PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
IKTERUS
A. PENGERTIAN
Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan sclera oleh karena
peningkatan kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL ). ( Perinatologi )
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan
bilirubun dalam tubuh. ( Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2 )
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi
karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus Fisiologis
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada
minggu pertama > 2mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula
kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6 – 8 mg/dL pada hari ke-3
kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan
penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 – 2 minggu. Pada bayi cukup
bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih
tinggi ( 7 – 14 mg/dL ) dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam
waktu 2 – 4 minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu.
Ikterus Patologis
Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada
bayi kurang bulan.
B. ETIOLOGI
a. Ikterus Prahepatik
Karena produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel
darah merah. Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang
berasal dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reksi transfuse dan
eritroblastosis fetalis.
b. Ikterus Pascahepatik
c. Ikterus Hepatoseluler
C. PATOFISIOLOGI
Pembentukan Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir
dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi – reduksi.
Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang di bentuk dari heme dengan
bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagian besar terdapat
dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga terdapat besi yang
digunakan kembali untuk pembentukan haemoglobin dan karbon monoksida yang
dieksresikan ke dalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi bilirubin
oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara
cepat akan dirubah menjadi bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase. Berbeda
dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hydrogen serta
pada pH normal bersifat tidak larut. Jika tubuh akan mengeksresikan, diperlukan
mekanisme transport dan eliminasi bilirubin.
Transportasi Bilirubin
Pembentukan bilirubin yang terjadi di system retikulo endothelial, selanjutnya dilapaskan
kesirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bayi baru lahir mempunyai
kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi
albumin yang rendahdan kapasitas ikatan molar yang kurang.Bilirubin yang
terikat pada albumin serum ini merupakan zat non polar dan tidak larut dalam air
dan kemudian akan di transportasi kedalam sel hepar. Bilirubin yang terikat
dengan albumin tidak dapat memasuki susuna syaraf pusat dan bersifat nontoksik.
Selain itu albumin juga mempunyai afinitas yang tinggi terhadap obat – obatan
yang bersifat asam seperti penicillin dan sulfonamide. Obat – obat tersebut akan
menempati tempat utama perlekatan albumin untuk bilirubin sehingga bersifat
competitor serta dapat pula melepaskan ikatan bilirubin dengan albumin.
Bilirubin bebas
Konjugasi Bilirubin
Eksresi Bilirubin
D. KLASIFIKASI
Derajat I : Daerah kepala dan leher, perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg%.
Derajat III : Sampai badan bawah hingga tungkai, bilirubin 11,4 mg%.
Derajat IV : Sampai daerah lengan, kaki bawah lutut, 12,4 mg%.
Pada fase awal, bayi dengan ikterus berat akan tampak letargi, hipotonik, dan
reflek hisap buruk.
Selanjutnya bayi akan demam, high – pitched cry, kemudian akan menjadi
drowsiness dan hipotoni.
Pada tahap yang kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang bertahan hidup, akan
berkembang menjadi bentuk athetoid cerebral palsy yang berat, gangguan
pendengaran, displasia dental – enamel, paralysis upward gaze.
E. MANAJEMEN
1. Strategi Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 – 12 kali/
hari untuk beberapa hari pertama.
Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada
bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.
b. Pencegahan Sekunder
Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesusu
serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
2. Penggunaan Farmakoterapi
• Kekurangan enzim G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk berfungsi
normal
• Kekurangan oksigen
• Jika TSB tidak menurun atau meningkat menuju batas perlunya exchange
transfusion, pertimbangkan exchange transfusion
1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin
dengan membuka pakaian bayi.
2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel
reproduksi bayi.
3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi
yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi cairan bayi
dinaikkan.
3. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat
gerak.
5. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang hanya
bersifat sementara.
4. Tranfusi Tukar
4. Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau
rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan
bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B. Biasanya
menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB, untuk memastikan
bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul.
5. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh berisi
antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu.
3. Persiapan Alat.
c. Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup steril
i. Selang pembuangan
j. Larutan Calsium glukonas 10 %, CaCl2 10 % dan NaCl fisiologis
k.Meja tindakan
Indikasi
Tabel 3. Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL dan kadar Hb <>
b. Kadar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam walaupun sedang
mendapatkan terapi sinar
c. Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah
mengering kompres dengan NaCl fisiologis
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan sclera oleh karena
peningkatan kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL ). ( Perinatologi )
2. Ikterus Fisiologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak
terkonjugasi pada minggu pertama > 2mg/dL.
3. Ikterus Patologis
Adanya tanda – tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi ( muntah,
letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea
atau suhu yang tidak stabil )
Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada
bayi kurang bulan.
B.Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan Ikterus pada
bayi, Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk menanganinya
secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
2. McCormick, Melisa. 2003. “ Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter,
Perawat, Bidan Di Rumah Sakit Rujukan Dasar “. Indonesia : MNH – JHPIEGO
4. Hasan, Rusepno. 1997. “Ilmu Kesehatan Anak 2 “. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran UI.
5. Sudoyo,Aru.W, dkk, eds., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Dep. Ilmu Penyakit
Dalam : Jakarta, 2006, vol. I, hlm. 422-425
7. http://www.yanmedik-depkes.net
Diposkan oleh Sultan Arif di 06:10
0 komentar:
Poskan Komentar
Sultan Arif
Namlea (p.buru), Maluku, Indonesia
Q orangnya pendiam, juga suka humoris, Q suka menyendiri dan sulit terbuka
dengan teman-teman, tp banyak yang mengenal...<*_*>
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
• ▼ 2009 (50)
o ► Desember (15)
Manfaat Lidah Buaya
DECOMPENSASI CORDIS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK
AKEP GASTRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIARE
Askep Anemia Sel Sabit
ASUHAN KEPERAWATAN SUBDURAL HEMATOM
KENALI DIABETES
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KLIEN
APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CEDERA
KEPALA
Gagal Ginjal Akut
ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI
MEMOTONG KUKU
ASKEP GAGAL JANTUNG
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN...
o ► November (1)
Geografi Lubang-Lubang Besar Di Bumi
o ► Oktober (14)
lllllllllllllll
kebutuhan dasar manusia--suhu tubuh
TOKSIN MARIN ALAMI
Babi: Gudang Parasit & Bakteri Berbahaya
SISTEM SARAF PADA MANUSIA
ASUHAN KEPERAWATAN SUBDURAL HEMATOM
GAGAL GINJAL AKUT (GGA)
ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI
ASTHENIA PADA KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Askep Klien Dengan Penyakit Parkinson
KEJANG DEMAM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DEMAM
TYPOID
Demam Tifoid (Thypoid Fever)
GDS K2&K3 - Pengaruh perubahan persekitaran intra ...
o ▼ September (20)
MAKALAH KESEHATAN MENGENAI IKTERUS PADA
BAYI BARU...
Ikterus
Rahasia Lelaki
Ginjal
Perkembangan Anak
Bersiwak/Bersikat Gigi-Gigi
Sistem Indera
Sistem Saraf
BODY IN NUMBERS
Sistem Pencernaan Manusia
KWASHIORKOR
Gerakan-Gerakan Pada Sendi
Anatomi Tubuh Manusia
Bahaya HIV-AIDS
SISTEM REPRODUKSI PRIA
Sistem Pencernaan
ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN PENYEMBUHAN LUKA
Biologi Jantung & Pembuluh Darah
BURSITIS
Deteksi Dini Kanker Payudara, SADARI Sekarang Juga...
Clock