Konservasi Lahan
Konservasi Lahan
1. Latar Belakang
ekungan Bandung pada hulu sungai Citarum yang mempunyai peran sebagai
penyedia air untuk pertanian, perindustrian, dan air bersih bagi masyarakat di
sekitarnya. Tanah di Cekungan Bandung merupakan lapisan tanah yang subur
dan meresapkan air dengan baik.
Pada saat ini, kawasan Bandung Raya yang terletak di cekungan Bandung
(Bandung basin) terancam krisis air akibat pesatnya perubahan fungsi lahan
konservasi menjadi kawasan pemukiman maupun industri. Pada saat bersamaan,
eksploitasi air tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan produksi air dari
sejumlah daerah konservasi.
Krisis air paling parah kemungkinan terjadi di kawasan Bandung Barat
(Leuwigajah, Cibeureum, dan Dayeuhkolot) dan Bandung Timur (UjungBerung
dan Rancaekek). Di kedua wilayah itu, air tanah tersedot oleh industri yang telah
banyak berdiri. Di sisi lain, akibat berubahnya fungsi daerah konservasi, produksi
air tanah lebih kecil dari jumlah air yang diambil.
Sementara itu dalam pemanfaatan saluran-saluran / sungai untuk
pengadaan air bersih di kota-kota besar masih kurang nampak, padahal
penduduk terus bertambah, daerah perkotaan makin luas, urbanisasi makin
meningkat dan kepadatan penduduk dalam jumlah jiwa tiap satuan luas makin
tinggi. Perubahan tata guna lahan telah menyebabkan kritisnya lahan yang
diindikasikan dengan tingginya tingkat erosi yang mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah dan berkurangnya kemampuan meresapkan air yang pada
akhirnya mempengaruhi siklus hidrologi, dampak lain dari tingkat erosi tentunya
terhadap peningkatan potensi sedimen di badan air permukaan.
Jumlah penduduk
Daerah
Yang terlayani air bersih
Kab. Bandung 5,83 %
Kota Bandung 45,79 %
Kab. Sumedang 13,32%
Sumber data : RUTRW Jawa Barat