Anda di halaman 1dari 4

ICD-International Classification Desease

(E-learning gunadarma.ac.id)
ICD adalah klasifikasi diagnostik standar internasional bagi kebutuhan manajerial kesehatan dan
epidemiologi. ICD 1st 1893, ICD 10 th 1994.
ICD digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit dan masalah kesehatan lain untuk dicatat pada
berbagai tipe rekam kesehatan dan vital termasuk sertifikat kematian dan rekam medik rumah sakit.
Selain untuk menyimpan dan mengambil informasi diagnostik untuk kebutuhan klinik dan
epidemiologi, juga merupakan basis pengumpulan statistik mortalitas dan morbidiatas negara2
anggota WHO.

http://repository.unand.ac.id/3500/1/ICD10_PBL.pdf
 Sistem kategori tempat penyakit dikelompokkan
 Diagnosis diubah menjadi kode alfa-numerik
pencatatan penyimpanan, pengambilan dan analisis data, analisis, dan interpretasi, pembandingan
sistematis antar wilayah dan waktu.
 ICD melibatkan:
-gejala, tanda, dan penemuan klinis dan laboratorium yang abnormal
-faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kontak dengan asuhan kesehatan
 Kategori dipilih untuk memudahkan penyelidikan statistik terhadap suatu fenomena penyakit.
 Kategori tersendiri penyakit yang penting dalam kesehatan masyarakat sering terjadi.
 diletakkan pada kelompok-kelompok kondisi yang berhubungan.
 Kategori-kategori sisa berisi kondisi lain dan tidak bermakna,tidak bisa masuk ke kategori spesifik.
 ICD adalah klasifikasi praktis, bukan murni teori.
 Group penyakit lokal menurut situs, berisi bab-bab sistem tubuh
 Bagian group khusus:  penyakit epidemi, umum, perkembangan, cedera.
 umumnya kondisi diutamakan pada bab group khusus.
 ICD dasar:
-daftar kategori 3-karakter,
-dibagi atas 10 subkategori 4-karakter.
 Kode alfa-numerik: A00.0 sampai Z99.9
-huruf pada posisi 1
-angka pada posisi 2, 3, dan 4.
-karakter ke-4 didahului oleh titik desimal.
-Huruf ‘U’ tidak digunakan

Pembiayaan kesehatan berbasis kelompok diagnosis terkait ( Diagnosis Related Group ) merupakan
suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan yang di tetapkan berdasarkan pengelompokan
diagnosa, tanpa memperhatikan jumlah tindakan / pelayanan yang di berikan, dengan tujuan sebagai
upaya pengendalian biaya dan menjaga mutu pelayanan ( Hartono D : http://www.gizi.net/cgi-
bin/berita/ fullnews. Cgi? : 3/14/2007 )
DRG dikembangkan di Amerika Serikat pada peserta program medicare dan medicain, melalui suatu
study yang di selenggarakan oleh ” Yale University ” pada tahun 1984. Tujuan penerapan DRG’S
untuk upaya pengendalian biaya dan menjaga mutu pelayanan, mengembangkan efisiensi dan
menyediakan umpan balik berkaitan dengan kinerja rumah sakit, bila pasien di kelompokkan dalam
kelas-kelas dan atribut yang sama serta serta proses perawatan yang sama akan membangun kerangka
kerja yang baik ( Fatter : 1970 ).
Mekanisme pembayaran berdasarkan Diagnosis Related Group ’s ( DRG ’s) adalah suatu sistem
imbalan jasa pelayanan pada prospective payment system ( PPS )/suatu system pembayaran pada
pemberian pelayanan kesehatan, baik rumah sakit atau dokter dalam jumlah yang ditetapkan sebelum
suatu pelayanan di berikan tanpa memperhatikan tindakan yang dilakukan atau lamanya perawatan (
Hendrartini : 2007).
Mekanisme untuk penyusunan pembayaran berdasarkan DRG adalah :
1. Melengkapi data pasien
DRG membutuhkan data-data yang dikumpulkan secara rutin oleh rumah sakit seperti : Identitas
pasien, tanggal masuk dan keluar rumah sakit,lama hari rawat, umur, jenis kelamin, status keluar
rumah sakit, BB baru lahir( jika neonatal ), Diagnosis utama, Diagnosis sekunder dan prosedur
pembedahan.
2. Analisis pengkelasan dan hasil grouping DRG sesuai dengan ICD 10 yang diterbitkan oleh
WHO
Kewajiban rumah sakit untuk memberikan kode sesuai dengan ICD 10
( Klasifikasi internasional untuk penyakit ). Tahap-tahap penentuan DRG sebagai berikut:
• Penentuan diagnosis
• Pengelompokkan menjadi dignosis mayor
• Prosedur tindakan yang dilakukan( diagnosis yang membutuhkan tindakan pembedahan atau
tidak )
• Diagnosis di kelompokkan juga dengan mempertimbangkan komplikasi yang menyertainya
baik akut atau kronis
• TentukanDRG ( Direktorat jenderal bina pelayanan Medik : 2006 )
3. Analisis biaya pasien ( DRG Cost)
Dalam laporan pertama proyek nasional, “ Case Costing in Swedish Health and Medical
Care” mendeskripsikan proses pembiayaan kasus dalam empat langkah:
• Mengidentifikasi total biaya secara akurat
• Mengalokasikan biaya-biaya tak langsung ke dalam pusat-pusat penyerapan dana.
• Mengidentifikasi produk-produk intermediate dan menghitung biaya-biayanya.
• Membagi biaya-biaya tersebut kepada pasien
Kelemahan dari sistem ini adalah :
1. Rumah sakit mengalihkan pengobatan dari rawat inap menjadi rawat jalan. Oleh karena
DRG’S tidak di terapkan pada rawat jalan
2. Rumah sakit menurunkan rata-rata lama hari rawat ( LOS ) Rumah sakit akan mempercepat
pemulangan pasien. Penurunan LOS merupakan implikasi tidak adekuatnya pelayanan Rumah sakit
dan perkembangan kedepan dapat mengganggu infrastruktur home care karena kondisi pasien belum
stabil
3. Terdapat kecendrungan untuk mengklasifikasikan kembali pasien ke diagnosis yang lebih
mahal yang di sebut DRG Creep ( Penjilat DRG )
4. Sistem pembayaran ini mengurangi ketajaman focus diagnosis, sehingga sering kali timbul
kesalahan atau kelalaian dalam pemberian pengobatan kerena pengurangan penunjang diagnostik
pada pelayanan yang belum terstandar
5. Pembayaran pelayanan perawatan menjadi tidak jelas, bila kemandirian perawata dalam
intervensinya tidak jelas karena sistem ini menyatu dalam pembayaran diagnosis
6. Sistem pembayaran ini tidak dapat membedakan antara kasus yang tingkat kesulitan tinggi/
komplikasi dengan tingkat kesulitan rendah
7. Sistem pembayaran ini bersifat umum dan sulit untuk kasus-kasus kronik dan berulang(WHO
& http://www.icn.ch/matters.drg.htm : 3/25/2007)
Keuntungan atau manfaat dari sistem pembayaran melalui DRG’S adalah :
1. DRG’S dapat di berlakukan dengan cepat
2. Bagi pemerintah federal da Rumah Sakit, DRG’S dapat memberikan kepastian perkiraan
biaya yang berasal dari program ini
3. Mengurangi beban administrasi Rumah Sakit dan mendorong upaya efisiensi. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh The President’S Private Sector Survey On Cost Control, DRG’S di
proyeksikan berhasil menghemat anggaran pemerintah federal sebesar 13 milyar dolar AS antara
tahun 1984-1986
4. DRG’S dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
5. DRG’S memberikan transparansi sistem management Rumah Sakit dan pembayaran
6. Menguntungkan peserta medicare progra, di mana perkiraan iuran biaya ( Cost Sharing ) akan
menurun
7. DRG’S mengizinkan pembayaran upah / gaji pada agenci ( Home Care ) dan di kontrol oleh
sistem pembayaran Rumah Sakit
8. DRG membantu agenci memperkirakan dan memprediksi secara tepat financial yang di
terima oleh rumah sakit
(ICN, http://www.icn.ch/matters.drg.htm : 3/25/2007)

(http://duniaasuransi.blogspot.com/2009/12/sistem-pembayaran-fasilitas-kesehatan.html)
Dalam dunia asuransi kesehatan terdapat dua sistem utama pembayaran kepada fasilitas
kesehatan, yaitu:
1. Sistem Retrospektif; dan
2. Sistem Prospektif

Pada kesempatan ini akan kita bahas tentang sistem Retrospektif. Sistem retrospektif
membayar besaran biaya pelayanan kesehatan setelah pelayanan kesehatan selesai diberikan.
Sistem ini merupakan sistem yang paling lazim dan banyak digunakan.

Sistem pembayaran ini sangat kental dengan aspek bisnis atau komersialisasi pelayanan
kesehatan karena yang menentukan biasanya adalah masing-masing Penyedia Pelayanan
Kesehatan. Banyak juga yang menyebutnya sebagai sistem "Fee For Service".

Pada sistem ini, Penyedia pelayanan kesehatan akan menagih dengan rinci segala macam
pelayanan, tindakan, obat-obatan, bahan habis pakai, ruangan dan lain sebagainya sesuai
dengan apa yang diberikan dan atau diterima oleh konsumen yang dirawat. Total tagihan dari
hal-hal tersebut lah yang biasa kita terima di akhir perawatan kesehatan, baik di klinik
maupun di Rumah Sakit.

Kelemahan dari sistem pembayaran ini adalah dari segi pengendalian biaya. Baik kepada
pasien yang bersangkutan ataupun Asuransi yang menjadi penanggungnya. Hal ini
dikarenakan fasilitas kesehatan maupun dokter tidak punya insentif atau kepentingan untuk
mengendalikan pembiayaan biaya kesehatan. justru dengan semakin banyak pelayanan yang
diberikan, maka semakin banyak fee yang diterima. The more service you give, the more fee
you get.

Kesulitan terbesar bagi konsumen untuk dapat meminimalisir hal tersebut adalah pada
keterbatasan pengetahuan ataupun pemahaman masyarakat awam atas hal-hal yang dilakukan
/ tindakan pemberi jasa kesehatan. Pasien hanya pasrah saja terhadap apa yang disampaikan
atau dilakukan pemberi jasa kesehatan, sehingga tidak memahami apakah hal tersebut
memang betul-betul perlu dilakukan.

Jenis Pembayaran secara sistem Retrospektif antara lain:

a. Diagnostic Related Group (DRG)


b. Capitation (Kapitasi)
c. Case Rates (Pembayaran per kasus)
d. Per Diem (Per hari rawat)
e. Global Budget
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

1. TAHAP PRE PATOGENESIS (Stage of Susceptibility) Terjadiinteraksi antara host –bibit penyak
it –lingkungan , interaksi di luar tubuh manusia.
Penyakit belum ditemukandaya tahan tubuh host masih kuat, sudah terancam dengan adanya inte
raksi tersebut. (tahap ini kondisi masih sehat)
2. TAHAP INKUBASI(Stage Of Presymtomatic Disease)
Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh host,
Gejala penyakit belum nampak. Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi berbeda‐beda
Beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun‐tahun.
3. TAHAP PENYAKIT DINI (Stage of Clinical Disease)

Dihitung dari munculnya gejala penyakit.
•Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan)penderita masih dapat melakukan aktifitas(tida
k berobat)•
Perawatan Cukup dengan obat jalan menjadi masalah besar dunia kesehatan (jika tingkat pengeta
huan & pendidikan masyarakat rendah)mendatangkan masalah lanjutan
yang makin besar Penyakit makin parah berobat memerlukan perawatan relatif mahal.
•Akibat lain bahaya masyarakat luas menularkan kepada orang lain dan dapat enimbulkan KLB a
tau wabah.
4. TAHAP PENYAKIT LANJUT
•Penyakit makin bertambah hebat
•Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
•Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).
5.TAHAP AKHIR PENYAKIT
•Perjalanan penyakit akan berhenti.
•Berakhirnya perjalanan penyakit beberapa keadaan yaitu :
a. Sembuh sempurnabaik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit
b. Sembuh dengan cacat 
Penderita sembuh kesembuhan tidak sempurna
ditemukan cacat pada pejamu. Kondisi cacat 
cacat fisik, fungsional dan sosial.
c. Karier
Perjalanan penyakit seolah‐olah terhenti gejala penyakit tidak tampak (dalam diri pejamu masih
ditemukan bibit penyakit) suatu saat penyakit
dapat timbul kembali
17 KELOMPOK UTAMA PENYAKIT MENURUT ICD
1.Penyakit infeksi & parasit
2.Neoplasma
3.Penyakit endokrin, nutrisi & metabolik dan gangguaan imunitas
4.Penyakit darah & organ pembuluh darah
5.Gangguan mental
6.Sistem saraf dan alat indra
7.Sistem peredaran darah
8. Sistem pernafasan
9. Sistem pencernakan
10.Sistem Kencing dan kelamin
11.Komplikasi Kehamilan, persalinan & nifas
12.Kulit dan jaringan bawah kulit
13.Sistem otot rangka dan jaringan ikat
14.Kelainan bawaan
15.Keadaan tertentu dari masa perinatal
16.Gejala, tanda & keadaan tidak jelas
17.Cedera dan keracunan

Anda mungkin juga menyukai