Anda di halaman 1dari 5

KONSERVASI LAHAN KRITIS DI CEKUNGAN BANDUNG

Oleh : Ir. Ade Rustiaman

1. Latar Belakang

ekungan Bandung pada hulu sungai Citarum yang mempunyai peran sebagai
penyedia air untuk pertanian, perindustrian, dan air bersih bagi masyarakat di
sekitarnya. Tanah di Cekungan Bandung merupakan lapisan tanah yang subur
dan meresapkan air dengan baik.
Pada saat ini, kawasan Bandung Raya yang terletak di cekungan Bandung
(Bandung basin) terancam krisis air akibat pesatnya perubahan fungsi lahan
konservasi menjadi kawasan pemukiman maupun industri. Pada saat bersamaan,
eksploitasi air tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan produksi air dari
sejumlah daerah konservasi.
Krisis air paling parah kemungkinan terjadi di kawasan Bandung Barat
(Leuwigajah, Cibeureum, dan Dayeuhkolot) dan Bandung Timur (UjungBerung
dan Rancaekek). Di kedua wilayah itu, air tanah tersedot oleh industri yang telah
banyak berdiri. Di sisi lain, akibat berubahnya fungsi daerah konservasi, produksi
air tanah lebih kecil dari jumlah air yang diambil.
Sementara itu dalam pemanfaatan saluran-saluran / sungai untuk
pengadaan air bersih di kota-kota besar masih kurang nampak, padahal
penduduk terus bertambah, daerah perkotaan makin luas, urbanisasi makin
meningkat dan kepadatan penduduk dalam jumlah jiwa tiap satuan luas makin
tinggi. Perubahan tata guna lahan telah menyebabkan kritisnya lahan yang
diindikasikan dengan tingginya tingkat erosi yang mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah dan berkurangnya kemampuan meresapkan air yang pada
akhirnya mempengaruhi siklus hidrologi, dampak lain dari tingkat erosi tentunya
terhadap peningkatan potensi sedimen di badan air permukaan.

Oleh karena itu, setiap perkembangan kota seyogyanya diikuti dengan


perbaikan sistem saluran dan pengadaan air bersih, tidak hanya cukup lokasi
yang dikembangkan, melainkan harus mengikuti lingkungan bermartabat yang
meliputi daerah sekitarnya.
Salah satu rencana implementasi kegiatan tersebut adalah konservasi lahan
kritis di hulu (Bandung Selatan).
Sejalan dengan Visi dan Misi Jawa Barat yang tertata dalam suatu konsep
telah mengarah pada seluruh potensi dalam dimensi pembangunan di Jawa
Barat sebagai.

Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa menjadi Propinsi Termaju


Di Indonesia dan Mitra terdepan Ibukota Negara Tahun 2010
2. Permasalahan dan Solusi

ondisi morfologi dan geologi perlu dikaji untuk mengetahui gambaran


mengenai lapisan pembawa air bawah tanah (akifer) di daerah kajian. Sementara
itu kondisi klimatologi diperlukan untuk mengetahui besarnya input air hujan
yang merupakan sumber bagi kelestarian air bawah tanah. Adapun kondisi tata
guna lahan dan tata ruang wilayah yang tepat sangat diperlukan untuk
mengetahui:
(1) apakah telah terjadi perubahan terhadap sistem air bawah tanah
yang ada sebagai akibat dari penggunaan lahan eksisting, misalnya
pengurangan daerah resapan,
(2) lokasi-lokasi yang kemungkinan akan dikembangkan menjadi
daerah industri yang berarti juga akan terjadi peningkatan
pemanfaatan air bawah tanah.
(3) kondisi demografi, supply, dan demand air bersih diperlukan untuk
mengetahui kuantitas serta distribusi penggunaan air
bawah tanah oleh penduduk.
Informasi ini nantinya akan digunakan untuk menentukan kebijakan
prioritas penggunaan air bawah tanah. Sebagai contoh, jika potensi air bawah
tanah di suatu lapisan di daerah tertentu hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan air bersih penduduk, maka disarankan bahwa pada lapisan tersebut
tidak dilakukan pengambilan air bawah tanah oleh industri dan sebaliknya,
namun sudah dimulainya penanaman kembali hutan gundul dihulu.
Dalam penyusunan rencana penanaman kembali ini, dipilih suatu tindakan
yang bertujuan untuk menjaga keberlangsungan kondisi air bawah tanah di
cekungan, yaitu penghilangan daerah kritis air bawah tanah dalam kurun waktu
10 tahun kedepan (2013). Terhadap skenario yang terpilih tersebut kemudian
dibuat suatu pranata yang dijadikan dasar kebijakan dalam pengelolaan. Pranata
tersebut dituangkan dalam suatu peta konservasi air bawah tanah yang berisi
zonasi debit pengambilan air bawah tanah.
Pengembangan di PKN Metropolitan Bandung memiliki kinerja aksesibilitas
paling tinggi dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
Hal tersebut dapat dimulai dengan melakukan pengembangan wilayah di
Kota Bandung, sebagai pusat kegiatan pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan
strategi nya mengarahkan pada perkembangan di wilayah Kabupaten Bandung,
sebagai gambaran : sumber data RUTR Propinsi Jawa Barat tahun 2003.

• Luas wilayah = 338.040 Ha


meliputi : Kab. Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan 5 Kec. di Kab.
Sumedang
• Jumlah Penduduk = 7.743.072 Jiwa (Th 2003)
• Kepadatan Penduduk = 2.177 Jiwa/km
ƒ Peruntukan

Th. Th. Perubahan


Penggunaan Lahan
1994 2001 ha
Hutan Primer 57.294,4 55.748,7 - 1.545,7
Hutan Sekunder 39.349,3 5.541,9 - 33.807,4
Perkebunan 57.680,8 55.946,6 - 1.734,2
Sawah 65.626,1 53.147,4 - 12.478,7
Permukiman 29.914,9 33.025,1 3.110,2
Kebun Campuran 42.638,6 85.889,8 43.251,2
Ladang/Tegalan 34.655,6 37.030,7 2.375,1
Kawasan dari zona industri 2.356,2 2.478,8 122,5
Kwsn Pertambangan/Galian 461,8 537,2 75,4
Semak Belukar 2.516,5 3.138,5 622,0
Padang Rumput/Ilalang 6.427,8 6.427,8 -
Tanah Kosong/Terbuka 1.611,7 1.611,7 -
Sungai/Tubuh Air/ 9,4
6.767,1 6.776,6
Danau/Waduk/Situ

ƒ Luas lahan kritis di Metropolitan Bandung yang merupakan Sub DAS


Citarum pada tahun 2001 adalah 702.574,1 ha, dengan rata-rata tingkat
erosi sebesar 154,99 ton/ha
• Permasalahan Sumber Daya Air

Tahun Potensi Kebutuhan


(milyar m3/tahun) (milyar m3/tahun)
2002 1.85 1.7
2005 1.85 1.8
2010 1.85 1.98
Ketersediaan Air Baku Terancam Defisit
* Potensi meliputi air permukaan dan air tanah

• Terganggunya daerah resapan Metropolitan Bandung ditandai dengan


daerah resapan di Cekungan Bandung yang sudah menjadi lahan tertutup
sebesar 47 %

• Kondisi DAS Citarum

- Penarikan air tanah yang berlebihan : dampak sangat tinggi


- Penurunan muka air tanah : dampak sangat tinggi
- Polusi air permukaan : dampak sangat tinggi
- Sedimentasi : dampak tinggi
- Konflik air : dampak tinggi
- Kerusakan basin : dampak tinggi
- Berkurangnya debit base-flow : dampak tinggi
Sumber data : RUTRW Jawa Barat

ƒ Tingkat Pelayanan Air Bersih Th 2001

Jumlah penduduk
Daerah
Yang terlayani air bersih
Kab. Bandung 5,83 %
Kota Bandung 45,79 %
Kab. Sumedang 13,32%
Sumber data : RUTRW Jawa Barat

ƒ Kawasan Rawan Banjir di Cekungan Bandung


Luas = 14.480 ha
Lokasi Banjir : Sapan, Andir, Rancaekek, Majalaya, BuahBatu,
UjungBerung, Ciparay, Pameungpeuk, Manggahang
BaleEndah, Dayeuhkolot
PETA LOKASI CEKUNGAN AIR BAWAH TANAH
(CABT)

PETA KONDISI ALIRAN MANTAP DAN RATA-RATA PER DAS


DI JAWA BARAT HINGGA 2010
Dengan melihat kondisi aliran mantap daerah aliran sungai di Jawa Barat
hingga 2010, menjadi dasar perlunya konsep konservasi daerah lahan kritis
dengan penanaman hutan gundul, dengan pola penghijauan yang dominan
mengakomodasi masyarakat setempat, disekitar daerah konservasi.
Dalam pengelolaan nya perlu dibentuk suatu badan/ lembaga desa yang
mempunyai otoritas penuh seperti (LKMD, Karang Taruna dll), yang pada
prakteknya dilakukan penanaman pohon oleh masyarakat setempat dengan
tanaman pohon lindung dan/ pohon produktif sejenis tanaman keras yang
berumur panjang dan dapat dimanfaatkan hasilnya oleh masyarakat.
Lahan/ tanah - tanah negara yang ditanami sedapat mungkin
memanfaatkan daerah pelestarian dihulu DAS, pembiayaan dan permodalan nya
dapat mengikut sertakan mitra swasta yang peduli lingkungan.
Hal tersebut tentunya dapat diupayakan secara komperhensif dengan
memobilisasi pendekatan pembiayaan investasi dari swasta melalui KPS
(kerjasama pemerintah dan swasta), yang harus didukung oleh peraturan dan
ketentuan yang ada.
Sekalipun nantinya swasta akan memperoleh kesempatan bekerjasama
dalam pengembangan kegiatan ini yang secara umum perlu dikendalikan oleh
Pemerintah sebagai fasilitator, maka rambu-rambu bagi penyelenggaraan
kerjasama pun perlu diatur agar saling menguntungkan kedua belah pihak, baik
pemerintah dan masyarakat, maupun swasta serta tidak mengurangi hak-hak
penguasaan Pemerintah dalam penyelenggaraan kepentingan bagi harkat hidup
orang banyak.
Pola kerjasama pun dapat dicari, setelah dilakukan kajian terhadap
pengalaman beberapa daerah seperti yang sedang berlangsung di mata air Kali
Brantas (Jawa Timur) yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta, (penulis sempat
berpartisipasi menanam pohon pada tanggal 25 Juli 1992 lalu pada kesempatan
MAPAM di Malang) dalam melakukan kerjasama pembangunan berwawasan
lingkungan yang bermartabat dengan pihak swasta.

Penulis hanya menyampaikan gambaran, akankah cekungan Bandung


khususnya dan Jawa Barat umumnya dapat mempertahankan sebutan Gemah
Ripah Loh Jinawi, dengan masyarakatnya yang sopan dan santun serta
bermartabat kasundaan,…… mudah-mudahan.***

Anda mungkin juga menyukai