Anda di halaman 1dari 21

Profil Hamas & Tokoh-Tokoh Pergerakan

Hamas

Hamas adalah singkatan dari: ”Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah” (Gerakan


Perlawanan Islam). Hamas merupakan gerakan perlawanan rakyat nasional yang
bergerak demi menciptakan situasi yang kondusif untuk merealisasikan
kemerdekaan rakyat Palestina, membebaskan mereka dari penganiayaan,
membebaskan bumi mereka dari penjajah Israel serta untuk menghadang proyek
Zionisme yang didukung oleh kekuatan Imperialisme Modern.
Tokoh-Tokoh Hamas
1. Syaikh al Mujahid Ahmad Yasin, Pendiri dan Tokoh Spiritual Hamas
2. DR. Abdul Aziz Ar-Ranteesi, Juru Bicara Hamas di Gaza
3. Ir. Ibrahim Ghousyah, Juru Bicara Hamas
4. As-Syahid Imad Aqil, Komandan Brigade Izzuddin al Qassam di Gaza
5. Ir. Imad el-Alami, Anggota Biro Politik Hamas
6. Jamal Manshur, Pemimpin Hamas di Tepi Barat Sungai Jordan
7. Khalid Misha'al, Kepala Biro Politik HAMAS
8. Syaikh Khalid Muhammad Amin el Haj, juru bicara resmi Gerakan perlawanan
Islam Hamas di distrik Jenin.
9. Muhammad Nizal, Wakil Resmi HAMAS di Jordania
10. DR. Musa Abu Marzuq, Anggota Biro Politik HAMAS
11. Sholah Syahadah, Pendiri Sayap Militer Hamas
12. Yahya Ayyasy, Komandan Brigade Izzuddin al Qassam

1. Syaikh al Mujahid Ahmad Yasin,

Pendiri dan Tokoh Spiritual Hamas

Beliau adalah Ahmad Ismail Yasin, dilahirkan pada tahun 1938 di desa el Jaura
pinggiran el Mijdal, selatan Jalur Gaza. Mengungsi bersama keluarganya ke Jalur
Gaza setelah perang Palestina (nakbah) tahun 1948.

Mengalami kelumpuhan total sejak muda akibat kecelakaan dalam sebuah


aktifitas oleh raga.
Bekerja sebagai guru Bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah, kemudian bertugas
sebagai khatib dan guru di masjid-masjid Gaza. Dalam masa penjajahan, dia
menjadi khatib paling populer di kalangan masyarakat Jalur Gaza karena
kekuatan argumennya dan keberaniannya dalam al haq (kebenaran).Menjadi
ketua perhimpunan Islam di Jalur Gaza

Pada tahun 1983, Syaikh Ahmad Yasin ditangkap rezim Imperialis Israel atas
tuduhan memiliki senjata, membentuk pasukan militer dan menyerukan
pelenyapan eksistensi negara Yahudi. Karenanya, beliau dihadapkan ke
mahkamah militer Israel dan divonis 13 tahun penjara.

Pada tahun 1985, beliau dibebaskan dalam rangka pertukaran tahanan antara
pihak rezim Imperialis Israel dengan PFLL (Front Rakyat untuk Pembebasan
Palestina) - Pimpinan Umum, setelah mendekam 11 bulan dalam penjara rezim
Imperialis Israel.

Bersama para kativis perlawanan islam (islamiyun) Palestina, beliau mendirikan


organisasi perlawanan, Gerakan Perlawanan Islam ”Hamas” - Palestina, di Jalur
Gaza pada tahun 1987.

Pada akhir bulan Agustus 1988, militer Imperialis Israel menyerbu rumah
kediaman beliau di Gaza. Mereka melakukan pengeledahan dan mengancam
membuangnya di atas kursi roda yang beliau duduki sehari-hari ke Libanon.

Pada malam hari tanggal 17 Mei 1989, rezim Imperialis Israel kembali
menangkap Syaikh Ahmad Yasin berserta ratusan aktivis Gerakan Hamas, dalam
rangka upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itu
dengan mengambil bentuk serangan dengan menggunakan as silah al abyadh
(senjata putih), yakni selain senjata api terhadap serdadu-serdadu Israel, warga
Yahudi serta penculikan terhadap agen-agen Israel.

Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Imperialis Israel mengeluarkan


keputusan dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin berupa penjara seumur hidup
ditambah 15 tahun, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item.
Di antaranya seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhan terhadap serdadu-
serdadu Imperialis Israel, pendirian Gerakan Hamas beserta sayap militer dan
dinas keamanannya.
Di samping menderita kelumpuhan total, Syaikh Ahmad Yasin juga menderita
beberapa penyakit lain. Di antaranya, kebutaan di mata kirinya dan lemah
pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang beliau alami saat menjalani
penyidikan, menderita radang telinga cukup kronis, alergi paru-paru, beberapa
penyakit dan peradangan dalam dan usus. Kondisi penahanan yang buruk yang
dialami Syaikh Ahmad Yasin menyebabkan merosotnya kondisi kesehatannya,
sehinggga harus dipindahkan ke rumah sakit beberapa kali. Kondisi kesehatan
Syaikh Ahmad Yasin terus menurun akibat penahanan dan tidak adanya
pelayanan kesehatan yang memadai.

Pada tanggal 13 Desember 1992, sekelompok sukarelawan berani mati (fida’i)


dari Brigade Izzuddin al Qassam menculik seorang serdadu militer Imperialis
Israel. Brigade Izzuddin al Qassam menuntut pelepasan serdadu Israel tersebut
dengan kompensasi pembebasan Syaikh Ahmad Yasin dan beberapa tawanan di
penjara rezim Imperialis Israel, di antara mereka ada sedang menderita sakit,
orang lanjut usia serta beberapa tawanan Arab yang ditangkap militer Imperialis
Israel di Lebanon. Namun pihak Imperialis Israel menolak tuntutan tersebut,
bahkan balik melancarkan serangan ke lokasi penahanan serdadu Israel tersebut,
sehingga menyebabkan kematiannya serta kematian komandan kesatuan
penyerangan pasukan Imperialis Israel dalam penyerangan tersebut, sebelum
syahidnya para pahlawan sukarelawan berani mati di dalam rumah yang berlokasi
di desa Beir Nebala, dekat Jerusalem.

Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat
perjanjian yang berlangsung antara Jordania dan rezim Imperialis Israel, dengan
kompensasi penyerahan dua agen (antek) Zionis yang tertangkap di Jordan
setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap al-Akh Khalid Misy'al,
Kepala Biro Politik Hamas di Amman.

Senin, 22 Maret 2004, pesawat-pesawat tempur milik Israel, membidik seorang


tua yang didorong di atas kursi roda, usai menunaikan Shalat Subuh di sebuah
masjid di Desa el-Sobra, Gaza. Dengan melepaskan tiga rudal dari pesawat heli
itu, pemimpin dan pendiri Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Syeikh Ahmad
Yasin (1936-2004), ditembak secara biadab oleh pasukan Zionis Israel. Ikut
menjadi korban meninggal dunia lainnya adalah Mukmin Al-Yazori (28 tahun),
Amer Ahmad Abdul 'Al (25 tahun), Rateb Abdurrahman Al-'Alon (52 tahun),
Khumaes Sami Mushtahi (32 tahun), Rabe Abdul Hayyi Abdul Al (15 tahun) dan
empat lainnya yang belum diketahui identitasnya. Sementara ada 16 lainnya
terluka, diantarannya dua anak Syeikh Yasin, Abdul Hamed dan Abdul Ghani
serta seorang pemuda lagi dari keluarga Zaqut.
( Baca : Setangkai Zaitun untuk Syeikh Ahmad Yasin )
2. DR. Abdul Aziz Ar-Ranteesi,
Juru Bicara Hamas di Gaza

Beliau adalah Abdul Aziz Ali Abdul Hafidz el Ranteesi, dilahirkan pada tanggal 23
Oktober 1947 di desa Yabna, antara Asqolan dan Yafa. Keluarga Ranteesi
mengungsi ke Jalur Gaza dan menetap di Kamp Pengungsi Khan Yunis setelah
terjadi perang (nakbah) 1948. Saat itu usia beliau baru menginjak 6
bulan.Ranteesi tumbuh di tengah-tengah 9 saudara laki-laki dan dua orang
saudara perempuan.

Pada usia enam tahun, Abdul Aziz Ar-Ranteesi masuk bangku belajar di sekolah
yang dikelola oleh Lembaga Bantuan untuk Para Pengungsi Palestina milik PBB
(UNRWA). Kondisi ekonomi keluarga yang sulit memaksa Abdul Aziz Ranteesi
bekerja pada umur enam tahun, demi membantu memikul beban keluarganya
yang besar.

Beliau termasuk anak yang sangat menonjol dalam studinya hingga selesai tahun
1965. Kemudian merantau ke Alexandria (Mesir) untuk untuk melanjutkan
studinya di Universitas Iskandariah dalam bidang kedokteran.

Pada tahun 1972, Abdul Aziz Ranteesi menyelesaikan studi S1-nya dengan
peringkat memuaskan. Selanjutnya beliau kembali ke Jalur Gaza. Dua tahun
kemudia beliau berangkat kembali ke Alexandria untuk menyelesaikan program
master di bidang kedokteran anak. Kemudian pada tahun 1976, beliau kembali ke
Jalur Gaza dan bekerja sebagai dokter tetap di Rumah Sakit Nashir (yang
merupakan Rumah Sakit Pusat di Khan Yunus).

Beliau menikah dan dikaruniai enam orang anak (dua putra dan empat putri).
Dr. Ar-Ranteesi menduduki beberapa posisi dalam kegiatan kemasyarakatan di
antaranya: anggota Dewan Majma' Islamy dan Organisasi Kedokteran Arab di
Jalur Gaza, dan juga di Bulan Sabit Merah Palestina.

Bekerja di Universitas Islam di kota Gaza sejak pembukaannya tahun1978


sebagai dosen berbagai bidang akademis, dosen ilmu Genetika, dan ilmu
Mikrobiologi.

Pada tahun 1983 Ranteesi ditangkap karena menolak membayar pajak kepada
rezim Imperialis Israel. Pada tanggal 15 November 1988 beliau ditahan selama
21 hari.

Bersama sekelompok aktivis Harakah Islamiyah di Jalur Gaza, beliau mendirikan


organisasi Gerakan Perlawanan Islam Hamas di Jalur Gaza pada tahun1987.

Pada tanggal 4 Maret 1988 militer Imperialis Israel kembali menangkap beliau
dan terus menjebloskannya dalam penjara Israel selama dua setengah tahun,
atas dasar keterlibatannya dalam kegiatan aksi menentang penjajahan Zionis.
Pada tanggal 4 September 1990 beliau dibebaskan. Kemudian pada 14 Desember
1990 beliau kembali ditahan secara administratif hingga satu tahun lamanya.

Pada 17 Desember 1992 beliau dideportasi bersama 400 aktifis dan kader Hamas
serta Jihad Islam ke Lebanon Selatan. Akhirnya beliau pun tampil sebagai juru
bicara resmi untuk para deportan yang bertahan di Kamp Pengungsi el Audah di
wilayah Murjuz Zuhur untuk menuntut pihak rezim Imperialis Israel
memulangkan mereka dan sebagai ungkapan protes penolakan terhadap
kebijakan deportasi yang dilakukan pihak rezim Imperialis Israel.

Begitu pulang dari Murjuz Zuhur, beliau kembali ditangkap oleh pihak rezim
Imperialis Israel. Kemudian Mahkamah Militer Imperialis Israel mengeluarkan
putusan vonis penjara kepada beliau, dan akhirnya terus mendekam dalam
penjara Imperialis Israel hingga pertengahan tahun 1997.

Dr.rantisi gugur Sabtu 17-04-2004 bersama tiga orang lainnya di jalan Jala,
Gifafi, utara Jalur Gaza dalam sebuah serangan udara Israel yang menghantam
mobil yang mereka tumpangi. ( Baca : Dr. Abdul Aziz Rantisi Gugur Syahid
Dirudal Oleh Israel ). ( Baca juga : Amarah meluap-luap di Gaza )
3. Ir. Ibrahim Ghousyah,

Juru Bicara Hamas

Beliau adalah Ibrahim Ghousyah (Abu Umar), anggota Biro Politik HAMAS.
Dilahirkan pada 26 November 1936 di kota Jerusalem. Menikah dan dikaruniai
lima orang anak (3 wanita, 2 lelaki). Menyelesaikan pendidikan menengahnya di
sekolah ar Rasyidiyah, Jerusalem.Bergabung dengan Harakah Islamiyah pada
tahun 1950 di Jerusalem. Juga termasuk aktivis Islam dalam Ikatan Pelajaran
Palestina di Mesir.

Lulus dari Fakultas Teknik di Universitas Cairo jurusan Arsitektur Tata Kota pada
tahun 1961. Bekerja sebagai arsitek di kanal el-Ghour Timur, Jordania, pada
tahun 1961-1962. Selanjutnya beliau pergi ke Kuwait dan bekerja di dinas tata
kota Kuwait tahun 1962-1966. Kembali ke Jordania dan bekerja dalam proyek
bendungan Khalid di Yarmuk tahun 1966-1971.Berangkat lagi ke Kuwait dan
bekerja di proyek Menara Kuwait selama setahun 1971-1972.

Bekerja sebagai manajer proyek bendungan Raja Thalal tahun 1972-1978.


Bekerja di kantor arsitek partikelir miliknya pada tahun 1978-1989. Mencurahkan
seluruh waktunya (Full time) dalam Gerakan Hamas sejak tahun 1989. Diangkat
sebagai juru bicara resmi Gerakan Hamas tahun 1992. Saat ini, beliau aktif
sebagai anggota Biro Politik Hamas.
4. Imad Aqil
Komandan Brigade Izzuddin al Qassam di Gaza

Beliau adalah Imad Hasan Ibrahim Aqil, dilahirkan pada 10 Juli 1971 di Kamp
Pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza. Keluarganya eksodus dari desa Beir Eir, termasuk
wilayah Mijdal, setelah terjadi perang Palestina (nakbah) 1948.

Menyelesaikan pendidikan dasar di salah satu sekolah yang ada di Kamp


Pengungsi Jabaliya, lulus dengan peringkat lima besar. Kemudian melanjutkan ke
tingkat menengah (SMP) dan lulus sebagai peringkat teratas di antara teman-
temannya. Menyelesaikan sekolah menengah atas (SMU) jurusan Biologi tahun
1988 dan kembali meraih peringkat pertama di level sekolahnya, juga seluruh
wilayah Bait Hanun, dan bahkan di seluruh Kamp Pengungsi Jabaliya.

Selnjutnya beliau mengajukan berkas-berkasnya untuk mendaftarkan diri di


Institut el Amal di kota Gaza untuk jurusan Studi Farmasi.Namun, setelah selesai
mendatar dan membayar kelengkapan administrasi, beliau ditangkap militer
Imperialis Israel dan dimasukan dalam bui pada tanggal 22 September 1988,
untuk menjalani prosen pengadilan dengan tuduhan masuk Gerakan Hamas,
serta terlibat dalam aktivitas-aktivitas gerakan intifadhah. Beliau dibebaskan
pada bulan Februari 1990 setelah mendekam dalam penjara rezim imperialis
Israel selama 18 bulan.
Pada tahun akademik 1991-1992 Imad Aqil diterima di jurusan Syariah pada
perguruan tinggi Hitthin, Amman Yordania. Namun, rezim imperialis Israel Israel
melarangnya berangkat ke Jordania, karena kegiatan dan keterlibatannya dalam
intifadhah. Pada awal tahun 1991, beliau terpilih sebagai komandan penghubung
antara ”Korps As-Syuhada' ” - yang merupakan kelompok pertama dalam Brigade
Izzuddin al Qassam - dengan pimpinan Brigade Izzuddin al Qassam. Tadinya,
Korps Syuhada’ ini secara prinsip beroperasi untuk membunuh orang-orang
berbahaya yang melakukan kerjasama dengan pihak imperialis Israel. Sampai
akhirnya mereka berhasil mendapat beberapa potong senjata untuk
mempersenjatai kelomanggota Korps, sebagai persiapan pelaksanaan operasi
militer terhadap patroli-patroli militer imperialis Israel.

Pada tanggal 26 Desember 1991, Mujahid Imad Aqil menjadi orang yang diburu
oleh pihak rezim imperialis Israel, setelah didapat beberapa keterangan
pengakuan dari beberapa anggota gerakan yang mendapat penyiksaan berat.

Pada tanggal 22 Mei 1992, beliau pindah ke Tepi Barat untuk membentuk
kelompok jihad di wilayah tersebut. Pada tanggal 13 November 1992, beliau
kembali ke Jalur Gaza setelah mengorganisir kegiatan militer di Tepi Barat, serta
setelah tertangkapnya puluhan anggota Brigade Izzuddin al Qassam di Tepi
Barat, hal yang memaksa beliau untuk kembali ke Jalur Gaza.

Pada bulan Desember 1992, Asy Syahid Imad Aqil menolak keluar dari Jalur Gaza
untuk keluar dari Palestina. Beliau bersikeras untuk tetap tinggal di Jalur Gaza
demi mendapat syahadah (mati syahid) di tanah suci Palestina.

Setelah dua tahun masa perburuan dan pengejaran yang dilakukan militer
Imperialis Israel atas dirinya - di mana beliau malang melintang di Jalur Gaza dan
Tepi Barat memerangi Zionisme dan membentuk kelompok-kelompok jihad -
pada hari Rabu 24 November 1993, setelah berbuka puasa bersama rekan-
rekannya di daerah asy-Syaja'iyyah kemudian keluar. Namun ternyata, militer
Imperialis Israel telah mengepung daerah tersebut. Dan terjadilah baku tembak
antara aktivis perlawanan militer Imperialis Israel yang menewaskan beberapa
serdadu Imperialis Israel dan syahidnya Imad Aqil, setelah terkena salah satu
rudal penghancur tank yang digunakan pasukan Israel dalam pertempuran
tersebut, tepat kengenai wajah beliau yang suci.
5. Ir. Imad el-Alami,
Anggota Biro Politik Hamas

Meraih gelar S1 di bidang Teknik Arsitektur Perkotaan dari Universitas Alexandria


Republik Arab Mesir. Menikah dan dikaruniai tiga orang anak. Menjalani
penahanan pada 28 September 1988 karena dituduh mengorganisir dan
melakukan provokasi melalui Biro Penerangan Gerakan Hamas.

Daftar tuduhan yang diajukan kepada beliau berisi, "Melakukan aktivitas-aktivitas


penerangan demi mengabadikan kegiatan-kegiatan Hamas." Dibebaskan tanggal
27 September 1990. Pada Januari 1991, beliau dideportasikan oleh pihak rezim
Imperialis Israel ke Lebanon bersama tiga mujahidin Hamas lainnya. Kini beliau
terpilih menjadi anggota Biro Politik Hamas.
6. JAMAL MANSHUR
Pemimpin Hamas di Tepi Barat Sungai Jordan

Beliau adalah Jamal Abdurrahman Muhammad Manshur. Dilahirkan pada tanggal


25 Februari 1960 di Kamp Pengungsi Balathoh, dekat kota Nablus Selatan, Tepi
Barat. Menikah dan dikaruniai empat orang anak. Menyandang gelar kesarjanaan
di bidang akuntansi dan manajemen.Diangkat sebagai juru bicara Hamas di Tepi
Barat.

Diangkat sebagai juru bicara resmi delegasi Hamas dalam perundingan dengan
pemerintah otonomi Palestina. Dipenjara sekitar delapan kali oleh pemerintah
Israel. Dipenjara oleh pemerintah otonomi Palestina beberapa kali sejak beliau
masuk kota Nablus.
7. Khalid Misha'al
Sekarang Pemimpin HAMAS ( Sebelumnya Kepala Biro Politik
HAMAS )

Beliau dilahirkan di Salwad, pinggiran kota Ramallah, Palestina, pada tahun 1956.
Pada tahun 1967 beliau mengungsi ke Kuwait dan tinggal di sana sampai
meletusnya Perang Teluk pada tahun 1990.Pendidikan dasarnya diselesaikan di
Salwad, kemudian melanjutkan pendidikan menengah dan pendididikan atas di
Kuwait.

Memimpin arus keislaman (tiyar islami) di kalangan mahasiswa


Palestina di Universitas Kuwait serta turut dalam Perhimpunan Kebenaran Islam
(Kutlatul Haq al Islamiyyah), kelompok yang mampu bersaing dengan Gerakan
Fatah dalam kepemimpinan Persatuan Pelajar Palestina di Kuwait. Meraih gelar
kesarjanaan (S1) di bidang Fisika dari Universitas Kuwait.

Menikah pada tahun 1981 dan dikaruniai tujuh orang anak, tiga putri dan empat
putra. Selama keberadaannya di Kuwait, beliau bekerja sebagai pengajar Fisika,
di samping memiliki berbagai kegiatan yang berkenaan dengan berbagai issu
tentang Palestina. Mencurahkan seluruh waktunya (full time) dalam dunia politik
setelah kedatangannya di Yordan.

Beliau termasuk pendiri Gerakan Hamas. Menjadi anggota Biro Politik Hamas
semenjak Gerakan ini berdiri, kemudian terpilih sebagai kepala Biro Politik Hamas
pada tahun 1996. Pada tangaal 25 September 1997, be;liau mengalami
percobaan pembunuhan di Ibukota Yordania, Amman, yang dilancarkan oleh
tangan-tangan agen Mosad. Namun usaha tersebut gagal, setelah para pengawal
beliau berhasil mengejar dan menangkap para agen Mosad yang hendak
melakukan upaya pembunuhan terhadap beliau. Dan akibat kegagalan aksi
percobaan pembunuhan tersebut, akhirnya Syaikh Ahmad Yasin, Pendiri dan
tokoh spiritual Hamas, dibebaskan.

8. Syaikh Khalid Muhammad Amin el Haj

Juru Bicara di Distrik Jenin.

Lahir pada 26 Desembar 1965. Meninggalkan kampung halamannya, desa


Feronah, pinggiran Beisan saat keluarga dan kerabatnya terpaksa harus
mengungsi ke kota kecil Jelqomos, pinggiran Jenin. Sekarang ini beliau menjadi
penduduk kota Jenin.

Meraih gelas sarjana S1 Ushuluddin dari Universitas Jerusalem, pada tahun 1989.
Mendekam dalam penjara Imperialis Israel selama tiga tahun di penjara Asqalan
dan el Naqb. Sedang oleh pihak pemerintah otoritas Palestina, beliau sempat
dipenjara selama 8 bulan. Beliau bekerja sebagai pengajar di sebuah SMU di kota
Jenin. Sebagai juru bicara resmi Gerakan Perlawanan Islam Hamas di distrik
Jenin.
9. Muhammad Nizal
Wakil Resmi HAMAS di Jordania

Muhammad Nizal "Abu Bara'”, beliau adalah anggota Biro Politik Gerakan Hamas.
Kelahiran Amman, Yordania, tahun 1963. Menikah dan dikaruniai empat orang
anak laki-laki. Menyelesaikan pendidikan menengah dan atas di Kuwait jurusan
IPA. Kemudian melanjutkan ke jenjang sarjana (S1) di Universitas Karachi,
Pakistan, jurusan Kimia. Sampai akhirnya meraih gelar sarjana dan master di
tempat yang sama.

Bergabung dengan barisan Gerakan Islam pada usia dini, juga termasuk giat
dalam aktivitas kemahasiswaan di lingkungan mahasiswa asing di Pakistan.
Menjabat sebagai Sekretaris Jenderal dalam organisasi Persatuan Pelajar Muslim
di Pakistan, yang tercakup di dalamnya seluruh mahasiswa asing yang memiliki
orientasi keislaman.
v Berkonsentrasi dalam Gerakan Hamas sejak 1992. Saat ini beliau menjabat
sebagai anggota Biro Politik Hamas.
10. DR. Musa Abu Marzuq
Anggota Biro Politik HAMAS

Beliau adalah Musa Muhammad Muhammad Abu Marzuq, dilahirkan tahun 1951.
Sebelum kelahiran Abu Marzuq, Keluarga beliau berhijrah dari desa Yabna dekat
kota el Mijdal menuju kota Rafah. Menyelesaikan pendidikan dasar hingga
menengah atas di Jalur Gaza, kemudian masuk Fakultas Teknik di Universitas
Helwan di Kairo, Mesir.

Pada tahun 1981, beliau berangkat ke Amerika Serikat untuk melanjutkan


pendidikan pasca sarjananya. Setelah menyelesaikan program master, beliau
melanjutkan di program doktoral bidang Teknik Industri dan selesai pada tahun
1991. Terpilih sebagai kepala Biro Politik Hamas pada tahun 1991.

Pada Juli 1995, beliau terusir dari Jordania setelah tinggal di sana selama tiga
tahun. Ditangkap oleh pemerintah Amerika Sserikat di bandara New York tanpa
tuduhan apapun, selanjutnya ditahan sampai pemerintahan imperialis Israel
memintanya untuk diserahkan kepada mereka, dengan tuduhan mengeluarkan
perintah dan transfer biaya untuk pasukan sayap militer Hamas.

Pemerintah Federal Amerika Serikat mengeluarkan keputusan untuk


menyerahkannya kepada pemerintah imperialis Israel. Sementara itu Dr. Abu
Marzuq memutuskan untuk tidak naik banding berkenaan dengan penyerahan
beliau tersebut, setelah melewatkan masa 18 bulan di penjara Federal Amerika
Serikat, New York.

Rezim Imperialis Israel memutuskan untuk tidak menerima Dr. Abu Marzuq,
karena khawatir Hamas akan melancarkan serangan-serangan balasan dan
operasi-operasi penculikan terhadap anggota militer Israel untuk membebaskan
Abu Marzuq. Hal ini memaksa Amerika Serikat memindahkan beliau ke Jordania
pada bulan Mei 1997, setelah Pemerintah Jordania memutuskan untuk menerima
kedatangan beliau.

11. Sholah Syahadah


Pendiri Sayap Militer Hamas

Nama lengkapnya Sholahuddin Mustafa Muhammad Ali Syahadah, berasal dari


kota Yafa, tepatnya dia lahir di Beit Hanun, utara Jalur Gaza di kamp pengungsi
asy Syathi’ pada tanggal 24 Februari 1952.Keluarganya eksodus ke Jalur Gaza
dari kota Yafa setelah militer Imperialis Israel menduduki kota tersebut pada
tahun 1948, yang kemudian tinggal menetap di Kamp Pengungsi Asy Syathi’.
Sholah adalah anak bungsu dengan delapan saudara perempuan, dua meninggal.

Pada tahun 1958, pada saat umur Sholah menginjak lima tahun, dia masuk
sekolah dasar yang berada di bawah lembaga bantuan pengungsi Palestina
(UNRWA) di Beit Hanun. Di kota yang sama dia menyelesaikan pendidikan
menengahnya. Memperoleh ijazah pendidikan umum di SMU Palestina di kota
Gaza dengan nilai istimewa setelah sebelumnya sempat belajar di SMU di Yafa.
Selepas SMU Sholah diterima di fakultas kedokteran di Turki juga tehnik di Rusia,
tapi kondisi ekonomi yang sulit membuatnya urung berangkat ke luar negeri.
Akhirnya Sholah melanjutkan pendidikan S1-nya di Sekolah Tinggi Pengabdian
Masyarakat di Iskandariah, Mesir. Memasuki tahun ketiga, Sholah mulai memiliki
komitmen Islam yang tinggi dan oleh karena itu, begitu pulang dari Mesir, dia
langsung merintis proyek dakwah Islam di Jalur Gaza.

Selanjutnya beliau bekerja sebagai peneliti sosial kemasyarakatan di kota el


‘Arisy di gurun Sinai, beliau juga ditunjuk sebagai pengawas urusan sosial
kemasyarakatan di el Arisy. Setelah pihak Mesir menuntut pengembalian wilayah
el ‘Arisy dari Israel pada tahun 1979, Sholah pindah bermukim di Beit Hanun.
Selanjutnya di Gaza, Sholah menerima jabatan sebagai pengawas urusan sosial
kemasyarakatan untuk wilayah Jalur Gaza.

Pada awal tahun 1982, Sholah melepaskan jabatannya dalam urusan sosial
kemasyarakatan dan berpindah ke departemen urusan kemahasiswaan di
Universitas Islam di kota Gaza. Pada tahun 1984, Sholah ditangkap rezim
Imperialis Israel karena aktivitasnya dicurigai melawan pendudukan Zionis Israel.
Namun dia menolak semua tuduhan, dan pihak rezim Imperialis Israel tidak bisa
membuktikan tuduhannya. Akhirnya pihak Israel menerbitkan putusan tuduhan
berdasarkan undang-undang tahun 1949 dan Sholah divonis hukuman dua tahun
penjara.

Setelah keluar penjara, pada tahun 1986, Sholah bekerja sebagai kepala urusan
kemahasiswaan di Universitas Islam Gaza sampai akhirnya pihak rezim Imperialis
Israel menutup Universitas tersebut, dalam upaya menghentikan gerakan
Intifadhah Palestina yang meletus pada tahun 1987. Namun, Syaikh Sholah
Syahadah melanjutkan pekerjaannya di universitas tersebut sampai kemudian
ditangkap pada 18 Agustus 1988.

Penyidikan terus berlanjut hingga Mei 1989 di penjara as Saraya, kemudian


berpindah dari sel penyidikan ke ruang tahanan. Setelah para penyidik dan
intelijen Imperialis Israel gagal mengorek informasi darinya, akhirnya pihak Israel
memutuskan penghentian penyidikan atas dirinya. Pada bulan Mei itulah terjadi
aksi penangkapan secara besar-besaran di barisan Gerakan Perlawanan Islam
Hamas.

Akhirnya pada 14 Mei 1989, beliau kembali menjalani penyidikan setelah


diketahui sebagai orang yang bertanggungjawab atas gerakan sel militer Hamas,
penyidikan berlangsung hingga bulan November 1989. Dengan begitu, beliau
menjalani penyidikan sekitar satu tahun lebih. Tuduhan utama yang diarahkan
kepadanya adalah sebagai orang yang bertanggungjawab atas gerakan sel militer
Gerakan Perlawanan Islam Hamas, mengeluarkan perintah penculikan atas dua
orang serdadu Israel (Sebortz dan Se’don) serta keterlibatannya sebagai
pemimpin Hamas dan Biro Penerangan di wilayah utara. Atas semua tuduhan itu,
akhirnya beliau divonis hukuman sepuluh tahun penjara dengan tuduhan sebagai
penanggungjawab gerakan sel militer Hamas dan Biro Penerangan di wilayah
utara, ditambah enam bulan penjara pengganti denda yang ditolak Syaikh untuk
membayarnya kepada pihak Imperialis Israel.

Setelah menjalani masa tahanan, selama 20 bulan kemudian Syaikh Sholah


menjalani masa percobaan pelepasan bersyarat (probation) dan, alhamdulillah,
dilepaskan pada 14 Mei 2002.

Syaikh Salah Syahadah adalah pendiri sayap militer pertama dari Gerakan
Perlawanan Islam Hamas, yang dikenal dengan nama ”al mujahidunal
filistiniyun”. Pihak Imperialis Israel mengarahkan tuduhan kepadanya sebagai
tokoh yang membentuk sel-sel militer dan melatih anggotanya menggunakan
persenjataan dan juga mengeluarkan perintah-perintah penyerangan ke target-
target militer Imperialis Israel.

Mujahid Abu Musthafa Syahadah menikah dengan istri pertama pada tahun 1976.
Saat masuk penjara beliau telah dikarunia enam anak perempuan. Yang terakhir
lahir saat beliau ditangkap, sementara yang paling tua berumur sepuluh tahun.
Saat keluar dari penjara - keluar dari penjara rezim Imperialis Israel pada tanggal
13 Mei 2000 setelah mendekam di dalamnya selama 10 tahun 20 bulan dan
menikah lagi pada tanggal 12 Mei 2002 - beliau juga telah dikaruniai enam orang
cucu.

Atas intruksi langsung dari PM Israel Ariel Sharon, Senin malam 22 Juli 2002 M
pukul 11 lewat 40 menit, militer rezim Imperialis Israel melancarkan serangan ke
kampung el Durz di Jalur Gaza dengan target pendiri dan Pemimpin Umum
Brigade Izzuddin al Qassam, Syaikh Sholah Syahadah. Serangan yang dilakukan
dengan menggunakan pesawat F16 buatan Amerika tersebut akhirnya merenggut
nyawa Syaikh Sholah bersama 16 orang syuhada’ lainnya dan 176 orang luka-
luka. Tepatnya, beliau gugur sehari selepas serangan biadab militer Imperialis
Israel, pada Selasa 23 Juli 2002 M.
12. Yahya Ayyasy
Komandan Brigade Izzuddin al Qassam

Yahya Abdul Lathif Ayyasy, dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1966 di desa Rafat,
barat laut kota Nablus, Tepi Barat Sungai Jordan. Menyelesaikan pendidikan
dasar hingga menengah atas di kampung halamannya. Beliau termasuk siswa
yang memiliki prestasi menonjol sehingga berhak melanjutkan studinya di
Universitas Beir Zeit.
Lulus dari Fakultas Teknik jurusan Teknik Elektro di Universitas Beir Zeit pada
tahun 1988.

Menikah dengan salah seorang kerabatnya dan dikaruniai dua orang anak, Baro'
dan Abdul Lathif. Aktif dalam barisan Brigade Izzuddin al Qassam sejak awal syap
militer Hamas ini didirikan, tahun1992. Selanjutnya aktivitas beliau
terkonsentrasi pada pembuatan dinamit dari bahan baku yang banyak tersedia di
tanah Palestina. Di kemudian hari, beliau mengembangkan metode serangan-
serangan isytisyhadiyyah (mati syahid) setelah pembantaian yang terjadi di
Mesjid Al-Ibrahimi, Hebron, Februari 1994.

Beliau dianggap bertanggung jawab atas rentetan serangan isytisyhadiyyah


sehingga beliau menjadi target utama militer Imperialis Zionis Israel.
Selama tiga tahun berturut-turut beliau terus diburu dan dikejar-kejar. Akhirnya
pihak zionis Israel baru bisa membunuhnya setelah mengerahkan ratusan agen
(antek) dan intelijennya.

Beliau gugur terbunuh di Bait Lahia, utara Jalur Gaza pada tanggal 5 Januari
1996 akibat ledakan bom yang ditaruh di dalam hand phone yang kadang-kadang
beliau pergunakan. Sekitar setengah juta warga Palestina di Gaza mengantarkan
kepergian beliau untuk selamanya.

Sebagai aksi belasan atar gugurnya Yahya Ayyasy, mujahidin Brigade Izzuddin al
Qassam melancarkan serentetan serangan isytisyhadyyah, yang mengakibatkan
tewasnya 70 orang Yahudi dan ratusan orang lainnya luka-luka. ( Baca :
Mengenang Sembilan Tahun gugurnya Sang Muhandis Hamas )

sumber : ( www.infopalestina.com )

Anda mungkin juga menyukai