Anda di halaman 1dari 5

Seratus Tokoh http://media.isnet.org/iptek/100/Alexander.

html

Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh


dalam Sejarah
oleh Michael H. Hart

Indeks Iptek | Indeks Artikel

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

33 ALEXANDER YANG AGUNG 356 SM-323 SM

Alexander Yang Agung, penakluk yang kesohor dari dunia silam itu dilahirkan di Pello tahun
356 SM, ibukota Macedonia. Ayahnya, Raja Philip II dari Macedonia seorang yang punya
kesanggupan dan berpandangan jauh. Philip memperbesar dan mengorganisir Angkatan
Bersenjata Macedonia dan mengubahnya menjadi kekuatan tempur yang bermutu tinggi.
Pertama kali penggunaan Angkatan Bersenjata pilihan ini adalah waktu ia menaklukkan
daerah sekitar hingga sampai ke utara Yunani, kemudian berbalik ke selatan dan menaklukkan
hampir seluruh Yunani. Kemudian Philip membentuk federasi kota-kota Yunani dan dia
sendiri jadi pemimpinnya. Tatkala dia lagi merancang rencana penyerangan terhadap
Kekaisaran Persia yang luas itu yang berada di sebelah timur Yunani-bahkan penyerbuan
sudah mulai terjadi di tahun 336 SM-Philip terbunul, tatkala usianya baru mencapai empat
puluh enam tahun.

Umur Alexander baru dua puluh tahun tatkala ayahnya mati tetapi tanpa kesulitan dia
menggantikan naik tahta. Philip dengan cermat jauhjauh hari sudah melakukan persiapan
untuk penggantinya dan si Alexander muda sudah punya pengetahuan dan pengalaman
kemiliteran yang lumayan. Dalam hal pendidikan intelektual pun Philip tidak
mengabaikannya. Guru buat Alexander disediakan ayahnya seorang yang istimewa:

1 of 5 4/15/2006 09:49
Seratus Tokoh http://media.isnet.org/iptek/100/Alexander.html

Aristoteles, seorang yang mungkin paling cendikiawan dan filosof yang paling termasyhur di
dunia masa itu.

Baik di Yunani maupun daerah-daerah belahan sebelah utara, penduduk yang ditaklukkan
Philip memandang kematian Philip merupakan kesempatan bagus untuk menghalau dan
menumbangkan kekuasaan cengkeraman Macedonia. Tetapi, hanya dalam tempo dua tahun
sesudah naik tahta, Alexander sudah mampu mengatasi kedua daerah itu. Sesudah itu
perhatian dialihkan ke Persia.

Selama dua ribu tahun bangsa Persia menguasai wilayah yang amat luas, membentang mulai
dari Laut Tengah hingga India. Kendati Persia tidak lagi berada dalam puncak kehebatannya,
namun masih tetap merupakan lawan yang tangguh dan disegani, kekaisaran yang paling luas,
paling kuat dan paling kaya di muka bumi.

Alexander melancarkan serangan pertamanya ke Persia tahun 334 SM. Karena dia harus
menyisihkan sebagian pasukannya di dalam negeri untuk memelihara dan mengawasi inilik
Eropanya, Alexander cuma punya 35 000 tentara yang menyertainya tatkala dia melakukan
petualangan berani matinya, suatu jumlah kecil tak berarti jika dibandingkan dengan kekuatan
Angkatan Bersenjata Persia. Di samping sejumlah kemalangan yang menimpanya, Alexander
memenangkan serentetan kemenangan dalam gempurannya terhadap pasukan Persia. Ada tiga
faktor yang menjadi sebab kemenangannya. Pertama, pasukan yang ditinggalkan ayahandanya,
Philip, betul-betul terlatih dan terorganisir baik, lebih baik dari pasukan Persia. Kedua,
Alexander sendiri seorang panglima perang yang genius, mungkin paling genius di sepanjang
jaman. Ketiga, keberanian Alexander sendiri. Meskipun dia memimpin tahap-tahap pertama
pertempuran belakang garis front, keputusan Alexander adalah memimpin sendiri pasukan
berkuda yang memberi pukulan menentukan. Ini merupakan cara yang penuh resiko dan dia
sering terluka dalam pertempuran macam begini. Tetapi pasukannya menyaksikan dengan
mata kepala sendiri bahwa Alexander betul-betul tidak kepalang tanggung menghadapi bahaya
dan tak mau membebankan risiko pada pundak orang lain. Hal ini membawa akibat langsung
dalam hal peningkatan moral prajurit yang meyakinkan.

Pertama Alexander memimpin pasukannya menerjang Asia Kecil, menghajar habis pasukan
kecil Persia yang ditempatkan di situ. Kemudian dia bergerak menuju utara Suriah, menggilas
pasukan besar Persia di kota Issus. Rampung ini dia balik badan menyerbu arah selatan, dan
sesudah terlibat pertempuran berat dan sulit sepanjang tujuh bulan, dia berhasil menaklukkan
kota pulau Phoenicia Tyre yang kini bernama Libanon. Tatkala Alexander sedang bertempur
di Tyre, dia terima pesan dari Raja Persia mengwarkan separo kerajaannya buat Alexander
asal saja Alexander bersedia menyetujui perjanjian perdamaian. Salah seorang jendral
Alexander, Parmenio, mengganggap tawaran bagus dan layak diterima. "Jika aku Alexander,
tawaran itu kuterima." Apa jawab Alexander? "Begitu pula aku, andaikata aku ini bernama
Parmenio."

Sesudah Tyre jatuh, Alexander meneruskan gerakannya ke selatan. Gaza jatuh sesudah
bertempur selama dua bulan. Mesir menyerah tanpa pertempuran apa pun. Sesudah
menduduki Mesir, Alexander menetap sebentar sekedar memberi waktu istirahat bagi
prajurit-prajuritnya. Di negeri itu, kendati umurnya baru dua puluh empat tahun, dia diberi
anugerah gelar Firaun dan dinobatkan sebagai dewa. Sesudah dirasa cukup istirahat,
Alexander dan pasukannya bergerak lagi kembali ke daratan Asia, dan dalam pertempuran

2 of 5 4/15/2006 09:49
Seratus Tokoh http://media.isnet.org/iptek/100/Alexander.html

hidup-mati yang menentukan di Arbela tahun 331 SM, dia sepenuhnya sudah melumpuhkan
sebagian terbesar balatentara Persia.

Sesudah kemenangan gemilang itu Alexander memboyong tentaranya ke Babylon dan


menerobos masuk ke kota-kota Persia, Suso dan Persepolis. Raja Persia Darius III (bukannya
pendahulunya Darius Yang Agung) dibunuh oleh opsir-opsirnya di tahun 330 SM untuk
mencegahnya menyerah kepada Alexander. Walau begitu, Alexander mengalahkan dan
membunuh pengganti Darius, dan dalam pertempuran selama tiga tahun, dia sudah
menaklukkan semua belahan timur negeri Iran dan mendesak terus ke Asia Tengah.

Dengan segenap Kekaisaran Persia berada di bawah tclapak kakinya, Alexander selayaknya
ambil keputusan kembali pulang ke negerinya dan mengorganisir daerah kekuasaannya.
Tetapi, haus penaklukannya tak tertahankan lagi, karena itu dia meneruskan labrakannya ke
Afganistan. Dari situ dia pimpin tentaranya melintasi pegunungan Hindu Kush menuju India.
Dia peroleh serentetan kemenangan besar di bagian barat India dan bermaksud melanjutkan
serangannya ke bagian timur India. Tetapi, pasukannya sudah lelah dan ngos-ngosan akibat
bertempur bertahun-tahun, dan menolak meneruskan penyerbuan. Maka dengan ogah-ogahan
Alexander kembali ke Persia.

Sesudah kembali ke Persia, Alexander menghabiskan waktu sekitar setahun mengorganisir


tentara dan wilayah kekaisaran yang dikuasainya. Alexander dibesarkan bersama keyakinan
bahwa kebudayaan Yunani adalah satu-satunya kebudayaan yang unggul dan jempol dan
semua bangsa yang bukan Yunani tak lain tak bukan adalah bangsa barbar. Keyakinan itu
sudah barangtentu tersebar meluas di seluruh alam pikiran dan dunia Yunani, bahkan
Aristoteles sendiri berpendapat begitu. Tetapi, lepas dari keberhasilannya menumpas habis
tentara Persia, Alexander sadar bangsa Persia samasekali bukan bangsa barbar, dan
orang-orang Persia bisa saja sama mampu dan sama pandai dengan orang Yunani. Oleh karena
itu Alexander mengandung niat untuk menggabung kedua kekaisaran itu jadi satu, dan
dijelmakannya dengan pembentukan gabungan budaya dari kerajaan Graeco-Persia dengan dia
sendiri tentu saja berada di atas tampuk pimpinan penguasa. Sejauh yang dapat kita pastikan,
dia betul-betul berkehendak agar bangsa Persia merupakan partner sederajat dengan bangsa
Yunani dan Macedonia. Dalam rangka melaksanakan rencana ini, dia memasukkan banyak
sekali orang Persia ke dalam Angkatan Bersenjatanya. Dia juga mengadakan pesta apa yang
disebutnya "Perkawinan Barat dan Timur" di mana ribuan tentara Macedonia secara resmi
mengawini puteri-puteri Asia. Dia sendiri, walaupun sudah mempersunting istri seorang gadis
bangsawan Asia sebelumnya, kawin lagi dengan puteri Darius.

Gamblang sekali, Alexander bermaksud melakukan tambahan penaklukan dengan Angkatan


Bersenjata yang sudah diorganisir kembali ini. Kita tahu, dia bennaksud menaklukkan Arabia,
dan mungkin juga wilayahwilayah yang terletak di belahan utara Persia. Dan mungkin dia
sudah punya rencana menduduki India atau menyerbu Roma, Carthago dan bagian-bagian
Laut Tengah. Betapapun rencana itu sudah tersusun, yang jelas tak ada
penaklukan-penaklukan berikutnya lagi. Di awal bulan Juni tahun 323 SM tatkala Alexander
berada di Babylon, tiba-tiba dia terserang demam dan dia meninggal dunia sepuluh hari
kemudian. Saat itu umurnya belum lagi mencapai tiga puluh tiga tahun.

Alexander tidak menunjuk penggantinya, dan segera sesudah dia tiada mulailah terjadi
perebutan kekuasaan. Dalam pergumulan ini, bundanya, istrinya, anak-anaknya semuanya

3 of 5 4/15/2006 09:49
Seratus Tokoh http://media.isnet.org/iptek/100/Alexander.html

terbunuh. Kerajaannya dibagi diantara para jendralnya.

Karena Alexander mati dalam usia amat muda dan tak pernah terkalahkan, banyak spekulasi
apakah gerangan yang akan terjadi andaikata usianya panjang. Apabila dia membawa
pasukannya menyerbu dan menaklukkan daerah-daerah sebelah barat Laut Tengah, besar
kemungkinan dia akan berhasil, dan dalam hal ini seluruh sejarah Eropah Barat akan
mengalami perubahan besar-besaran. Tetapi spekulasi ini-betapapun menariknya tak ada
hubungannya dengan sukses-sukses sesungguhnya yang sudah dicapainya.

Daerah Kekaisaran Alexander Yang Agung

Alexander mungkin seorang tokoh yang teramat dramatis dalam sejarah, karier dan pribadinya
tetap jadi sumber kekaguman. Bukti-bukti kesuksesan kariernya cukup dramatis dan berlusin
dongeng bermunculan menyangkut namanya. Dan jelas sekali sudah menjadi ambisinya
menjadi pendekar dan penakluk terbesar sepanjang jaman, dan tampaknya memang layak dia
peroleh julukan itu. Selaku pejuang individual, pada dirinya tercakup kemampuan dan
keberanian. Sebagai seorang jenderal, dia teramat ulung, karena selama sebelas tahun
pertempuran, tak pernah barang sekali pun dia kalah.

Berbarengan dengan itu, dia seorang intelektual yang belajar di bawah asuhan Aristoteles dan
menguasai sajak-sajak Homer. Dalam hal merealisir gagasan bahwa bangsa yang bukan
Yunani tidaklah mesti bangsa barbar, jelas menunjukkan bahwa pikirannya punya daya
jangkau lebih jauh ketimbang sebagian besar pemikir-pemikir Yunani saat itu.

Tetapi, di lain pihak Alexander punya pandangan cupet. Meski berulang kali dia menghadapi
risiko dalam pertempuran, dia tidak mempersiapkan penggantinya. Keteledoran inilah yang
menjadi penyebab begitu cepatnya kerajaannya hancur berantakan sesudah dia tutup usia.

Alexander dianggap besar kemungkinan berwajah rupawan, dan dia sering amat bermurah hati
kepada musuh yang dikalahkannya. Di lain pihak, dia juga seorang "egomaniac" dan bertabiat
kejam. Pada suatu peristiwa, dalam suatu pertengkaran dalam keadaan slebor, dia membunuh
teman akrabnya, Clertus, seorang yang pernah menyelamatkan jiwanya.

Seperti halnya Napoleon dan Hitler, Alexander punya pengaruh luar biasa terhadap
generasinya. Masa pengaruhnya yang singkat, lebih ringkas dari mereka, semata-mata lantaran
terbatasnya sarana untuk perjalanan kian-kemari serta komunikasi pada saat itu m_ embatasi
dan memperkecil pengaruhnya terhadap dunia.

Dalam jangka panjang, pengaruh terpenting dari penaklukan yang dilakukan Alexander adalah
mendekatkan kebudayaan Yunani dengan Timur Tengah, sehingga masing-masing mendapat
faedah untuk menambah dan mempertinggi kebudayaan masing-masing. Selama dan segera
sesudah karier Alexander, kebudayaan Yunani dengan cepat tersebar ke Iran, Mesopotamia,
Suriah, Yudea, dan Mesir. Sebelum Alexander, kebudayaan Yunani memang sudah merasuk
ke daerah-daerah ini tetapi

dengan lambat sekali. Juga, Alexander menyebarkan pengaruh kebudayaan Yunani ke India
dan Asia Tengah, daerah yang belum terjamah sebelumnya. Tetapi, pengaruh kultural
bukanlah berarti hanya berlaku sepihak dan satu jurusan. Dalam masa abad Hellenistik
(abad-abad segera sesudah langkah-langkah Alexander) gagasan-gagasan Timur-khususnya

4 of 5 4/15/2006 09:49
Seratus Tokoh http://media.isnet.org/iptek/100/Alexander.html

gagasan keagamaan-tersebar ke dunia Yunani. Dengan kebudayaan Hellenistik ini memang


tampaknya Yunani dominan tetapi sebenarnya pengaruh pikiran Timur besar sekali pada saat
itu mempengaruhi Roma.

Dalam jangka perjalanan kariernya, Alexander mendirikan lebih dari dua puluh satu kota baru.
Yang paling masyhur dari semua itu adalah Alexandria (Iskandariah) di Mesir yang dalam
tempo cepat menjadi kota terkemuka di dunia dan merupakan pusat budaya dan pendidikan
yang kesohor. Lain-lainnya seperti Herat dan Kandahan di Afganistan juga berkembang jadi
kota-kota penting.

Alexander, Napoleon, dan Hitler rasanya punya persamaan dalam bobot pengaruhnya secara
umum. Orang akan berkesan, bagaimanapun juga, pengaruh kedua orang yang disebut
belakangan daya tahannya lebih pendek ketimbang Alexander. Atas dasar itulah dia dapat
tempat urutan sedikit lebih atas.

Situs Web

http://www.isidore-of-seville.com/Alexanderama.html
http://www.isidore-of-seville.com/ImagesofAlexander/Maps.html

Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah


Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
Indeks Iptek | Indeks Artikel

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota


Please direct any suggestion to Media Team

5 of 5 4/15/2006 09:49

Anda mungkin juga menyukai