Sistem Filsafat PS
Sistem Filsafat PS
1
SUMBER DAN PUSAT PERKEMBANGAN FILSAFAT
Pusat Pengembangan Ipteks dalam Wawasan Filsafat
E R O P A
AMERIKA
A S I A
INDIA
INDONESIA
AFRIKA
AUSTRALIA
skema 1
Abad demi abad, sampai abad kebangkitan (renaisance) awal abad XVI
pemikiran filsafat memuncak, dengan berkembangnya ajaran filsafat: materialisme,
sekularisme, atheisme; juga ajaran nihilisme….sampai neo-moralisme berwujud free
love, dan free sex. Antar mereka berkompetisi merebut supremasi dan dominasi di
dunia mdoern, melalui media: ideologi politik, sistem ekonomi, ipteks dan sistem
budaya termasuk kepemimpinan dan management.
Guna lebih memahami dan menghayati ajaran filsafat Pancasila, secara
ringkas hayati uraian dengan pokok-pokok berikut:
B. Sistematika Filsafat
Umumnya setiap sistem filsafat mengandung ajaran yang terlukis dalam
sistematika filsafat; terutama sebagai terjabar dalam skema 2
2
SISTEMATIKA FILSAFAT
AXIOLOGY
Makna dan sumber nilai, wujud, jenis, tingkat, sifat nilai;
hakikat nilai: manusia, materia, etika, estetika, politika, budaya,
agama, posthumous dan Tuhan . . . (Allah Maha Pencipta)
PHILOSOPH EPISTEMOLOGY
Y Makna dan sumber pengetahuan, proses, syarat terbentuknya
pengetahuan, validitas, batas dan hakikat pengetahuan;
meliputi: semantika, gramatika, logika, rhetorika, matematika,
meta-teori, philosophy of science, Wissenschaftslehre . . .
ONTOLOGY
Makna dan sumber ada; proses, jenis, sifat dan tingkat ada:
ada umum, terbatas, manusia, kosmologia; Ada tidak terbatas,
ADA mutlak . . . metafisika, posthumous
skema 2
3
T
SK
AS P SB
SM
Penjelasan ringkas:
1. T = Abstraksi makna dan nilai Tuhan Yang Maha Esa, yang kita yakini sebagai
Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Berdaulat, Maha Pengatur dan Maha
Pengayom semesta dalam kodrat kekuasaan Maha Pencipta. Kesemestaan
berkembang dalam harmoni dan kesejahteraan berkat pengayoman abadi Yang
Maha Berdaulat melalui ikatan fungsional-integral-universal (imperatif,
mutlak) dalam tatanan hukum:
a. hukum alam yang bersifat obyektif, fisis, kausalitas, mutlak, abadi, dan
universal;
b. hukum moral yang bersifat obyektif-subyektif, psiko-fisis,
sosial-subyektif, mutlak, teleologis, abadi dan universal ---tercermin dalam
budinurani dan kesadaran keagamaan---.
2. AS = Alam Semesta, makro-kosmos yang meliputi realitas
eksistensial-fenomenal dan tidak terbatas dalam keberadaan ruang dan waktu
sebagai prakondisi dan wahana kehidupan semua makhluk (flora, fauna,
manusia dsb); misalnya: cahaya dan panas matahari, udara, air, tanah (untuk
pemukiman dan cocok-tanam), tambang (berbagai zat tambang dalam bumi:
mineral, gas, logam, permata), flora dan fauna. Semua potensi dan realitas
kesemestaan menentukan keberadaan semua yang ada dan hidup di dalam alam
semesta, sebagai prawahana kehidupan (yang dikembangkan manusia menjadi
wujud budaya dan peradaban, termasuk ipteks). AS berkembang dan bernilai
bagi kehidupan semesta, termasuk sebagai “maha sumber” ipteks yang terpadu
dalam hukum alam, integral-fungsional-universal.
3. SM = Subyek Manusia sebagai umat manusia keseluruhan di dalam alam
semesta. Subyek manusia dengan potensi, harkat-martabatnya mengemban
amanat Ketuhanan (keberagamaan), kebudayaan dan peradaban berwujud
kesadaran hak asasi manusia (HAM) dan kewajiban asasi manusia (KAM).
Penghayatan dan pengamalan manusia atas HAM secara normatif berlangsung
dalam asas keseimbangan HAM dan KAM dalam antar hubungan sesama,
dengan negara, budaya, dengan alam semesta dan kehadapan Tuhan Maha
Pencipta. Potensi kepribadian manusia berkembang dalam asas teleologis
(motivasi luhur, cita-karsa) untuk menegakkan cinta-kasih dan kebajikan.
Pribadi manusia berkembang (berketurunan, berkarya, berkebajikan) sebagai
pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat kepribadian manusia.
4. SB = Sistem Budaya, sebagai prestasi cipta-karya manusia, wahana
komunikasi, perwujudan potensi dan martabat kepribadian manusia,
berpuncak sebagai peradaban dan moral!
Sistem budaya warisan sosio-budaya: lokal, nasional dan universal menjadi
bahan/isi pembinaan (kependidikan) manusia masa depan melalui
kependididikan dan ipteks.
4
Sistem budaya merupakan wujud cita dan citra martabat manusia; sekaligus
menampilkan kualitas kesejahteraan umat manusia. Sistem budaya memberikan
fasilitas dan kemudahan baik dalam komunikasi (mulai: bahasa, sampai
transportasi, komunikasi, informasi) maupun ipteks yang supra canggih,
pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat kepribadian manusia .
5. SK = Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan dan prestasi perjuangan dan
cita nasional; wujud kemerdekaan dan kedaulatan bangsa; pusat kesetiaan
dan kebanggaan nasional warganegara.
Sistem kenegaraan sebagai pusat dan puncak kelembagaan dan kepemimpinan
nasional, pusat kesetiaan dan pengabdian warga negara. SK sebagai pengelola
kesejahteraan rakyat warga negara; penegak kedaulatan dan keadilan; dan pusat
kelembagaan kepemimpinan nasional dalam fungsi pengayom rakyat warga
negara. SK berkembang dalam kejayaan berkat integritas manusia waganegara
dengan menegakkan kemerdekaan, kedaulatan, keadilan demi kesejahteraan dan
perdamaian antar bangsa.
6. P = Pribadi, subyek manusia mandiri yang keberadaan dan
perkembangannya di dalam dan untuk antarhubungan
kondisional-fungsional semua komponen horizontal (cermati garis
diagonal: antar AS – SM – SB – SK) antar semua eksistensi sebagai
nampak dalam antarhubungan P- garis diagonal horizontal, dan vertikal.
Pribadi sebagai subyek mandiri berkembang (berketurunan, berkarya,
berkebajikan) dengan asas teleologis (vertikal), menuju ideal-self
(cita-pribadi) dengan motivasi cita-karsa keseimbangan hak asasi dan
kewajiban asasi demi cinta-kasih, keadilan dan kebajikan; sebagai
pancaran nilai dan martabat kerokhanian manusia yang unggul, agung dan
mulia. Pribadi manusia berkembang berkat cinta dalam (wujud) keluarga
dan berketurunan; berkarya dan berbakti kepada sesama (pengabdian
kepada bangsa negara): sosial kultural dan moral. . . yang dijiwai
kesadaran theisme-religious.
Sebagai integritas kepribadian manusia P berkembang secara kualitatif dalam
makna integritas martabat kepribadiannya dengan khidmat mengabdi dan
menuju (asas teleologis) Maha Pencipta, Maha Pengayom demi tanggungjawab
moral manusia sebagai penunaian amanat kewajiban asasi manusia.
Pribadi dengan harkat-martabat kepribadiannya memelihara antarhubungan
harmonis dengan semua eksistensi horizontal berdasarkan wawasan vertikal
(theisme- religious). Artinya, antarhubungan pribadi manusia dengan alam, sesama,
budaya dan dengan kenegaraan dijiwai kesadaran tanggung jawab dan kewajiban
moral Ketuhanan-keagamaan. Asas demikian mengandung makna bahwa filsafat
Pancasila memancarkan identitas dan integritas moral theisme-religious (sila I).
5
Sistem kenegaraan NKRI demikian mengalami degradasi filosofis-ideologis
dan konstitusional mulai era reformasi; karena visi-misi reformasi cenderung
mempraktekkan: demokrasi liberal, ekonomi liberal; bermuara kepada praktek
negara federal, bahkan anarchisme…yang mengancam integritas NKRI dan
wawasan nasional Indonesia.
Keprihatinan demikian terus mengupayakan pelurusan reformasi, supaya
bangsa dan NKRI tidak terjerumus ke dalam kebangkrutan dan cengkeraman neo-
imperialisme yang terus meningkat dalam era postmodernisme.
Semoga bermanfaat.