Anda di halaman 1dari 13

I.

Pendahuluan
Setiap hari masyarakat menerima informasi dari berbagai saluran media, baik itu
milik swasta maupun pemerintah. Informasi yang diterima kadang-kadang tidak diperiksa
lagi sehingga langsung diserap sebagai bagian dari kebenaran. Masyarakat kadang-
kadang tidak memiliki waktu untuk mencerna kebenaran informasi tersebut sehingga apa
yang telah beredar dalam media massa diterima sebagai satu kebenaran.
Namun demikian kalau dilihat secara seksama, mereka yang melepas informasi
itu memiliki sejumlah tujuan dan motivasi yang belum diketahui penerima informasi. Jika
masyarakat tidak mengetahui fakta sebenarnya tentang informasi itu maka sulit sekali
akan mendapatkan gambaran yang utuh.
Misalnya, pemerintah sering menyiarkan berita yang bertujuan untuk menutupi
kesalahannya dalam kebijakan ekonomi maupun politik. Akibat upaya itu maka
masyarakat tidak mengetahui secara menyeluruh apa yang sedang terjadi dalam
negaranya. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 setelah didahului penegasan
pemerintah tentang sehatnya fundamental ekonomi telah membawa bencana nasional.
Berbagai kalangan saat itu meminta pemerintah menjelaskan tentang fundamental
ekonomi yang riil. Permintaan itu tidak ditanggapi serius tetapi dibalas dengan berbagai
informasi yang membenarkan sikap pemerintah bahwa krisis ekonomi Thailand takkan
menular ke Indonesia.
untuk mengetahui propaganda lebih dalam lagi, pertama – tama kita harus
mengerti definisi dari propaganda terlebih dahulu. Ada banyak pengertian tentang
propaganda dari berbagai ahli, antara lain :
• Propanda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan
dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan
yang disampaikan. Arti dari propaganda dikemukan sebagai konsep popular yang
cenderung menumbuhkam suatu kecurigaan dan rasa takut terhadap kekuatan
dipropaganandis. (Enclyclopedia International )
• Propaganda dalam arti yang luas, adalah tekhnik untuk mempengaruhi kegiatan
manusia dengan memanifulasikan sepresentasinya (representasi dalam hal ini
berarti kegiatan atau berbicara untuk suatu kegiatan kelompok). (Lasswell )
• Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah
direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan
tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah
ditetapkan oleh komunikator. (Drs. R.A Santoso Sastropoetro )
• Propanganda adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan
berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar
melaksanakan kegiatan tertentu denga kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa.
(Prof. Onong Uchyana Efendi )
• Propanganda itu adalah suatu tekhnik, cara atau usaha yang sistematis serta
sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam dimana tekhnik atau cara/usaha ini
dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang untuk mempengaruhi
pendapat atau sikap orang lains atau kelompok lain. (Prof. Dr. mar`at ).1
Dari berbagai pengertian diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya inti dari
propaganda adalah cara atau tehnik yang terencana untuk mempengaruhi pendapat,
pikiran, ide dan sikap orang lain sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh
penyampai propaganda/komunikator.
Salah satu alat atau panjang tangan dari propaganda adalah media massa dimana
fungsi media massa yaitu penyampai informasi kepada masyarakat baik melalui media
cetak maupun media elektronik. Saluran media massa, sudah barang tentu, sesuai dengan
fungsi aslinya merupakan saluran penting dalam komunikasi politik. Namun dalam
membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi politik, selalu dikaitkan
dengan konsep-konsep mengenai:
a. kebebasan media massa.
b. Independensi media massa pada suatu masyarakat dari control yang
berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum
kapitalis/industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan.
c. Integritas media massa sendiri pada missi yang diembannya.
Ketiga hal tersebut memang membawa konsekuensi yang berbeda dalam pelaksanaan
peran media massa sebagai saluran komunikasi politik, sesuai dengan kondisi yang
dipunyai oleh masing-masing masyarakat tempat media massa itu berada. Terlepas dari
1
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/
ketiga hal di atas, secara umum media massa mempunyai peranan tertentu dalam
menyalurkan pesan-pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakatnya.2
Media massa telah menjelma menjadi alat propaganda paling efektif, Media massa
mampu menjadi lokomotif perubahan masyarakat. Terlebih saat ini, dengan kemajuan
teknologi, jaringan-jaringan pemberitaan dunia mengalami perkembangan sangat pesat.
Masyarakat dari berbagai penjuru bumi dapat dengan mudah dipengaruhi arah opini yang
di blow-up media massa dengan sangat cepat.
Untuk memperkuat argumen bahwa media sangat penting dalam proses
propaganda politik, baiknya kita memahami dulu karakteristik media massa. Media
massa merupakan jenis media yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas dan dalam waktu yang serentak, mampu
memainkan peran dalam propaganda. Relevan dengan pendapat Cassata dan Asante,
seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat, bila arus komunikasi massa ini hanya dikendalikan
oleh komunikator, situasi dapat menunjang persuasi yang efektif. Sebaliknya bila
khalayak dapat mengatur arus informasi, siatusi komunikasi akan mendorong belajar
yang efektif.3

2
McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga.
3
Rakhmat, Jalaluddin (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.h. 56
II. Pembahasan
Propaganda dalam realitasnya mengambil bentuk vertikal dan horizontal. Bentuk
yang pertama adalah representasi propaganda satu-kepada-banyak (one-to-many).
Sementara propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok
ketimbang dari pemimpin kepada kelompok. Artinya yang kedua lebih banyak
menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi, ketimbang melalui
komunikasi massa.
Kalau dulu komunikasi satu kepada banyak mungkin diwakili oleh propagandis-
propagandis lewat pidato-pidato keliling di depan kumpulan partisan mereka, tapi
sekarang hal ini lebih sering dilakukan melalui media massa.
Ada beberapa hal pokok yang biasa dilakukan dalam propaganda. Dalam bukunya
Dan Nimmo mengulas ada 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi
kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif.
1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar
orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan
pemilihan sebagai “penjahat”.
2. Glittering generalities, menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu
agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal
AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai
“Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas” begitu juga
saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan
untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.
3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas,
misalnya “Pilih Kembali Mega di Pemilu 2004”.
4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk
mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam
dukungan politik oleh surat kabar , tokoh terkenal dll.
5. Plain folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada
khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah
seorang dari anda, hanya rakyat biasa”.
6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,
logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-
kata “pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan
terhadap partai kita !”.
7. Bandwagon, usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran
tujuan sehingga setiap orang akan “turut naik”. Prinsip satu-kepada-banyak yang
menjadi pegangan propaganda, semakin menemukan momentumnya seiring
dengan berkembangnya media massa. Orde Baru misalnya, secara terus menerus
memanfaatkan TVRI sebagai ideological state aparatus. Dengan mengusung
propaganda “pembangunan”, dalam waktu yang relatif lama mampu bertahan
melakukan korporasi terhadap hampir segenap lapisan masyarakat. Persuasi
model ini terus dilakukan sehingga rakyat mengidentifikasikan diri menjadi
bagian dari anggota Orde Baru.4
Dalam konteks era informasi sekarang ini, institusi media massa seperti televisi dan surat
kabar dipercaya memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan produksi, reproduksi
dan distribusi pengetahuan secara signifikan. Serangkaian simbol yang memberikan
makna tentang realitas “ada” dan pengalaman dalam kehidupan, bisa ditransformasikan
media massa dalam lingkungan publik. Sehingga bisa diakses anggota masyarakat secara
luas.
Menurut Denis McQuail, terdapat ciri-ciri khusus media massa antara lain5 :
pertama memproduksi dan mendistribusikan “pengetahuan” dalam wujud informasi,
pandangan dan budaya. Upaya tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan sosial
kolektif dan permintaan individu. Dalam konteks propaganda, kerja produksi dan
distribusi ini akan efektif untuk wujud informasi, pandangan dan budaya sesuai dengan
yang diharapkan propagandis.
Kedua, menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang
lain dari pengirim ke penerima dan dari khalayak kepada anggota khalayak lainnya.
Dalam konteks propaganda sangat urgen dalam proses pengidentifikasian diri khalayak

4
Nimmo, Dan (1993). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. Bandung : Remaja
Rosdakarya.h. 49-52.
5
McQuail, Denis (1987). Teori Komunikasi Massa. Agus Dharma (terj.). Jakarta : Erlangga.h.40
sebagai anggota kelompok, entah itu partisan partai, anggota ideologi tertentu atau dalam
nasionalisme sebuah negara.
Ketiga, media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan
publik. Ini dalam konteks propaganda merupakan suatu hal yang strategis, karena tujuan
dari persuasinya ini juga adalah manipulasi psikologi khalayak. Keempat partisipasi
anggota khalayak dalam institusi pada hakekatnya bersifat sukarela, tanpa adanya
keharusan atau kewajiban sosial.
Kelima, institusi media dikaitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya
pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan. Ini merupakan tuntutan yang
seringkali mengarahkan media massa untuk lebih menonjolkan aspek komersialnya.
Keenam meskipun media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu
berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media.
Dalam konteks propaganda, media massa menjadikan dirinya sebagai medium pesan
politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan pengaruh secara terus menerus diproduksi
dan didistribusikan oleh media massa.

Prinsip Propaganda di Media Massa


Tentu saja untuk mengefektifkan propaganda politik di media massa juga sangat
perlu memperhatikan beberapa prinsip-prinsip umum yang diturunkan dari riset mengeni
pengaruh komunikator dalam keberhasilan usaha persuasif :
Pertama status komunikator. Artinya setiap peran membawa status atau prestise
tersendiri. Secara umum, semakin tinggi posisi atau status seseorang di tengah
masyarakat, makan akan semakin mampu dia melakukan persuasi. Dengan demikian
pemilihan propagandis terutama dalam media massa yang diorientasikan mencapai
khalayak yang heterogen membutuhkan mereka yang punya status kuat. Misalnya saat
Orde Baru, Soeharto merupakan propagandis konsep developmentalism, sementara era
Orde Lama Soekarno menjadi propagandis dari tujuan revolusi.
Kedua kredibilitas komunikator. Sasaran propaganda mempersepsi para
komunikator dengan beberapa cara. Sejauh mereka mempersepsi bahwa propagandis itu
memiliki keahlian, dapat dipercaya dan memiliki otoritas, mereka menganggap bahwa
komunikator itu kredibel. Memang pada perkembangannya, khalayak media dalam
menerima pesan juga membedakan antara apa yang dikatakan dengan kredibiltas
sumbernya.
Ketiga, daya tarik komunikator, hal ini meningkatkan daya tarik persuasif. Hal ini
terutama berlaku pada homofili, yakni tingkat kesamaan usia, latarbelakang dll. seperti
dipersepsi orang. Persuasi itu sebagian besar berhasil bila orang mempersepsi
komunikator seperti dirinya sendiri secara gamblang.6

Analisis Contoh Propaganda Media


(Studi Kasus Korban Bencana Lumpur Lapindo Pada Harian Umum “Media
Indonesia “, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei Litbang Media Group).
Pada Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubrik
“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur
lapindo. Saya mencoba sedikit mengamati fenomena propaganda yang dijalankan oleh
Media Group khusunya pada Koran Harian Umum (HU) “Media Indonesia” tentang
korban Lumpur lapindo. Untuk mencoba menganalisis propaganda media maka harus
terlebih dahulu kita bahas unsur-unsur komunikasi yang ditawarkan oleh Lasswell.
Karena pada dasarnya formula yang ditawarkan oleh Lasswell mampu menganalisis lebih
dalam hal-hal yang terkait dengan kegiatan propaganda.
Adapun unsur-unsur komunikasi yang disodorkan oleh Harold Lasswell diantaranya:
1. Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat
2. Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).
3. In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.
4. To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)
5. With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.
6. Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi
konflik, stabil, labil.
7. Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.
8. Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.7
Pertama kita uraikan dari unsur siapa(Who). Pertama, Jelas sekali pada Survei
Litbang Media Group ini yang menjadi kepala (otak) adalah Media Group itu sendiri.
6
Nimmo, Dan. Op.cit.h. 50
7
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/
Perusahaan yang dipimpin oleh Surya Palloh ini rupanya memanfaatkan betul sekali
“kesempatan emas” untuk menciptakan opini public dengan melalui proses propaganda.
Walaupun pada dasarnya dalam survei ini melibatkan publik dengan survei yang
mencakup 480 responden dewasa yang dipilih secara acak dari buku petunjuk telepon
resindesial di kota-kota besar di Indonesia yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta,
Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada dasarnya Media Group tetap mempunyai
“kepentingan” dan agenda setting media tersendiri. Yang mana keduanya (kepentingan
dan agenda setting) dibungkusi oleh kegiatan propaganda yang sehalus mungkin.
Berangkat dari sini pula, jika kita bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi sebuah
media bisa diketahui. Semisal, melalui analisis teks media, analisis framing dan yang
lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda ini adalah korban lumpur Lapindo.
Kedua, unsur ke”apa”an (Says What), untuk unsur yang kedua ini kita dapati dari
judul (Head Line) besar pada halaman rubrik tersebut. Pada rubrik “Analisis” ini “Media
Indonesia” mengangkat judul (Head Line) “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan”. Dari
judul tersebut secara langsung maka pertanyaan tentang topik apa yang diangkat oleh
Media Indonesia terjawab. “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric
“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur
lapindo, fokus analisisnya lebih kepada keadaan dan nasib para korban lumpur lapindo
yang dianaktirikan atau tidak diperhatikan. Semakin jelaslah dalam hal ini, “Media
Indonesi” tengah berupaya untuk melakukan propaganda kepada seluruh pihak
khususnya dalam hal ini tertuju kepada pemerintah, agar lebih memperhatikan dan
mengutamakan korban lumpur lapindo.
Ketiga, unsur media yang digunakan (In Wich Channel). Para proses propaganda
yang dilakukan oleh “Media Indonesia” ini media yang digunakan tentunya adalah koran
atau media cetak, karena pada dasarnya “Media Indonesia” bergerak dalam dunia media
cetak. Namun jika kaca mata analisisnya ditujukan kepada “Media Indonesia” dalam
menghimpun data dan opini masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui
opini yang sedang berkembang di masyarakat, maka “Media Indonesia” menggunakan
media survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group dengan melakukan wawancara
terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada masyarakat di enam kota besar yakni
Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun hasil survei
yang dilakukan oleh Media Group, tulis “Media Indonesia” tidak dimaksudkan mewakili
pendapat seluruh indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon residensial di
kota tersebut. Dan Margin of Error survei tersebut plus minus 4,6 % pada tingkat
kepercayaan 95%. (paragraf. 2).
Keempat, unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To
Whom). Mengacu pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis saya
maka yang dituju oleh propaganda “Media Indonesia” adalah seluruh pihak. Namun jauh
dari itu, pasti setiap masalah tidak selalu general ditujukan kepada seluruh pihak, pasti
ada pihak yang dikhususkan. Begitu juga dengan propaganda yang dilakukan oleh
“Media Indonesia” juga. Maka yang menjadi fokus propaganda (sebenarnya) adalah
pemerintah. Dari judul (Head Line) saja “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan” sudah
terlihat bagaimana “Media Indonesia” menilai kinerja dan peran pemerintah terhadap
korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain itu juga hal ini diperkuat dengan
teras (lead) yang ditulis “Media Indonesia”: “Mayoritas masyarakat menilai tidak puas
terhadap kinerja pemerintah dalam menangani korban lumpur Lapindo di Porong,
Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat
perhatian pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam lainya”.
Kelima, unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect). Jika menganalisi dari
segi efek yang ditimbulkan khususnya topik yang diangkat yaitu korban lumpur yang
dianaktirikan, “Media Indonesia menulis: “Ketidakjelasan soal pembayaran ganti rugi
tersebut membuat kehidupan puluahn ribu warga Porong juga semakin tidak jelas. Tak
terbayangkan bagaimana hancurnya kehidupan mereka akibat Lumpur panas yang yang
menenggelamkan rumah-rumah dan tempat kerja mereka. Mendadak ribuan orang
terpaksa mengungsi jauh dari tempat tinggalnya. Sekaligus berarti mereka juga
kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan pertanian maupun pabrik-pabrik yang
terpaksa ditutup” (Paragraf.16). Dari tulisan “Media Indonesia” di atas jelasnya sungguh
besar efek yang ditimbulkan oleh kinerja pemerintah yang setengah hati sehingga
menganaktirikan korban lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alas an terkuat bagi
“Media Indonesia” untuk melakukan propaganda, harapannya pemerintah bisa lebih
memerhartikan kepentingan-kepentingan korban lapindo selayak-layaknya, layaknya
seoarang ibu kepada anak kandungnya bukan seperti anak tiri yang dinomorduakan.
Keenam, unsur yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon).
Pada dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan terkendali,
walaupun gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap menghiasi aksi protes dan
unjuk rasa korban Lumpur Lapindo tersebut.
Ketujuh,unsur cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik). Dari foto
berita yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa melihat bagaiman situasi
yang terjadi pada korban Lumpur Lapindo. Mereka protes dan berunjuk rasa dengan cara
memblokir kereta api, hal ini dilakukan sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja
pemerintah dalam menangani korban Lapindo.
Kedelapan, unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan). Jika saya
simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia”
berujung pada pendesakan agar pemerintah mengambil alih langsung penanganan korban
Lumpur Lapindo. Pemerintah diharapkan All Out dalam menangani kasus ini bukan
dengan setangah hati, bisa lebih memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan
rakyatnya.
demikian hasil analisis saya terhadap kegiatan propaganda yang dilakukan
melalui media massa dimana sejatinya propaganda benar-benar murni untuk
memperjuangkan yang hak (benar) bukan sebaliknya. Sebab tidak sedikit juga media
yang melakukan propaganda pada suatu masalha yang justru dianggap salah. Disinilah
yang berbicara adalah kepentingan dan agenda setting media.
III. Penutup
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal penting. Propaganda
merupakan salah satu pendekatan dalam persuasi politik, selain retorika dan periklanan.
Secara sederhana propaganda didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh
suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam
tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara
psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.
Karena kaitannya dengan karakteristik propaganda sebagai transmisi pesan satu-
kepada-banyak, maka media massa menjadi medium pesan yang sangat efektif untuk
digunakan. Melalui upaya manipulasi psikologis, propaganda berupaya menyatukan
khalayak ke dalam suatu organisasi atau tujuan propagandis. Mengingat bahwa setiap
tindakan komunikasi senantiasa mengandung kepentingan, apalagi komunikasi melalui
media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi, maka dapatlah jika
dikatakan bahwa sering kali tindakan komunikasi massa (berita, opini, iklan) adalah suatu
propaganda. Maka dari itu sebagai pembaca atau penikmat berita kita seharusnya
berpintar – pintar memilih berita yang kita baca agar tidak terjerumus pada berita yang
memiliki tujuan propagandis semata. Dan seharusnya kantor berita maupun media massa
dapat menyajikan berita berdasarkan fakta atas kejadian yang nyata tanpa dibubuhi
kegiatan propaganda agar masyarakat mempunyai pikiran yang ” bersih ” supaya dapat
menentukan sendiri jalan fikiran dan perilakunya.
Daftar Pustaka
Daftar Referensi :
McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga
Rakhmat, Jalaluddin (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan (1993). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Harian Umum “Media Indonesia “, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei
Litbang Media Group).

Daftar Situs :
http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/
PROPAGANDA POLITIK MELALUI MEDIA MASSA
( Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Internasional )

Di susun Oleh :
Nouval Maulana H.Y
( 050910101097 )

Jurusan Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Jember
2009

Anda mungkin juga menyukai