Kultur Jaringan
Kultur Jaringan
Begitu banyak tanaman yang dapat dibudidayakan dengan kultur jaringan ini seperti
Acasia sp, Eucalyptus sp, jati, jelutung, gaharu, sengon, sonokeling, berbagai jenis pisang,
berbagai jenis anggrek, dsb.
Jati (Tectona grandis) merupakan famili dari Verbenacea. Merupakan penghasil kayu
yang berkualitas, terkenal dengan keawetan dan kekuatannya, dan keindahan teksturnya
membuatnya menjadi bahan furniture. Peluang pasar jati amat tinggi, akibatnya permintaan akan
bahan kayu jati pun amat tinggi. Akan tetapi sayangnya permintaan tersebut belum dapat
diimbangi dengan permintaan bahan kayu jati. Penghasilan baru bahan jati Indonesia adalah 2,5
juta m3/tahun. Harga jati sendiri cukup tinggi. Harganya di dalam negeri sekitar 8-9 juta /m 3
sedangkan di luar negeri sekitar 15 juta/m 3. akan tetapi walaupun tanaman jati merupakan
tanaman yang potensial masih tetap ada kendala dalam hal produksi jati, diantaranya adalah:
Sulit didapatnya bibit yang berkualitas dalam skala banyak dan seragam.
Seperti yang kita singgung sedikit tentang teori totipotensi yang menyebutkan bahwa
secara teoritis tiap sel organ tanaman akan bisa tumbuh menjadi tanaman yang sempurna jika
ditempatkan dalam lingkungan yang sesuai. Maka digunakanlah metode kultur jaringan ini untuk
membudidayakan pohon jati.
Vitamin
Gula
Bahan kimia ditimbang, dilarutkan dalam air destilasi (air bebas mineral), lalu PH larutan diukur,
campurkan agar kemudian dimasaka hingga mendididh, lalu tuangkan media kedalam botol
ukur, setelah itu berikan label media dan disterilkan dengan autoclare.
Proses selanjutnya adalah sterilisasi eksplan jati, yang caranya adalah sebagai berikut:
Tunas-tunas yang ditanam dalam media invitro, disimpan di ruang steril. Botol steril
disimpan pada rak kultur yang diberi cahaya lampu TL dengan intensitas cahaya 1000-4000 lux.
Lampu TL diatur 16 jam menyala dan 8 jam padam agar sesuai seperti keadaan siang dan malam
di bumi. Ruangan tempat penyimpanan dijaga suhunya di temperatur 25 0-280 C dengan
menggunakan AC. Dan secara berkala ruang kultur disteril dengan menggunakan formalin.
Inisiasi In vitro pertama adalah saat tunas berusia 3 minggu dan pemanjangan tunas 3-4 minggu.
Setelah itu akan ada proses aklimatisasi yaitu pembiasaan tanaman eksplan dari media
botol ke media tanah. Proses aklimatisasi dilanjutkan dengan pembesaran bibit di polybag.
Kontinuitas ketersediaan bibit dalam jumlah besar akan terjaga sepanjang waktu.
o Pinset steril.
o Kapas steril.
o Alat laminar.
o Tanaman eksplan.
o Spiritus
o Korek api.
o Alkohol.
Cara kerja:
o Jepit bagian batang eksplan dengan pinset kemudian potong bagian kalusnya
menggunkan pinset denganhati-hati. Potong kalus dari keempat sisinya. Jangan
sampai kalus tersebut terpotong semua.
o Setelah selesai proses pemotongannya, bersihkan kalus tersebut dari media dengan
menggunkan kapas steril.
Proses pensterilan selalu dilakukan secara rutin tiap sebulan sekali selama 24 jam. Botol-
botl berisi tanaman eksplan disimpan di rak-rak dengan suhu 24 0-260 C selama 24 jam (setiap
botol harus diberi label). Vitamin yang diberikan untuk eksplan yaitu C, B2, & B3 kemudian
diaduk dengan gula dan agar-agar. Waktu tumbuh tanaman eksplan yaitu: induksi (3 minggu),
multipikasi (3 minggu), aklimitasi (3 minggu). Biasanya tanaman diberi “bapitrof” (obat yang
diberikan setelah proses aklimitasi yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar).
2. Proses Aklimitasi.
Proses aklimitasi mmerlukan kadar kelembaban 80%. Di perkebunan & Greenhouse biasanya
digunakan suatu alat yang disebut sonic level fungsinya antara lain:
pohon kelengkeng.
Zodia
Pohon meranti.
Pohon jelutung.
Pohon jati.
Pohon mahoni.
Pohon gaharu.
Lalu pisang ABACA (Musa textilis Nec) yang seratnya diambil untuk:
o Tissue
o Kertas uang.
o Dokumen.
o Cheque
o Plester.
o Kertas mimeograph.
o Kantung teh.
Kultur jaringan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Kultur Jaringan Tanaman
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Prinsip
2 Prasyarat
o 2.1 Media
3 Metode
4 Lihat pula
5 Referensi
[sunting] Prinsip
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.[1] Berbeda
dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam
kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.[1] Karena itu teknik ini
sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca"
karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.[2]
Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi.[3] Teori ini mempercayai bahwa setiap
bagian tanaman dapat berkebang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-
jaringan hidup.[3] Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan
memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.[3]
[sunting] Prasyarat
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan.[2] Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril.[4] Media
adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan
jaringan.[2] Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup
dan memperbanyak dirinya.[2]
[sunting] Media
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. [2] Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar.[2] Media cair
adalah nutrisi yang dilarutkan di air.[2] Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu
bergerak, tergantung kebutuhan.[2] Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat
berbeda komposisinya.[4] Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.[5] Media Murashige
dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin
untuk pertumbuhan tanaman. [6]
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan
oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi.[7][8] Pada media MS, tidak terdapat zat
pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen).[7] ZPT atau
hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.[7] Interaksi dan
keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel
secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.[7][8]
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat
mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan
adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. [9] Proses ini
dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas
pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.[9]
[sunting] Metode
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui
perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan
embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.[2] Ada
beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.[5]
Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah
(meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.[5] Jaringan tipe pertama ini
biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium
batang.[10] Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman
muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.[10] Contoh jaringan
tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.[10]
Daftar Nama Organisasi Induk Olahraga Di Indonesia -
Ilmu Pengetahuan Olahraga
Mon, 16/06/2008 - 5:43am — godam64
Berikut ini adalah nama organisasi induk cabang olahraga yang ada di Indonesia diurutkan
berdasarkan nama cabang olah raga serta singkatan namanya yang diakui oleh KONI / Komite
Olahraga Nasional Indonesia yaitu sebagai berikut :