PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini terbagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tujgas mata kuliah Pengendalian Hama
Terpadu. Sedangkan yang menjadi tujuan khususnya adalah untuk
memberikan informasi sejelas-jelasnya tentang tanaman kakao dan hama
penggerek buahnya.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini, tercakup dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisio :Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao
Nama binomial : Theobroma cacao L.
Morfologi
3
(diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena
sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih
besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri
dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna
buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila
masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
4
berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm. Dalam kondisi
pertumbuhan penuh, panjang larva mencapai 12 mm dan berwarna hijau.
Pupa berwarna kecoklatan, panjang 7-8 mm dan lebar 1 mm. Ngengat
memiliki panjang 7 mm dan lebar 2 m. Rentang sayap depan 12 mm
Warna dasar ngengat adalah coklat dengan warna putih berpola zig
zag sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap. Telur
diletakkan pada permukaan buah yang berlekuk. Semakin besar ukuran
buah makin besar juga peluang diteluri. Larva yang baru keluar dari telur
langsung masuk ke dalam buah dan tinggal didalam buah selama 12-14
hari bahkan sampai 18 hari sebelum keluar untuk berkepompong.
5
Aktifitas ngengat untuk bertelur terjadi pada pukul 18.00 sampai 07.00
dengan puncaknya pada pukul 04.00-05.00. Setelah kawin, ngengat akan
meletakkan telur pada buah kakao. Kondisi cuaca yang sesuai bagi
ngengat untuk bertelur adalah pada curah hujan 100-200 mm/bulan. Pada
siang hari ngengat bersembunyi pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari yaitu pada bagian bawah cabang bawah horizontal.
6
pengendalian varietas tahan hama, pengendalian kimiawi, peraturan
menurut UU no 12 tentang Sistem Budidaya Tanaman, dan INPRES No. 3
tahun 1986 tentang Penarikan Insektisida Tertentu Pada Tanaman Padi.
7
kutu putih (Cataenococcus hispidus). Oleh karena itu jenis semut ini
kurang berbahaya bagi pekerja kebun. Hal yang perlu dicermati adalah
bagaimana cara pemapanan semut hitam di kebun kakao. Serangga ini
termasuk serangga yang hidup berkelompok sehingga mendominasi
lingkungan perkembangbiakannya. Biasanya bila ada kelompok serangga
lain atau jenis semut lain yang mendiami tempat yang sama, pasti akan
diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis
semut saja. Untuk mempercepat pemapanan semut hitam dan menjaga
populasinya tetap tinggi, perlu dilakukan introduksi kutu putih pada
pertanaman kakao tempat pengembangbiakan agar terjamin makanannya
dari embun madu yang dikeluarkan kutu putih. Disamping itu juga perlu
dibuatkan sarang dari daun kelapa kering yang telah diikat atau daun
kakao kering yang ditempatkan di dalam kantong plastik.
Setelah pemapanan semut hitam perlu dilakukan pemeliharaannya
dengan tidak menyemprotkan insektisida pada lokasi pengembangan
semut hitam, menghilangkan koloni jenis semut lain selain semut hitam,
pembaharuan sarang setidaknya 6 bulan sekali, inokulasi kutu putih secara
terus menerus pada pohon kakao.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semut hitam disamping
dapat mengendalikan hama PBK, buah kakao yang diselimuti oleh semut
hitam ternyata tidak disukai oleh hama tikus dan tupai. Hal ini berdampak
menaikkan nilai jual biji kakao karena pengendalian hama tidak
menggunakan pestisida. Semut Hitam merupakan cara pengendalian
biologi yang memiliki prospek untuk dikembangkan dengan biaya murah,
aman bagi lingkungan dan berkesinambungan.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3. Sanitasi
9
Untuk memperoleh hasil yang optimal dipilih varites tahan hama
sebagai pilihan pertama bibit tanaman
5. Rampasan
10
9. Aplikasi insektisida
2. Pengendalian hayati
11
3. Pengendalian fisik dan mekanis
5. Pengendalian kimiawi
3.4 Biaya
12
hanya cukup dengan menjaga sumber makanannya yaitu dengan
mempertahankan bunga-bunga tumbuhan pengahasil nektar.
13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Populasi PBK yang hidup pada buah kakao merupakan ras biologi
setelah memisah dari populasi asalnya yang hidup pada buah
rambutan. Timbulnya ras biologi yang hidup pada tanaman kakao ini
di asumsikan hanya sekali dalam 3 abad yang terjadi di Philipina.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva PBK yang memakan
jaringan lunak seperti pulp, plasenta dan saluran makanan yang
menuju biji. Kerusakan pada pulp mengakibatkan biji saling melekat
14
dan juga melekat pada dinding buah. Kerusakan plasenta dapat
menyebabkan semua biji rusak dan tidak berkembang.
PBK (penggerek buah kakao) dapat ditanggulangi dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Panen lebih awal dengan interval 5-7 hari
2. Panen secara serentak
3. Sanitasi
4. Menghindari pestisida
5. Menanam varietas yang resisten
6. Rampasan
B. Saran
Modifikasi teknik pengelolaan hama penggerek buah coklat:
1. Menanam tanaman kakao dan tanaman inang lainnya dengan
perhitungan, agar dapat diprediksi panen dapat dilakukan secara
bersamaan dengan demikian, siklus hidup larva dapat terputus
karena tidak ada buah yang dapat diteluri.
2. Cara lainnya adalah penanaman tanaman kakao dan inang
lainnya tidak boleh berdekatan, karena ngengat PBK tidak dapat
terbang jauh.
15
3. Membakar serasah di sore hari, karena pada sore hari ngengat
PBK melakukan kawin dan bertelur. Dengan membakar serasah
pada sore hari, ngengat yang merespon asap ini dapat dihalau
dan periode atau waktu kawin dapat dipersingkat. Selain itu
membakar serasah dapat memusnahkan pupa PBK, mengingat
larva PBK dapat menjadi pupa pada media apa saja termasuk
serasah.
4. Pengaturan cahaya (karena ngengat tidak suka pada cahaya)
pada puncak aktivitas kawin dan bertelur ngengat yaitu pukul
04.00-05.00, dengan mengatur cahaya pada puncak masa kawin
ngengat, maka aktivitas kawin ngengat PBK dapat ditekan dan
berimbas pada jumlah telur ngengat yang dihasilkan.
5. Buah kakao yang busuk dikumpulkan untuk kemudian
dibenamkan di air atau bahkan dibakar, agar siklus hidup PBK
terhenti.
6. Sanitasi tanaman, dengan membersihkan cabang-cabang
horizontal pohon di siang hari dari ngengat. Karena pada siang
hari, ngengat sering bersembunyi di bawah cabang-cabang
horizontal.
7. Dengan bioteknologi, yaitu dengan menyilangkan buah kecil
sedikit dengan buah besar dan banyak. Diharapkan yang diambil
adalah tanaman dengan buah kecil namun banyak. Buah yang
berukuran kecil memiliki keunggulan tidak diserang hama
sedangkan jumlahnya yang banyak tetap meningkatkan produksi
tanamannya.
8. Pemberian insektisida non sistemik berupa racun kontak pada
bagian bawah batang horizontal, Karena pada siang hari,
ngengat sering bersembunyi di bawah cabang-cabang horizontal
sehingga kontak dengan cabang dapat meracuni hama.
9. Pemberian insektisida sistemik lokal yaitu pada bagian buah,
karena bagian yang terserang adalah buah kakao. Dengan cara
16
masuk yaitu racun lambung. Sehingga larva di dalam buah dapat
mati.
10. Mengadakan penyuluhan mengenai Pengelolaan Hama Terpadu
DAFTAR PUSTAKA
http://iklim.bmg.go.id/ikthprak0809.pdf
http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s3/2009_S3_Potensi%20Semut
%20Dolichoderus%20bituberculatus%20%20Smith%20Sebagai
%20Penyebar%20%
http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/02/23/cara-pembuatan-
sarang-semut-untuk-pengendalian-hama-kakao-helopeltis/
17
http://www.sinartani.com/proteksi/semut-hitam-pengendalian-hayati-
hama-utama-tanaman-kakao-1271753864.htm
http://www.misterialize.co.cc/2010/05/jenis-jenis-semut.html
18