Anda di halaman 1dari 12

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(Menganalisa Kinerja CSR Starbucks Corporation)

PENDAHULUAN

Kekuasaan dan pengaruh perusahaan raksasa atau korporasi di dalam kehidupan


masyarakat yang semakin kokoh di era globalisasi merupakan fakta yang tidak
terbantahkan. Dengan kekuatan itu, dampak positif maupun negatifnya pun sangat besar.
Tidak ada yang menyangkal bahwa korporasi telah memberikan sumbangan bagi
kemajuan ekonomi, peningkatan sumberdaya manusia dan sebagainya. Namun, dampak
negatif aktivitasnya juga berskala yang sama. Kerusakan lingkungan, proses pemiskinan
dan marginalisasi kelompok masyarakat rentan, kian lebarnya kesenjangan ekonomi serta
pengaruhnya terhadap proses politik yang tidak demokratis di berbagai jenjang
pemerintahan hanyalah sebagian dari dampak negatif itu.

Kritik serta usulan solusi telah diajukan untuk menangani dampak negatif
tersebut. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagian langkah solusi yang
sudah dipraktikkan secara global pada 20 tahun terakhir ini, dengan berbagai tingkatan
kinerja. CSR merupakan konsep yang luwes dan terus berkembang karena merupakan
tuntutan normatif dari seluruh pemangku kepentingan.

Terdapat dua sudut pandang dalam melihat CSR. Yang pertama adalah sudut
pandang positif, dimana menurut sudut pandang ini, adalah wajar jika akibat perbuatan
baik yang dilakukannya, revenue perusahaan bertambah. Logika dibalik sudut pandang
pertama adalah bahwa perusahaan yang ingin berbuat baik dan mendeklarasikannya
secara terbuka, akan menjadi sorotan publik. Sorotan itu akan membuat perusahaan
menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak. Kebiasaan baik tersebut akan meningkatkan
kinerja perusahaan dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan.
“Companies that are publicly proclaim their desire to be a positive force in community
will also be more likely to face continued public scrutiny and this will in turn provide a
further incentive to avoid wrongdoing (Stoll 2002)”. Jika citra perusahaan tersebut di
mata masyarakat menjadi lebih baik dan karena itu dalam jangka panjang perusahaan

1
mendapatkan keuntungan yang lebih baik lagi, hal itu hanya merupakan dampak dari
perbuatan baik yang dilakukannya.

Sudut pandang kedua, adalah sudut pandang negatif, dimana menurut pandangan
ini, motivasi suatu perusahaan dalam berbuat baik adalah untuk memaksimalkan
keuntungan. Banyak perusahaan yang dimata masyarakat memiliki reputasi CSR yang
baik, ternyata tidak menjalankan etika bisnis yang baik dalam beroperasi. Sehingga
sepertinya kebijakan CSR perusahaan tidak tulus dan hanyalah sekedar trik pemasaran.
Perusahaan akan selalu berpikir mengenai keuntungan apa yang bisa di dapat jika
misalnya, perusahaan memperlakukan konsumennya dengan baik, atau jika produk yang
dijual tidak dicobakan kepada binatang, atau hal-hal lain yang hampir sama. Jika tidak
ada keuntungan yang didapat, kecil kemungkinan perusahaan akan melakukan hal
tersebut dengan sukarela.

Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian
bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara
berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini
pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak melembaga. CSR pada tataran
ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan
yang melakukannya termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih
mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar karya” (pemberdayaan)
(Suharto, 2008). Walhasil, alih-alih memberdayakan masyarakat, CSR malah berubah
menjadi Candu (menimbulkan ketergantungan pada masyarakat), Sandera (menjadi alat
masyarakat memeras perusahaan) dan Racun (merusak perusahaan dan masyarakat)
(Suharto, 2008).

Akan menarik untuk memperhatikan dan menganalisa tindakan-tindakan CSR


yang dilakukan oleh perusahaan, untuk kemudian mengambil kesimpulan apakah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai
tindakan CSR yang baik. Karena itu, tujuan makalah ini adalah :

• Melihat tindakan-tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, dalam hal ini
Starbuck Coffee dalam melakukan kegiatan CSR nya,
• Mencoba menganalisa tindakan-tindakan tersebut dengan menggunakan key
performance indicator CSR yang telah ditentukan.

2
KEY PERFORMANCE INDICATOR YANG DIGUNAKAN

Belum ada definisi CSR yang mudah untuk diukur secara operasional. Beberapa
Undang Undang CSR di Indonesia juga belum diikuti oleh peraturan di bawahnya yang
lebih terinci dan implementatif. Standar operasional mengenai bagaimana mengevaluasi
kegiatan CSR juga masih diperdebatkan. Akibatnya, CSR menjadi sulit untuk dinilai.

Dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja CSR, kami menggunakan


indicator yang dikemukakan oleh Edy Suharto (2008):

“…pendefinisian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan bisa


dioperasionalkan untuk kegiatan audit adalah dengan mengembangkan konsep Triple
Bottom Lines yang dikemukakan oleh Elkington (1998) dengan menambahkannya
dengan satu line tambahan, yakni procedure. Dengan demikian, CSR adalah kepedulian
perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan
pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan
prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.”

Lebih lanjut Suharto (2008) mengusulkan Framework Kriteria CSR yang baik sebagai
berikut :
ASPEK PERTANYAAN DASAR KRITERIA CSR YANG BAIK SUMBER DATA/
RESPONDEN
Profit • Seberapa besar proporsi uang • Anggaran sekitar 2% yang disisihkan CEO, Board of Directors,
yang dikeluarkan perusahaan dari laba bersih perusahaan pegawai/staf perusahaan,
untuk CSR? LSM mitra, kontraktor
• Dari mana pos anggaran CSR • Semakin besarnya perhatian para
tersebut diambil, apakah penentu kebijakan perusahaan
diperhitungkan sebagai biaya terhadap prioritas anggaran CSR
perusahaan atau diambil dari
laba kotor atau bersih
perusahaan?
Planet • Apa kegiatan CSR yang • Adanya program-program nyata Pegawai perusahaan,
berkaitan dengan pelestarian pelestarian lingkungan kontraktor, supplier,
lingkungan? • Adanya sarana pengelolaan dampak pemerintah, masyarakat
• Apa dampaknya bagi kondisi lingkungan (misalnya limbah) sekitar, LSM, media
lingkungan sekitar? • Adanya program yang berdampak massa
positif bagi lingkungan
• Dampak negatif yang relatif kecil dan
terkontrol pada kerusakan lingkungan

3
People • Apa kegiatan CSR yang • Adanya program-program nyata Pegawai perusahaan,
berkaitan dengan peningkatan pelayanan sosial dan pemberdayaan pemerintah, masyarakat
kesejahteraan sosial? masyarakat (misalnya penguatan sekitar, LSM, media
• Apa dampaknya bagi kondisi layanan kesehatan dan pendidikan, massa
masyarakat, khususnya pemberian bantuan sosial, modal
komunitas lokal usaha dan pelatihan wirausaha,
kecakapan hidup)
• Adanya sistem perlindungan sosial
terhadap kelompok-kelompok rentan,
termasuk penghargaan terhadap
kearifan lokal.
• Adanya program yang berdampak
positif bagi peningkatan kualitas
hidup, mata pencaharian dan
kemandirian masyarakat
• Dampak negatif yang relatif kecil dan
terkontrol pada kerusakan sistem
sosial (jarak sosial, kecemburuan
sosial, konflik)
Procedure • Bagaimana program CSR • Dilakukan oleh lembaga yang Pegawai perusahaan,
tersebut dilaksanakan? “terpisah” dari perusahaan (misalnya pemerintah, masyarakat
• Apakah prosesnya dilakukan bermitra dengan perguruan tinggi, sekitar, LSM, media
sesuai prosedur yang benar? LSM atau organisasi lokal yang massa, asosiasi profesi,
credible) akademisi
• Melibatkan ahli-ahli yang profesional
di bidangnya
• Integrasi CSR dengan kebijakan
perusahaan
• Keterlibatan aktif dan dukungan kuat
dari pemerintah, LSM dan
masyarakat, serta adanya koordinasi
yang baik diantara mereka
• Perencanaan Program,
Monitoring&Evaluasi

4
STARBUCKS COFFEE INDONESIA

Starbucks berkomitmen untuk menawarkan para pelanggannya kopi terbaik dari


seluruh dunia dan pengalaman kopi terbaik—sementara juga menjalankan bisnis dengan
cara-cara yang menghasilkan dampak sosial, manfaat lingkungan dan ekonomi bagi
masyarakat di mana perusahaan melakukan bisnis. Starbucks percaya hal tersebut dapat
tercapai dengan melakukan bisnis dengan baik dan melakukan yang terbaik pada waktu
yang bersamaan.

Sejarah Singkat Perusahaan

Dibuka pertama kali di Seattle pada era 1970-an sebagai toko pengimpor kopi
terbaik dari seluruh dunia, Starbucks mulai memperluas pangsa pasarnya ke seluruh
dunia di era 1990-an. Di era yang sama, Starbucks mulai menjual sahamnya kepada
publik, setelah sebelumnya menawarkan opsi saham kepada karyawan paruh waktunya.
Di Era 2000-an PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) memenangkan perjanjian Master
License untuk mengelola Starbucks di Indonesia.

Starbucks Coffee Indonesia dikelola oleh PT Sari Coffee Indonesia yang


merupakan salah satu dari anak perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP). Sejak
2002, PT Sari Coffee Indonesia telah memiliki 65 gerai di Jakarta, Surabaya, Bandung,
Bali, Yogyakarta, dan Medan, dan akan terus mengembangkan bisnisnya di Tanah Air.
Saat ini, dengan lebih dari 1000 partners, Starbucks Coffee Indonesia berkomitmen untuk
membawa pengalaman Starbucks (The Starbucks Experience) ke dalam kehidupan
pelanggan melalui setiap cangkir yang disuguhkan. Starbucks adalah perusahaan kopi
ritel terkemuka, sangrai dan merek kopi spesial di dunia, dengan lebih dari 15.000 lokasi
ritel di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah dan Pasifik.

Strategi Bisnis Perusahaan

Starbucks memiliki visi dan misi untuk memberi inspirasi dan menumbuhkan
semangat manusia—satu orang, satu cangkir, dan satu lingkungan pada suatu waktu.
terbaik pada waktu yang bersamaan.

5
Starbucks berkomitmen untuk berperan dalam lingkungan disemua aspek bisnis
perusahaan. Dalam memenuhi visi dan misi tersebut, strategi yang digunakan Starbucks
adalah:

• Memahami isu-isu lingkungan dan berbagi informasi dengan mitra.


• Mengembangkan solusi inovatif dan fleksibel untuk membawa perubahan.
• Berjuang untuk membeli, menjual dan menggunakan produk ramah lingkungan.
• Menyadari bahwa tanggung jawab fiskal sangat penting untuk masa depan
lingkungan.
• Menanamkan tanggung jawab lingkungan sebagai nilai perusahaan.
• Mengukur dan memantau kemajuan Starbucks untuk setiap proyek.
• Mendorong semua mitra untuk berbagi dalam misi perusahaan.

Prinsip yang dijalankan perusahaan adalah menggunakan biji kopi pilihan


berkulitas, menjaga hubungan dengan mitra atau karyawan dan menciptakan suasana
kerja yang nyaman, memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan, memberikan
perasaan nyaman bagi pelanggan digerai mereka berada, memberikan kontribusi terhadap
lingkungan dan pemegang saham.

Kegiatan CSR Perusahaan

Starbucks mendefinisikan CSR sebagai menjalankan bisnis dengan cara yang


menghasilkan manfaat bagi masyarakat, lingkungan dan ekonomi di mana Starbucks
beroperasi dan bagi para pemangku kepentingan perusahaan, termasuk para pemegang
saham. Dua dari sekian banyak kegiatan CSR yang dilakukannya selama tahun 2007
adalah :

1. Coffee and Farmer Equity (C.A.F.E.)


C.A.F.E secara resmi diperkenalkan pada tahun 2004. Praktek ini dirancang untuk
membantu dalam memastikan bahwa kopi berkualitas tinggi tumbuh dan diproses
dalam lingkungan sosial dan cara yang bertanggung jawab. C.A.F.É. juga
dirancang bagi semua pemasok, tanpa membedakan ukuran mereka—dari
peternakan kecil, sampai koperasi perkebunan besar. Praktik ini mencakup
langkah-langkah kesinambungan yang didefinisikan oleh satu set kriteria yang
komprehensif. Selain konservasi, pedoman terfokus pada empat bidang: kualitas
produk, akuntabilitas ekonomi, tanggung jawab sosial dan kepemimpinan
lingkungan. Beberapa indicator C.A.F.É. adalah :

6
a. Kualitas Produk (prasyarat): Semua kopi yang dibeli dari pemasok yang
mempraktekkan C.A.F.E. harus memenuhi standar Starbucks yang
berkualitas tinggi.
b. Akuntabilitas Ekonomi (prasyarat): Transparansi yang diperlukan bagi
pemasok yang mempraktekkan C.A.F.E. Mereka harus mengirimkan bukti
pembayaran yang dilakukan di semua tingkatan sepanjang rantai pasokan
kopi. Ini adalah persyaratan kontrak termasuk dalam kopi kontrak
pembelian dengan pemasok.
c. Tanggung Jawab Sosial (komponen dievaluasi oleh verifier pihak
ketiga): pemasok yang mempraktekkan C.A.F.E.—dan entitas lain di
dalam jaringan pasokan mereka—harus memelakukan hal-hal tertentu
untuk memastikan keamanan, keadilan dan kondisi kerja yang manusiawi;
perlindungan hak-hak pekerja; dan kondisi hidup yang memadai.
Persyaratan upah minimum dan menangani pekerja anak / kerja paksa /
indikator diskriminasi adalah wajib.
d. Kepemimpinan Lingkungan (komponen dievaluasi oleh verifier pihak
ketiga): Dalam berkebun dan / atau mengolah kopi, tindakan harus
dilakukan untuk mengelola sampah, melindungi kualitas air, konservasi air
dan penggunaan energi, melestarikan keanekaragaman hayati dan
mengurangi penggunaan agrokimia.

2. Fair Trade Certified™ Coffee

Fair Trade Certified™ adalah label yang dimiliki oleh Labelling Organizations
International and the Fair Trade. Starbucks membayar biaya lisensi untuk dapat
membubuhkan cap Fair Trade Certified ™ pada kemasan merek dagang mereka.

Sertifikasi Fair Trade mengharuskan koperasi kopi untuk memenuhi kriteria,


seperti kondisi kerja yang adil, kebebasan berserikat dan standar lingkungan
tertentu. Untuk dapat disertifikasi sebagai Fair Trade, kopi hanya boleh diproduksi
oleh petani yang merupakan anggota koperasi petani kopi, koperasi kopi yang
demokratis dan asosiasi yang terdaftar di Fair Trade. Sekitar 4% dari produksi
kopi di seluruh dunia telah memiliki sertifikasi Fair Trade Certified™.

Fair Trade adalah salah satu cara untuk menunjukkan komitmen kepada petani
kecil, dan bekerja untuk mempertahankan perkebunan kopi. Starbucks dan
gerakan Trade Fair berbagi tujuan yang sama—untuk memastikan bahwa petani
menerima harga yang adil bagi kopi mereka dan memiliki akses ke pasar
internasional. Ini sebabnya Starbucks telah bekerja sama dengan pemasok Trade
Fair, berbagi praktek terbaik, meningkatkan transparansi ekonomi ke tingkat
petani, dan mendorong koperasi untuk berpartisipasi di Fair Trade untuk
meningkatkan kualitas praktek produksi dan berkelanjutan.

Starbucks mulai membeli kopi Fair Trade Certified™ pada tahun 2000. Sistem
Fair Trade hanya membolehkan petani yang menjadi anggota dari sebuah koperasi
yang demokratis dalam menjalankan koperasi kopi untuk berpartisipasi. Selama
tujuh tahun terakhir, jumlah kopi Fair Trade Certified™ yang dibeli oleh
Starbucks terus meningkat, seiring dengan permintaan konsumen.

7
Saat ini sebagian besar kopi Starbucks berasal dari pemasok yang mempraktekkan
C.A.F.E., yang memastikan bahwa kopi Starbucks diproduksi oleh pemasok yang
memproduksi kopi secara bertanggungjawab. Selain itu, Starbucks juga terus
membeli kopi dari pihak ketiga yang memiliki sertifikasi yang memastikan bahwa
kopi tersebut diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan dan berkontribusi
terhadap perekonomian, contohnya Fair Trade Certified™. Starbucks juga
membeli dari petani yang berpartisipasi dalam program Coffee Conservation ™.

Starbuck telah membeli sebesar £ 20.000.000 (9.000.000 kg) kopi dari Fair Trade
Certified™ diseluruh dunia, yang merupakan 16% dari kopi milik Fair Trade
Certified™. Bahkan, Starbucks telah menjadi pembeli dan distributor kopi Fair
Trade Certified™ terbesar di Amerika Utara dan dunia.

8
ANALISA KEGIATAN

INDICATOR STARBUCKS
Kegiatan CSR yang dibandingkan 1. Coffee and Farmer Equity (C.A.F.E.)

2. Fair Trade Certified Certified™ Coffee

Anggaran sekitar 2% yang disisihkan dari laba Starbuck mengintegrasikan kepeduliannya terhadap lingkungan dan masyarakat, kedalam kebijakan
bersih perusahaan perusahaan dalam mendapatkan keuntungannya, sehingga menurut kami, lebih dari 2% anggaran perusahaan
yang disisihkan untuk kegiatan kegiatan ini

Semakin besarnya perhatian para penentu kebijakan Starbuck mengintegrasikan kepeduliannya terhadap lingkungan dan masyarakat, kedalam kebijakan
perusahaan terhadap prioritas anggaran CSR perusahaan dalam mendapatkan keuntungannya. Sehingga kamu menganggap bahwa perhatian penentu
kebijakan perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakatnya sangat besar.
Adanya program-program nyata pelestarian Starbuck memaksa para pemasoknya untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan
lingkungan pelestarianlingkungan. Diantaranya, dalam menjalankan program C.A.F.E, salah satu syarat bagi para
pemasoknya adalah :
“Dalam berkebun dan / atau mengolah kopi, tindakan harus dilakukan untuk mengelola sampah, melindungi
kualitas air, konservasi air dan penggunaan energi, melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi
penggunaan agrokimia.”
Adanya sarana pengelolaan dampak lingkungan Starbuck memaksa para pemasoknya untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan
(misalnya limbah) pelestarianlingkungan. Diantaranya, dalam menjalankan program C.A.F.E, salah satu syarat bagi para
pemasoknya adalah :

“Dalam berkebun dan / atau mengolah kopi, tindakan harus dilakukan untuk mengelola sampah, melindungi kualitas
air, konservasi air dan penggunaan energi, melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi penggunaan
agrokimia.”
Adanya program yang berdampak positif bagi Kedua program yang disebutkan di atas, berdampak positif bagi lingkungan, karena pemasok kopi bagi
lingkungan Starbucks “dipaksa” untuk berbuat sesuatu bagi lingkungannya.

9
Dampak negatif yang relatif kecil dan terkontrol Dampak negative dari kegiatan starbucks yang paling besar adalah penggunaan kertas sebagai cup
pada kerusakan lingkungan Starbucks. Tetapi hal ini sudah berusaha diminimalisir dengan cara menggunakan kertas recycled, dan
mempromosikan cangkir-cangkir keramik dan gelas.
Adanya program-program nyata pelayanan sosial Dua program yang disebutkan diatas, adalah program pemberdayaan petani kopi dan koperasi kopi diseluruh
dan pemberdayaan masyarakat (misalnya dunia. Dalam program C.A.F.E misalnya, Starbuck mensyaratkan pemasok mereka untuk memastikan
penguatan layanan kesehatan dan pendidikan, keamanan, keadilan dan kondisi kerja yang manusiawi; perlindungan hak-hak pekerja; dan kondisi hidup
pemberian bantuan sosial, modal usaha dan yang memadai. Memperhatikan persyaratan upah minimum dan menangani pekerja anak/ kerja paksa serta
pelatihan wirausaha, kecakapan hidup) waspada akan indikator diskriminasi juga merupakan kewajiban para pemasok tersebut.
Adanya sistem perlindungan sosial terhadap Dalam program C.A.F.E., Starbuck mensyaratkan pemasok mereka untuk memastikan keamanan, keadilan
kelompok-kelompok rentan termasuk penghargaan dan kondisi kerja yang manusiawi; perlindungan hak-hak pekerja; dan kondisi hidup yang memadai.
terhadap kearifan lokal. Memperhatikan persyaratan upah minimum dan menangani pekerja anak/ kerja paksa serta waspada akan
indikator diskriminasi juga merupakan kewajiban para pemasok tersebut.
Adanya program yang berdampak positif bagi Dalam Program Trade Fair, Starbucks memastikan bahwa petani menerima harga yang adil bagi kopi
peningkatan kualitas hidup, mata pencaharian dan mereka dan memiliki akses ke pasar internasional. Hal ini meningkatkan kualitas hidup, matapencaharian
kemandirian masyarakat dan kemandirian petani kopi diseluruhdunia.
Dampak negatif yang relatif kecil dan terkontrol Kami tidak melihat adanya dampak negative yang timbul dari usaha yang dilakukan oleh Starbucks.
pada kerusakan sistem sosial (jarak sosial,
kecemburuan sosial, konflik)
Dilakukan oleh lembaga yang “terpisah” dari Dalam dua program CSR yang dilakukannya, Starbucks memang bekerjasama dengan International and Fair
perusahaan (misalnya bermitra dengan perguruan Trade CertifiedTM , sebuah organisasi internasional yang sudah berpengalaman dibidang fair-trade bagi
tinggi, LSM atau organisasi lokal yang credible) petani di negara negara di dunia. Tetapi hal usaha ini tidak dilakukan oleh suatu divisi sendiri di dalam
perusahaan, melainkan terintegrasi ke dalam strategi perusahaan dalam mendapatkan keuntungannya.

Di tahun fiscal 2008, Starbucks berencana untuk membuat struktur organisasi baru yang memisahkan CSR
sebagai suatu korporasi sendiri, dengan maksud agar dapat lebih dalam mengitegrasikan CSR ke dalam
operasi bisnis mereka.

Melibatkan ahli-ahli yang profesional di bidangnya Fair Trade Certified™ merupakan organisasi professional yang berpengalaman di bidangnya.
Integrasi CSR dengan kebijakan perusahaan Dalam dua program CSR yang dilakukannya, Starbucks memang bekerjasama dengan International and Fair
Trade CertifiedTM, sebuah organisasi internasional yang sudah berpengalaman dibidang fair-trade bagi petani
di negara negara di dunia. Tetapi hal usaha ini tidak dilakukan oleh suatu divisi sendiri di dalam perusahaan,

10
melainkan terintegrasi ke dalam strategi perusahaan dalam mendapatkan keuntungannya.
Keterlibatan aktif dan dukungan kuat dari Dalam melaksanakan program Sertifikasi Fair Trade, Starbucks bekerjasama dengan Fair Trade
pemerintah, LSM dan masyarakat, serta adanya Certified™ yang pasti bekerjasama dengan NGO di berbagai belahan dunia untuk memastikan
koordinasi yang baik diantara mereka bahwa kriteria criteria yang diinginkan dapat tercapai.
Perencanaan Program, Monitoring&Evaluasi Dalam Sustainability Reportnya, Starbucks membuat perencanaan agar program yang dijalankannya terus
berlanjut. Yang tidak kami didalam laporan tersebut adalah bagaimana Starbucks melakukan monitoring
terhadap program program yang dilaksanakannya

11
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Darsono, Licen Indahwati, 2009. “Corporate Social Responsibility and Marketing
What Works and What Doesn’t”. Gajahmada International Journal of
Business. (Vol.2 No. 2).
Pambudi, Teguh Sri, 2006. “CEO dan CSR: Antara Citra dan Kepedulian”. eBAR.
(Edisi III)

Situs
http://www.starbucks.co.id/en-US/_Social+Responsibility/ Corporate Social
Responsibility Annual Report 2007 yang diunduh pada tanggal 20 Juli 2010

http://pkbl.bumn.go.id/file/CSRAudit-edi%20suharto.pdf Menggagas Standar Audit


Program CSR yang diunduh pada tanggal 21 Juli 2010

12

Anda mungkin juga menyukai