0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
116 tayangan1 halaman
Sepasang mata bola memandang kereta yang ditumpangi penyair di Jogja saat hampir malam, membuat penyair terkejut. Mata itu seolah meminta perlindungan dari pahlawan penyair dari murka. Mata itu datang dari Jakarta menuju Medan Perwira. Penyair kagum dan hatinya terpikat pada sinar sang perwira rela di balik jendela kereta.
Sepasang mata bola memandang kereta yang ditumpangi penyair di Jogja saat hampir malam, membuat penyair terkejut. Mata itu seolah meminta perlindungan dari pahlawan penyair dari murka. Mata itu datang dari Jakarta menuju Medan Perwira. Penyair kagum dan hatinya terpikat pada sinar sang perwira rela di balik jendela kereta.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Sepasang mata bola memandang kereta yang ditumpangi penyair di Jogja saat hampir malam, membuat penyair terkejut. Mata itu seolah meminta perlindungan dari pahlawan penyair dari murka. Mata itu datang dari Jakarta menuju Medan Perwira. Penyair kagum dan hatinya terpikat pada sinar sang perwira rela di balik jendela kereta.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Ketika keretaku tiba Remang remang cuaca Terkejut aku tiba tiba Dua mata memandang Seakan akan dia berkata Lindungi aku pahlawan Dari pada sang angkara murka Sepasang mata bola Dari balik jendela Datang dari Jakarta Menuju medan perwira Kagumku melihatnyaSinar sang perwira rela Hati telah terpikat Semoga kita kelak berjumpa pula Sepasang mata bola Seolah-olah berkata Pergilah pahlawanku Jangan bimbang ragu Bersama do’aku..