Anda di halaman 1dari 11

ALAMAT SITUS : http://wayanpuja.blinxer.com/?

page_id=190

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gastritis

.    Konsep Dasar Penyakit

1.      Definisi

a.       Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung

( Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492)

b.      Gastritis adalah segala radang mukosa lambung

( Buku Ajar Ilmu Bedah ,Edisi  Revisi hal 749)

c.       Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau local

(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)

d.      Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada  daerah
tersebut.        ( Imu Penyakit Dalam Jilid II)

2.      Epidemiologi / Insiden Kasus

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit
Dalam ( IPD jilid II Edisi 3)

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh
sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita
gastritis akut.

3.      Penyebab / factor predisposisi

Gastritis akut

·         Dapat terjadi tanpa diketahui

·         Gastritis erosive merupakan salah satu gastritis akut yang disebabkan oleh:

a.       Trauma yang luas, luka bakar luas, septicemia

b.      Operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati berat, renjatan, trauma kepala.
c.       Obat-obatan seperti aspirin, obat antiinflamasi, nonsteroid, kafein, alcohol, lada, cuka.

Gastritis kronik

·         Aspek imunologis

Dapat dilihat dari ditemukannya autoantibody terhadap factor intrinsik lambung dan sel
partial pada pasien dengan anemia pernisiosa. Kasus ini jarang ditemukan.

·         Aspek bakteriologi

Salah satu bakteri penyebab gastritis adalah “ Helicobacter pylori” dan sering dijumpai
berbentuk gastritis kronis aktif autrum.

·         Factor lain yang juga dapat menyebabkan gastritis kronis adalah refluk kronik cairan
pankreatobilier, asam empedu dan lisosetin, alcohol berlebih, teh panas dan merokok.

4.      Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Obat- obatan, alcohol, garam empedu atau enzim- enzim pancreas dapat merusak mukosa
lambung ( gastritis erosive) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan
difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan.
Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan
regenerasi mukosa, karena itu gangguan – gangguan tersebut seringkali menghilang dengan
sendirinya.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat- zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan
dan nekrosis pada dinding lambung ( gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kalenjar- kalenjar lambung dan
keadaan mukosa terdapat bercak- bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu kehijauan
( gastritis atopik). Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat berkurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atopik dapat juga merupakan
pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan
ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi.

( Praktek Perawatan Medical Bedah)

  

5.      Klasifikasi

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan :
a.       Manifestasi klinis

b.      Gambaran hispatologi

c.       Distribusi anatomi

d.      Kemungkinan pathogenesis gastritis

Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :

a.       Gambaran hispatology

·         Gastritis kronik superficial

·         Gastritis kronik atropik

·         Atrofi lambung

·         Metaplasia intestinal

Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus halus
yang mengandung sel goblet.

b.      Distribusi anatomi

·         Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)

Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena
terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh
kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.

·         Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)

Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori

·         Gastritis tipe AB

Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring bertambahnya


usia

 
 

6.      Gejala klinis

a.       Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala
yang sangat mencolok adalah :

1)      Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan
karena kehilangan darah.

2)      Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan –
keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk
dengan tepat lokasinya.

3)      Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

4)      Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.

5)      Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja
dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak
jelas.

6)      Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran.

b.      Gastritis kronis

1.      Bervariasi dan tidak jelas

2.      Perasaan penuh, anoreksia

3.      Distress epigastrik yang tidak nyata

4.      Cepat kenyang

7.      Pemeriksaan Fisik

a)      Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.


b)      Respirasi : tidak mengalami gangguan

c)      Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler
lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane mukosa berkeringat
( status syok, nyeri akut)

d)     Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat  terganggu,


disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.

e)      Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan ( coklat, pedas), membrane mukosa kering. Factor pencetus :
makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor psikologi.

f)       Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.

g)      Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.

h)      Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda ansietas
: gelisah, pucat, berkeringat.

8.      Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

a.       Pemeriksaan laboratorium

·         Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori

·         CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosis H.pylori

·         Pemeriksaan serologi untuk H.pylori :  sebagai diagnosis awal

·         Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis

b.      Pemeriksaan radiologi

·         Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana gambaran


endoskopinya meliputi :

-          Eritematous / eksudatif

-          Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.

·         Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung dimana hasilnya
meliputi :

-          Etiologi

Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylori


-          Topografi

Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan predomonasi antrum atau
korpus.

-          Morfologi

Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia intestinal, Helicobacter


pylori.

9.      Diagnosis / kriteria diagnosis

a.       Gastritis akut

Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut
dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi dan
gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang
superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi
saluran cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.

b.      Gastritis kronis

Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan


dengan pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk
membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada
lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hamper
mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Criteria minimal untuk
menegakkan diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula
pemeriksaan serologi untuk  H.pylori sebagai diagnosis awal.

10.  Therapy / tindakan penanganan

a.       Gastritis akut

Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi kecil
dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis
reseptor H2 , inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai
sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda bila agen-agen
penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat diberikan untuk meringankan mual dan
muntah, jika keluhan diatas tidak mereda maka koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan IVFD. Pemberian penghambat H2 ( ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk
mengurangi sekresi asam.

 
b.      Gastritis kronis

Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai

·         Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia pernisiosa

·         Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian kombinasi
penghambat pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin, metronidasol, kolitromisin,
amoxicillin).

B.     PENGKAJIAN

Pengumpulan data dasar  dilakukan merujuk pada klasifikasi pengumpulan data oleh
Doenges, dkk dalam Rencana Asuhan Keperawatan, yaitu :

a. Data dasar

1)      Aktivitas / istirahat

DS : kelemahan / kelelahan

DO : takikardia

2)      Sirkulasi

DS :

 DO : hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat,             sianosis
(tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit / membrane mukosa :
berkeringat ( menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik), takikardia, disritmia.

3)      Integritas ego

DS : factor stress akut / kronis ( keuangan, hubungan kerja), perasaan tidak   berdaya.

DO : tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,


suara gemetar.

4)      Eliminasi

DS : riwayat perawatan dirumah sakitkarena gastritis

DO : nyeri tekan abdomen

5)      Makanan / cairan

DS : anoreksia, mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, tidak
toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas, diet, penurunan berat badan.
DO : muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis urine
meningkat.

6)      Neurosensori

DS : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.

         DO : status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung,
tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan lemas.

7)      Nyeri/kenyamanan

DS : nyeri : digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat. Rasa
ketidaknyamanan / distress samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan.
Nyeri epigastrium kiri sampai tengah.

      Keamanan

9)      Penyuluhan pembelajaran

b. Masalah perawatan

                Dari data diatas diperoleh masalah keperawatan yaitu:

1)      Nyeri epigastrial

2)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3)      Kekurangan volume cairan

4)      Kurang pengetahuan

5)      PK : peritonitis, anemia

C. DIAGNOSA PERAWATAN yang mungkin muncul sebagai berikut :

a.     Nyeri epigastrial b/d iritasi pada mukosa gaster ditandai dengan adanya gambaran nyeri (
meringis, tegang, menangis ) , perubahan tanda vital ( tachycardi ).

b.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, output meningkat
( muntah ), gangguan absorpsi nutrient ditandai dengan TB/ BB tidak seimbang , pasien tidak
dapat menghabiskan makanan yang disajikan.

c.     Kekurangan volume cairan b/d  intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan
ditandai dengan turgor jelek, kulit kering, produksi urine < 30 cc / jam, mual muntah, kadar
elektrolit menurun.
d.   Kurang pengetahuan tentang penyebab, proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi ditandai dengan
pasien kurang kooperatif, pertanyaan meminta informasi

e.     Hipertermi b/d proses peradangan ditandai dengan suhu di atas 38  C.

f.     PK : anemia.

g.   PK : peritonitis

Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah adalah sebagai berikut :

1.      Nyeri epigastrial b/d iritasi pada mukosa gaster ditandai dengan adanya gambaran nyeri
( meringis, tegang, menangis ) , perubahan tanda vital ( tachycardi ).

2.      Kekurangan volume cairan b/d  intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan
ditandai dengan turgor jelek, kulit kering, produksi urine < 30 cc / jam, mual muntah, kadar
elektrolit menurun.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang, output
meningkat ( muntah ), gangguan absorpsi nutrient ditandai dengan TB/ BB tidak seimbang ,
pasien tidak dapat menghabiskan makanan yang disajikan

4.      Hipertermi b/d proses peradangan ditandai dengan suhu > 38  C

5.      Kurang pengetahuan tentang penyebab, proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi ditandai dengan
pasien kurang kooperatif, pertanyaan meminta informasi

6.      PK : Peritonitis

7.      PK : Anemia

C.    EVALUASI

      Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia tujuan
yaitu :

a.       Diagnosa  1

                 -Pasien menyatakan nyeri hilang

                 -Pasien nampak rileks, muka tenang

                 - Pasien dapat tidur/ istirahat dengan nyaman

 
b.      Diagnosa 2

                  - Turgor baik

                  - Kulit dan mukosa tidak kering.

                  - Intake sesuai output

                  - Tidak terjadi penurunan BB secara drastis

                  -  Kadar elektrolit plasma dalam batas normal

                  - Tidak ada mual muntah

                  - Produksi uri 30- 50 cc / jam

c.       Diagnosa 3

      - Kehilangan berat badan minimal

      - Intake nutrisi adekuat

      - Pasien dapat mwenghabiskan porsi makan yang disediakan.

      - Mual muntah tidak ada

      - TB dan BB seimbang

      - Iritasi gastrointestinal berkurang

d.      Diagnosa 4

Suhu tubuh normal ( 36 – 37  C )

e.       Diagnosa 4

                  - Pasien tidak bertanya lagi tentang proses penyakitnya

      - Dapat menyebutkan kembali tentang hal-hal yang dijelaskan.

      - Pasien kooperatif dalam pengobatan

      - Pasien  menyatakan paham terhadap proses dan pengobatan penyakitnya


      - Dapat megidentifikasi situasi stres

      - Dapat melakukan perubahan pola hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai