Pendahuluan
Setiap hari masyarakat menerima informasi dari berbagai saluran media, baik itu
milik swasta maupun pemerintah. Informasi yang diterima kadang-kadang tidak diperiksa
lagi sehingga langsung diserap sebagai bagian dari kebenaran. Masyarakat kadang-
kadang tidak memiliki waktu untuk mencerna kebenaran informasi tersebut sehingga apa
yang telah beredar dalam media massa diterima sebagai satu kebenaran.
Namun demikian kalau dilihat secara seksama, mereka yang melepas informasi
itu memiliki sejumlah tujuan dan motivasi yang belum diketahui penerima informasi. Jika
masyarakat tidak mengetahui fakta sebenarnya tentang informasi itu maka sulit sekali
akan mendapatkan gambaran yang utuh.
Misalnya, pemerintah sering menyiarkan berita yang bertujuan untuk menutupi
kesalahannya dalam kebijakan ekonomi maupun politik. Akibat upaya itu maka
masyarakat tidak mengetahui secara menyeluruh apa yang sedang terjadi dalam
negaranya. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 setelah didahului penegasan
pemerintah tentang sehatnya fundamental ekonomi telah membawa bencana nasional.
Berbagai kalangan saat itu meminta pemerintah menjelaskan tentang fundamental
ekonomi yang riil. Permintaan itu tidak ditanggapi serius tetapi dibalas dengan berbagai
informasi yang membenarkan sikap pemerintah bahwa krisis ekonomi Thailand takkan
menular ke Indonesia.
untuk mengetahui propaganda lebih dalam lagi, pertama – tama kita harus
mengerti definisi dari propaganda terlebih dahulu. Ada banyak pengertian tentang
propaganda dari berbagai ahli, antara lain :
• Propanda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan
dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan
yang disampaikan. Arti dari propaganda dikemukan sebagai konsep popular yang
cenderung menumbuhkam suatu kecurigaan dan rasa takut terhadap kekuatan
dipropaganandis. (Enclyclopedia International )
• Propaganda dalam arti yang luas, adalah tekhnik untuk mempengaruhi kegiatan
manusia dengan memanifulasikan sepresentasinya (representasi dalam hal ini
berarti kegiatan atau berbicara untuk suatu kegiatan kelompok). (Lasswell )
• Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah
direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan
tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah
ditetapkan oleh komunikator. (Drs. R.A Santoso Sastropoetro )
• Propanganda adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan
berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar
melaksanakan kegiatan tertentu denga kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa.
(Prof. Onong Uchyana Efendi )
• Propanganda itu adalah suatu tekhnik, cara atau usaha yang sistematis serta
sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam dimana tekhnik atau cara/usaha ini
dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang untuk mempengaruhi
pendapat atau sikap orang lains atau kelompok lain. (Prof. Dr. mar`at ).1
Dari berbagai pengertian diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya inti dari
propaganda adalah cara atau tehnik yang terencana untuk mempengaruhi pendapat,
pikiran, ide dan sikap orang lain sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh
penyampai propaganda/komunikator.
Salah satu alat atau panjang tangan dari propaganda adalah media massa dimana
fungsi media massa yaitu penyampai informasi kepada masyarakat baik melalui media
cetak maupun media elektronik. Saluran media massa, sudah barang tentu, sesuai dengan
fungsi aslinya merupakan saluran penting dalam komunikasi politik. Namun dalam
membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi politik, selalu dikaitkan
dengan konsep-konsep mengenai:
a. kebebasan media massa.
b. Independensi media massa pada suatu masyarakat dari control yang
berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum
kapitalis/industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan.
c. Integritas media massa sendiri pada missi yang diembannya.
Ketiga hal tersebut memang membawa konsekuensi yang berbeda dalam pelaksanaan
peran media massa sebagai saluran komunikasi politik, sesuai dengan kondisi yang
dipunyai oleh masing-masing masyarakat tempat media massa itu berada. Terlepas dari
1
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/
ketiga hal di atas, secara umum media massa mempunyai peranan tertentu dalam
menyalurkan pesan-pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakatnya.2
Media massa telah menjelma menjadi alat propaganda paling efektif, Media massa
mampu menjadi lokomotif perubahan masyarakat. Terlebih saat ini, dengan kemajuan
teknologi, jaringan-jaringan pemberitaan dunia mengalami perkembangan sangat pesat.
Masyarakat dari berbagai penjuru bumi dapat dengan mudah dipengaruhi arah opini yang
di blow-up media massa dengan sangat cepat.
Untuk memperkuat argumen bahwa media sangat penting dalam proses
propaganda politik, baiknya kita memahami dulu karakteristik media massa. Media
massa merupakan jenis media yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas dan dalam waktu yang serentak, mampu
memainkan peran dalam propaganda. Relevan dengan pendapat Cassata dan Asante,
seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat, bila arus komunikasi massa ini hanya dikendalikan
oleh komunikator, situasi dapat menunjang persuasi yang efektif. Sebaliknya bila
khalayak dapat mengatur arus informasi, siatusi komunikasi akan mendorong belajar
yang efektif.3
2
McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga.
3
Rakhmat, Jalaluddin (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.h. 56
II. Pembahasan
Propaganda dalam realitasnya mengambil bentuk vertikal dan horizontal. Bentuk
yang pertama adalah representasi propaganda satu-kepada-banyak (one-to-many).
Sementara propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok
ketimbang dari pemimpin kepada kelompok. Artinya yang kedua lebih banyak
menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi, ketimbang melalui
komunikasi massa.
Kalau dulu komunikasi satu kepada banyak mungkin diwakili oleh propagandis-
propagandis lewat pidato-pidato keliling di depan kumpulan partisan mereka, tapi
sekarang hal ini lebih sering dilakukan melalui media massa.
Ada beberapa hal pokok yang biasa dilakukan dalam propaganda. Dalam bukunya
Dan Nimmo mengulas ada 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi
kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif.
1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar
orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan
pemilihan sebagai “penjahat”.
2. Glittering generalities, menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu
agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal
AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai
“Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas” begitu juga
saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan
untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.
3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas,
misalnya “Pilih Kembali Mega di Pemilu 2004”.
4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk
mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam
dukungan politik oleh surat kabar , tokoh terkenal dll.
5. Plain folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada
khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah
seorang dari anda, hanya rakyat biasa”.
6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,
logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-
kata “pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan
terhadap partai kita !”.
7. Bandwagon, usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran
tujuan sehingga setiap orang akan “turut naik”. Prinsip satu-kepada-banyak yang
menjadi pegangan propaganda, semakin menemukan momentumnya seiring
dengan berkembangnya media massa. Orde Baru misalnya, secara terus menerus
memanfaatkan TVRI sebagai ideological state aparatus. Dengan mengusung
propaganda “pembangunan”, dalam waktu yang relatif lama mampu bertahan
melakukan korporasi terhadap hampir segenap lapisan masyarakat. Persuasi
model ini terus dilakukan sehingga rakyat mengidentifikasikan diri menjadi
bagian dari anggota Orde Baru.4
Dalam konteks era informasi sekarang ini, institusi media massa seperti televisi dan surat
kabar dipercaya memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan produksi, reproduksi
dan distribusi pengetahuan secara signifikan. Serangkaian simbol yang memberikan
makna tentang realitas “ada” dan pengalaman dalam kehidupan, bisa ditransformasikan
media massa dalam lingkungan publik. Sehingga bisa diakses anggota masyarakat secara
luas.
Menurut Denis McQuail, terdapat ciri-ciri khusus media massa antara lain5 :
pertama memproduksi dan mendistribusikan “pengetahuan” dalam wujud informasi,
pandangan dan budaya. Upaya tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan sosial
kolektif dan permintaan individu. Dalam konteks propaganda, kerja produksi dan
distribusi ini akan efektif untuk wujud informasi, pandangan dan budaya sesuai dengan
yang diharapkan propagandis.
Kedua, menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang
lain dari pengirim ke penerima dan dari khalayak kepada anggota khalayak lainnya.
Dalam konteks propaganda sangat urgen dalam proses pengidentifikasian diri khalayak
4
Nimmo, Dan (1993). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. Bandung : Remaja
Rosdakarya.h. 49-52.
5
McQuail, Denis (1987). Teori Komunikasi Massa. Agus Dharma (terj.). Jakarta : Erlangga.h.40
sebagai anggota kelompok, entah itu partisan partai, anggota ideologi tertentu atau dalam
nasionalisme sebuah negara.
Ketiga, media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan
publik. Ini dalam konteks propaganda merupakan suatu hal yang strategis, karena tujuan
dari persuasinya ini juga adalah manipulasi psikologi khalayak. Keempat partisipasi
anggota khalayak dalam institusi pada hakekatnya bersifat sukarela, tanpa adanya
keharusan atau kewajiban sosial.
Kelima, institusi media dikaitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya
pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan. Ini merupakan tuntutan yang
seringkali mengarahkan media massa untuk lebih menonjolkan aspek komersialnya.
Keenam meskipun media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu
berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media.
Dalam konteks propaganda, media massa menjadikan dirinya sebagai medium pesan
politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan pengaruh secara terus menerus diproduksi
dan didistribusikan oleh media massa.
Daftar Situs :
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/
PROPAGANDA POLITIK MELALUI MEDIA MASSA
( Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Internasional )
Di susun Oleh :
Nouval Maulana H.Y
( 050910101097 )