A. Konsep dasar
Gagal nafas yang terjadi pada klien dengan hard heart failure merupakan suatu
proses sistematis yang biasanya merupakan peristiwa yang panjang dan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung yang memicu terjadinya bendungan pada paru
sehingga terjadi "dead space" yang berakibat kegagalan ventilasi alveolar.(Paul
L.Marino 1991)
Hipermetabolisme,
Hipertensi pulmonal hipertensi, infeksi dll
Hiperfungsi kerja jantung
RVH (Pembesaran
Ventrikel kanan ) Kompensasi kerja jantung terutama ventrikel
kiri (Otot jantung menebal, mengeras,
elastisitas menu-run, kemampuan kontraksi
Terjadi odem paru turun, ukuran jantung membesar (LVH)
(Dahak warna putih berbuih) Rh +/+, Sesak nafas,
Asidosis respiratorik (Ggn pertukaran gas)/(Gagal nafas),
Resiko terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Penurunan ejeksi darah sistemik
Kecemasan gelisah
Bisa terjadi trauma Syok Kardiogenik GGn perfusi jaringan
1
B Pengkajian
a. Identitas:
c. Riwayat keperawatan :
Klien merasakan jantungnya sering berdebar-debar dan nafas menjadi sesak dan
terasa lelah jika beraktivitas.. Riwayat hipertensi , DM, , Asthma ,Riwayat MRS
d. Data keperawatan
(a) Sistem pernafasan
2
O : Tidak tenang, ingin alat kematian, situasi
mencabut alat yang Suara monitor penyakit yg lingkungan perawatan dan
terpasang mengancam jiwa disorientasi tempat.
C. Rencana Tindakan
3
Dx : Resiko terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d tidak adanya
reflek batuk dan produksi sekret yang banyak
Tujuan : Setelah dirawat tidak terjadi sumbatan jalan nafas, stridor (-), dyspnoe (-),
sekret bersih
Tindakan Rasionalisasi
- Auskultasi bunyi nafas tiap 2 - jam - Memantau keefektifan jalan nafas
- Lakukan suction jika terdengar - Jalan nafas bersih, sehingga mencegah hipoksia,
stridor/ ronchi sampai bersih. dan tidak terjadi infeksi nasokomial.
- Pertahankan suhu humidifier 35- - Membantu mengencerkan sekret
37,5 derajat
- Monitor status hidrasi klien - Mencegah sekret mengental
- Lakukan fisiotherapi nafas - Memudahkan pelepasan sekret
- Kaji tanda-tanda vital sebelum dan - Deteksi dini adanya kelainan
setelah tindakan
Dx : Resiko terjadi trauma b.d kegelisahan sebagai efek pemasangan alat bantu
nafas
Tujuan :
Setelah dirawat klien tidak mengalami iritasi pd jalan nafas, idak terjadi baro
taruma, tidak terjadi keracunan O2, tidak terjadi infeksi saluran nafas, suhu
tubuh 36,5-37 derajat celcius
Tindakan Rasionalisasi
-
- Orientasikan klien tentang alat perawatan - Agar klien memahami peran dan fungsi
yang digunakan serta sikap yang harus dilakukan klien
- Jika perlu lakukan fiksasi - Untuk mencegah trauma
- Rubah posisi setiap 2 jam - Untuk mencegah timbulnya trauma akibat
penekanan yang terus menerus pada satu
4
- Yakinkan nafas klien sesuai dengan irama tempat.
vetilator - Mencegah fighting sehingga trauma bisa
- Obsevasi tanda dan gejala barotrauma dicegah
- Kolaborasi penggunaan sedasi - Untuk deteksi dini
- Evaluasi warna dan bau sputum - Untuk mencegah fighting
- Lakukan oral hygiene setiap hari - Monitor dini terjadini infeksi skunder
- Ganti slang tubing setiap 24-72 jam - Mencegah infeksi skunder
- Kolaborasi pemberian antibiotika - Menjamin selang ventilator steril
-- - Sebagai profilaksis
5
DAFTAR PUSTAKA :
Hudack & Galo (1996), Perawatan Kritis; Pendekatan Holistik, EGC , Jakarta