dilarang.
c. Ditempat yang kadar asbesnya melampaui NAB asbes tenaga kerja harus
menggunakan respirator khusus dan alat pelindung diri khusus lainnya.
d. Setiap ruang kerja wajib dipasang alat ventilasi yang sesuai agar debu
serat asbes yang terkandung di udara tempat kerja berada di bawah NAB.
e. APD dan pakaian kerja yang telah dipakai tenaga kerja tidak boleh dipakai
tenaga kerja lain kecuali APD dan pakaian kerja sudah dibersih.
f. Pembersihan APD harus dilakukan di dalam pabrik
g. Pakaian kerja dapat dibersihkan di tempat kerja dan di luar tempat kerja
(binatu) dengan cara pakaian dibasahi dan dimasukkan ke dalam tempat
kedap air dan diberi label “pakaian mengandung asbes”.
h. Pakaian kerja sesudah dipakain harus dibersihkan dan disimpan ditempat
yang telah ditentukan
i. Pemeriksaan kesehatan wajib dilakukan secara rutin setiap tahun yang
meliputi :
1) Foto dada dengn sinar X posterior anterior ukuran 350 x 430 mm yang
pembacaannya dilakukan radiolog.
2) Riwayat pekerjaan
3) Riwayat merokok
4) Pengujian kimia
5) Tes fungsi paru-paru
Standart Kualitas Lingkungan Kerja/Nilai Ambang Batas (NAB)
A. NAB untuk iklim kerja dan kebisingan di tempat kerja
(SURAT-EDARAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN
KOPERAS NO. SE. Ol/MEN/1978 TENTANG NILAI AMBANG BATAS
(N.A.B.) UNTUK IKLIM KERJA DAN NILAI AMBANG BATAS (N.A.B.)
UNTUK KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA
1. Iklim Kerja
a. lklim kering ialah hasil perpaduan antara suhu, kelernbaban, cepat
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
b. Suhu bola basah adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer
berbola basah,
c. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat N.A.B. untuk iklim
kerja ialah situasi iklim kerja yang oleh tenaga kerja masih dapat
dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari tidak mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan untuk jangka waktu kerja terus
menerus tidak lebih 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
d. lklim kerja di tempat kering diusahakan agar berada di antara NAB
terendah dan tertinggi.
e. N.A.B terendah untuk iklim kerja adalah 210 C bola basah dan
tertinggi adalah 30o C bola basah pada kelembaban nisbi udara di
antara 65 % dan 95%.
2. Kebisingan
a. Kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyl-bunyi atau suara-suara
yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di
tempat kerja yang memiliki satuan dB (A) yang biasa disebut dengan
desibel skala A.
b. Nilai Ambang Batas (N.A.B) kebisingan ditempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata. rata yang masih dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan kehilangan daya dengar
yang tetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu.
c. Kebisingan di tempat kerja diusahakan agar lebih rendah dari NAB.
d. N.A.B. untuk kebisingan di tempat kerja ditetapkan 85 dB (A).
B. NAB untuk debu tembakau dan asbes
(SURAT-EDARAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
NO. SE-Ol/MEN/1983 TENTANG PERUBAHAN NILAI AMBANG
BATAS (NAB) UNTUK BAHAN KIMIA UNTUK DEBU TEMBAKAU
DAN ASBES)
1. Nilai Ambang Batas (NAB) debu tembakau yaitu 10 mg/m3
2. Serat asbes bukan krosidolit dari 5 serat/1 ml udara menjadi 1 serat/1 ml
udara.
C. Penerangan di tempat kerja
(PERATURAN MENTERI PERBURUHAN NO. 7 TAHUN 1964 tentang
SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN DALAM
TEMPAT KERJA)
1. Syarat bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk:
a. menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan.
b. menghindarkan kernungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit
atau timbulnya penyakit jabatan.
c. memajukan kebersihan dan ketertiban
d. mendapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk
melakukan pekerjaan.
e. mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup.
f. menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak
menyenangkan.
2. Halaman harus bersih, teratur, rata dan tidak becek dan cukup untuk
kemungkinan perluasan. Jalan di halarnan tidak boleh berdebu.
3. Untuk keperluan aliran air (riolering) harus cukup saluran yang kuat dan
bersih. Saluran air yang melintasi halaman harus tertutup.
4. Sampah
a. Sampah dan bahan terbuang lainnya harus terkumpul pada suatu
tempat yang rapi dan tertutup.
b. Pada waktunya sampah itu harus dibuang ke tempat pembuangan
sampah atau dibakar pada tempat yang aman.
c. Tempat pengumpulan sampah tidak boleh menjadi sarang lalat atau
binatang serangga yang lain.
5. Gedung harus terbuat dari bahan yang tidak mudah tebakar.
(bouwvalling).
6. Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin dan harus cukup
luas.
7. Lantai
a. Lantai harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu, sehingga selalu
dalam keadaan bersih
b. Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras tahan
air dan bahan kimia yang merusak, datar dan tidak licin.
c. Lantai harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan pada
waktu tertentu dibersihkan (disapu, dipel, atau dicuci) sehingga selalu
terlihat bersih
8. Dinding
a. Harus dikapuri paling sedikit sekali dalam 5 tahun
b. Dinding yang dicat harus dicuci paling sedikit 1 x setahun, sehingga
selalu terlihat bersih
d. Dinding bagian-bagiannya harus mempunyai permukaan yang dapat
dikapuri atau dicat dan mudah dibersihkan.
e. Dinding tidak boleh basah dan lembab
9. Loteng
a. Loteng serta bagian-bagian lainnya harus dikapuri paling sedikit sekali
dalam 5 tahun
b. Loteng dan bagian-bagiannya harus mempunyai permukaan yang dapat
dikapuri atau dicat dan mudah dibersihkan.
10. Atap
a. Harus selalu berada dalam keadaan terpelihara dan bersih.
b. Atap tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan perlindungan yang baik kepada seluruh buruh terhadap
panas matahari atau hujan. Atap tidak boleh bocor atau berlobang
11. Setiap tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tiap orang
yang bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara (cubic space) yang
sedikit-dikitnya 10 m3 sebaiknya 15 m3 .
12. Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah loteng harus paling
sedikit 3 meter.
13. Tinggi ruangan yang lebih dari 4 meter tidak dapat dipakai untuk
memperhitungkan ruang udara yang dimaksud dalam bagaian 8.
14. Ruang udara yang memenuhi syarat ukuran tidak dapat membatalkan
suatu ventilasi (peredaran udara) yang baik dan dalam tempat kerja yang
tertutup.
15. Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja dapat
tempat yang cukup untuk bergerak secara bebas, paling sedikit 2 meter
buat seorang pekerja.
16. Alat dan bahan harus selalu disusun atau disimpan secara rapi dan tertib.
Susunan tersebut sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya
tertimpa atau mungkin menyebabkan buruh terjatuh.
17. Air, sampah atau bahan-bahan terbuang lainnya harus selalu dikumpulkan
dan dibuang ke tempat-tempat yang rapi.
18. Kakus-kakus yang terbuat dari bahan yang kuat harus disediakan untuk
kaum buruh. Kakus-kakus tersebut harus terpisah untuk laki-laki dan
perempuan, sehingga tidak memungkinkan terjadinya gangguan
kesusilaan.
19. Kakus
a. Kakus itu tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja dan
letaknya harus dinyatakan dengan jelas, harus selalu dibersihkan.
b. Penerangan yang cukup dan pertukaran udara yang baik.
c. Jumlah kakus adalah sebagai berikut:
1) Untuk 1 - 15 orang adalah 1 kakus
2) Untuk 16 - 30 orang adalah 2 kakus
3) Untuk 31 - 45 orang adalah 3 kakus
4) Untuk 46 - 60 orang adalah 4 kakus
5) Untuk 61 - 80 orang adalah 5 kakus
6) Untuk 81 - 100 orang adalah6 kakus
7) Dan selanjutnya untuk tiap 100 orang 6 kakus.
d. Dinding kakus setinggi 1.5 meter dari lantai harus terbuat dari bahan
yang mudah dibersihkan (diter atau ditegel marmer).
e. Lantai dan dinding kakus harus selalu terlihat bersih
f. Kakus yang bersih ialah kakus yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) tidak boleh berbau,
2) tidak boleh ada kotoran yang terlihat.
3) tidak boleh ada lalat, nyamuk atau serangga yang lain.
4) harus selalu tersedia air bersih yang cukup untuk dipergunakan.
5) harus dapat dibersihkan dengan mudah.
6) paling sedikit harus dibersilikan 2-3 x sehari
7) Pintu kakus harus dapat ditutup dengan mudah.
20. Ditempat kerja yang dianggap perlu harus diadakan tempat mandi, tempat
cuci muka dan tangan, tempat ludah dan tempat pakaian menurut
kepentingan masing-masing. Tempat mandi dan tempat cuci muka dan
tangan harus memenuhi syarat-syarat kesehatan seperti ditentukan di atas.
21. Tempat ludah diadakan satu untuk tiap-tiap 15 orang dan harus diisi
dengan sedikit lisol. Tempat ludah harus setiap hari dibersihkan.
22. Pakaian kerja
a. Buruh dalam perusahaan-perusahaan tertentu dapat diwajibkan,
memakai pakaian kerja menurut syarat-syarat yang ditentukan.
Pakaian kerja tersebut disediakan oleh majikan.
b. Apabila buruh mempergunakan pakaian kerja hanya selama bekerja,
maka harus disediakan tempat bertukar pakaian yang bersih, cukup
luas dan pemakaiannya,harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
berdesak-desak.
c. Harus disediakan tempat-tempat menyimpan pakaian (locker) untuk
seorang buruh satu. Majikan bertanggung jawab tehadap
keamanannya.
23. Dapur dan kamar makan
a. Dapur , kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih
dan rapi.
b. Dapur dan kamar makan tidak boleh berhubungan langsung dengan
tempat kerja.
c. Dapur dan kamar makan harus mendapat penerangan yang baik dan
perendam udara yang cukup.
d. Alat-alat makan dan masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan
sabun dan air panas dan keringkan. Alat-alat tersebut harus dibuat dari
bahan-bahan yang mudah dibersihkan.
24. Makanan yang disediakan untuk buruh harus menurut menu yang
memenuhi syarat kesehatan.
25. Air yang dipergunakan untuk makan dan minurn harus memenuhi syarat -
syarat sebagai berikut :
a. air tidak boleh berbau dan harus segar.
b. air tidak boleh berwarna (harus bening).
c. air tidak berasa.
d. air tidak boleh mengandung garam-garam yang berbahaya (dinyatakan
dengan pemeriksaan laboratorium kesehatan).
e. air tidak boleh mengandung binatang-binatang atau bakteri-bakteri
yang berbahaya (dinyatakan dengan pemeriksaan laboratorium
kesehatan).
f. Pada waktu-waktu tertentu air yang dipakal harus diperiksa oleh
laboratorium kesehatan,
26. Penjamah makanan
a. Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan dan
minuman harus bebas dari salah satu penyakit menular dan selalu
harus menjaga kebersihan badannya.
b. Majikan harus menyediakan pakalan atau skor dan tutup kepala yang
bersih untuk pegawai-pegawal untuk dipergunakan untuk melayani
makanan.
c. Pegawai penjamah makanan harus mendapat pendidikan dalam hal
kebersihan dan kesehatan.
d. Pegawai penjamah makanan sebelum bekerja harus diperiksa
kesehatan badannya yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter
dan pemeriksaan badan tersebut harus disertai dengan pemeriksaan
paru-paru dengan sinar rontgen.
e. Pemeriksaan badan tersebut diulangi paling sedikit 1 x dalarn setahun.
f. Pegawai penjamah makanan tidak boleh melayani makanan selama
menderita penyakit sampai dinyatakan oleh dokter bahwa ia sudah
sehat kembali.
27. Untuk buruh yang bekerja sambil duduk harus disediakan tempat duduk.
Tempat duduk tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. harus memenuhi ukuran-ukuran yang sesuai dengan tubuh orang
Indonesia umurnnya dan cocok dengan buruh yang memakainya.
b. harus memberi kesenangan duduk dan menghindarkan ketegangan
otot- otot.
c. harus memudahkan gerak-gerik untuk bekerja,
d. harus ada sandaran untuk punggung.
28. Untuk buruh yang melakukan pekerjaan sambil berdiri, berjalan,
merangkak, jongkok atau berbaring harus disediakan tempat-tempat duduk
pada waktu-waktu ia membutuhkan.
29. Cara bekerja seperti dalam ayat (3) harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan ketegangan otot, kelesuan yang berlebihan atau
gangguan kesehatan lain.
30. Dalam perusahaan yang mempergunakan banyak tenaga wanita harus
diadakan beberapa istirahat dan berhias yang cukup luas, memenuhi
syarat-syarat kebersihan , penerangan dan peredaran udara dipergunakan
pada waktu-waktu yang diperlukan.
31. Jarak antara gedun-gedung atau bangunan-bangunan lainnya harus
sedemikian rupa sehingga tidak menggganggu masuknya cahaya siang ke
tempat kerja.
32. Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk
melakukan pekerjaan.
33. Jendela-jendela, lobang-lobang atau dinding gelas yang dimaksudkan
untuk memasukkan cahaya harus selalu bersih dan luas seluruhnya harus
1/6 dari pada luas lantai tempat kerja. Dalam hal yang memaksa luas yang
dimaksud dapat dikurangi sampai 1/10xluas lantai. Jendela-jendela,
lobang-lobang atau dinding gelas harus dibuat sedemkian rupa, sehingga
memberikan penyebaran cahaya yang merata.
34. Bila ada penyinaran matahari langsung menimpa para pekerja, maka harus
diadakan tindakan-tindakan untuk menghalang-halanginya.
35. Apabila jendela hanya satu-satunya jalan matahari, maka jarak antara
jendela dan lantai tidak boleh melebihi 1,2 meter. Jendela-jendela itu harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan cahaya matahari
siang mencapai dinding tempat kerja yang terletak diseberang.
36. Di dalam hal cahaya matahari tidak mencukupi atau tidak dapat
dipergunakan, harus diadakan penerangan dengan jalan lain sebagai
tambahan atau pengganti cahaya matahari.
37. Untuk pekerjaan yang dilakukan pada malam hari harus diadakan
penerangan buatan yang aman dan cukup intensitasnya.
38. Penerangan dengan jalan lain itu tidak boleh menyebabkan panas yang
berlebih-lebihan atau merusak susunan udara. Apabila penerangan buatan
menyebabkan kenaikan suhu dalam tempat kerja maka suhu itu tidak
boleh naik melebihi 320 Celcius. Jika hal tersebut terjadi maka harus
dilakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi pengaruh kenaikan
suhu tersebut (peredaran angin dan lain-lain).
39. Sumber penerangan yang menimbulkan asap atau gas sisa sedapat
mungkin dihindarkan dan semua tempat kerja. Sumber penerangan yang
tetap dan menyebar serta mungkin dalam keadaan darurat.
40. Sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar penerangan
yang tetap dan menyebar serta mungkin dan tidak boleh berkedip-kedip.
41. Sumber cahaya yang dipergunakan tidak boleh menyebabkan sinar yang
menyilaukan atau bayangan atau kontras yang mengganggu pekerjaan.
Apabila bahan atau alat dipergunakan menyebabkan sinar yang
menyilaukan atau berkedip-kedip, maka harus diadakan tindakan-tindakan
untuk melenyapkan sinar yang mengganggu tersebar atau mengurangkan
pengaruhnya terhadap mata.
42. Penerangan darurat
a. Tiap-tiap tempat kerja yang dipergunakan waktu malam hari harus
selalu menyediakan alat-alat penerangan darurat.
b. Penerangan darurat itu harus mempunyai sumber tenaga yang bebas
dari instalasi UMUM.
c. Penerangan darurat tersebut harus ditempatkan pada tempat- tempat
yang tidak mungkin menimbulkan bahaya.
d. Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux
(0,5 ft candles).
43. Jalan-jalan keluar seperti pintu, gang-gang dan lain-lain harus mempunyai
alat-alat penerangan darurat, dan diberi tanda pengenal dengan cat -
lumineus bahan-bahan refleksi atau bahan-bahan flouresensi.
44. Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur cahaya yang baik
setinggi tempat kerja yang sebenarnya, atau setinggi perut untuk
penerangan umum (+ 1 meter).
45. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan perusahaan
harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft. candles).
46. Penerangan untuk hanya membedakan benda kasar seperti :
a. mengerjakan bahan-bahan yang besar.
b. mengerjakan arang atau abu.
c. menyisihkan barang-barang yang besar
d. mengerjakan bahan tanah atau batu
e. gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai.
f. gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar
paling sedikit mepunyai kekuatan 50 lux (5 ft candles).
47. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang membedakan
barang-barang kecil secara sepintas lalu seperti :
a. mengerjakan barang- barang besi dan baja yang setengah selesai
b. pemasangan yang kasar.
c. penggilingan padi.
d. pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas.
e. kamar mesin dan uap.
f. ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal.
g. tempat menyimpan barang-barang besar dan kecil,
h. kakus, tempat mandi dan tempat kencing
paling sedikit mempunyai kekuatan 100 lus (10 ft candles).
48. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-
barang kecil yang agak teliti seperti:
a. pernasangan alat-alat yang sedang (tidak besar).
b. pekerjaan mesin dan bubut yang kasar,
c. perneriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang.
d. menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda.
e. pemasakan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalarn kaleng.
f. pembungkusan daging.
g. melapis porabot
paling sedikit mempunyal kekuatan 200 lux (20 ft, candles).
49. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan perbedaan yang teliti dari barang-
barang kecil dan halus seperti :
a. pekerjaan mesin yang diteliti.
b. perneriksaan yang teliti.
c. percobaan-percobaan yang teliti dan halus.
d. pernbuatan tepung.
e. penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol
f. berwarna muda,
g. pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan
arsip dan seleksi surat-surat
harus paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux (30 ft. candles)
50. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-
barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama
seperti :
pemasangan yang halus.
pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus,
pemeriksaan yang halus.
a. penyemiran yang halus dan pernotongan gelas kaca,
pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran halus).
menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua.
akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang larna dan
teliti
harus mempunyai kekuatan antara 500 sampai 1000 lux (50 sampai 100 ft,
candles).
51. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-
barang yang sangat halus dongan kontras yang sangat kurang untuk waktu
yang lama seperti :
a. pemasangan yang ekstra halus (arloji dan lain- lain),
b. pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat).
c. percobaan alat-alat yang ekstra halus.
d. tukang mas dan intan.
e. penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau.
f. penyusunan huruf dan perneriksaan kopl dalam percetakan.
g. pemeriksaan dan penjahit bahan pakaian berwarna tua
harus mempunyai kekuatan paling sedikit 1000 lux (100 ft. candles).

Anda mungkin juga menyukai