Anda di halaman 1dari 28

Workshop 12 – 13 Agustus 2008, Santika - Semarang

RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PERADILAN PIDANA ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa negara berkewajiban dan


bertanggung jawab untuk melindungi hak asasi anak termasuk anak yang
berhadapan dengan hukum;
b. bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
belum secara komprehensif memberikan perlindungan khusus kepada
anak yang berhadapan dengan hukum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b perlu membentuk Undang-Undang tentang Peradilan Pidana
Anak;
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan
Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN PIDANA ANAK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Anak yang berhadapan dengan hukum adalah:
a. orang yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum
mencapai usia 18 (delapan belas) tahun;
b. yang diduga, disangka, didakwa melakukan tindak pidana;
c. yang menjadi korban tindak pidana; atau
d. yang melihat dan mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
2. Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak
pidana tertentu dari proses pidana formal ke penyelesaian damai antara
tersangka/terdakwa/pelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga dan/atau
masyarakat, Pembimbing Kemasyarakatan Anak, polisi, jaksa, atau hakim.
2
3. Penyidik adalah penyidik anak.
4. Penuntut Umum adalah penuntut umum anak.
5. Hakim adalah hakim anak.
6. Hakim Banding adalah hakim banding anak.
7. Hakim Kasasi adalah hakim kasasi anak.
8. Pembimbing Kemasyarakatan Anak adalah petugas pemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan
yang melakukan penelitian kemasyarakatan, pendampingan, bimbingan, dan pengawasan
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.
9. Orangtua asuh adalah orang yang secara nyata mengasuh anak, selaku orang tua terhadap anak.
10. Organisasi Sosial Kemasyarakatan adalah organisasi masyarakat yang mempunyai perhatian
khusus kepada masalah Anak. (PERLU DIURAIKAN ”PERHATIAN KHUSUS”) =- amicus
curie...
11. Advokat adalah advokat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Advokat.
12. Anak Didik Pemasyarakatan adalah anak yang dijatuhi pidana penjara dan ditempatkan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak.
13. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah lembaga atau
tempat anak didik pemasyarakatan menjalani masa pidananya.
14. Rumah Tahanan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat RTKA adalah tempat sementara bagi
anak menunggu selama proses peradilan berlangsung.
15. Keadilan Restoratif adalah suatu proses penyelesaian yang melibatkan pelaku, korban, keluarga
mereka dan pihak lain yang terkait dalam suatu tindak pidana, secara bersama-sama mencari
penyelesaian terhadap tindak pidana tersebut dan implikasinya, dengan menekankan pemulihan
dan bukan pembalasan.

Pasal 2
Pengadilan Anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan Peradilan
Umum.

Pasal 3
Sidang Pengadilan Anak yang selanjutnya disebut Sidang Anak, bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara anak sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 4
Peradilan pidana anak didasarkan atas asas: (harus dijelaskan)
a. perlindungan;
b. non diskriminasi;
c. kepentingan terbaik bagi anak;
d. penghargaan terhadap pendapat anak;
e. kelangsungan hidup, dan tumbuh kembang;
f. pembinaan dan pembimbingan;
g. prioritas penanganan;
h. perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir;
i. keadilan restoratif;
j. proporsional.

Pasal 5
Peradilan pidana anak dengan keadilan restoratif bertujuan untuk:
a. mengupayakan perdamaian antara korban dan anak;
b. mengutamakan penyelesaian di luar proses peradilan
c. menjauhkan anak dari pengaruh negatif proses peradilan;
d. menanamkan rasa tanggung jawab anak;
e. mewujudkan kesejahteraan anak;
f. menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;
g. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi;
h. menghindari stigma negatif;
i. meningkatkan keterampilan hidup anak.
3

BAB III
HAK ANAK DALAM PROSES PERADILAN

Pasal 6
Hak-hak anak dalam proses peradilan meliputi:
a. Hak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi serta merendahkan derajat dan martabatnya dalam proses peradilan pidana;
b. Hak atas bantuan hukum, untuk membela diri dan memperoleh keadilan di Pengadilan Anak
yang bebas dan tak memihak;
c. Hak untuk tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup; (20 tahun???)
d. Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum;
e. Hak untuk tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara secara melawan hukum kecuali hanya
dilakukan sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;
f. Hak untuk memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang obyektif, tidak memihak, dan
dalam sidang yang tertutup untuk umum;
g. Hak untuk tidak dipublikasikan identitasnya sejak proses penyidikan dilakukan.

Pasal 7
Anak yang ditahan berhak:
a. diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhannya;
b. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
c. tidak disatukan dengan orang dewasa, kecuali demi kepentingannya;
d. memperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif;
e. mendapat kunjungan dari keluarga dan/atau pendamping;
f. mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
g. mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan rekreasi;
h. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
i. menyampaikan keluhan;
j. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.

Pasal 8
Anak yang menjalani pidana di LPKA selain berhak atas hak-hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 juga berhak:
a. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;
b. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya;
c. mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);
d. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;
e. mendapatkan pembebasan bersyarat;
f. mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
g. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan hak anak yang ditahan atau menjalani pidana di LPKA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV
DIVERSI

Pasal 10
1) Dalam perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling tinggi 5 (lima) tahun
Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim berwenang melakukan diversi, dengan
mengedepankan non diskriminasi dan kepentingan terbaik bagi anak.
(2) Perkara pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ringan (prioritas diversi), yaitu tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling tinggi 1 (satu) tahun;
4
b. sedang (dapat dipertimbangkan), yaitu tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling tinggi 5 (lima) tahun.

(3) Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam melakukan diversi harus mempertimbangkan:
a.kategori kasus perkara;
b. usia pelaku;
c.hasil penelitian kemasyarakatan dari BAPAS;
d. kerugian yang ditimbulkan;
e.tingkat perhatian masyarakat pada kasus;
f. dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat;
g. persetujuan korban dan/atau keluarganya;
h. kesediaan pelaku dan keluarganya.
(4) Dalam hal suatu tindak pidana dilakukan Diversi, maka hasil kesepakatan tersebut disampaikan
kepada ketua pengadilan negeri untuk dikukuhkan.
(5) Dalam hal kondisi setempat tidak memungkinkan segera dilakukan pengukuhan oleh pengadilan
negeri, pengesahan sementara dapat dilakukan oleh kepala desa/lurah sambil menunggu
pengukuhan oleh pengadilan negeri.
(6) Ketua pengadilan negeri wajib mengukuhkan kesepakatan Diversi dalam bentuk penetapan
Pengadilan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah kesepakatan tersebut diterima.

Pasal 11
(1) Proses Diversi difasilitasi oleh pejabat pada masing-masing tingkat pemeriksaan.
(2) Apabila Diversi menghasilkan kesepakatan, hasilnya dituangkan dalam bentuk surat perdamaian
yang dikirimkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kepada pengadilan untuk dikukuhkan
atau kepada kepala desa untuk dikukuhkan sementara.
(3) Apabila diversi tidak menghasilkan kesepakatan, maka proses peradilan pidana dilanjutkan.
(4) Apabila kesepakatan Diversi diingkari pelaku maka Diversi gugur dan proses peradilan pidana
dilanjutkan.
(5) Pengawasan atas pelaksanaan proses Diversi berada pada atasan langsung pejabat yang
bertanggung jawab pada tiap-tiap tingkat pemeriksaan.
(6) Pengawasan atas pelaksanaan hasil Diversi berada pada ketua pengadilan negeri setempat atau
hakim yang ditunjuk.
(7) Selama proses Diversi berlangsung dan setelah diversi dilaksanakan, Pembimbing
Kemasyarakatan berkewajiban untuk melakukan pembimbingan dan pengawasan.

Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Diversi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V
ACARA PERADILAN ANAK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 13
Ketentuan mengenai Hukum Acara Pidana berlaku juga dalam acara peradilan anak, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

Pasal 14
Dalam menangani perkara Anak, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat harus
memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak dan mengusahakan agar suasana kekeluargaan tetap
terpelihara.

Pasal 15
1) Pemberitaan mengenai identitas diri Anak dalam perkara anak harus dirahasiakan mulai sejak
penyidikan sampai saat sebelum pengucapan putusan pengadilan.
2) Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi nama (pelaku, orangtua, korban),
5
alamat, wajah, dan hal-hal lain yang dapat mengungkapkan jati diri anak.

Bagian Kedua
Tata Cara Sidang Anak

Pasal 16
1) Anak yang diajukan ke proses peradilan anak berusia sekurang-kurangnya 12 (dua belas)
tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun pada saat melakukan tindak pidana.
2) Dalam hal Anak melakukan tindak pidana pada batas usia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan diajukan ke sidang pengadilan setelah Anak yang bersangkutan melampaui batas usia
tersebut, tetapi belum mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun, tetap diajukan ke sidang Anak.

Pasal 17
(1) Dalam hal Anak yang belum berusia 12 (dua belas) tahun tetapi telah berusia 8 (delapan) tahun
melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, penyidik, setelah mendengar pertimbangan
dari Pembimbing Kemasyarakatan Anak pada BAPAS, menyerahkan anak tersebut kepada:
a.orang tua, wali atau orang tua asuh;
b. panti sosial pada instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial baik di tingkat pusat
maupun daerah;
c.lembaga sosial kemasyarakatan yang terakreditasi pada instansi yang menangani bidang
kesejahteraan sosial baik di tingkat pusat maupun daerah.
2) Penyerahan Anak kepada lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dan huruf c dilakukan pembinaan paling lama 6 (enam) bulan.
3) BAPAS wajib melakukan evaluasi terhadap Pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinilai masih
memerlukan pembinaan lanjutan maka masa pembinaan dapat diperpanjang
paling lama 6 (enam) bulan.
5) Panti sosial atau lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dan huruf c wajib menyampaikan laporan perkembangan Anak
kepada BAPAS secara berkala setiap bulan.

Pasal 18
(1) Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan Anak, Advokat, serta petugas
lainnya dalam Sidang Anak tidak memakai toga atau pakaian dinas.
(2) Dalam persidangan, Anak harus didampingi oleh Advokat dan Pembimbing Kemasyarakatan
Anak.

Pasal 19
1) Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan orang dewasa diajukan ke sidang Anak,
sedangkan orang dewasa diajukan ke sidang bagi orang dewasa.
2) Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan Anggota Tentara Nasional Indonesia
diajukan ke Sidang Anak, sedangkan Anggota Tentara Nasional Indonesia diajukan ke Mahkamah
Mililter.

Pasal 20
1) Hakim memeriksa perkara Anak dalam sidang tertutup.
2) Dalam sidang yang dilakukan secara tertutup hanya dapat dihadiri oleh Anak yang bersangkutan
beserta orang tua, wali, atau orang tua asuh, Advokat, pendamping, dan Pembimbing
Kemasyarakatan Anak.
(3) Hakim atau majelis hakim dapat memberikan izin kepada orang tertentu untuk menghadiri
persidangan, selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Penempatan Anak di ruang tunggu sidang dipisahkan dari ruang tunggu sidang bagi orang
dewasa.
(5) Waktu Sidang Anak didahulukan dari sidang bagi orang dewasa.
(6) Putusan pengadilan dalam memeriksa perkara Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
6

Bagian Ketiga
Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Sidang

Paragraf I
Penyidikan

Pasal 21
1) Penyidikan terhadap Anak, dilakukan oleh Penyidik yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk
oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
2) Syarat-syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. telah berpengalaman sebagai penyidik tindak pidana yang dilakukan
oleh orang dewasa;
b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak;
c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang penyidik anak.
(3) Dalam hal belum terdapat penyidik yang memenuhi persyaratan pengangkatan sebagaimana
ditetapkan pada ayat (2), tugas penyidikan dilaksanakan oleh penyidik yang melakukan tugas
penyidikan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

Pasal 22
(1) Dalam melakukan penyidikan terhadap Anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran
dari Pembimbing Kemasyarakatan Anak, segera setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan.
(2) Dalam hal dianggap perlu dapat juga diminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli
kesehatan jiwa, ahli agama, atau petugas kemasyarakatan lainnya.

Paragraf 2
Penangkapan

Pasal 23
1) Penangkapan Anak dilakukan sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
2) Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan guna kepentingan
penyidikan untuk paling lama 1 (satu) hari.

Paragraf 3
Penahanan

Pasal 24
(1) Penahanan terhadap anak tidak dilakukan, kecuali berdasarkan pertimbangan kepentingan
terbaik bagi anak yang hanya dilakukan sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling
singkat.
(2) Alasan penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dinyatakan secara tegas dalam
surat perintah penahanan.
(3) Tempat tahanan anak harus dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa.
(4) Selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus tetap dipenuhi.

Pasal 25
1) Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan penyidikan, penyidik
dapat melakukan penahanan paling lama ½ (satu per dua) dari jangka waktu
penahanan orang dewasa.
2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila diperlukan guna
kepentingan penyidikan, atas permintaan Penyidik dapat diperpanjang oleh
Penuntut Umum untuk paling lama ½ (satu per dua) dari penahanan orang dewasa.
(3) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Penyidik harus sudah
menyelesaikan pemeriksaan tersangka.
7
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah berakhir maka Anak harus
segera dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
(5) Penahanan terhadap anak dilaksanakan di Rumah Tahanan Khusus Anak.
(6) Dalam hal tidak terdapat Rumah Tahanan Khusus Anak, penahanan dapat dilakukan di panti
yang dikelola oleh Departemen Sosial atau Dinas Sosial.

Pasal 26
1) Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum dapat
melakukan penahanan paling lama ½ (satu per dua) dari jangka waktu penahanan orang dewasa.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila diperlukan guna kepentingan
penuntutan, atas permintaan Penuntut Umum dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri
untuk paling lama ½ (satu per dua) dari penahanan orang dewasa.
(3) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Penuntut Umum harus
melimpahkan berkas perkara anak kepada Pengadilan Negeri.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah berakhir dan berkas belum
dilimpahkan ke Pengadilan Negeri, tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Pasal 27
1) Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
pengadilan, hakim dapat melakukan penahanan paling lama ½ (satu per dua) dari
jangka waktu penahanan orang dewasa.
2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila diperlukan guna
kepentingan pemeriksaan, dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri untuk
paling lama ½ (satu per dua) dari penahanan orang dewasa.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah berakhir dan Hakim belum
memberikan putusannya, maka Anak yang bersangkutan harus dikeluarkan dari tahanan demi
hukum.

Pasal 28
1) Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat
banding, hakim banding dapat melakukan penahanan paling lama ½ (satu per dua)
dari jangka waktu penahanan orang dewasa.
2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila diperlukan guna
kepentingan pemeriksaan, dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi untuk
paling lama ½ (satu per dua) dari penahanan orang dewasa.
3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah berakhir dan
Hakim Banding belum memberikan putusannya, maka Anak yang bersangkutan
harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Pasal 29
1) Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat
kasasi, hakim kasasi dapat melakukan penahanan paling lama ½ (satu per dua) dari
jangka waktu penahanan orang dewasa.
2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila diperlukan guna
kepentingan pemeriksaan, dapat diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung untuk
paling lama ½ (satu per dua) dari penahanan orang dewasa.
3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah berakhir dan
Hakim Kasasi belum memberikan putusannya, maka Anak yang bersangkutan
harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.

Pasal 30
(1) Dalam hal Anak yang ditahan pada setiap tingkat pemeriksaan mengalami sakit fisik/mental
yang berat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, dilakukan pembantaran di rumah
sakit.
(2) Pembantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperhitungkan sebagai masa
penahanan.

Pasal 31
1) Setiap Anak sejak saat ditangkap atau ditahan berhak mendapatkan bantuan hukum dari
Advokat selama dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan
8
dalam Undang-Undang ini.
2) Pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan wajib memberitahukan kepada
tersangka dan orang tua, wali, atau orang tua asuh, mengenai hak memperoleh bantuan
hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Setiap Anak yang ditangkap atau ditahan berhak berhubungan langsung dengan advokat dengan
diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penahanan Anak pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 4
Penuntutan

Pasal 33
(1) Penuntut Umum yang menangani perkara Anak ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung.
(2) Syarat-syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penuntut Umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah:
a.telah berpengalaman sebagai penuntut umum tindak pidana yang dilakukan oleh orang
dewasa;
b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak;
c.telah mengikuti pelatihan teknis penuntut umum anak.
(3) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu, tugas penuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibebankan kepada Penuntut Umum yang melakukan tugas penuntutan bagi tindak pidana
yang dilakukan oleh orang dewasa.

Pasal 34
Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan,
maka ia wajib segera melimpahkan perkara tersebut ke Pengadilan.

Paragraf 5
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

Pasal 35
(1) Dalam perkara Anak, Pembimbing Kemasyarakatan Anak, orang tua, wali, orang tua asuh,
dan/atau Advokat wajib hadir dalam persidangan.
(2) Dalam hal orang tua, wali, atau orang tua asuh berhalangan hadir dengan alasan yang sah
menurut hukum, maka pemeriksaan dapat dilanjutkan.

Pasal 36
1) Setelah Hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang tertutup untuk
umum, terdakwa dipanggil masuk beserta orang tua, wali, atau orang tua asuh,
Advokat, dan Pembimbing Kemasyarakatan Anak.
2) Selama dalam persidangan, terdakwa didampingi orang tua, wali, atau orang tua
asuh, Advokat, dan Pembimbing Kemasyarakatan Anak.

Pasal 37
(1) Setelah surat dakwaan dibacakan, Hakim memerintahkan agar Pembimbing Kemasyarakatan
Anak membacakan laporan penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan, tanpa
kehadiran anak. (Litmas diberikan sebelum penyusunan dakwaan)
(2) Laporan yang dibacakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:
a. latar belakang dan sebab-sebab dilakukannya tindak pidana, data pribadi Anak, keluarga,
pendidikan, kehidupan sosial, serta hal-hal yang dianggap perlu;
b. keadaan korban; dan
c. kesimpulan dan saran dari Pembimbing Kemasyarakatan Anak.
(PK bisa dimintakan konfirmasi oleh hakim saat sidang.. atas hasil Pknya..)

Pasal 38
1) Pada waktu memeriksa saksi, Hakim dapat memerintahkan agar terdakwa dibawa
keluar ruang sidang.
9
2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), saksi dan/atau
korban Anak dapat meminta kepada hakim untuk memberikan keterangan di depan
sidang pengadilan tanpa kehadiran terdakwa.
3) Pada waktu pemeriksaan saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua,
wali, atau orang tua asuh, Advokat, dan Pembimbing Kemasyarakatan Anak tetap
hadir.
4) Pemeriksaan terdakwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilanjutkan setelah
kepada terdakwa diberitahukan semua keterangan yang diberikan saksi dan/atau
korban anak pada waktu terdakwa berada di luar ruang sidang pengadilan.

Pasal 39
1) Sebelum membuat putusan, Hakim memberikan kesempatan kepada orang tua,
wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal yang bermanfaat
bagi Anak.
(2) Hakim wajib mempertimbangkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing
Kemasyarakatan Anak sebelum memutus perkara.
(3) Dalam hal kewajiban mempertimbangkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak dipenuhi, putusan batal demi hukum.
(4) Dalam hal tertentu, korban diberi kesempatan oleh Hakim untuk menyampaikan pendapat
tentang perkara yang bersangkutan.
(5) Putusan wajib diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

Pasal 40
(1) Salinan putusan pengadilan mengenai perkara Anak yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap wajib disampaikan oleh pengadilan kepada Anak yang
bersangkutan/Advokat/orangtua/walinya, Penuntut Umum, Pembimbing Kemasyarakatan Anak,
dan rumah tahanan khusus anak apabila ia ditahan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari.
(2) Apabila putusan pengadilan berisi pembebasan atau pelepasan dari tuntutan hukum, maka Anak
harus segera dibebaskan dari hukum.

Pasal 41
(1) Polisi, Jaksa, dan Hakim wajib mempertimbangkan perlindungan khusus bagi Anak yang
diperiksa karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat.
(2) Situasi darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi situasi pengungsian, kerusuhan,
bencana alam, dan konflik bersenjata.

BAB VI
PERLINDUNGAN ANAK YANG MENJADI
SAKSI DAN/ATAU KORBAN

Pasal 42
Selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan anak yang menjadi
saksi dan/atau korban berhak:
a. didampingi orangtua, wali, orangtua asuh, Advokat, atau pendamping
lainnya;
b. mendapatkan informasi tentang perkembangan kasus yang melibatkan
dirinya serta salinan putusan pengadilan;
c. meminta kepada Hakim ketua sidang agar sidang dilakukan tanpa kehadiran
terdakwa;
d. untuk diperiksa dalam sidang tertutup;
e. memberikan keterangan secara jarak jauh melalui alat komunikasi audio
visual (teleconference) dalam hal saksi dan/atau korban tidak dapat
dihadirkan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan;
f. untuk tidak dipublikasikan identitasnya sejak proses penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan dilakukan.

Pasal 43
Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap anak yang menjadi saksi
dan/atau korban dilakukan dalam ruang khusus dan tanpa memakai toga atau pakaian dinas.
10

Pasal 44
1) Anak yang menjadi saksi dan/atau korban tindak pidana berhak memperoleh restitusi dari
pelaku tindak pidana.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian restitusi diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

BAB VIII
PIDANA DAN TINDAKAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 45
Terhadap anak hanya dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-Undang
ini.

Bagian Kedua
Pidana

Pasal 46
(1) Pidana pokok bagi anak terdiri atas:
a. pidana dengan syarat:
1. pidana pembinaan di luar lembaga;
2. pidana kerja sosial; atau
3. pidana pengawasan;
b. pidana denda ; atau (diusulkan dihapus// )
c. pidana penjara.
(2) Pidana tambahan terdiri atas:
a. perampasan barang-barang tertentu dan/atau tagihan;
b. pembayaran ganti kerugian; atau (perlu catatan tentang non “material”)
c. pemenuhan kewajiban adat.

Pasal 47
1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak, paling lama ½ (satu per dua)
dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
2) Apabila Anak, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada
anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Pasal 48
Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada Anak, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum
ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa. (diusulkan dihapus)

Pasal 49
1) Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada Anak paling banyak ½ (satu per dua)
dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa.
2) Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata tidak dapat
dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja.
3) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama 90 (sembilan
puluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta
tidak dilakukan pada malam hari. (disisipkan kepadsal 46 .. denda)

Pasal 50
11
1) Pidana dengan syarat dapat dijatuhkan oleh Hakim, apabila pidana penjara yang
dijatuhkan paling lama 2 (dua) tahun. (DITANYAKAN KEPEMBUAT LOGIS/
ancaman pidana....)
2) Dalam putusan pengadilan mengenai pidana dengan syarat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan syarat umum dan syarat khusus.
3) Syarat umum ialah bahwa Anak tidak akan melakukan tindak pidana lagi selama
menjalani masa pidana dengan syarat.
4) Syarat khusus ialah untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang
ditetapkan dalam putusan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan Anak.
5) Masa pidana dengan syarat bagi syarat khusus lebih daripada masa pidana dengan
syarat bagi syarat umum.
6) Jangka waktu masa pidana dengan syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 3 (tiga) tahun.
7) Selama menjalani masa pidana dengan syarat, Jaksa melakukan pengawasan, dan
Pembimbing Kemasyarakatan Anak melakukan bimbingan agar Anak menepati
persyaratan yang telah dilakukan.
8) Anak yang menjalani pidana dengan syarat dibimbing oleh Balai Pemasyarakatan
dan berstatus sebagai Klien Pemasyarakatan.
(9) Selama Anak berstatus sebagai Klien Pemasyarakatan harus mengikuti wajib belajar 9
(sembilan) tahun.
(REDAKSI DIPERBAIKI)

Pasal 51
1) Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada Anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a angka 3, paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 2 (dua) tahun.
2) Apabila terhadap Anak, dijatuhkan pidana pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka Anak tersebut ditempatkan di bawah pengawasan Jaksa dan
bimbingan Pembimbing Kemasyarakatan Anak.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaan pidana
pengawasan diatur dengan Peraturan Pemerintah. (OVERLAPPING)

Pasal 52
Apabila Hakim memutuskan bahwa Anak diserahkan kepada pemerintah untuk mengikuti pendidikan
dan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Hakim dalam keputusannya
sekaligus menentukan lembaga tempat pendidikan dan pembinaan tersebut dilaksanakan.
(PP????)

Bagian Ketiga
Tindakan

Pasal 53
(1) Tindakan yang dapat dikenakan kepada Anak ialah:
a. perawatan di rumah sakit jiwa;
b. penyerahan kepada pemerintah; atau
c. penyerahan kepada seseorang.
(2) Tindakan yang dapat dikenakan terhadap Anak tanpa menjatuhkan pidana pokok adalah:
a. pengembalian kepada orang tua, wali, atau pengasuhnya;
b. penyerahan kepada Pemerintah;
c. penyerahan kepada seseorang;
d. keharusan mengikuti suatu latihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta;
e. pencabutan surat izin mengemudi;
f. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
g. perbaikan akibat tindak pidana;
h. rehabilitasi; dan/atau
i. perawatan di lembaga.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian tindakan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX
PETUGAS KEMASYARAKATAN
12

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 54
Petugas kemasyarakatan terdiri dari:
a. Pembimbing Kemasyarakatan Anak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;
b. Pekerja Sosial fungsional dari Departemen Sosial dan/atau Dinas Sosial; dan
c. Pekerja Sosial masyarakat dari Organisasi Sosial Kemasyarakatan.

(PK anak harus punya kualifikaspi ilebih tinggi... S-1/ pangkat tidak III B tastandartnya IIIA)
tinduk : bukan statrta pendidikan/ akademik : tapi untuk mendampingi anak >> skill nya..

Bagian Kedua
Pembimbing Kemasyarakatan Anak

Pasal 55
(1) Pembimbingan terhadap Anak dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan Anak pada
BAPAS. (Diarahkan Khusus ke ANAK/ spesifikasi)
(2) Syarat untuk dapat diangkat sebagai Pembimbing Kemasyarakatan Anak sebagai berikut:
a. berpendidikan paling rendah lulusan Diploma III bidang ilmu sosial atau yang setara,
atau telah berpengalaman kerja sebagai pembantu Pembimbing Kemasyarakatan Anak
bagi lulusan:
1. Sekolah Menengah kejuruan bidang Pekerjaan Sosial berpengalaman sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.
2. Sekolah Menengah Umum dan berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun.
b. sehat jasmani dan rohani;
c. pangkat paling rendah Pengatur Muda tk I (Golongan ruang II/b); (paling rendah II c)
e. mempunyai minat, perhatian dan dedikasi di bidang pembimbingan
kemasyarakatan/kesejahteraan sosial; dan
f. telah mengikuti pelatihan teknis pembimbing kemasyarakatan Anak.

Pasal 56
Pembimbing Kemasyarakatan Anak melakukan tugas:
a. membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk memperlancar kepentingan tugas
Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam perkara anak baik di dalam maupun di luar sidang
termasuk di dalam Lembaga Pemasyarakatan. (untuk langsung detail ke... kepentingan
penuntutan, putusan, laporn penyelidikan.. dll)
b. melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap Anak yang berdasarkan putusan pengadilan
dijatuhi pidana bersyarat, pidana kerja sosial, pidana pengawasan, latihan kerja pengganti pidana
denda, dan/atau yang memperoleh asimilasi, cuti menjelang bebas, dan pembebasan bersyarat
dari LAPAS Anak.
c. melakukan bimbingan, pendampingan dan pengawasan terhadap Anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, Pasal 39, dan Pasal 46.

Pasal 57
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat, tugas, dan tanggung jawab bagi pembimbing kemasyarakatan
Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) dan Pasal 56 diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Pekerja Sosial

Pasal 58
(1) Pekerja Sosial dari Organisasi Sosial Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
huruf c adalah mitra kerja Pembimbing Kemasyarakatan Anak dan Pekerja Sosial Departemen
13
Sosial/Dinas Sosial dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.
(2) Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan baik di dalam maupun di luar
sidang Anak;
(3) Pekerja sosial dari Departemen Sosial/Dinas Sosial bertugas untuk melakukan pembinaan pada
anak yang telah menjalani diversi.

Pasal 59
1) Pekerja Sosial harus mempunyai keahlian atau keterampilan khusus dalam bidang pekerjaan
sosial dan minat untuk membina, membimbing, dan membantu anak demi kelangsungan hidup,
perkembangan fisik, mental, sosial, dan perlindungan terhadap Anak.
2) Pekerja Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat dan menyampaikan laporan
kepada Pembimbing Kemasyarakatan Anak mengenai hasil bimbingan, bantuan, dan pembinaan
terhadap anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau tindakan.

BAB X
HAKIM PENGADILAN ANAK

Bagian Kesatu
Hakim Tingkat Pertama

Pasal 60
Hakim ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan
Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi.

Pasal 61
Syarat-syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 adalah:
a. telah berpengalaman sebagai hakim di pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Umum;
b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; dan
c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Pasal 62
1) Hakim memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama sebagai hakim
tunggal.
2) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu, Ketua Pengadilan Negeri dapat
menetapkan pemeriksaan perkara anak dilakukan dengan hakim majelis.
(3) Hakim dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera
pengganti.

Bagian Kedua
Hakim Banding

Pasal 63
Hakim Banding ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Makamah Agung atas usul Ketua
Pengadilan Tinggi yang bersangkutan.

Pasal 64
Syarat-syarat yang berlaku untuk Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, berlaku pula untuk
Hakim Banding.

Pasal 65
1) Hakim Banding memeriksa dan memutus perkara Anak dalam tingkat banding sebagai hakim
tunggal.
2) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu, Ketua Pengadilan Tinggi dapat menetapkan pemeriksaan
perkara Anak dilakukan dengan hakim majelis.
14
3) Hakim Banding dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera
pengganti

Pasal 66
Ketua Pengadilan Tinggi memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap jalannya peradilan di
dalam daerah hukumnya agar sidang Anak diselenggarakan sesuai dengan Undang-Undang ini.

Bagian Ketiga
Hakim Kasasi

Pasal 67
Hakim Kasasi ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung

Pasal 68
Syarat-syarat yang berlaku untuk Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, berlaku pula untuk
Hakim Kasasi.

Pasal 69
1) Hakim Kasasi memeriksa dan memutus perkara Anak dalam tingkat kasasi sebagai
hakim tunggal.
2) Dalam hal tertentu dan dipandang perlu, Ketua Makamah Agung dapat menetapkan
pemeriksaan perkara Anak dilakukan dengan hakim majelis.
(3) Hakim Kasasi dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera
pengganti.

Pasal 70
Pengawasan tertinggi atas sidang Anak dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Bagian Keempat
Peninjauan Kembali

Pasal 71
Terhadap putusan pengadilan mengenai perkara Anak yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat dimohonkan peninjauan kembali oleh Anak dan atau orang tua, wali, orang tua asuh, atau
Advokatnya kepada Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Bagian Kelima
Wewenang Sidang Anak

Pasal 72
Sidang Anak berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dalam hal
perkara Anak.

BAB XI

PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN ANAK

Pasal 73
1) Anak yang dijatuhi pidana penjara ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak.
2) Anak yang ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak berhak memperoleh
pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(PEMERINTAH WAJIB MENYELENGARAKAN PENDIDIKAN DIDALAM LPKA)


15
Pasal 74
1) Anak Didik Pemasyarakatan yang belum selesai menjalani pidananya di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak dan telah mencapai usia 18 (delapan belas) tahun
dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Pemuda sampai mencapai usia 21 (dua
puluh satu) tahun.
(bagaimana dengan daerah yg tidak ada LPKA nya?? diselipkan diayat (2) agar
dititipka ke LP dewasa)
klausulnya perlu ada kerjasama dengan komunitas pendidikan../ dinas pendidilan
dll
--- LP anak membuat program pendidikan : bisa diambil dr APBN/ DIPA.. sama
dengan BAPAS: tahun depan (biaya litmas, pengawasan, persdinagan dll) :
persoalan teknis.. dll)

(2) Apabila Anak Didik Pemasyarakatan telah mencapai usia 21 tahun tetapi belum selesai
menjalani pidananya, Anak Didik Pemasyarakatan tersebut dipindahkan ke Lembaga
Pemasyarakatan Dewasa dengan memperhatikan kesinambungan pembinaan Anak.

Pasal 75
1) Anak Didik Pemasyarakatan yang telah menjalani pidana penjara 1/2 (satu perdua)
dari pidana yang dijatuhkan yang sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan
berkelakuan baik, dapat diberikan pembebasan bersyarat.
2) Anak Didik Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah
pengawasan Jaksa dan pembimbingan oleh Pembimbing Kemasyarakatan Anak.
3) Pembebasan bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan masa
percobaan yang lamanya sama dengan sisa pidana yang harus dijalankannya.
4) Dalam pembebasan bersyarat ditentukan syarat umum dan syarat khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) dan ayat (4).
5) Pengamatan terhadap pelaksanaan bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan.
(6) Selama menjalankan pembebasan bersyarat, bimbingan dilaksanakan oleh BAPAS dan
pengawasan oleh Jaksa.

Pasal 76
Dalam rangka pembinaan dan pembimbingan terhadap Anak, Lembaga Pendidikan Khusus Anak dan
BAPAS bekerjasama dengan instansi pemerintah, pemerintah daerah, organisasi sosial
kemasyarakatan, lembaga pendidikan, atau perorangan.

Pasal 77
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pembimbingan terhadap anak diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

BAB XII
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 78
Masyarakat dapat berperan serta dalam perkara anak yang berhadapan dengan hukum:
a. untuk menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak anak kepada pihak yang berwenang;
b. mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan anak yang
berhadapan dengan hukum;
c. melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai anak yang
berhadapan dengan hukum;
d. melakukan pemantauan terhadap perkara-perkara anak yang berhadapan dengan hukum;
e. melakukan sosialisasi mengenai hak-hak anak serta peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan anak yang berhadapan dengan hukum.

BAB XIII
KETENTUAN SANKSI
16

Pasal 79
Setiap orang yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (melanggar
persyaratan Diversi dan Restorative Justice), Pasal 15 (membuka kerahasiaan identitas), dikenakan
sanksi sebagai berikut: ...
Catatan :
Akan dibahas kemudian.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 80
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua perkara anak pada setiap tahapan pemeriksaan
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang ini, kecuali yang telah sampai pada tahap pemeriksaan di
sidang pengadilan.

Pasal 81
Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Anak Negara yang masih berada di Lembaga Pemasyarakatan
Anak diserahkan kepada Departemen/Dinas Sosial sampai berakhirnya masa pembinaan.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 82
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor..., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor...) tentang Pengadilan Anak dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

Pasal 83
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lambat 1(satu) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 84
Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan, Rumah
Pembinaan Khusus Anak dan Rumah Tahanan Khusus Anak harus sudah tersedia.

Pasal 85
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan


penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal …

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


17
REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …

RANCANGAN PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ….TAHUN ….
TENTANG
PERADILAN PIDANA ANAK

I. UMUM

Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita


perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka
mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta
memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan
pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan
membahayakan mereka dan bangsa di masa depan. Dalam berbagai hal upaya pembinaan
dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada permasalahan dan tantangan dalam masyarakat
dan kadang-kadang dijumpai penyimpangan perilaku di kalangan anak, bahkan lebih dari itu
terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, tanpa mengenal status sosial
dan ekonomi. Di samping itu, terdapat pula anak, yang karena satu dan lain hal tidak
mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Karena keadaan diri yang tidak memadai tersebut, maka baik sengaja maupun tidak sengaja
sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku yang dapat merugikan dirinya dan
atau masyarakat.
Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif
18
dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan
informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup
sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan
masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.
Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang,
asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri,
serta pengawasan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus
pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan
pribadinya.
Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah
laku Anak Nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifatnya
yang khas. Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannya
berdasarkan pikiran, perasaan, dan kehendaknya, tetapi keadaan sekitarnya dapat
mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, dalam menghadapi masalah Anak Nakal, orang
tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan,
pendidikan, dan pengembangan perilaku anak tersebut.
Hubungan antara orang tua dengan anaknya merupakan suatu hubungan
yang hakiki, baik hubungan psikologis maupun mental spiritualnya. Mengingat ciri dan sifat
anak yang khas tersebut, maka dalam menjatuhkan pidana atau tindakan terhadap Anak
Nakal diusahakan agar anak dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya. Apabila karena
hubungan antara orang tua dan anak kurang baik, atau karena sifat perbuatannya sangat
merugikan masyarakat sehingga perlu memisahkan anak dari orang tuanya, hendaklah tetap
dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mata demi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara sehat dan wajar.
Di samping pertimbangan tersebut di atas, demi pertumbuhan dan
perkembangan mental anak, perlu ditentukan pembedaan perlakuan didalam hukum acara
dan ancaman pidananya. Dalam hubungan ini pengaturan pengecualian dari ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang lama
pelaksanaan penahanannya ditentukan sesuai dengan kepentingan anak dan pembedaan
ancaman pidana bagi anak yang ditentukan oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
penjatuhan pidananya ditentukan 1/2 (satu per dua)dari maksimum ancaman pidana yang
dilakukan oleh orang dewasa, sedangkan penjatuhan pidana mati dan pidana penjara seumur
hidup tidak diberlakukan terhadap anak.

Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam Undang- undang ini
dimaksudkan untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat
menyongsong masa depannya yang masih panjang. Selain itu, pembedaan tersebut
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak agar melalui pembinaan akan
diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, dan berguna
bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam Undang-undang ini
ditentukan berdasarkan perbedaan usia anak, yaitu bagi anak yang masih berusia 8 (delapan)
sampai 12 (dua belas) tahun hanya dikenakan tindakan, seperti dikembalikan kepada orang
tuanya, ditempatkan pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada Negara, sedangkan
terhadap anak yang telah mencapai usia di atas 12 (dua belas) sampai 18 (delapan belas)
tahun dijatuhkan pidana. Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental, dan sosial anak.
Mengingat ciri dan sifat yang khas pada anak dan demi perlindungan
terhadap anak, maka perkara Anak Nakal, wajib disidangkan pada Pengadilan Anak yang
berada di lingkungan Peradilan Umum. Dengan demikian, proses peradilan perkara Anak
Nakal dari sejak ditangkap, ditahan, diadili, dan pembinaan selanjutnya, wajib dilakukan
oleh pejabat khusus yang benar-benar memahami masalah anak.
Dalam penyelesaian perkara Anak Nakal, Hakim wajib
mempertimbangkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan yang dihimpun oleh
Pembimbing Kemasyarakatan mengenai data pribadi maupun keluarga dari anak yang
bersangkutan. Dengan adanya hasil laporan tersebut, diharapkan Hakim dapat memperoleh
gambaran yang tepat untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya bagi anak yang
bersangkutan.
Putusan hakim akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya dari anak yang
19
bersangkutan, oleh sebab itu Hakim harus yakin benar, bahwa putusan yang diambil akan
dapat menjadi salah satu dasar yang kuat untuk mengembalikan dan mengantar anak menuju
masa depan yang baik untuk mengembangkan dirinya sebagai warga yang bertanggung
jawab bagi kehidupan keluarga, bangsa dan negara.
Untuk lebih memantapkan upaya pembinaan dan pemberian bimbingan
bagi Anak Nakal yang telah diputus oleh Hakim, maka anak tersebut ditampung di Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Berbagai pertimbangan tersebut di atas serta dalam rangka
mewujudkan peradilan yang memperhatikan perlindungan dan kepentingan anak, maka perlu
diatur ketentuan-ketentuan mengenai penyelenggaraan peradilan yang khusus bagi anak
dalam lingkungan Peradilan Umum.
Dengan demikian, Sistem Peradilan Pidana Anak diharapkan memberikan
arah yang tepat dalam pembinaan dan perlindungan terhadap anak.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “orang tertentu lainnya” misalnya, guru, sahabat, dan
orang terdekat lainnya.
Rumuskan kembali hak-hak anak dengan mengawinkan instrumen nasional dan
internasional yang sudah ada (UU 39/1999 (Pasal 66), UU 23/2002 (Pasal 16-
18 dan Pasal 64), Keppres 36/1990, Beijing Rules, Havana Rules)
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.

] Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
20
Ayat (1)
Diversi tidak dimaksudkan untuk dilaksanakan terhadap pelaku tindak pidana
yang serius, misalnya: pembunuhan, pemerkosaan, narkoba (pengedar),
terorisme, yang diancam pidana diatas 5 (lima) tahun.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas

Pasal 13
Cukup jelas

Pasal 14
Yang dimaksud dengan “memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak” ádalah …
dikaitkan dengan Diversi.
Ketentuan dalam Pasal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana kekeluargaan pada
Sidang Anak

Pasal 15
Yang dimaksud dengan “pemberitaan” dalam ketentuan ini mengenai perkara yang
melibatkan anak baik di media cetak maupun elektronik.

Pasal 16
Ayat (1)
Sesuai dengan asas praduga tak bersalah, maka seorang Anak yang sedang
dalam proses peradilan tetap dianggap sebagai tidak bersalah sampai adanya
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Batas usia 12 (dua
belas) tahun bagi Anak untuk dapat diajukan ke Sidang Anak didasarkan pada
pertimbangan sosiologis, psikologis, dan pedagogis, bahwa anak yang belum
mencapai usia 12 (dua belas) tahun dianggap belum dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bagi anak yang sudah kawin dan Belum berusia 18 (delatan belas) tahun tetap
diberikan hak-hak dan kewajiban keperdataan sebagai orang dewasa, kecuali
berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan bahwa usia
dewasa dicapai lebih awal
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik terhadap anak yang
melakukan tindak pidana sebelum mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetap
diterapkan asas praduga tak bersalah. Penyidikan terhadap anak dilakukan
untuk apakah anak melakukan tindak pidana seorang diri atau ada unsur
pengikutsertaan (deelneming) dengan anak yang berusia di atas 12 (dua belas)
tahun atau dengan orang dewasa.
21
Dalam ketentuan ini, pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan Anak
pada BAPAS berupa laporan penelitian kemasyarakatan yang merupakan
persyaratan wajib, sebelum penyidik memutuskan untuk menyerahkan anak
kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, atau instansi yang menangani
bidang kesejahteraan sosial baik di tingkat pusat maupun daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Ketentuan dalam Pasal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Undang-undang ini
memberikan perlakuan khusus terhadap anak, dalam arti harus ada pemisahan
perlakuan terhadap anak dan perlakuan terhadap orang dewasa, atau terhadap Anggota
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dalam perkara koneksitas. Yang dimaksud
dengan "Mahkamah Militer" adalah pengadilan di lingkungan Peradilan Militer.

Pasal 20
Ayat (1)
Pemeriksaan perkara anak dilakukan dalam sidang tertutup untuk melindungi
kepentingan anak.
Ayat (2)
Pada prinsipnya pemeriksaan perkara anak harus dilakukan secara tertutup.
Walaupun demikian dalam hal tertentu dan dipandang perlu, Hakim dapat
menetapkan pemeriksaan perkara dilakukan secara terbuka, tanpa mengurangi
hak anak. Hal tertentu dan dipandang perlu tersebut antara lain karena sifat dan
keadaan perkara harus dilakukan secara terbuka. Suatu sifat perkara akan
diperiksa secara terbuka misalnya perkara pelanggaran lalu lintas, sedangkan
dilihat dari keadaan perkara misalnya pemeriksaan perkara di tempat kejadian
perkara.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "orang-orang tertentu" antara lain psikolog, tenaga
pendidik, ahli agama, tenaga peneliti, dan mahasiswa yang mengadakan riset.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Tanpa mengurangi hak yang dijamin dalam peraturan perundang-undangan atau
kode etik penyiaran berita, pemberitaan mengenai hal yang terkait dengan
perkara anak perlu dibatasi. Oleh karena itu, sejak penyidikan sampai sebelum
putusan pengadilan dijatuhkan, nama pihak-pihak yang terkait dengan perkara
anak digunakan singkatan.
Ayat (6)
Meskipun pemeriksaan perkara Anak dilakukan dalam sidang tertutup, namun
putusan Hakim sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan
22
memahami masalah anak" adalah memahami:
1) pembinaan anak yang meliputi pola asuh keluarga, pola
pembinaan sopan santun, disiplin anak, serta melaksanakan
pendekatan secara efektif, afektif, dan simpatik;
2) pertumbuhan dan perkembangan anak; dan
3) berbagai tata nilai yang hidup di masyarakat yang mempengaruhi
kehidupan anak.

Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hal tertentu" adalah dalam hal belum terdapat penyidik
anak yang persyaratan pengangkatannya sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang ini. Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar penyidikan
tetap dapat dilaksanakan, walaupun di daerah tersebut belum ada penunjukan
penyidik anak, sedangkan penyidik lain dalam huruf b adalah Penyidik Pegawai
Negeri Sipil yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "1 (satu) hari" adalah satu kali 24 (dua puluh empat)
jam.

Pasal 24
Ayat (1)
Pada dasarnya penahanan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan, namun
penahanan terhadap anak harus pula memperhatikan kepentingan anak yang
menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental, maupun
sosial anak dan kepentingan masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Kebutuhan rohani anak termasuk kebutuhan intelektual anak.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kepentingan pemeriksaan" adalah kepentingan
pemeriksaan dalam rangka penuntutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
23
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pembantaran” adalah penempatan seorang anak yang
berada dalam status tahanan di rumah sakit, untuk dirawat yang jangka
waktunya tidak diperhitungkan sebagai masa tahanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan ini tidak mengurangi hak orang tua, wali, orang tua asuh, atau
petugas kemasyarakatan untuk berhubungan langsung dengan anak yang
ditangkap atau ditahan.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan
memahami masalah anak" adalah memahami:
1) pembinaan anak yang meliputi pola asuh keluarga, pola
pembinaan sopan santun, disiplin anak, serta melaksanakan
pendekatan secara efektif, afektif, dan simpatik;

2) pertumbuhan dan perkembangan anak; dan


3) berbagai tata nilai yang hidup di masyarakat yang mempengaruhi
kehidupan anak.

Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "hal tertentu" adalah dalam hal belum terdapat penuntut
umum anak yang persyaratan pengangkatannya sebagaimana ditentukan dalam
Undang-undang ini. Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan agar penuntutan
tetap dapat dilaksanakan, walaupun di daerah tersebut belum ada penunjukan
penuntut umum anak.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Meskipun pada prinsipnya tindak pidana merupakan tanggung jawab terdakwa sendiri,
tetapi karena dalam hal ini terdakwanya adalah anak, maka tidak dapat dipisahkan
dengan kehadiran orang tua, wali, atau orang tua asuh.

Pasal 36
Cukup jelas.
24

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Ayat (1)
Terdakwa dibawa ke luar sidang dimaksudkan untuk menghindari adanya hal
yang mempengaruhi jiwa anak.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "wajib" dalam ayat ini adalah apabila ketentuan ini
tidak dipenuhi, mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "maksimum ancaman pidana penjara bagi orang
dewasa" adalah maksimum ancaman pidana penjara terhadap tindak pidana
yang dilakukan sesuai dengan yang ditentukan dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana atau Undang-undang lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 48
25
Yang dimaksud dengan "maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa"
adalah maksimum ancaman pidana kurungan terhadap tindak pidana yang dilakukan
sesuai dengan yang ditentukan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau
Undang-undang lainnya.

Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa"
adalah maksimum ancaman pidana denda terhadap tindak pidana yang
dilakukan sesuai dengan yang ditentukan dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana atau Undang-Undang lainnya.
Ayat (2)
Wajib latihan kerja dimaksudkan sebagai pengganti pidana denda yang
sekaligus untuk mendidik anak yang bersangkutan agar memiliki keterampilan
yang bermanfaat bagi dirinya.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "syarat khusus" antara lain, tidak boleh mengemudikan
kendaraan bermotor, atau diwajibkan mengikuti kegiatan yang diprogramkan
Balai Pemasyarakatan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.

Pasal 51
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pidana pengawasan" adalah pidana yang khusus
dikenakan untuk anak, yakni pengawasan yang dilakukan oleh Jaksa terhadap
perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah anak tersebut, dan
pemberian bimbingan yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 52
Keharusan mengikuti pendidikan dan pembinaan, khusus dikenakan kepada Anak
Nakal yang tidak atau kurang mengenal disiplin dan ketertiban dalam kehidupan
sehari-hari.

Pasal 53
Ayat (1)
Huruf a
Tindakan ini diberikan kepada Anak yang pada waktu melakukan tindak
pidana menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa, atau retardasi mental
26
(sesuai dengan Pasal 40 dan Pasal 41 R KUHP).
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "hal tertentu" adalah apabila ancaman pidana atas
tindak pidana yang dilakukan anak yang bersangkutan lebih dari 5 (lima) tahun
dan sulit pembuktiannya.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Yang dimaksud dengan "bimbingan" adalah pengarahan dan petunjuk, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim, dari Ketua Pengadilan Tinggi kepada Hakim di daerah
27
hukumnya, apabila Hakim tidak melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur yang
ditentukan dalam Undang-undang ini.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 73
Ayat (1)
Apabila di dalam suatu daerah belum terdapat Lembaga Pemasyarakatan Anak
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, maka Anak dapat ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan
yang penempatannya terpisah dari orang dewasa.
Ayat (2)
Hak yang diperoleh Anak selama ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan
Anak sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Dalam pemberian hak tersebut tetap perlu diperhatikan
pembinaan bagi anak yang bersangkutan, antara lain mengenai pertumbuhan
dan perkembangan baik fisik, mental, maupun sosial anak.

Pasal 74
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penempatan Anak di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan dengan menyediakan
blok tertentu bagi mereka yang telah mencapai usia 18 (delapan belas) tahun
sampai 21 (dua puluh satu) tahun.

Pasal 75
Cukup jelas

Pasal 76
Yang dimaksud dengan “instansi pemerintah” antara lain, Departemen Sosial/Dinas
Sosial, Departemen/Dinas Tenaga Kerja, Departemen/Dinas Pendidikan Nasional,
Departemen Agama, Departemen/Dinas Perindustrian, dan Departemen/Dinas
Kesehatan.

Pasal 77
Cukup jelas

Pasal 78
Cukup jelas.
28

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Cukup jelas.

Pasal 81
Cukup jelas.

Pasal 82
Cukup jelas.

Pasal 83
Cukup jelas.

Pasal 84
Cukup jelas.

Pasal 85
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...

Anda mungkin juga menyukai