A. Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.Obligasi adalah obligasi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian berupa
surat pengakuan hutang jangka panjang Perusahaan Umum (PERUM)
Pegadaian atas pinjaman uang dari masyarakat dengan imbalan bunga
tertentu dan pembayaran yang dilakukan secara berkala.
2.Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian yang
didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990.
3.Menteri adalah Menteri Keuangan.
B. Pengeluaran Obligasi
(1) Dalam rangka mengembangkan usahanya Perusahaan dapat mengeluarkan
obligasi dengan jumlah maksimum sebesar Rp 400.000.000.000,00 (empat
ratus miliar rupiah), yang pengeluarannya dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan persetujuan Menteri.
(2) Penggunaan dana yang diperoleh dari pengeluaran obligasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditujukan untuk penyaluran uang pinjaman
kepada masyarakat atas dasar hukum gadai.
(3) Penetapan jenis obligasi dan tata cara pengeluarannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
C. Pelunasan Obligasi
Untuk menjamin pelunasan obligasi yang dikeluarkan, Perusahaan melakukan
penyisihan dana yang pengaturannya dilakukan oleh Menteri.
UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN FIDUSIA
A. Ketentuan Umum
Pembebanan Jaminan Fidusia
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1.Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
2.Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak bewujud dan benda tidak bergerak
khususnya Bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi
Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan uang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
lainnya.
3.Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran.
4.Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun
yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun tidak begerak yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan atau hipotek.
5.Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
6.Penerima Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang
mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan
Fidusia.
7.Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia atau mata uang lainnya,
baik secara langsung maupun kontinjen.
8.Kreditor adalah pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
undang-undang.
9.Debitor adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang-undang.
10.Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
B. Ruang Lingkup
Undang-undang ini berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan
untuk membebani Benda dengan Jaminan Fidusia.
Undang-undang ini tidak belaku terhadap :
a.Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang
peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas
benda-benda tersebut wajib didaftar;
b.Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isl kotor berukuran 20 (dua
puluh) M3 atau lebih;
c.Hipotek atas pesawat terbang; dan
d.Gadai.
A. Ketentuan Umum
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1.Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-
kreditor lain;
2.Kreditor adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang-piutang
tertentu;
3.Debitor adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang
tertentu;
4.Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah
pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak
atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa
membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
5.Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah akta PPAT yang berisi pemberian
Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan
piutangnya;
6.Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah
kabupaten, kotamadya, atau wilayah administrative lain yang setingkat,
yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum
pendaftaran tanah.
(1) Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi,kecuali jika
diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(2) Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dapat
diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan,
bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara
angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah
yang merupakan bagian dari obyek Hak Tanggungan, yang akan
dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut, sehingga kemudian Hak
Tanggungan itu hanya membebani sisa obyek hak tanggungan untuk
menjamin sisa utang yang belum di lunasi.
(1) Utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dapat berupa
utang yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu
atau jumlah yang pada saat permohonan eksekusi Hak Tanggungan
diajukan dapatditentukan berdasarkan perjanjian utang-piutang atau
perjanjian lain yang menimbulkan hubungan utang-piutang yang
bersangkutan.
(2) Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu utang yang berasal dari satu
hubungan hukum atau untuk satu utang atau lebih yang berasal dari
beberapa hubungan hukum.
(1) Suatu obyek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak
Tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang.
(2) Apabila suatu obyek Hak Tanggungan dibebani dengan lebih dari satu Hak
Tanggungan, peringkat masing-masing Hak Tanggungan ditentukan
menurut tanggal pendaftarannya pada Kantor Pertanahan.
(3) Peringkat Hak Tanggungan yang didaftar pada tanggal yang sama
ditentukan menurut tanggal pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan
yang bersangkutan.
Hak Tanggungan tetap mengikuti obyeknya dalam tangan siapa pun obyek
tersebut berada.
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009