Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari
gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memas uki strata taqwa. Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta ala yang berbeda. Ikhwa n, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena iaadal ah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih domi nan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menj adi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma ruf dan mence gah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepa da Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya A llah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 9: 71) Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu b ukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da wah, ikhwan dan akhwat ada lah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedik it konfrontasi ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da wah para ikhwan yang notabene adalah partner da wah dari akhwat. Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK ikhwan. W alau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwa n, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda wah akhw at, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta ala, namun t entu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar. Akhwat Militan, Perkasa dan Mand iri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasark an dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semu a agenda da wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan . Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemas nya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, Ya Allah , semoga nanti kalau pun ya suami, jangan yang seperti itu (tidak cepat tanggap red), ujarnya sedih. Nah! Ikhwan GANTENG Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda , Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pul a di bawah ini. 1. (G) Gesit dalam da wah Da wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivis nya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepa da si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak , tunggu punya tunggu , ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Kare na ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda wah. Benar saja, tak sampai 30 de tik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi. 2. (A) Atensi pada jundi Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwa n kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melak ukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan deng an tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? Duh.., ikhwan ngga liat-liat ke belakang apa ya? Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan. 3. (N) No reason, demi menolong Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bis a dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketig a yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. U ntuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang suda h seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan u ntuk memasang spanduk. Afwan ya , amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini , jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu buka nlah amanahnya. 4. (T) Tanggap dengan masalah Permasalahan da wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yan g tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk me lakukan tindakan pencegahan pemurtadan. Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memilik i hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, Mmmm . Lho terus gimana?Kok cuma mmmmm tanya para akhwat bingung. Sama se dak ada reaksi dari sang ikhwan. Aduh gimana sih . Para akhwat menjadi senewen. 5. (E) Empati Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberika n solusi. Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perja lanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yan g berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kemba li. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka ke kurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, Nanti juga bal ik lagi akhwatnya. 6. (N) Nahkoda yang handal Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas baga imanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu , hari berganti hari, minggu berganti ming gu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah gatal ingin segera gerak cepat beraksi dalam da wah, para akhwat berinisiatif untuk menggedor ikhwan, menghubungi dan mena nyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi. 7. (G) Gentle Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah la gi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan seg era berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimp ungan. Ada apa nih? tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, bar ulah mereka ikut berhamburan keluar. Kok ikhwan ninggalin gitu aja ujar seorang akh wat dengan kecewa. Penutup Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da wah . Ikhwan dan akhwat adalah partner da wah yang senantiasa harus saling berkoordina si. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingg a wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qaw wam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada j undi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) b agi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34). Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiy adah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amii n. [] oleh : Ayat Al Akrash diambil dari : hudzaifah.org