Pengertian
2. Prinsip Dasar
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan
bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan
ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan
ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas
asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator pada tabung gas
asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,
dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan
regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,
yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka
menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal
lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun
pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena
minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam
tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar
tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain
gas juga memiliki tekanan.
c. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap
bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS,
tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada
serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam
ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakara yang terjadi pada
AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung
dengan ducting
d. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat
iniberfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh
AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring
udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan
posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan
memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah,
oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini,
sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap
air akan terserap ke lap.
e. Burner
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat
melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi
ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva
yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga
dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala,
menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian
menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api.
Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan
tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah
jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
HIMPUNAN MAHASISWA
PENDIDIKAN KIMIA
BLOg ini menampiLkan aLL aBout HIMDIKA FKIP UNTAN n info kimIa
terkait
• Inicio
• Entradas RSS
• Comentarios RSS
• Edit
Penyerapan cahaya oleh atom pada panjang gelombang tertentu tergantung jenis
unsurnya.
Peralatan:
Atomiser nyala
3. Monokromator
Monokromator celah dan kisi difraksi.
Kesulitan : monokromator tidak dapat menghalangi radiasi nyala menuju detector.
Radiasi nyala dan radiasi yang diteruskan akan bergabung menuju detector.
4. Detektor
Fungsi : mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik
Umum digunakan : tabung penggandaan foton ( PMT = Photo Multiplier Tube
Detector)
Analisa Kuantitatif
Kelebihan AAS:
1. Proses analisisnya cepat
2. Ketelitiannya sampai tingkat runut
3. tidak memerlukan pemisahan pendahuluan
Faktor kimia:
a. Disosiasi tak sempurna dari senyawa-senyawa
Pembentukan senyawa refraktori, spt : kalsium fosfat, syw-syw fosfat, silikat,
aluminat, dan oksida-oksida dari logam alkali tanah dan Mg.
Contoh : analisis logam kalsium, jika terdapat silikat dalam larutan maka akan
terjadi:
CaO + MO.SiO2 CaO(SiO2)x + hasil reaksi lainnya
Penanggulangan:
- Penggunaan nyala yang lebih tinggi suhunya
- Penambahan unsur pembebas (releasing agent)
Contoh: Sr dan La, akan mengikat fosfat
- Ekstraksi unsur pengganggu atau unsure yang akan dianalisa
Koreksi terhadap adanya penyerapan non atomic dapat dilakukan dengan cara:
1. Absorban cuplikan diukur seperti biasa dengan menggunakan lampu hollow
katoda
2. Dilakukan lagi pengukuran absorban pada pjg gelombang yang sama tetapi
menggunakan sinar lampu hydrogen, sehingga yang diukur adalah absorban non
atomic
3. Absorban atomic = selisih hasil pengukuran 1 dan 2.
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Panjang gelombang: UV = 190-380 nm Vis = 380-780 nm
Auksokrom = gugus fungsional yang memiliki electron bebas, seperti –OH, O-,
NH2, OCH3 yang memberikan transisi n δ*
Batokromik = pergeseran serapan maksimum kearah panjang gelombang yang
lebih panjang (energi lebih rendah)(pergeseran merah)
Hipsokromik = pergeseran serapan maksimum ke arah panjang gelombang yang
lebih pendek (pergeseran biru)
Pergeseran hiperkromik = peningkatan absorpsivitas kromofor karena
penambahan substituen ke
dalam molekul
Pergeseran hipokromik = penurunan absorpsivitas kromofor
Dilihat dari system optic spektrofotometer dapat digolongkan dalam tiga macam
yaitu:
1. system optic berkas tunggal (single beam)
2. Sistem optic radiasi berkas ganda (double beam)
3. Sistem optic radiasi berkas terpisah (splitter beam)
Komponen peralatan
1. Sumber Radiasi
Dapat berupa:
1. Lampu deuterium
Dapat digunakan pada pjg gelombang = 190 nm-380 nm
Umur pemakaian sekitar 500 jam pemakaian
2. Lampu tungsten = tungsten-iodin
Merupakan campuran dari filament tungstendan gas iodine (halogen)
Untuk pengukuran pada daerah Vis = 380-900 nm
Umur = 1000 jam pemakaian
3. Lampu merkuri
Untuk mengecek atau kalibrasi pjg gel. pd spektro. UV-Vis pada 365 nm serta
mengecek resolusi dari monokromator
2. Monokromator
Fungsi = mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang
memancarkan polikromatis
Terdiri dari : celah (slit) masuk, filter optic, prisma kisi (grating
3.Sel atau kuvet
Kuvet ada dua yaitu : kuvet permanent (terbuat dari gelas atau leburan silica) dan
kuvet disposable (dari plastic atau Teflon).
Kuvet dari leburan silica dapat digunakan = 190-1100 nm
Kuvet dari bahan gelas = 380-1100 nm
4. Detektor
Beberapa macam detector:
1. Detektor fotosel
2. Detektor tabung foton Hampa
3. Detektor tabung penggandaan foton
4. Detektor photo Diode-Array, detekto dg teknologi tinggi
Kedua spectra adalah identik jika harga MF = 900-1000, tidak identik jika < 900.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Dasar : perhitungan pergeseran panjang gelombang maksimum karena adanya
penambahan gugus pada system kromofor
1. Diena terkonyugasi
Contoh:
Latihan
H Br
CH3CH2 – C = C – C = O
CH3
3. Karbonil aromatik
Diposkan oleh Tridharma di
Materi Ajar :
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM
Disusun Oleh :
Jamaludin Al Anshori, S.Si.
Staf Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Lingkungan
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Padjadjaran
Dalam Rangka Kerjasama antara
Kappatheta dan Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Lingkungan
Jurusan Kimia FMIPA Unpad
PANITIA PENYELENGGARA
PELATIHAN INSTRUMENTASI ANALISA KIMIA
DESEMBER 2005
1
SPEKTROSKOPI
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara radiasi
elektromagnetik dan
materi.
RADIASI ELEKTROMAGNETIK
• Merupakan suatu bentuk energi yang terpancarkan melalui ruang dengan
kecepatan yang
sangat tinggi, meliputi sinar gamma, sinar X, sinar ultraviolet, sinar tampak,
sinar infra merah,
microwave dan gelombang radio.
• Memilki sifat dualistik antara sifat gelombang (seperti panjang gelombang,
frekuensi,
kecepatan dan amplitudo) dan sifat partikel (seperti absorbsi dan emisi energi
radiasi).
• Sebagai gelombang radiasi elektromagnetik terdiri atas komponen magnetik
yang saling tegak
lurus.
• Sebagai partikel radiasi elektromagnetik dipandang sebagai pancaran foton,
membawa
kuantum energi tertentu. Besarnya kuantum energi foton bebanding lurus
dengan frekuensi
menurut persamaam kuantum Planck
ε = hv ε : energi radiasi
h : konstanta Planck = 6,63 x 10 27 erg sec
v : frekuensi
Oleh karena v = c/λ, maka persamaan tersebut sering ditulis ε = hc/ λ,
dengan c : kecepatan = 3,0 x
10 10 cm/sec, dan λ : panjang gelombang.
MATERI DAN ENERGI
• Dalam spektroskopi, materi dibedakan menjadi:
Materi dalam bentuk atom (Atomic spectroscopy)
Materi dan bentuk molekul (Molecular spectroscopy)
• Dalam materi terkandung ENERGI, yaitu potensi untuk melakukan kerja.
Energi dalam materi
karena adanya gaya interaksi dalam materi itu:
2
Dalam atom:
- inti atom Nuclear Energy ~MeV
- inti elektron Electronic Energy ~eV
- translasi Translational Energy ~kecil
Dalam Molekul :
- inti atom Nuclear Energy ~MeV
- inti elektron Electronic Energy ~Ev
- vibrasi molekular Vibration energy ~kal
- rotasi molekular Rotational Energy ~0,01 kal
- translasi Translational Energy ~kecil
• Energi internal suatu sistem adalah energi total dalam system itu
U = Uinti + Uelek + Uvib + Urot + Utrans
INTERAKSI RADIASI ELEKTROMAGNETIK DENGAN
MATERI
• Hukum Termodinamika I tentang Kekekalan Energi
q
3
w = p ΔV
U1
ΔU
Uo
q = ΔU + p ΔV
• Dalam spektroskopi
hν
4
w = p ΔV
U1
ΔU
Uo
Transisi
• Syarat : Transisi hanya akan terjadi bila dan hanya bila
hν = ΔV
dengan : Δ U = U1 - Uo
U1 : excited state
Uo : ground state
� BEBERAPA CONTOH SPEKTROSKOPI
SPEKTROSKOPI UV – TAMPAK
SPEKTROSKOPI IR
SPEKTROSKOPI ABSORPSI ATOM
SPEKTROSKOPI FLUORESENSI SINAR X
� APLIKASI PRAKTIS DALAM ANALISIS KIMIA
SPEKTROSKOPI : ANALISIS KUALITATIF
SPEKTROMETRI : ANALISIS KUANTITATIF
5
� BEBERAPA CONTOH TRANSISI
o Sinar γ TRANSISI NUKLIR Δ UINTI : ~ MeV
o Sinar X TRANSISI ELEKTRONIK Δ UELEK : ~ eV
o Sinar UV TRANSISI ELEKTRONIK Δ UELEK : ~ eV
o Sinar Tampak TRANSISI ELEKTRONIK Δ UELEK : ~ eV
o Sinar IR TRANSISI VIBRASI Δ UVIB : ~ kal
� MACAM INTERAKSI
ABSORPSI
EMISI
FLUORESENSI
� JENIS SPEKTROSKOPI MENURUT RADIASI ELEKTROMAGNETIK YANG
DIGUNAKAN
SPEKTROSKOPI SINAR γ
SPEKTROSKOPI SINAR X
SPEKTROSKOPI SINAR UV
SPEKTROSKOPI SINAR TAMPAK
SPEKTROSKOPI SINAR IR
� JENIS SPEKTROSKOPI MENURUT MATERI YANG DILIBATKAN
SPEKTROSKOPI ATOMIK
SPEKTROSKOPI MOLEKULER
� JENIS SPEKTROSKOPI MENURUT INTERAKSI YANG DILIBATKAN
SPEKTROSKOPI ABSORPSI
SPEKTROSKOPI EMISI
SPEKTROSKOPI FLUORESENSI
6
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM
I. Spektrometri Serapan Atom
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan
banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau
molekul analit. Salah satu
bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan
metode analisis unsur
secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
Wollaston
menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian
diselidiki lebih lanjut oleh
Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa
garis Fraunhofer ini
diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini
kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam
alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari
absorpsi dan emisi
suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan
panjang gelombang
tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan
melepas suatu jumlah
energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955,
ketika publikasi yang ditulis
oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA
direkomendasikan sebagai
metode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu
sel yang
mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan
intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas
logam yang berada
dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
1. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium
transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang
mengabsorpsi.
2. Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
It = Io.e-(εbc), atau
A = - Log It/Io = εbc
Dimana : Io = Intensitas sumber sinar
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Absortivitas molar
b = Panjang medium
c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = Absorbans.
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan
konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang
menghasilkan atomatom
gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem optik untuk
pengukuran sinyal. Suatu
skema umum dari alat SSA adalah sebagai berikut:
nyala
sumber
cahaya monokromator detektor penguat
bahan bakar
udara
tampilan
wadah
contoh
Gambar 1 Skema Umum Komponen pada Alat SSA (sumber: Haswel, 1991)
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang
lain, contoh harus
diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal dengan
istilah atomisasi, pada
proses ini contoh diuapkan dan didekomposisi untuk membentuk atom dalam
bentuk uap.
Secara umum pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-
tahapan sebagai
berikut :
a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan
meninggalkan residu padat.
7
b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom-atom
penyusunnya yang mulamula
akan berada dalam keadaan dasar.
c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih
tinggi dan akan
mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu memancarkan energi.
S pengisatan
M+ X- M+X- MX
Larutan Kabut padatan
8
penguapan
disosiasi
M(gas) + X (gas)
MX
gas
Gambar 2 Tahapan Umum Atomisasi yang Terjadi pada SSA (Basset, et.al.
1994)
1.1 Sel Atom
Terdapat dua tahap utama yang terjadi dalam sel atom pada alat SSA dengan
sistem
atomisasi nyala. Pertama, tahap nebulisasi untuk menghasilkan suatu bentuk
aerosol yang halus dari
larutan contoh. Kedua, disosiasi analit menjadi atom-atom bebas dalam
keadaan gas.
Berdasarkan sumber panas yang digunakan maka terdapat dua metode
atomisasi yang dapat
digunakan dalam spektrometri serapan atom :
a. Atomisasi menggunakan nyala.
b. Atomisasi tanpa nyala (flameless atomization).
Pada atomisasi menggunakan nyala, digunakan gas pembakar untuk
memperoleh energi kalor
sehingga didapatkan atom bebas dalam keadaan gas. Sedangkan pada
atomisasi tanpa nyala
digunakan energi listrik seperti pada atomisasi tungku grafit (grafit furnace
atomization).
Diperlukan nyala dengan suhu tinggi yang akan menghasilkan atom bebas.
Untuk alat SSA
dengan sistem atomisasi nyala digunakan campuran gas asetilen-udara atau
campuran asetilen-N2O.
Pemilihan oksidan bergantung kepada suhu nyala dan komposisi yang
diperlukan untuk pembentukan
atom bebas.
1.2 Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan dalam alat AAS ialah lampu katoda berongga
(hollow cathode
lamp). Lampu ini terdiri dari suatu katoda dan anoda yang terletak dalam
suatu silinder gelas
berongga yang terbuat dari kwarsa. Katoda terbuat dari logam yang akan
dianalisis. Silinder gelas
berisi suatu gas lembam pada tekanan rendah. Ketika diberikan potensial
listrik maka muatan positif
ion gas akan menumbuk katoda sehingga tejadi pemancaran spektrum garis
logam yang
bersangkutan.
Jendela dari
kwarsa atau pyrex
anoda
Ne atau Ar pada tekanan
1- 5 torr
katoda
berongga
kaca pelindung
Gambar 3 Lampu Katoda Berongga (sumber: http://www_azwestern_edu-
chemnasa-AASprimerweb_
files-image002_jpg.htm)
1.3 Monokromator dan Sistem Optik
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan
difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator. Monokromator
dalam alat SSA akan
memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan
ke detektor.
Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.
9
1.4 Detektor dan Sistem Elektronik
Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk sinyal
listrik untuk
kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemproses data. Proses
pengubahan ini dalam alat
SSA dilakukan oleh detektor. Detektor yang biasa digunakan ialah tabung
pengganda foton
(photomultiplier tube), terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat
peka cahaya dan suatu
anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda
maka elektron akan
dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat
dinoda-dinoda yang
mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai
menuju anoda besar dan
akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja alat
maka digunakan suatu
mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu lain
seperti autosampler.
Gambar 4 Photo Multiplier Tube
Daftar Pustaka
Higuchi, T and Hanssen, E. B., 1961, Pharmaceutical Analysis, Interscience
Publisher, New-York.
Kemp, W., 1975, Organic Spectroscopy, ELBS, The Mamillan Press LTD.,
London.
Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch, 2000.
Fundamentals of Analytical
Chemistry .Hardcover: 992 pages, Publisher: Brooks Cole
Willard, H. H., Merrit, L; L., and Settle Jr, F. A., 1989, Instrumental Methods of
Analysis, Wadsworth
Publishing Company,'California.
10
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya
berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap
atau
dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat
didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi.
Dalam
catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana
“ cahaya
tampak ‘ digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa
kualitatif
dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi spektroskopi
berkembang
seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan
tidak
hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik dan
nonelektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio,
elektron,
foton, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik
digunakan untuk menganalisis senyawa kimia dan menelaah
interaksinya
dengan radiasi elektromagnetik. Suatu foton memiliki energi
tertentu dan
dapat menyebabkan transisi tingkat energi suatu atom atau
molekul. Karena
tiap senyawa kimia mempunyai tingkat-tingkat energi yang
berbeda, maka
transisi perubahan energinya juga berbeda. Berarti suatu spektrum
yang
diperoleh dengan menempatkan beberapa fungsi frekuensi
terhadap frekuensi
radiasi elektromagnetik adalah khas untuk unsur kimia tertentu dan
berguna
untuk identifikasi. ( S.M. Khopar,2007).
Dalam dunia kedokteran metode spektroskopi telah digunakan,
diantaranya untuk mengetahui unsur yang terkandung dalam suatu
cairan
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Prinsip dari
spektrofotometer
adalah melewatkan cahaya dalam suatu larutan. Di awal penemuan
spektrofotometer, untuk melewatkan satu panjang gelombang dari
cahaya
2
digunakan grating atau filter optik. Kemudian akan diukur intensitas
cahaya
yang melewati larutan tersebut dengan menggunakan satu buah
fotodioda.
Dewasa ini fungsi grating atau filter optik telah diganti dengan
menggunakan
sebuah prisma. Spektrum warna hasil dari dispersi cahaya oleh
prisma akan
dideteksi oleh deret fotodioda, hal ini mempunyai tingkat kesulitan
yang
tinggi dikarenakan jarak spektrum warna dan jarak antar fotodioda
tidak sama.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, sebagai suatu
inovasi
maka akan di buat video spektroskopi, spektrum warna hasil
dispersi cahaya
akan ditangkap oleh kamera ( kamera untuk cahaya tampak).
Dengan
menggunakan Neural Network diharapkan Citra dari spektrum
warna
mengidentifikasi jenis cairan..
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium
menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sedangkan
kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik
suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik.
Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat
energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun
bermacam-macam. Misalkan unsur Na dengan nomor atom 11
mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2 sp6 3s1, tingkat dasar
untuk elektron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan
energi. Elektron ini dapat tereksitasi ke tingkat 3p degan energi
2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing-
masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan
330 nm. Kita dapat memilih di antara panjang gelombang ini
yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan
intensitas maksimum. Inilah yang dikenal dengan garis
resonansi. Spektrum atomik untuk masing-masing unsur terdiri
atas garis-garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis
resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan
tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun
garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan
proses atomisasinya (Khopkar, 2003)
*SUMBER:
Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom
unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur. Atom suatu
unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan
melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi.
Frekuansi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan
intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian
mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi
atom). Untuk SSA keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom
pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan
energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar tersebut.
Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang
diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada
pada tingkat dasar tersebut.
SISTEM ATOMISASI
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi
kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan
sampel. Ada tiga tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
c. Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama
dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur
yang sama sekali tidak dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd,
Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr, hal ini disebabkan karena unsur
tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:
1. Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat
2. Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah sampel
ditempatkan dalam tungku
3. Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada
sampel dan standard.
METODE ANALISIS
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga
teknik tersebut adalah :
(1) Metoda Standar Tunggal
Metoda sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan
absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrofotometri. Dari hk. Beer
diperoleh :
Astd = ε.b.Cstd Asmp =ε.b.Csmp
sehingga,
Dimana.,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT
dengan spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat
pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh
diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Gangguan lonisasi: Gangguan ini biasa terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah
dan beberapa unsur yang lain karena unsur-¬unsur tersebut mudah terionisasi
dalam nyala. Dalam analisis dengan FES dan AAS yang diukur adalah emisi dan
serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom
yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detek'tor
menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya
serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan
ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-¬unsur yaug mudah terionisasi ke
clalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.
Pembentukan Senyawa Refraktori: Gangguan ini diakibatkan oleh reaksi antara
analit dengan senyawa kimia, biasanya anion yang ada dalam larutan sampel
sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh, pospat
akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan kalsium piropospat
(CaP2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam
nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan
stronsium klorida atau lantanum nitrat ke dalam tarutan. Kedua logam ini lebih
mudah bereaksi dengan pospat dihanding kalsium sehingga reaksi antara kalsium
dengan pospat dapat dicegah atau diminimalkan. Gangguan ini juga dapat
dihindari dengan menambahkan EDTA berlebihan. EDTA akan membentuk
kompleks chelate dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa refraktori
dengan pospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan
terdissosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan
yang lebih serius terjadi apabi!a unsur-unsur seperti: AI, Ti, Mo,V dan lain-lain
bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam oksida dan
hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan
temperatur nyala., sehingga nyala yang urnum digunakan dalam kasus semacam
ini adalah nitrous oksida-asetilen.
.
Gangguan Fisik Alat : yang dianggap sebagai gangguan fisik adalah semua
parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan
sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah: kecepatan alir gas,
berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau solven, kandungan padatan
yang tinggi, perubahan temperatur nyala dll. Gangguan ini biasanya dikompensasi
dengan lebih sering membuat Kalibrasi (standarisasi).
Daftar Pustaka
Anonim, 1982, Analytical Methods for Atomic Absorption
Spectrophotometry, .Perkin Elmer, Norwalk, Connecticut, USA.
Christian., G.D., 1994, Analytical Chemistry, 5th ed-, .John Wiley and Sons, lnc.
New York, pp. 462-484.
Christian, G.D. and O'Reilly, lE., 1986, Instrumental Analysis, 2nd ed., Allyn and
Bacon, Inc., Boston, pp. 278-315.
Skoog, D.A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3rd ed., Saunders College
Publ., Philadelphia, pp. 251-286.