Anda di halaman 1dari 6

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019

Di Wisma Betlehem Pohsarang Kediri, sekitar seratus tigapuluhlima orang pengurus DPP
dan BGKP paroki peroki sevikep Cepu berkumpul dalm rangka menyatukan pandangan
menganai pelaksanaan Pedoman Dasar DPP dan BGKP keuskupan Surabaya 2010.

Dalam pertemuan yang menekankan pelaksanaan ARDAS untuk tahun kedua yang
memfokuskan pada “tahun anak” itu selama dua hari, Sabtu-Minggu 28-29 Agustus 10
kemarin, para peserta dibentuk dalam kelompok-kelompok seperti ketika mau menyusun
kata kunci ARDAS sehingga bisa muncul rumusan maupun usulan-usulan baru yang
belum tertuang dalam buku PEDOMAN DASAR DPP & BGKP. Untuk bisa disepakati dan
diterapkan sevikep Cepu.

Romo Didik Vikep dan Romo Kurdo memandu acara dari awal sampai akhir dan ditemani
tim dari Pohsarang. Romo Vicjend keuskupan Surabaya yang memberikan sambutan
pada pembukaan acara juga dengan setia mengikuti tahapan demi tahapan, Romo Eka
dari paroki Rembang dan Romo Hersmedi dari paroki Bojonegoro mendampingi
pemandu dan para romo rapat ketika ada jeda kegiatan.

Pendalaman PEDOMAN DASAR DPP dan BGKP yang semula kita harapkan akan dibahas
dengan gamblang di Pohsarang itu ternyata hanya disinggung sedikit karena Romo
Kurdo dan Romo Didik lebih menekankan pada pendalaman ARDAS yang antara lain
sebagai berikut;

1. HAKIKAT ARAH DASAR (ARDAS)

Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima,
dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan Surabaya. Dengan
panduan ini, kebersamaan dan gerak pastoral di Keuskupan Surabaya menjadi makin
bermakna dan memberikan kesegaran hidup, sehingga sabda Yesus, “Aku datang, supaya
mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10) makin
terwujud dalam kebersamaan hidup menggereja.

Selain itu, Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan peneguhan jati diri sekaligus bahan
refleksi bagi seluruh umat dalam menghayatinya. Jati diri kita sebagai Gereja, seperti
dirumuskan oleh Konsili Vatikan II, adalah “persekutuan umat yang terdiri dari orang-orang,
yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan menuju
Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua
orang” (Gaudium et Spes art. 1).

2. PENGERTIAN DAN ISI ARAH DASAR (ARDAS) TERDIRI DARI 3 HAL , YAITU :

2. 1. CITA-CITA BERSAMA TENTANG GEREJA


a) ISI ARAH DASAR :  RUMUSAN CITA-CITA BERSAMA TENTANG GEREJA

“Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin


dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner” .

b)      Yang dimaksud dengan “cita-cita bersama tentang Gereja” adalah konsep, sifat, keadaan,
atau gambaran ideal yang diharapkan, diimpikan, didambakan atau dicita-citakan tentang
Gereja dan situasi umat, yang di masa depan diharapkan terwujud di segala lini menjemaat
Gereja Keuskupan Surabaya.

c)      Cita-cita tersebut diangkat sebagai “payung bersama” bagi gerak langkah segenap umat
Keuskupan Surabaya. Ini penting untuk dilakukan dalam konteks menggereja Keuskupan
Surabaya yang diwarnai oleh keaneka-ragaman.

d)      Dengan memiliki cita-cita bersama, dalam kurun waktu tertentu segenap umat dapat
melangkah dalam satu semangat dan keserempakan kerja. Rumusan cita-cita bersama juga
menjadi “alat komunikasi” dan “bahasa bersama” bagi seluruh umat dalam membingkai
keaneka-ragaman yang ada.

2. 2. PRIORITAS PROGRAM BIDANG PASTORAL TERDIRI DARI :

-  15 Bidang Pastoral dengan 30 Prioritas Program.

a)      Yang dimaksud dengan “bidang pastoral” adalah berbagai bidang hidup menggereja yang
dinilai penting dan mendapat perhatian khusus dalam karya pastoral paroki dan Keuskupan.
Perhatian khusus ini tercermin dari dibentuknya seksi di Dewan Pastoral Paroki (DPP) atau
komisi di Keuskupan. Sedangkan yang dimaksud dengan “prioritas program bidang pastoral”
adalah prioritas dalam bidang pastoral atau bidang khas hidup menggereja, atau hal-hal yang
perlu diutamakan dalam karya pastoral dan hidup menggereja pada umumnya. Pengutamaan
ini diwujudkan melalui berbagai kegiatan konkret dalam kurun waktu tertentu.

a)      Prioritas program dalam suatu bidang pastoral dipilih karena memiliki nilai strategis bagi
terwujudnya cita-cita bersama. Dalam upaya mewujudkan cita-cita bersama, hal-hal yang sudah
diprioritaskan tersebut tidak boleh dilewatkan, malahan perlu diperjuangkan agar berada dalam
keadaan sebaik-baiknya pada setiap bidang pastoral terkait.

b)      Prioritas program yang berupa konsep, perlu diterjemahkan dalam kegiatan konkret.
Sementara itu, setiap kegiatan konkret membutuhkan pengelolaan yang tepat, meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak-lanjutnya. Pengelolaan tersebut perlu
dilakukan dengan cermat, tekun dan dalam sinergi dengan kegiatan bidang pastoral yang lain.

2. 3. NILAI-HIDUP, PRINSIP ATAU SEMANGAT MOTIVASIONAL TERDIRI DARI :

– 30 Nilai yang patut di hayati  yang mendampingi 30 prioritas program


a)      Yang dimaksud dengan “nilai-hidup, prinsip atau semangat motivasional” adalah nilai,
prinsip atau semangat hidup yang terdapat dalam batin manusia, sebagai potensi-potensi
manusiawi dan ilahi dalam aneka dimensi, yang dapat dijadikan daya dorong atau motivasi
bersama dalam merealisasi program-program.

b)      Nilai-hidup tersebut dirumuskan untuk membantu umat dalam mengenali nilai, semangat
atau prinsip yang perlu dihayatinya. Penghayatan bersama akan nilai-nilai tersebut menumbuh-
kembangkan pengalaman “sehati seperasaan” di antara segenap umat, saat mengalami suka
duka dalam mewujudkan cita-cita bersama hidup menggereja.

c)      Nilai-hidup, prinsip atau semangat ini menjadi pijakan dan motivasi bagi umat dan
pelaksana program, agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih baik. Adanya nilai-hidup,
prinsip atau semangat ini juga membantu umat dan aktivis Gereja untuk melihat kedalaman dan
kekayaan hidup yang terkandung dalam setiap hal strategis yang ada dalam prioritas program.
Dengan demikian, setiap kali prioritas program dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan konkret,
berlangsung pula proses pembatinan nilai-nilai tertentu. Bila  saatnya program dan kegiatan
berlalu, maka jejak-jejak dan maknanya tetap lestari dalam batin umat dan pelaksana program
serta aktivis Gereja, dalam bentuk nilai-nilai yang sudah terbatinkan.

2.2. dan 2.3 RUMUSAN PRIORITAS PROGRAM BIDANG PASTORAL & NILAI-HIDUP,
PRINSIP ATAU SEMANGAT MOTIVASIONAL

Tabulasi berikut berisi rumusan prioritas program dan nilai hidup yang dihasilkan dalam
MUPAS 2009 (kolom III & V) dan rumusan redaksional pascamupas (kolom IV & VI) yang
merapikan dan mempertajam rumusan awal agar makin berdayaguna sebagai panduan hidup
menggereja di Keuskupan Surabaya.

———tabulasi bisa didownload di sini

3. UPAYA PERWUJUDAN ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

3. 1. MELIBATKAN SEGENAP UMAT KEUSKUPAN SURABAYA

Setiap pribadi warga Keuskupan Surabaya dapat berpartisipasi dalam upaya perwujudan Arah
Dasar Keuskupan Surabaya dengan mengembangkan tiga dimensi keterlibatan personal yang
saling melengkapi berikut ini, yakni mengenal dan memelihara semangat yang tepat,
mengembangkan pemahaman yang benar, meningkatkan daya kepeloporan dalam
kebersamaan. Kita berharap segenap umat Keuskupan Surabaya makin mengenal, mencintai
dan melibatkan diri dalam gerakan bersama hidup menggereja ini.

Amat indah bila ada beberapa orang yang rendah hati dan mau mendengarkan, bersedia untuk
belajar dan mengembangkan diri dalam kebersamaan. Hal tersebut juga akan membuka
kemungkinan pelaksanaan setiap prioritas program bidang pastoral yang makin lancar, di
semua paroki dan semua persekutuan umat beriman.
3. 2. MENGEMBANGKAN POLA PASTORAL BERBASIS PERSEKUTUAN

Iman seseorang bertumbuh dan berkembang secara lebih utuh dalam persekutuan di
lingkungan dan paroki melalui interaksi langsung dan keterlibatan aktif dalam pelaksanaan
pancatugas Gereja. Oleh karena itu, kegiatan di tingkat lingkungan dan paroki merupakan
bagian amat penting dan dapat disebut sebagai inti dalam kegiatan menggereja keuskupan.
Perhatian dan daya upaya untuk mengembangkan hal tersebut diwujudkan di Keuskupan
Surabaya dengan mengembangkan pola pastoral berbasis persekutuan.

Berkaitan dengan pengembangan pola pastoral berbasis persekutuan tersebut, perlu


ditegaskan beberapa hal berikut.

3. 2. 1. BERKAITAN DENGAN KOORDINASI PASTORAL DI TINGKAT PAROKI

3. 2. 1. Pastor Paroki

3. 2.1. 1. Hakikat Pastor Paroki

a)      Adalah seorang gembala yang menerima otoritas dari Uskup untuk menunaikan reksa
pastoral umat dengan mengambil-bagian dalam tritugas Kristus, yakni dalam tugas mengajar,
menguduskan dan memimpin.

b)      Dalam menunaikan tugas pastoral, pastor paroki bertindak atas nama Gereja sebagai
“pastores proprius” (Gembalanya sendiri).

3. 2. 1. 2. Tugas Pastor Paroki

a)      Mewujudkan persekutuan dan kebersamaan, serta bekerja sebagai tim dalam pelayanan
pewartaan, pengudusan, dan penggembalaan umat.

b)      Menjadi pengilham, penggerak, dan pemersatu umat.

c)      Memberdayakan peranan khas umat awam dalam perutusan Gereja.

3. 2. 2. BERKAITAN DENGAN KOORDINASI PASTORAL DI TINGKAT KEVIKEPAN

3. 2. 2. 1. Vikep (Vicarius Episcopalis)

a)      Bersama dan mewakili Uskup memimpin dan memastikan bahwa karya  pastoral di
wilayah tertentu dalam keuskupan yang diserahkan kepadanya, berjalan baik. (bdk. KHK 476).
Kehadiran Vikep adalah untuk pengembangan pastoral yang lebih menjawabi kebutuhan kaum
beriman. Juga untuk perkembangan pastoral praktis yang lebih fleksibel dan dekat dengan
kaum beriman sebab lebih spesifik dalam menangani bidang-bidang atau wilayah.
b)      Vikep sebagai representasi pribadi Uskup diosesan, menunjukkan keprihatinan episkopal,
secara personal, material maupun konteks teritorial, suatu perhatian yang lebih pada
problematika yang ada.

3. 2. 2. 2. Forum-forum Kevikepan

3. 2. 2. 2. 1. Forum Kolegialitas Romo-romo Kevikepan

a)      Adalah forum pertemuan semua romo se-kevikepan dalam mengusahakan koordinasi
pastoral, kolegialitas, hidup rohani para imam dalam pelayanan pastoral jemaat di kevikepan.

b)      Dalam forum ini, semangat yang hendak diwujudkan adalah koordinasi, partisipasi dan
kolegialitas/ kebersamaan.

3. 2. 2. 2. 2. Forum Pastoral Kevikepan

a)      Adalah forum pertemuan Tim Kerja Vikep  bersama dengan Pastor Paroki, pengurus
harian Dewan Pastoral Paroki (2-3 orang) dan katekis (jumlah sesuai keadaan) untuk
membahas masalah pastoral di kevikepan dan membuat perencanaan pastoral bersama yang
dilaksanakan di tingkat kevikepan atau paroki.

b)      Dalam forum ini, semangat yang hendak diwujudkan adalah koordinasi, kolegialitas dan
partisipasi paroki dalam pastoral di kevikepan.

3. 2. 2. 2. 3. Forum Komunikasi Pastoral Serumpun

a)      Adalah forum pertemuan seksi-seksi dalam bidang pastoral yang serumpun untuk
membuat kegiatan bersama di tingkat kevikepan.

b)      Dalam forum ini, semangat yang hendak diwujudkan adalah koordinasi dan kebersamaan.

3. 2. 3. BERKAITAN DENGAN KOORDINASI PASTORAL DI TINGKAT KEUSKUPAN

a)      Semua perangkat pastoral Keuskupan bertanggungjawab untuk mencerminkan gerak


pastoral Keuskupan dalam mengembangkan Gereja sebagai Persekutuan. Agar kebersamaan
dan koordinasi dapat berjalan baik, setiap perangkat pastoral Keuskupan perlu memperhatikan
jalur koordinasi pastoral, yang disusun sesuai dengan pola pastoral berbasis persekutuan.

b)      Komisi di Keuskupan merupakan perangkat pastoral yang melaksanakan pelayanan tak
langsung terhadap kebutuhan rohani umat. Pelayanan khusus ini dilaksanakan melalui
perangkat-perangkat atau calon-calon perangkat paroki, kapelan, moderator, karya kerasulan,
karya pembinaan.
3. 2. 4. BERKAITAN DENGAN APRESIASI DAN EVALUASI PASTORAL

Berdasarkan masukan dari tingkat paroki dan kevikepan, serta perangkat pastoral yang lain,
Bapa Uskup menyusun Surat Gembala di setiap akhir tahun yang berisi apresiasi dan evaluasi
pastoral dalam tahun berjalan sekaligus memaklumkan fokus perhatian pastoral untuk tahun
berikutnya.

Dengan Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2019, dalam kebersamaan dan gerak pastoral
di Keuskupan Surabaya, semoga segenap umat Keuskupan Surabaya makin mampu
mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang bersabda, “Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.

Anda mungkin juga menyukai